Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN KEGIATAN ADIWIYATA

“ Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah


Lingkungan ”

Kelompok 4

DENTY PRATIWI ( 06091181823015 )


SONDANG EVELIN ( 06091281823075 )
M. FIKRI AMRULLAH ( 06091381823055 )

Dosen Pembimbing : DR. RAHMI SUSANTI, M. Si.


SUSY AMIZERA SB, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “ Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan” Pada
makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membaca.

Palembang, 2 September 2021

Kelompok 4

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... I


DAFTAR ISI .......................................................................................................II

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Tujuan ....................................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan .................................. 3
B. Standar Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan ................... 11
C. Implementasi Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan .......... 12
D. Contoh Implementasi Kegiatan di Sekolah .............................................. 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya perilaku membuang sampah sembarangan , menebang hutan dan


perusakan alam lain nya merupakan perwujudan dari rendah nya tanggung jawab
individu dan warga negara . Kondisi itulah yang mendorong perlu diberikan nya
pemahaman kepada generasi muda di indonesia tentang penting nya kepedulian
terhadap alam. Kepedulian terhadap alam bisa ditanamkan melalui pendidikan
karakter dan budaya di sekolah. Dalam proses pendidikan, diharapkan setiap
peserta didik sebagai anggota masyarakat agar mempunyai kesadaran dan
kepekaan terhadap permasalahan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan
hidup bertujuan agar manusia sadar akan lingkungan dan mampu membentuk
karakter manusia yang mencintai lingkungannya.
Dalam Pasal 65 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 ditegaskan bahwa
“Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi,
akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Pendidikan Lingkungan Hidup
pada jenjang pendidikan dasar perlu dikembangkan untuk memberikan
pemahaman, penyadaran, dan tuntunan kepada siswa dalam bersikap
dan berperilaku peduli dan berbudaya lingkungan. Untuk mewujudkan sekolah
yang berbudaya lingkungan, pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi
komitmen dan tanggung jawab bersama warga sekolah.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pendidikan Nasional
mencanangkan program pendidikan lingkungan hidup berupa Program Adiwiyata
yang kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata. Adiwiyata memiliki makna
sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia
menuju terciptanya kesejahteraan dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.
Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan mempunyai peranan yang
penting dan berpengaruh terhadap terciptanya sekolah adiwiyata. Pengelolaan

1
sarana pendukung ramah lingkungan merupakan wadah dari komponen
adiwiyata yang lainnya. Komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh
dalam mencapai sekolah Adiwiyata, yaitu a) Pengembangan kebijakan
berwawasan lingkungan, b) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, c)
Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, d) Pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan.

B. Tujuan
Memberikan informasi mengenai implementasi, standar, kriteria dan contoh
dari Pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan dalam pengelolaan kegiatan
adiwiyata sekolah.
C. Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan peran serta
yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam menyukseskan program
Adiwiyata di daerahnya masing-masing.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan

Menurut Juhairyah dalam Tim Dosen AP (2011:79), manajemen sarana


dan prasarana adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu sendiri. Sementara Menurut Suharno (2008: 30) manajemen sarana
dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana
pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada
jalannya proses pendidikan. Dan Ibrahim (2008:2) mengatakan bahwa manajemen
perlengkapan sekolah adalah proses kerja sama pendayagunaan semua
perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien.
Eka (2011:57) mendefinisikan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan adalah sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan
prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen sarana dan prasarana
dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan,
pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, dan
penghapusan serta penataanlahan, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah
secara tepat guna dan tepat sasaran.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana
prasarana adalah pendayagunaan seluruh kegiatan pendidikan agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Adapun proses pendayagunaan tersebut meliputi
pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemanfaatan, pemeliharaan,
inventarisasi, dan penghapusan.

1. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Eka (2011: 57) menyebutkan bahwa tujuan manajemen sarana dan


prasarana pendidikan di sekolah adalah untuk memberikan layanan secara
profesional di bidang sarana dan prasara pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagai berikut

3
 Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama, sehingga sekolah
memiliki sarana dan prasarana yang baik, yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah, dan dengan dana yang efisien.
 Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan
efisien.
 Mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh
semua personel sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengelolaan saran dan prasarana


sekolah adalah untuk mengupayakan sarana dan prasarana sekolah yang
disesuaikan dengan dana dan kebutuhan sekolah, mengupayakan ketersediaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana sehingga keberadaan sarana dan prasaran
selalu dalam siap kondisi dipakai.

