Pedoman Bidang Angkutan Umum
Pedoman Bidang Angkutan Umum
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka 3, Angkutan adalah perpindahan orang
dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Upaya penyediaan jasa angkutan bagi
masyarakat adalah dengan dioperasikannya angkutan penumpang umum.
Berdasarkan Pasal 140 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, di dalam pelayanan angkutan orang Kendaraan
Bermotor Umum terdiri atas angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum di dalam trayek dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
tidak dalam trayek. Yang dimaksud dengan “trayek” adalah lintasan
Kendaraan Bermotor Umum untuk pelayanan jasa angkutan, yang
mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, serta lintasan tetap, baik
berjadwal maupun tidak berjadwal.
Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum
dalam trayek terdiri atas:
a. Angkutan lintas batas negara yaitu angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus
umum yang terikat dalam trayek;
b. Angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) yaitu angkutan dari satu kota ke
kota lain yang melalui daerah kabupaten/kota yang melewati satu daerah
provinsi yang terikat dalam trayek;
c. Angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) yaitu angkutan dari satu kota
ke kota lain antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi yang
terikat dalam trayek;
d. Angkutan perkotaan yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam trayek; dan
2
e. Angkutan perdesaan yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan trayek
angkutan perkotaan.
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak
dalam trayek terdiri atas:
a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi, yang digunakan untuk
pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam
kawasan perkotaan;
b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu, yang dilarang menaikkan
dan/atau menurunkan penumpang di sepanjang perjalanan untuk
keperluan lain di luar pelayanan angkutan orang dalam trayek;
c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata, yang harus digunakan untuk
pelayanan angkutan wisata; dan
d. Angkutan orang di kawasan tertentu, yang harus dilaksanakan melalui
pelayanaan angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.
B. Tujuan
Sedangkan tujuan Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
guna memberikan pedoman dalam hal metoda pengumpulan data, analisis,
penyajian, mengidentifikasi serta menciptakan solusi – solusi dari
permasalahan-permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan pada kondisi
kenyataan dengan didasarkan pada teori-teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan. Sehingga nantinya dapat diwujudkan suatu induk data
transportasi yang berguna bagi instansi dalam bidang perhubungan dan
dunia akademis.
3
C. Ruang Lingkup
Penelitian dilaksanakan untuk seluruh angkutan umum di wilayah studi,
baik pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek maupun tidak dalam trayek. Angkutan berupa angkutan lintas batas
negara (ALBN), angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), angkutan antarkota
dalam provinsi (AKDP), dan angkutan perkotaan atau angkutan pedesaan di
lakukan inventarisasi untuk menginformasikan jenis pelayanan angkutan di
terminal ke dalam profile sarana dan prasarana. Namun yang dilakukan
dalam analisis lanjutan untuk menentukan kinerja pelayanan angkutan umum
yaitu hanya angkutan perkotaan atau angkutan pedesaan .
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
1. Letak Geografis dan Administratif
5
lainnya yang relevan. Peta administrasi membantu dalam
memvisualisasikan dan memahami struktur administratif wilayah yang
menjadi fokus studi.
2. Topografi
6
c. Perubahan Iklim
Menyajikan informasi tentang perubahan iklim terbaru di wilayah
tersebut, termasuk tren suhu, curah hujan, dan fenomena iklim
lainnya.
7
sebagai sistem ekonomi. Data yang diperoleh pada sub-sub bab
perekonomian adalah data PDRB pada lokasi studi yang bisa di dapat
pada instansi terkait.
3. Pendidikan
C. Kondisi Transportasi
1. Kondisi Jaringan Transportasi
8
transportasi, prinsip dasarnya adalah untuk mendukung konsep tata
ruang wilayah jangka panjang, baik menyangkut konsep hirarki pusat
pengembangan wilayah maupun proyeksi kependudukannya. Dimana
dalam melihat kondisi jaringan transportasi menyesuaikan dengan lokasi
studi. Jaringan transportasi yang disajikan yaitu sesuai dengan seberapa
besar wilayah kajian studi.
2. Jaringan Trayek Secara Administratif
9
selama lokasi studi. Surat keputusan ini berisi informasi mengenai titik
awal, titik tujuan, serta rute yang harus dilewati selama perjalanan.
b. Surat Keputusan Tarif Pada Lokasi Studi
Surat keputusan ini adalah dokumen resmi yang menetapkan tarif atau
biaya yang harus dibayarkan sesuai dengan panjang perjalanan yang
dilakukan pada lokasi studi dengan angkutan umum .
c. Peta Trayek Pada Lokasi Studi
Peta trayek lokasi studi adalah gambaran visual atau representasi
grafis dari rute atau trayek yang akan ditempuh selama lokasi studi.
