Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Tentang
AKSARA BIMA

DISUSUN OLEH:
WARDAN ZAKYAH
KELAS : X MIPA 6

DIBIMBING OLEH:
IBU JURIATI, S.Pd

SMA NEGERI 1 WOHA


TAHUN AJARAN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan limpahan
karunia dan rahmatnya kepada kita semua, sehingga pada hari ini penulis telah menyelesaikan
tugas makalah dengan judul “Aksara Mbojo ”  dengan tepat waktu.
Adapun kendala dan masalah ketika penulisan makalah ini dikarenakan kami sebagai
penulis masih banyak kurangnya wawasan dan miskin ilmu yang kami miliki , apabila kami
tidak dibantu oleh pihak-pihak yang terkait, mungkin kami akan mengalami kesulitan dalam
penyusunan makalah, maka kiranya dengan ini izinkan kami mengucapkan rasa terima kasih
kami kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tugas makalah ini.
Cukup itu kiranya kata pengantar dari kami apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam
penulisan silahkan memberikan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
penulisan makalah ini, jika ada benarnya itu semua datangnya dari Allah swt  Yang Maha Benar.
Terimakasih semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Bima, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Penemuan Aksara Bima ............................................................................. 3
B. Nggahi Mbojo ......................................................................................................... 4
C. Aksara Mbojo.......................................................................................................... 4
D. Penanggalan dalam Aksara Bima ........................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Dulu peradaban Bima telah mencapai level tertentu pada zamannya. Ada bukti sejumlah
bangunan fisik yang hingga kini masih kokoh. Ada sejumlah cacatan yang masih tersimpan rapi.
Kabarnya, di Belanda masih ada yang disimpan. Demikian juga negara lain. Terakhir yang kini
ramai dibicarakan adalah Aksara Mbojo.
Memelajari kembali jejak budaya dan sejarah Mbojo, tidaklah berarti kembali pada
khayalan masa lalu. Namun, merupakan sumber motivasi dan inspirasi bagi generasi masa kini
agar menapaki perjalanan yang selalu melirik kearifan lokal. Kita seharusnya bersyukur karena
ada bukti fisik masa lampau yang bisa dinapaktilasi. Tinggal bagaimana merawat dan
mengaktualisasikannya sesuai fungsinya.
Sebenarnya, Aksara Mbojo secara terbuka sudah terpajang di tembok Museum Istana
Bima. Para pengunjung jelas bisa melihatnya. Namun, tidak banyak yang tergoda meliriknya.
Pemerintah Daerah pun bisa dianggap gagap tanggap. Tidak sigap mengekspresikannya dalam
bentuk buku dan realisasi praktis, seperti pada nama jalan atau situs lain sebagainya. Padahal,
keberadaan Aksara Mbojo itu mengisyaratkan peradaban suatu daerah yang maju pada masanya.
Nah, kini kaum muda mulai mengenalkan lagi Aksara Mbojo dan masuk ke situs
Ensiklopedi Aksara Dunia. Kita berharap upaya ini mendapat sambutan luas agar kekayaan
budaya Bima semakin ‘membumi’ pada masyarakatnya sendiri dan dunia luar. Memang anak-
anak Mbojo selayaknya dikenalkan aksara daerahnya sendiri agar memahami bagaimana seluk-
beluknya. Apalagi, sudah ada situs yang mengakomodirnya. Jangan sampai aksara itu malah
dikuasai oleh masyarakat atau pecinta budaya di luar daerah. Di Yogyakarta dan Solo, sebagai
contoh, aksara setempat dipajang bersamaan dengan nama jalan atau tempat-tempat situs yang
bersejarah. Soal aksaran ini, peran Ina Kau Mari (almarhumah) dalam memotivasi kaum muda
patut diapresiasi.
Apa yang bisa dilakukan? Setidaknya mulai saat ini, kita mengadaptasi nama sendiri
dalam Aksara Mbojo. Memang hurufnya masih asing, terlihat seperti ‘cakar ayam’. Namun,
kekayaan budaya yang tidak cepat dikenalkan akan menyebabkan generasi bisa kehilangan
momentum dalam penyikapannya.
Saat ini, kesadaran mengenal budaya sendiri harus digenjot. Tujuannya agar berseiringan
dengan derap langkah dinamika pembangunan modern dan geliat perkembangan tekonologi
informasi. Membiarkan generasi kini tanpa asupan kekayaan budaya, akan menyebabkan mereka
‘gagap berdiri di tengah kandangnya sendiri’. Jika ada rencana ‘membumikan’ lagi Aksara
Mbojo dan mengenalkan kepada pelajar dan umum, maka harus didukung bersama. Kepedulian
kita hari ini akan sangat berarti bagi perjalanan dan warna kebudayaan daerah ke depan.
Aksara Mbojo jelas mengonfirmasi pada dunia hari ini bahwa ada kekayaan masa lalu yang tidak
semua daerah memilikinya. Tugas besar generasi hari ini adalah menjaga dan melestarikannya
agar tidak hanyut oleh laju perjalanan waktu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Penemuan Aksara Bima?
2. Apa itu Nggahi Mbojo?
3. Apa itu Aksara Bima?
4. Bagaimana Penanggalan dalam Aksara Bima?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk menjelaskan tentang Sejarah Penemuan Aksara Bima
2. Untuk menjelaskan tentang Nggahi Mbojo
3. Untuk menjelaskan tentang Aksara Bima
4. Untuk menjelaskan tentang Penanggalan dalam Aksara Bima
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jalan Panjang Penemuan Aksara Bima