2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana

prasarana sekolah dalam program Adiwiyata memiliki fungsi sebagai


media pembelajaran lingkungan hidup. Dengan demikian diperlukan kegiatan
pengelolaan saran dan prasarana. Menurut (2011: 57)
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi: perencanaan,
pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan, pemeliharaan, dan
penghapusan. Sementara Suharno (2008: 30) menambahkan dalam kegiatan
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi kegiatan perencanaan,
pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta
penataan. Tim Dosen AP (2011:79-87) mengatakan bahwa pengelolaan sarana dan
prasarana meliput pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemanfaatan,
pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan umum dalam
pengelolaan sara dan prasarana adalah pengadaan, pendistribusian, penggunaan
dan pemanfaatan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.

4
a. Pengadaan

Menurut Tim Dosen AP (2011:80) mengatakan bahwa pengadaan adalah


menghadirkan alat atau media dalam menunjang pelaksanaan proses
pembelajaran. Pengadaan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Suryosubroto
(2004: 116) mengemukakan beberapa cara yang dapat ditempuh dalam pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan, yaitu:
1) pembelian dengan biaya pemerintah,
2) pembelian dengan biaya dari SPP,
3) bantuan dari BP3 dan,
4) bantuan dari masyarakat lainnya.

Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Ary H Gunawan dalam


Tim Dosen AP (1982:23), bahwa pengadaan saran dan prasaran dapat dilakukan
dengan cara:
1) Pembelian tanpa lelang atau dengan dellang,
2) membuat sendiri,
3) menerima bantuan atau hibah, dan
4) dengan cara menukar.

Eka Prihatin (2011: 59) mengemukakan hal yang sama mengenai caracara
pengadaan yaitu misalnya untuk pengadaan tanah bisa dilakukan dengan cara
membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan sebagainya. Dalam
pengadaan gedung/bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru,
membeli, menyewa, menerima hibah dan menukar bangunan. Untuk pengadaan
perlengkapan atau perabot dapat dilakukan dengan jalan membeli. Perabot yang
akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Dalam
pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri
atau menerima bantuan dari instansi pemerintah, badan-badan swasta, masyarakat,
perorangan, dan sebagainya. Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa
kegiatan pengadaan dapat dilakukakan dengan berbgai cara, antara lain:
pembelian (baik dari dana pemerintah atau SPP), membuat sendiri, hibah ,
menyewa dan menukar.

5
b. Pendistribusian

Bafadal dalam Tim Dosen AP (2011:81) berpendapat bahwa


pendistribusian perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan
tanggung jawab dari seseorang penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit
atau orang-orang yang membutuhkan barang tersebut. Bafadl juga menambahkan
bahwa sistem pendistibusian barang dapat ditempuh dalam 2 cara, yaitu sistem
langsung dan tak langsung (Tim Dosen AP, 2011:81). Sistem pendistribusian
langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan diinventarisasikan
langsung disalurkan pada bagian- bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses
penyimpanan terlebih dahulu. Kemudian sistem pendistribusian tidak langsung
berarti barang- barang yang sudaha diterima dan sudah diinventarisasikan tidak
secara langsung disalurkan, melainkan harus disimpan terlebih dahulu di gudang
penyimpanan dengan teratur.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendistribusian
merupakan kegiatan pemindahan barang kepada yang membutuhkan. Pemindahan
tersebut memiliki dua sistem, yaitu: sistem langsung dan sistem tidak langsung.

c. Penggunaan dan Pemanfaatan

Ada 2 prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan


pendidikan, yaitu prinsip efektifitas dan efisiensi (Tim Dosen AP, 2011:82).
Prinsip efektifitas dalam arti segala pemakaian perlengkapan pendidikan
digunakan semata-mata untuk meraih tujuan pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sementara
Efisiensi berarti dalam setiap penggunaan perlengkapan sekolah harus
hemat dan dengan hati-hati. Suryosubroto (2004: 116) menambahkan bahwa dari
segi pemakaian (penggunaan) sarana dan perlengkapan dibedakan atas:barang
habis pakai, dan barang tidak habis pakai.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap penggunaan
perlengkapan sekolah harus menerapkan prinsip efektifitas dan efisiensi. Dan
dalam segi pemakaian, perlengkapan pendidikan dibedakan menjadi barang habis
pakai dan tidak habis pakai.