Peta ini menunjukkan titik awal, titik tujuan, serta rute yang akan
dilewati, baik itu dalam bentuk peta jalan, peta transportasi umum,
atau peta khusus yang dibuat untuk keperluan lokasi studi.
d. Jumlah Armada Yang Beroperasi Pada Lokasi Studi
Jumlah armada lokasi studi merujuk pada jumlah kendaraan atau
sarana transportasi yang ada pada lokasi studi.
3. Simpul Transportasi
10
b. Fasilitas Termial Pada Lokasi Studi
Fasilitas terminal menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas yang tersedia di
terminal lokasi studi. Fasilitas terminal dapat meliputi area penumpang,
tempat pembelian tiket, ruang tunggu, toilet, restoran, atau fasilitas
lainnya yang disediakan untuk kenyamanan penumpang.
c. Layout Terminal Pada Lokasi Studi
Layout terminal merujuk pada tata letak fisik dan struktur terminal
dilokasi studi. Layout terminal menjelaskan desain bangunan terminal,
peron penumpang, area parkir kendaraan, jalur akses, dan fasilitas
pendukung lainnya. Layout terminal yang efisien dapat memastikan
kelancaran aliran penumpang dan kendaraan serta memberikan
fasilitas yang nyaman bagi penumpang.
d. Lokasi Halte Pada Lokasi Studi
Halte adalah tempat-tempat di sepanjang rute transportasi umum di
mana penumpang dapat naik atau turun dari kendaraan. Lokasi halte
memberikan informasi tentang lokasi-lokasi halte dalam wilayah studi.
Halte-halte ini dapat berada di sepanjang jalan raya, stasiun kereta,
atau tempat-tempat lain yang strategis.
11
BAB III
METODOLOGI
A. BAGAN ALIR
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dalam beberapa tahap
pengumpulan data yaitu tahap pengumpulan data sekunder dan data primer.
Pengumpulan data sekunder didapat dari berbagai instansi yang terkait
dengan transportasi umum.
Pengumpulan data angkutan umum disesuikan dengan jenis pelayanan
yang ada pada daerah studi, dimana model pelayanan yang ada dapat
dibedakan menjadi jenis pelayanan angkutan umum antara lain kota yang
dilayani angkutan umum dengan trayek tetap dan teratur, kota dilayani
angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang dari trayek tetap dan teratur,
dan kota yang belum dilayani oleh angkutan umum.
Untuk tahapan dalam pengumpulan data angkutan umum dapat dilihat
pada bagan alir sebagai berikut:
12
BAGAN ALIR BIDANG ANGKUTAN UMUM
Persiapan Awal
Pengumpulan Data Sekunder
Data Pelayanan AU
Model atau Jenis Peraturan/perundangan ten
yang sudah ada :
TAHAP 1
Dilayani Angkutan Umum dengan Dilayani Angkutan Umum Tetapi Beroperasi Belum Ada Trayek Tetap dan
Trayek Tetap dan Teratur Menyimpang Dari Trayek Tetap dan Teratur Teratur
3. Survei
3. Survei Dinamis Wawancara
Analisa Data : Analisa
- Kinerja operasional dinamis Data :
- Titik-titik kantong penumpang - Asal Tujuan penumpang tiap
- Hambatan perjalanan (Delay time) trayek
- Kecepatan perjalanan (Running time) - Jumlah penumpang yang
4. Survei melakukanperpindahan dalam
Wawancara satu perjalanan setiap trayek
- Moda yang digunakan
TAHAP 2
Analisa Data :
- Asal Tujuan penumpang tiap trayek sebelum dansesudahnya
- Jumlah penumpang yang melakukan perpindahan dalam satu
perjalanan setiap trayek
- Moda yang digunakan sebelum dan sesudahnya
13
Analisis Kinerja
Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1,2 dan 3
14
- Analisis Kinerja Kepengusahaan
1. Tingkat Utilitas
(Jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan yang dimiliki/tersedia)
2. Jumlah Penumpang Terangkut
Rumus perkendaraan = Load factor x kapasitas
Rumus per-jam
a. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x frekuensi
b. untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
Rumus per-hari
a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit
b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO
Rumus per-trayek
a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit x jumlah armada
b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO x Jumlah Armada
3. Tingkat pendapatan
(Rumus = Jumlah penumpang x tarif)
4. Kilometer Tempuh
Rumus perkendaraan = panjang trayek
Rumus per-jam
a.untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