Masyarakat Bima sampai saat ini tidak mengenal adanya Aksara Bima. Padahal sejarah
mencatat bahwa Bima memiliki Aksara yang pernah dipakai oleh masyarakat Bima ratusan tahun
yang lalu. Hal ini tentunya merupakan sebuah kelalaian sejarah karena warisan yang berharga itu
sempat hilang dan sebagian ada di negeri Belanda. Namun berkat kegigihan Hj. Siti Maryam
Rachmat M. Salahuddin (Puteri dari Sultan Muhammad Salahuddin Bima), naskah Aksara Bima
itu kembali ditemukan.
Pada sekitar tahun 1987 Hj. Siti Maryam menemukan satu naskah di Perpustakaan
Museum Nasional RI di Jakarta dalam bentuk selembar dokumen yang merupakan hasil dari
laporan perjalanan seorang peneliti Belanda yang bernama Zolinger. Peneliti Belanda itu
memang pernah melakukan perjalanan ke Bima dan Sumbawa pada bulan Mei hingga Desember
1847. Dokumen tersebut berjudul Bahasa Bima Yang Telah Hilang. Aksara Bima juga ditulis
dalam Buku RAFFLES yang berjudul THE HISTORY OF JAVA(1878). Lalu pada tahun 1990
hingga 1991, seorang guru besar dari Universitas Leiden Belanda yang juga seorang ahli bahasa
dan aksara Bugis bernama J.Noorduyn datang ke Mataram dengan tujuan khusus bertemu
dengan Ina Ka’u Mari untuk memperlihatkan dokumen foto kopi dokumen yang kala itu tertulis
di atas lontar yang tersimpan rapi di Leiden.
Aksara dalam dokumen yang ditemukannya tersebut, bukan Aksara Bugis dan peneliti itu
tidak bisa membacanya. Setelah itu dilakukan penelitian yang intensif dan ternyata yang dibawa
Noorduyn itu adalah Aksara Bima yang kebetulan juga ada sebagian aksara yang masih tercecer
di Museum Samparaja Bima maupun di Museum Nasional RI Jakarta. Hasilnya huruf-huruf
dalam naskah itu dipadukan dan dikaji satu persatu di Universitas Leiden. Kemudian dibawa
kembali ke Bima untuk dikaji lagi. Dan hasilnya luar biasa, terangkailah Kalimat Bahasa Bima
dengan aksaranya A sampai Z. Aksara Bima baru dapat dideklarasikan pada tahun 2007 pada
acara penutupan Simposium Internasional Penaskahan Nusantara XI yang dilaksanakan di Bima.
Kini Aksara Bima telah dimanfaatkan sebagai bahan muatan lokal untuk sekolah-sekolah di
kabupaten maupun Kota Bima serta untuk kalangan umum
B. Bima (Nggahi Mbojo)
Bima, atau Bahasa Bima, adalah bahasa Melayu-Polinesia yang diucapkan di bagian
timur Pulau Sumbawa di Indonesia oleh sekitar 500.000 orang. Hal ini terkait erat dengan bahasa
Pulau Sumba.