6
d. Pemeliharaan

Eka Prihatin (2011: 60) mendefinisikan pemeliharaan merupakan suatu


kegiatan yang kontinu untuk mengusahakan agar sarana dan prasaran pendidikan
yang ada tetap dalam keadaan baik dan siap dipergunakan. Wahyuningrum dalam
Tim Dosen AP (2011:83) mendefinisikan pemeliharaan perlengkapan adalah suatu
kegiatan pemeliharaan yang terus menerus untuk mengusahakan agar setiap jenis
barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai.
Agar setiap barang yang dimiliki sekolah senantiasa dapat berfungsi, maka
barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk
menghindarkan adanya unsur-unsur pengganggu / perusaknya. Dengan demikian
kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan
berfungsi baik, disebut pemeliharaan atau perawatan. Menurut Bafadal (2004: 49)
ada beberapa macam pemeliharaan perlengkapan di sekolah, yaitu:
pemeliharaan yang bersifat ringan, pemeliharaan yang bersifat
pencegahan, pemeliharaan yang bersifat ringan, pemeliharaan yang bersifat
perbaikan berat. Dan ditinjau dari perbaikan berat, ada dua macam pemeliharaan,
yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan dilakukan
untuk menjaga kondisi perlengkapan sekolah, sehingga perlengkapan dapat
digunakan secara terus-menerus.

e. Inventarisasi

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah atau lembaga


pendidikan lainnya ada yang berasal dari pemerintah ada juga yang berasal dari
usaha sendiri, seperti: membeli, membuat sendiri, sumbangan, dan sebagainya.
Semua barang yang ada tersebut hendaknya diinventarisir, melalui inventarisasi
memungkinkan dapat diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan,
ukuran, harga dan sebagainya. Khususnya untuk sarana dan prasarana yang
berasal dari pemerintah (milik negara) wajib diadakan inventarisasi secara cermat,
dengan menggunakan format- format yang telah ditetapkan. Atau mencatat semua
barang inventarisasinya di dalam Buku Induk Barang Inventarisasi dan Buku
Golongan Barang Inventaris. Buku inventaris ini mencatat semua barang

7
inventaris milik Negara menurut urutan tanggal, sedangkan buku golongan barang
inventaris mencatat barang inventaris menurut golongan barang yang telah
ditentukan (Eka Prihatin, 2011: 59).

Menurut Ibrahim Bafadal (2004: 55) inventarisasi adalah penyatatan dan


penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur
berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Kegiatan inventarisasi
perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu :
1) kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode
barang perlengkapan, dan
2) kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.

Menurut Langgeng dalam Tim Dosen AP (2011:85) daftar alat


inventarisasi yang harus digunakan atau diisi adalah sebagai berikut:
1) buku induk barang inventaris,
2) buku catatan inventaris,
3) buku golongan inventaris,
4) laporan triwulan mutasi barang,
5) daftar isian barang, dan
6) daftar rekapitulasi barang inventaris.

Suryosubroto (2004: 116) menambahkan hal yang sama bahwa untuk


keperluan pengurusan dan pencatatan barang-barang pendidikan ini disediakan
instrumen administrasi, antara lain: 1) buku inventaris, 2) buku pembelian, 3)
buku penghapusan, dan 4)kartu barang. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa sarana dan prasarana yang berasal dari barang milik negara hendaknya
dilakukan inventarisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan dan pedoman yang
berlaku. Dengan inventarisasi saran dan prasaran sekolah dapat mempermudah
pengelolaan.

f. Penghapusan

Menurut Wahyuningrum dalam Tim Dosen AP (2011:86) yang dimaksud


dengan penghapusan adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk menghapus

8
barang-barang milik Negara/kekayaan Negara dari daftar inventarisasi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana sarana dan
prasarana yang sudah tidak sesuai lagi bagi pelaksanaan pembelajaran, yang
kemudian untuk diganti atau disingkirkan.
Ibrahim Bafadal (2004: 63) mengemukakan langkah-langkah penghapusan
perlengkapan pendidikan disekolah adalah:
1) mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus,
2) menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus,
3) mengajukan usulan penghapusan barang dan panitia penghapusan,
4) panitia pengahapusan memeriksa kembali barang yang rusak Berat
dengan membuat berita acara pemeriksaan,
5) panitia mengusulkan penghapusan barang-barang yang terdaftar
dalam berita acara pemeriksaan, dan
6) begitu surat penghapusan datang, bisa segera dilakukan
penghapusan terhadap baranng-barang tersebut.