b.untuk berjadwal = Panjang trayek x frekuensi
Rumus per-hari
c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit
d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO
Rumus per-trayek
c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit x jumlah armada
d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO x Jumlah Armada
5. Tingkat Biaya
(Rumus = BOK (*data sekunder atau dihitung langsung) x Kilometer tempuh)
6. BCR (Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya)
(Rumus = perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat biaya)
TAHAP 3
Terjadi 3 kemungkinan : kurang dari 1 artinya rugi , =1 artinya impas atau lebih dari
1 artinya untung)
7. Kilometer Kosong
(kilometer yang tidak ada pendapatan, biasanya dihitung dari pool ke lintasan trayek,
Rumus = jarak kilometer kosong x BOK)
Output
Output Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1 dan 2 Output Angkutan Umum untuk Kota
1. Profil Sarana dan Prasarana Angkutan Umum Tipe 3
- Sarana angkutan umum Output dari angkutan umum tipe kota tiga ini
adalah:
- Prasarana angkutan umum
2. Profil Kinerja Angkutan Umum
1. Pengembangan wilayah kota/kabupaten
Jika tidak adanya angkutan yang
- Kinerja jaringan disebabkan oleh pengembangan wilayah,
- Kinerja operasional maka output nya adalah berupa rencana
- Kinerja kepengusahaan peta rute tetap tetap dan teratur
3. Profil pemeringkatan 2. Permasalahan angkutan umum
- Pemeringkatan dilakukan dengan menggunakan metode Jika tidak adanya angkutan umum yang
sederhana beroperasi diakibatkan oleh permasalahan
- Pemeringkatan dilakukan dari segi penumpang, operator angkutan umm, maka output dari survei
dan pemerintah wawancara pola pergerakan adalah berupa
OD matriks potensi penggunaan angkutan
umum
Identifikasi Masalah
15
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data Sekunder
Di dalam pengumpulan data sekunder Laporan Umum suatu wilayah
studi, data sekunder dan rencana-rencana pengembangan sektor lain
serta rencana pengembangan sistem transportasi akan dikumpulkan
sebagai dasar di dalam penentuan lebih lanjut survey-survey primer
transportasi di wilayah tersebut. Data sekunder yang dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
Tabel V. 1 Pengumpulan Data Sekunder
16
No Jenis data Sumber
- Rencana penggunaan ruang dan
pengembangan wilayah
- Rencana pengembangan jaringan
pelayanan transportasi
- Kebijakan daerah (visi, misi dan sasaran
pengembangan daerah)
6 Kebijakan Tata Ruang: Pemerintah
- RTRN Provinsi/Kab/Kota
- RTRW
7 Studi Pelayanan Angkutan Umum terdahulu Pemerintah
: Provinsi/Kab/Kota
- Tatralok (Tataran Transportasi Lokal) - Dishubkominfo
- Masterplan Transportasi
- Penataan Jaringan Trayek
- Perencanaan Jaringan Trayek dsb.
2. Data Primer
a. Pengumpulan Data Primer Untuk Kota Yang Dilayani
Angkutan Umum Dengan Trayek Tetap dan Teratur (Tipe kota
1 dan 2)
1) Survei Pendahuluan
Tipe kota 1 adalah Kota Yang Dilayani Angkutan Umum Dengan
Trayek Tetap dan Teratur. Sedangkan tipe kota 2 adalah kota yang
dilayani angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang dari trayek
tetap dan teratur. Pengumpulan data antara kota yang dilayani
dengan angkutan umum dengan trayek tetap dan teratur dengan
kota yang dilayani angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang
dari trayek tetap dan teratur adalah sama. Namun yang membedakan
keduanya adalah terkait data sekunder berupa SK trayek angkutan
umum. Umumnya, kota yang dilayani dengan angkutan umum
dengan trayek tetap dan teratur memiliki SK trayek angkutan umum,
sedangkan untuk tipe angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang
tidak memiliki SK trayek angkutan umum. Kota atau kabupaten yang
memiliki SK trayek angkutan umum dapat melakukan survei
17
pendahuluan dengan data sekunder dan data tersebut disesuaikan
dengan kondisi eksisting dilapangan. Jika terdapat perbedaan antara
data sekunder dan data eksisting dilapangan, maka data yang
digunakan untuk survei berikutnya adalah data kondisi eksisting yang
ada dilapangan.