C. Alfabet Bima (Aksara Bima / Aksara Mbojo)


Skrip Bima (nese) digunakan untuk menulis Bima, dan berhubungan dengan naskah
Bugis. Skrip ini telah digunakan sejak abad ke-14, dan digunakan untuk menulis buku dan
catatan kerajaan di Kerajaan Bima. Pada abad ke-17, ketika orang-orang Bima menjadi Muslim,
mereka mulai menggunakan bahasa Melayu yang ditulis dengan aksara Arab.
Penelitian tentang Literasi Biman diprakarsai oleh Hj. Siti Maryam R Salahuddin, putri Sultan
Bima terakhir. Penelitian dimulai sejak dia mendirikan naskah Bimanese dalam catatan oleh
Zollinger (1850) dan sebuah catatan oleh Raffless (1978) yang diperoleh dari Perpustakaan
Nasional RI di Jakarta pada tahun 1987. Pada tahun 1990-1991 sebuah penelitian dilakukan
untuk menggambarkan isi salinan manuskrip daun palem dari Leiden yang dibeli oleh J.
Noorduyn, seorang profesor bahasa Bugis dari Universitas Leiden, berdasarkan catatan skrip
tersebut. Sebuah tim dibentuk untuk melanjutkan penelitian yang terdiri dari Hj. Siti Maryam,
Syukri Abubakar, dan Munawar Sulaiman. Penulis menulis tentang temuan mereka dalam
sebuah buku berjudul " Aksara Bima, peradaban lokal yang sempat hilang " (Bimanese Script,
sebuah peradaban lokal yang telah hilang).
Fitur penting
 Jenis sistem penulisan: Abugida - setiap konsonan ( aksara ) memiliki vokal yang
melekat. Vokal lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan diacritics yang muncul di
atas, di bawah, sebelum atau sesudah surat konsonan
 Arah penulisan: kanan ke kiri dalam garis horizontal.
 Digunakan untuk menulis: Bima (nese)
Karakter utama

Vokal

Nasalisasi
Ada beberapa suara hidung dalam bahasa Bima. Beberapa dari mereka memiliki surat mereka
sendiri: mpa, nca, nta, nga, sementara yang lain bisa menjadi hidung tergantung konteks
kalimatnya: mba -> ba; nda -> da; ngga -> ga.

Konsonan Q, V, X, dan Z tidak ada dalam naskah Bimanese dan digantikan oleh yang memiliki
suara serupa.
 Q -> K
 V -> F
 X -> (Bimanese mungkin tidak memiliki kata - kata yang menggunakan konsonan ini)
 Z -> J

Diakritik

 Tanda berulang, yang seperti huruf Arab "dua" (2) menunjukkan bahwa sebuah kata
dibaca dua kali.
 Virama dapat muncul di atas atau di bawah sebuah surat.

Contoh teks
Transliterasi
Dowu ma pertama mabade warana aksara mbojo ededu putri Maryam R Salahuddin deyi
salelana kertas ma tunti kayi aksara mbojo mamayi ta dowu Belanda.

Terjemahan
Orang pertama yang tahu tentang keberadaan naskah Bimanese adalah putri Maryam R
Salahuddin dari catatan tertulis dalam naskah Bimanese oleh seorang peneliti Belanda.

Abjad Latin untuk Bima

D. Sistem Penanggalan Dalam Aksara Bima


Mari fokus pada topik yang ingin saya uraikan dalam tulisan ini. Pertama, saya
ingin mengenalkan nama bulan yang dikenal  dan menjadi patokan waktu oleh Dowu Mbojo dan
tulisannya dalam aksara Bima berdasarkan selembar naskah . Kedua, ditemukannya huruf atau
aksara "LA" dalam naskah nama bulan tersebut. Dowu Mbojo pada masa lampau menurut saya
adalah bangsa yang memiliki spirit ingin maju, selalu mengikuti perkembangan zaman alias
Modern dan bangsa yang bersaing dengan bangsa lainnya. Tentunya tetap dalam nilai-nilai yang
ada. Hal yang menunjukan bahwa Mbojo sebagai peradaban dengan spirit kemajuan dan
diperhitungkan oleh bangsa lainnya. Yakni dengan memiliki nama bulan atau kalender
Kerajaan/Kesultanan Bima juga ingin menunjukkan eksistensinya. Ada tiga jenis bulan atau
tahun yang ditulis dalam selembar naskah tersebut. Antaranya; (1) Nama Bulan dalam Kalender
Mbojo, (2) Nama bulan dalam Tahun Hijriyah, (3) Tahun China atau disebut juga Shio. Dan
beberapa simbol seperti nilai angka dan simbol yang sepertinya menunjukan tahun.