3. Prinsip Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah

Agar tujuan pengelolaan sarana prasarana sekolah dapat tercapai, terdapat


beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlengkapan
pendidikan. Menurut Ibrahim Bafadal (2004: 5-6), prinsip- prinsip pengelolaan
sarana pendidikan adalah:
1) Prinsip Pencapaian Tujuan, dasar manajemen perlengkapan sekolah yaitu agar
semua fasilitas sekolah dalam keadaan siap pakai. Dengan keadaan siap pakai
maka manajemen perlengkapan sekolah dapat dikatakan berhasil.
2) Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan
perencanaan yang hati- hati, sehingga dapat memperoleh fasilitas yang
berkualitas baik dan dengan harga yang relatif murah.hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya pemborosan. Agar terhindar dari pemborosan
maka sekolah hendaknya melengkapinya dengan petunjuk teknis penggunaan
dan pemeliharaan.
3) Prinsip Kejelasan dan Tanggung Jawab. Perlu adanya pengorganisasian kerja
pengelolaan dan perlengkapan pendidikan, dimana semua tugas dan tanggung
jawab semua orang yang terlibat perlu dideskripsikan dengan jelas.

9
4) Prinsip Kekohesifan, Manajemen perlengkapan pendidikan sekolah sebaiknya
terealisasi dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Sehingga
antara satu dengan yang lain harus selalu bekerja sama dengan baik.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, manajemen sarana


prasarana sekolah akan berhasil terealisasi dengan baik apabila prinsip- prinsip
pengelolaan perlengkapan sekolah dapat dilaksanakan yang meliputi: prinsip
pencapaian tujuan, efesiensi, administrasi, kejelasan tanggung jawab, dan
kekohesifan.

4. Pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan

Menurut Ahmad Fajarisma (2014:167) pengelolaan sarana dan prasarana


pendukung lingkungan dapat dilakukan dengan memaksimalkan pengelolaan dan atau
pengembangan sarana pendukung baik di dalam dan di luar kawasan sekolah,
peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat, pengembangan sistem pengelolaan
sampah.
Menurut buku Pedoman Adiwiyata (2012:45) yang dipelukan sekolah dalam
pengelolaan sarana dan prasarana pendukung adalah dengan menyediakan sarana dan
prasarana untuk mengatasi permasalahanlingkungan dan mendukung pembelajaran
lingkkungan hidup di sekolah.
Kriteria selanjutnya adalah dekolah melakukan peningkatan kualitas
pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah dengan menyediakan
dan memelihara dengan baik semua sarana dan prasarana sekolah yang ramah
lingkungan yang meliputi:
1) Pengaturan cahaya ruang
2) Ventilasi udara secara alami
3) Pemeliharaan dan pengaturan pohon peneduh atau penghijau,
pemanfaatan sumur resapan dan atau biopori serta pengelolaan dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah.

Sekolah juga terus berupaya untuk melakukan penghematan terhadap efisiensi


penggunaan air,listrik, alat tulis kantor, plastik dan bahan lainnya. Kriteria yang lain
adalah adanya peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat ditandai dengan

10
adanya:
1) Lokasi kantin yang memenuhi syarat kebersihan dan ramah lingkungan
2) Pemeriksa berkala minimal 1 kali setahun terhadap kualitas makanan
kantin
3) Pemantauan terhadap jenis, kemasan makan dan kebersihan kantin secara
rutin minimal 1 kali sebulan
4) Penggunaan kemasan ramah lingkungan
5) Pemberian penyuluhan secara rutin kepada pedagang minimal 1 kali
setahun
6) Guru penanggung jawab kantin atau pengelola/penyedia makanan.

Sekolah mengembangkan pengelolaan sampah dan bertanggung jawab dalam


peningkatan kualitas pengelolaan sampah dengan cara:
a. Praktek pemilahan sampah
b. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat dengan menyediakan tempat
sampah terpisah minimal dua jenis organik dan anorganik, melakukan
kegiatan 3R dan pengomposan, menyediakan jumlah tenaga kebersihan
yang mencukupi, adanya mekanisme keterlibatan peserta didik dan guru
c. Perubahan perilaku warga sekolah dalam memperlakukan sampah.

Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan hidup


dengan cara menyediakan fasilitas ramah lingkungan, meningkatkan kualitas fasilitas,
efisiensi penggunaan listrik,air, kantung plastik dan pengelolaan sampah sekolah.

B. Standar Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan


Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Adiwiyata, Standar Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
Lingkungan yaitu :
1) Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan dan ramah
anak.
2) Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
yang ramah lingkungan dan ramah anak

11
C. Implementasi Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
"Contoh pencapaian di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta"

Implementasi pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan dan


pencapaian dari keduastandar tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

NO STANDAR IMPLEMENTASI PENCAPAIAN


1 Ketersediaan sarana a. Menyediakan sarana Tersedianya 6 sarana
prasarana pendukung prasarana untuk mengatasi prasarana untuk mengatasi
yang ramah permasalahan lingkungan permasalahan lingkungan
lingkungan dan ramah hidup di sekolah hidup di sekolah sesuai
anak dengan standar sarana dan
prasarana Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2007
seperti; air bersih, sampah
(penyediaan tempat sampah
yang terpisah, komposter),
tinja, air limbah/drainase,
ruang terbuka hijau (RTH),
kebisingan/ getaran/ radiasi,
dll
b. Menyediakan sarana Tersedianya 6 sarana
prasarana untuk mendukung prasarana pendukung
pembelajaran lingkungan pembelajaran lingkungan
hidup di sekolah hidup, antara lain;
pengomposan, pemanfaatan
dan pengolahan air, hutan/
taman / kebun sekolah,
green house, tanaman obat
keluarga, kolam ikan,
lubang biopori, sumur
resapan, biogas, dll

13
2 Peningkatan kualitas a. Memelihara sarana dan Terpeliharanya 3 sarana dan
pengelolaan dan prasarana sekolah yang ramah prasarana yang ramah
pemanfaatan sarana lingkungan dan ramah anak lingkungan dan ramah anak
dan prasarana yang sesuai fungsinyas, antara
ramah lingkungan dan lain;
ramah anak 1. Ruang memiliki
pengaturan cahaya dan
pentilasi udara secara alami;
2. Pemeliharaan dan
pengaturan pohon peneduh
dan penghijauan
3. Menggunakan paving
block
b. Meningkatkan pengelolaan Tersedianya 4 unsur dalam
dan pemeliharaan fasilitas pengelolaan dan
sanitasi sekolah pemeliharaan fasilitas
sanitasi sekolah, antara lain;
a. Penanggung jawab
b. Pelaksana
c. Pengawas
d. Tata tertib.
c. Memanfaatkan listrik, air, 20% efisiensi pemanfaatan
dan alat tulis kantor secara listrik, air dan alat tulis
efesien kantor

14
d. Meningkatkan kualitas Kantin melakukan 3 upaya
pelayanan kantin sehat, jujur dalam rangka meningkatkan
dan ramah lingkungan serta kualitas pelayanan kantin
ramah anak sehat dan jujur dan ramah
lingkungan serta ramah
anak, meliputi;
a. Kantin tidak menjual
makanan/ minuman yang
mengandung bahan
pengawet/ pengenyal,
pewarna, perasa yang tidak
sesuai dengan standar
kesehatan
b. Kantin tidak menjual
makanan yang tercemar /
terkontaminasi, kadaluarsa
c. Kantin tidak menjual
makana n yang dikemas
tidak ramah lingkungan
seperti; plastic, strofoam,
dan aluminium foil

D. Contoh Implementasi Kegiatan di Sekolah

1. Standar Air bersih


Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat- syarat dan
Pengawasan Kualitas Air menyatakan bahwa, “ air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.” Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyalenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah menjelaskan bahwa:
“Standar air bersih di sekolah adalah sebagai berikut :
a) Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan

15
Kep.Men.Kes 416 tahun 1990, tentang syarat- syarat dan pengawasan
kualitas air. Syarat- syarat tersebut meliputi air tidak keruh atau jernih, tidak
berbau, tidak berasa.
b) Jarak sumur/ sarana air bersih dengan sumber pencemaran (pembuangan
air limbah, tangki septic, pembuangan sampah akhir) minimal 10 m.

2. Standar tempat pembuangan sampah


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah menjelaskan bahwa:
“Standar sarana pembuangan atau tempat sampah adalah sebagai berikut:
a) Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan
tutup
b) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh ruangan
untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan.
c) Peletakan tempat sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10
m.