Sedangkan, untuk tipe angkutan angkutan umum tetapi beroperasi
menyimpang dari trayek tetap dan teratur ini juga memerlukan survei
pendahuluan. Survei pendahuluan adalah survei yang dilakukan
terhadap pihak pengemudi angkutan umum untuk mengetahui trayek
yang dilayani oleh angkutan tersebut. Sehingga dengan data ini
dapat dilakukan survei lanjutan berupa survei inventarisasi, survei
statis, survei dinamis dan wawancara penumpang yang digunakan
untuk mendapatkan kinerja angkutan umum di wilayah studi.
Pelaksanaan survei statis, dinamis dan wawancara penumpang harus
dilakukan dalam satu hari yang sama untuk setiap trayeknya. Hal ini
bertujuan agar memperkuat hasil tingkat kinerja pelayanan angkutan
umum pada suatu trayek tertentu.
18
b. Target Data
Data yang diperukan untuk mengetahui kondisi sarana dan
prasarana angkutan umum yang beroperasi di wilayah studi
sebagai berikut :
a) Sarana meliputi: Nama Trayek, rute yang dilalui,
Kapasitas kendaraan, Kepemilikan kendaraan, Jumlah
armada, Umur rata-rata kendaraan, warna kendaraan,
panjang rute, sistem keberangkatan, tarif, instansi
pemberi izin, jenis armada.
b) Inventarisasi prasarana meliputi:
1) Terminal
Titik lokasi terminal
Pelayanan terminal
Fasilitas Terminal
Dalam tabel fasilitas terminal harus
menginformasikan data sebagai berikut:
- Ketersediaan fasilitas terminal
- Kondisi fasilitas terminal
- Keberadaan (Tenggible) fasilitas terminal
- Fungsional fasilitas terminal
- Networking fasilitas terminal
Layout terminal
2) Halte/shelter, Pool.
Titik lokasi halte
Kondisi halte
Dalam tabel kondisi halte harus
menginformasikan data sebagai berikut:
- Keberadaan (Tenggible) halte
- Fungsional halte
- Networking halte
c) Survei SPM sarana dan prasarana
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan
19
Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek adalah
persyaratan penyelenggaraan angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum dalam trayek mengenai
jenis dan mutu pelayanan yang berhak diperoleh
setiap pengguna jasa angkutan.
Survey SPM terdiri dari :
(1) Survey SPM sarana Angkutan Umum
(2) Survey SPM prasarana Angkutan Umum
Teknik survey SPM adalah dengan observasi
pengamatan di lapangan dan wawancara.
Target data SPM terdapat pada Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Dalam Trayek. Berikut 6 indikator
SPM:
a. keamanan;
b. keselamatan;
c. kenyamanan;
d. keterjangkauan;
e. kesetaraan; dan
f. keteraturan
3) Survei Statis Angkutan Umum
a) Pendahuluan
Pelaksanaan survai statis untuk menunjang survai lainnya
yang terkait dengan pelayanan angkutan umum.
Tujuannya untuk mengetahui kinerja pelayanan angkutan
umum yang telah beroperasi di wilayah studi.
Dalam pelaksanaannya, survei statis ini dibagi menjadi
dua jenis survei menurut lokasinya yaitu dilakukan di
dalam terminal yaitu pada pintu keluar dan pintu masuk
terminal dan di luar terminal atau dilakuan pada ruas
jalan yang banyak dilalui oleh angkutan umum. Selain itu,
20
jika angkutan umum yang beroperasi tidak masuk ke
dalam terminal, maka survei statis dapat dilakukan pada
titik awal keberangkatan dan titik akhir kendaraan
tersebut beroperasi serta pada titik tengah suatu trayek.
Survei Statis ini harus dilakukan selama jam operasi
angkutan umum. Cara penentuan titik tengah :
Melihat jenis rute yg dilewati, rute lurus, rute
melingkar dan rute tidak tetap
Menetukan lokasi tempat putar balik (penyimpangan)
dari trayek yg ada
b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah:
(1) Tingkat operasi
(2) Kinerja operasional statis (karakteristik angkutan
umum ) berupa Frekuensi, Headway, Lay Over
Time, RIT , Jam Operasional (JO), Travel Time,
Round Trip Time, Load Factor, Kecepatan ,
Loading Profile.