1. Nama Bulan dalam Kalender Mbojo 


 Duwa Mpuru Piduna Has Na'E 
 Sa Mpuru Nayina Has Na'E 
 Upa Nayina Has Na'E 
 Pidu Nayina Has Na'E 
 Duwa Mpuru Duwana Has Na'E 
 Duwa Mpuru Nayina Has Na'E 
 Duwa Mpuru Sa Nayina Has Na'E 
 Duwa Mpuru Ciwina Has Na'E 
 Upa Nayina Has Na'E 
 Waru Nayina Has Na'E 
 Duwa Mpuru Pidu Nayina Has Na'E 
 Duwa Mpuru Waruna Has Na'E 
Saya mencoba untuk memahami lembar naskah yang memuat tiga hal
tersebut. Pertama, penamaan bulan dalam kalender Mbojo, merupakan atau berpatokan pada
kalender Hijriyah dan tahun China atau tiga kalender yang terdapat dalam naskah tersebut, oleh
orang Bima digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, yang masih belum jelas, untuk
dicari tahu arti dan maknanya adalah frasa Has Na'E.

2. Tahun Hijriyah
 Mahram (Muharram)
 Shafara 
 Rabiul Awal
 Rabiul Akhir
 Jumadil Awwal
 Jumadil Akhir
 Rajab 
 Sya'ban
 Ramadhan
 Syawwal 
 Dzul-Qa'idah
 Dzul-Hijjah
Kedua, adanya Tahun Hijriyah tentunya bukan tanpa sebab, sebagaimana diketahui latar
belakang Bima adalah sistem Kesutanan yang tentunya nilai-nilai Islam sangat sarat dan melekat
di dalamnya. Adapun fungsinya, seperti untuk mengetahui hari-hari besar Islam, haji pada bulan-
bulan haram, puasa sunnah maupun wajib dan besar kemungkin juga digunakan untuk
menentukan sesuatu hal yang besar. Setelah kolom bulan Hijriyah, dalam naskah tersebut ada
kolom yang menurut saya adalah tahun. Disana tertulis mulai dari tahun 1293, 1294, 1295, 1296,
1297, 1298, 1299, 1300, 1301, 1302 dan 1303. 

3. Tahun China/ Shio 


Lebih dikenal dengan Shio atau Kalender Imlek. Berikut ini adalah Shio berdasarkan urutan
dalam selembar naskah kalender Bima; 
 Capi (bahasa Bima) artinya Sapi
 Macan 
 Karawo* (bahasa Bima) artinya Tikus
 Uta  (bahasa Bima) artinya Ikan
 Sawa  (bahasa Bima) artinya Ular
 Jara  (bahasa Bima) artinya Kuda
 Mbe'E (bahasa Bima) artinya Kambing
 BotE  (bahasa Bima) artinya Monyet
 Nasi  (bahasa Bima) artinya Burung
 Lako  (bahasa Bima) artinya Anjing
 Wawi (bahasa Bima) artinya Babi
 Karawo (bahasa Bima) artinya Tikus 
(*) Mungkin yang dimaksud adalah kelinci.