3. Standar tempat pembuangan air limbah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1429/MENKES/SK/2006


tentang pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah menjelaskan
bahwa salah satu tata laksana pemeliharaan sarana pembuangan air limbah adalah
sarana pembuangan air limbah tidak menjadi perindukan nyamuk.

4. Standar pemeliharaan kamar mandi dan wastafel

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1429/MENKES/XII/2006


tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan menjelaskan bahwa tata
laksana pemeliharaan kamar mandi adalah sebagai berikut:
a)Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
b)Terdapat slogan atau peringatan untuk menjaga kebersihan.
c)Menyediakan sabun untuk cuci tangan.

16
Selain pemeliharaan terhadap jamban, mekanisme yang bertugas juga harus
memelihara wastafel untuk warga sekolah. Menurut Pedoman Teknis Pengelolaan
Kebersihan Lingkungan Madrasah (2012: 7) cara membersihkan westafel, lantai
marmer, kaca, dan kaca cermin adalah sebagai berikut:
a) Membersihkan saringan pada westafel dengan cara menyemprotkan cairan
pembersih ke dalam mangkok westafel secara merata.
b) Menggosok mangkok westafel dengan busa pembersih secara
menyeluruh sampai kotoran hilang.
c) Membersihkan kaca cermin dan kaca biasa dengan cairan pembersih kaca,
lalu mengelap dengan kain atau menggunakan sweeper kaca.
d) Mencuci lap tangan setian hari.
e) Memeriksa kerusakan dan memperbaikinya.

5. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan, pencahayaan dan ventilasi udara

Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah


Nomor 1429/Menkes/SK/ XII/ 2006 terdapat tata laksana pemeliharaan ruang
bangunan sekolah, pencahayaan dan ventilasi sebagai berikut:
a) Pembersihan ruang dan halaman sekolah harus dilakukan minimal sehari
satu kali.
b) Pencahayaan terutama untuk ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan
harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai dengan
fungsinya.
c) Pencahayaan di setiap ruang tidak silau
d) Pemeliharaan terutama untuk ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan
harus dilengkapi dengan penerangan buatan, untuk antisipasi cuaca
mendung dan penggunaan ruang pada malam hari.
e) Ventilasi ruang diusahakan menggunakan ventilasi silang agar ruang
mendapat cukup udara segar.
f) Pada ruang yang menggunakan AC harus disediakan jendela yang dapat
dibuka/ ditutup.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan nya adalah bahwa manajemen sarana prasarana sekolah akan


berhasil terealisasi dengan baik apabila prinsip prinsip penfelolaan dapat meliputi
prinsip pencapaian tujuan, efesiensi, administrasi , kejelasan tanggung jawab , dan
kekohesifan seperti yang telah dijelaskan sebelum nya serta pengelolaan sarana
dan perasarana pendukung ramah lingkungan yang sesuai dengan buku pedoman
adiwiyata

B. Saran
Pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan dapat
dilakukan dengan memaksimalkan pengelolaan atau pengembangan sarana
pendukung agar meningkatkan keberhasilan dalam melakukan kegiatan adiwiyata
serta peningkatan kualitans pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
yang ramah lingkungan di sekolah setiap waktu

19
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatun, Nur Latifah. (2016).STUDI DESKRIPTIF: PELAKSANAAN


PROGRAM ADIWIYATA DI SD MUHAMADIYAH TONGGALAN
KLATEN. Jurnal UNY.
Irlansari, A., & Hardati, P. (2019). Pelaksanaan Program Adiwiyata Berdasarkan
Komponen Berbasis Lingkungan. Edu Geography, 7(3), 222–231.
Mardiyah, M. (2017). Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Program
Adiwiyata di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta. Jurnal Hanata
Widya, 6(5), 39–45.
Noviantia, Risky. (2016).Evaluasi Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendukung
Ramah Lingkungan Pada Program Adiwiyata di Smp Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurnal Eprints. UNY. 11(2), 16-21.
Pradini, I. K., Sujanto, B., & Nurjannah. (2018). IMPLEMENTASI PROGRAM
SEKOLAH ADIWIYATA DALAM PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN DI SDN 4 SERANG. Jurnal Green Growth Dan Manajemen
Lingkungan, 7(2), 122–132. https://doi.org/doi.org/10.21009/jgg.072.03

20

Anda mungkin juga menyukai