(3) Penyimpangan trayek
21
Kemudian dengan dilakukannya survei ini dapat
mengidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap trayek,
seperti misalnya penyimpangan trayek. Selanjutnya, survei
dinamis dapat mengidentifikasi kebutuhan jumlah armada,
bisa berupa penambahan maupun pengurangan armada.
Pelaksanaan survei adalah sebagai berikut :
1 atau 2 orang surveyor berada dalam satu angkutan
dan mencatat data sebagai tercantum dibawah.
Jumlah kendaraan yang disurvei adalah sebanyak
mungkin untuk mendapatkan data yang lebih valid
guna untuk memperkuat data hasil kinerja pelayanan
angkutan umum. Akan tetapi, jika angkutan yang
beroperasi kurang dari enam rit, maka kendaraan yang
dilakukan untuk survei dinamis adalah seluruh
perjalanan angkutan umum tersebut.
b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah :
(a) Kinerja operasional dinamis (Travel Time, Round Trip
Time, Load Factor, Lay Over Time, Kecepatan , Loading
Profile)
(b) Titik-titik kantong penumpang
(c) Hambatan perjalanan (Delay time)
(d) Waktu perjalanan (Running time)
5) Survei Wawancara Penumpang
a) Pendahuluan
Survei ini dilakukan bersama-sama dengan survei on bus,
yaitu dengan mewawancarai beberapa penumpang yang
ada dalam kendaraan dengan pertanyaan yang telah
disediakan dalam formulir survei. Dilaksanakannya survai
ini adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan gambaran pelayanan angkutan umum. Untuk
mendapatkan informasi kinerja pelayanan pada suatu
22
trayek angkutan, yang akan digunakan untuk kegiatan
perencanaan angkutan yang meliputi evaluasi tingkat
pelayanan angkutan, serta penyusunan rencana dan
program aksi.
b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah :
(a) OD matriks perjalanan angkutan umum
(b) Tingkat perpindahan
(c) Proporsi penggunaan kendaraan
23
a. Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum kota dapat
ditentukan setelah diketahui batas-batas wilayah terbangun.
b. Batas wilayah pelayan angkutan penumpang umum
kota/perkotaan.
c. Sehubungan dengan butir 1 dan 2 di atas dapat dilakukan
perencanaan atau studi yang banyak melibatkan aspek serta
pengamatan guna mencapai pemenuhan pelayanan angkutan
penumpang umum yang optimal.
d. Proses perencanaan harus mengacu pada kebijaksanaan
angkutan umum berikut;
1) Peraturan yang sudah ada dan berlaku;
2) Kebijakan pemerintah daerah khususnya dalam sektor publik;
3) Ketetapan wilayah operasi angkutan bus kota dan interaksinya
dengan jenis angkutan yang lalu.
e. Tahapan proses perencanaan meliputi:
1) Analisa permintaan.
2) Analisa kinerja rute dan operasi
3) Analisa kinerja prasarana dan
4) Penyusunan rencana
Analisa Permintaan
Analisa permintaan dilakukan dengan cara :
a) menelaah rencana pengembangan kota, inventarisasi tata guna
tanah dan aktivitas ekonomi wilayah perkotaan;
b) Menelaah data penduduk, inventarisasi data perjalanan yang
termasuk didalamnya asal tujuan perjalanan, dimaksud perjalanan
pemilihan moda angkutan (moda split) dan jumlah penduduk serta
penyebarannya.
c) Menelaah pertumbuhan penumpang masa lalu dan
pertumbuhan beberapa parameter lain, misalnya pemilik
kendaraan dan pendapatan.
2) Analisis Kinerja Rute dan Operasi.
Analisi ini mengkaji beberapa parameter sebagai berikut :
24
a) Faktor muat (load factor);
b) Jumlah penumpang yang diangkut;
c) Waktu antara (headway);
d) Waktu tunggu penumpang;
e) Kecepatan perjalanan;
f) Sebab-sebab kelambatan;
g) Ketersediaan angkutan; dan
h) Tingkat konsumsi bahan bakar.