Ketiga, Tahun China. Shio atau kadang disebut juga dengan Zodiak Tionghoa adalah simbol
binatang yang digunakan untuk melambangkan Tahun dalam astrologi Tionghoa dan
kalender Imlek. Dalam Tradisi Tionghoa, setiap orang dilahirkan pasti memiliki Shio yang
dikaitkan dengan Tahun kelahirannya. Jumlah Shio dalam Tradisi Tionghoa terdiri dari 12
Binatang dan disebut dengan 12 Shio yang mewakili siklus 12 tahunan.  Penetapan Shio bagi
seseorang adalah berdasarkan Kalender Imlek yang merupakan Kalender yang sistem
perhitungan Waktu, Hari, Bulan dan Tahun berdasarkan perputaran Bulan. 
Shio yang tertulis dalam selembar naskah tersebut, memiliki perbedaan dengan Shio yang
terdapat dalam kalender China. Shio dalam kalender China diawali dengan Shio tikus, sedangkan
dalam naskah diawali dengan Shio Sapi.
Lebih jelasnya simak tabel berikut ini!
NO SHIO CHINA SHIO DALAM NASKAH
ARAB AKSARA INDONESIA
MBOJO
1 TIKUS BAQARAH  CAPI SAPI
2 SAPI NIMRI/NAMUR MACAN MACAN
3 HARIMAU ‘ARNAB KARAWO KELINCI*
4 KELINCI SAMAK/SMAK UTA IKAN
5 NAGA SA’BAN/THUEBAN SAWA ULAR
6 ULAR FARSI/FARAS JARA KUDA
7 KUDA GHANAM MBE’E KAMBING
8 KAMBING QARAD BOTE MONYET
9 MONYET TAYR NASI BURUNG
10 AYAM KALABI/KALB LAKO ANJING
11 ANJING KHINZIR WAWI BABI
12 BABI FAR KARAWO TIKUS
Keterangan: (*) Dalam naskah tersebut, yang tertulis dalam aksara Bima "Karawo". Namun
yang dimaksud berdasarkan bahasa Arabnya yaitu 'ARNAB yang berarti Kelinci. Bisa jadi
binatang tersebut tidak dikenal oleh masyarakat Bima atau dikarenakan ada sesuatu hal yang
lain. 

Oleh karena hampir seluruh masyarakat Bima dahulu dan sekarang menggantungkan diri dari
bertani dan berladang dan sebagai pelaut/nelayan, ketiga kalender inilah yang menjadi patokan.
Patokan kapan waktu yang baik untuk menanam (bercocok tanam) dan atau melaut. Sehingga,
bagi petani terhindar dari bencana seperti hama atau gagal panen dan bagi nelayan terhindar dari
bencana laut sehingga mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan. Artinya, kalender diatas
adalah dijadikan sebagai acuan dan patokan untuk menentukkan hari baik dalam segala urusan.
Kalender ini adalah sebagai pedoman masyarat Mbojo untuk menentukkan hari-hari baik dalam
setiap kegiatan yang akan dilakukan. Sama halnya dengan naskah Kutika yang dimiliki oleh
daerah lain yang juga digunakan untuk hal tersebut.

Selanjutnya dalam naskah ini juga ada satu huruf yang awalnya belum ada dalam aksara Mbojo
yang sudah dirilis. Berdasarkan bahasa Arabnya yakni "kalabi/kalb" yang berarti Anjing dan
dalam bahasa Bimanya "Lako", maka huruf dalam naskah tersebut adalah LA. Sehingga
sementara ini aksara Mbojo dapat dikatakan memiliki dua huruf yang berbunyi LA.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aksara Bima atau disebut juga aksara Mbojo adalah aksara yang digunakan dikawasan
Bima, Nusa Tenggara Barat. Aksara Bima dapat merujuk pada dua bentuk aksara, yaitu aksara
Bima/mbojo yang berbentuk mirip aksara lontara/bugis, dan aksara Bima kuna.
Setelah Islam masuk ke Bima, kerajaan Bima beralih menjadi kesultanan. Sultan Bima II
memerintahkan segala bentuk kegiatan tulis menulis beralih kepada menggunakan aksara arab
dan bahasa melayu, hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi sehubungan dengan
berkembangnya hubungan kesultanan Bima dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara
Pada tahun 1987, setelah penelitian panjang, Hj. Siti Maryam R. Salahuddin (yaitu puteri
dari Sultan Bima ke-14, Sultan Muhammad Salahuddin) menemukan catatan mengenai aksara
Bima di Perpustakaan Nasional Indonesia di Jakarta, yaitu selembar dokumen seorang peneliti
belanda, H Zollinger dan juga catatan aksara Bima dari Raffles didalam bukunya History of Java

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Buku: aksara bima peradaban lokal yang sempat hilang.


[2] Christopher Miller (2011): Indonesian and Philippine scripts and extensions - Script encoding
initiative.
[3] narasumber langsung: Bapak Syukri Abubakar.
[4] Unicode proposal: 16119-bima: Representing Bima in Unicode.

Anda mungkin juga menyukai