Pengumpulan data dilakukan dengan survai diatas kendaraan (on
board survey), pengamatan langsung dan wawancara. Parameter-
parameter diatas dapat digunakan sebagai alat untuk melihat
effektifitas dan efesiensi pengoperasian dan penetuan jumlah
armada.
3) Analisis Kinerja Prasarana
Analisis ini mengkaji beberapa aspek antara lain
a) fasilitas TPB dan halte
b) kemungkinan aplikasi langkah-langkah prioritas bus
c) sistem informasi dan
d) inventarisasi jaringan jalan termasuk dimensi, kondisi kapasitas,
serta volume lalu lintas
4) Penyusunan Rencana
a) Rencana pengembangan angkutan umum didasarkan pada
permintaan dan kebijakan yang berlaku yaitu :
(1) Penetapan rute (jumlah dan kepadatan)
(2) Pelayanan operasi (jumlah armada, waktu antara, kecepatan,
jam operasi) tiap rute.
b) Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sesuai
dengan permintaan dan peraturan yang ditentukan:
(1) Kebutuhan tempat henti
(2) Kebutuhan tempat pemantauan
c) Kelembagaan dan peraturan
Untuk menjamin berjalannya sistem angkutan umum bus kota
25
yang baik diperlukan peraturan dan kelembagaan yang sesuai,
meliputi sistem organisasi dan prosedur perizinan.
Tahapan-tahapan diatas merupakan tahapan yang tertuang
didalam SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Akan tetapi, yang menjadi
perhatian adalah terdapat batasan analisis. Artinya adalah tahapan
diatas tidak seluruhnya dilakukan, namun disesuaikan dengan
wilayah studi sehingga hasil akhir dari tahapan tersebut hanya
sampai pada tahap perencanaan rute Trayek Tetap Dan Teratur.
2) Permasalahan Angkutan Umum
Kota atau kabupaten tidak dilayani oleh angkutan umum dapat
disebabkan oleh berbagai permasalahan sehingga menyebabkan
tidak beroperasinya suatu angkutan umum. Dengan demikan kota
atau kabupaten ini sebelumnya terlayani oleh angkutan umum
namun dangan munculnya berbagai permasalahan angkutan
umum menyebabkan angkutan tersebut tidak beroperasi kembali.
Tahapan yang perlu dilakukan untuk mengetahui potensi orang
yang ingin menggunakan angkutan umum adalah melalui survei
wawancara pola perjalanan. Target data pola perjalanan tersebut
antara lain adalah :
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden merupakan salah satu data yang
dibutuhkan untuk mengetahui pola perjalanan. Dimana
karakteristik responden berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan
dan status keluarga.
2. Asal dan tujuan perjalanan, dan
Pada survei wawancara pola perjalanan membutuhkan data
terkait perjalanan sehari-hari dari responden. Hal ini berfungsi
sebagai dasar dalam menentukan wilayah yang memerlukan
pelayanan angkutan umum.
26
3. Karakteristik angkutan umum yang diinginkan.
Karakteristik angkutan umum yang diinginkan ini merupakan
penawaran yang coba diberikan kepada responden terhadap
pelayanan angkutan umum. Sehingga nanti akan diketahui
jumlah responden yang ingin beralih dari kendaraan pribadi ke
angkutan umum serta karakteristik angkutan yang diinginkan
oleh responden. Baik dari segi tarif, waktu operasi, jenis moda
angkutan umum dan lain-lain. Dengan demikian data ini akan
digunakan sebagai perencanaan angkutan umum sesuai
karakteristik yang diinginkan.
Survei wawancara pola perjalanan ini dilakukan setelah survei
Home interview. Sampel yang diambil dalam survei ini adalah
zona-zona yang dianggap memerlukan pelayanan angkutan
umum yaitu orang yang melakukan perjalanan pada zona
pendidikan, zona komersial, dan zona pemerintahan. Survei ini
menggunakan teknik sampling sehingga nantinya akan
mendapatkan OD matriks pola perjalanan potensi pengguna
angkutan umum.
27
BAB IV
PROFIL BIDANG ANGKUTAN UMUM
Nama Trayek
Rute yang dilalui
Kapasitas
Kepemilikan
Jumlah Armada
Umur Rata-rata
Warna
Panjang Rute
Sistem Keberangkatan
Tarif Umum
Pelajar
Instansi Pemberi Izin
Jenis Armada
1. Kinerja Jaringan
a. Keinginan Orang Berjalan (KOB)
Standar perkotaan yaitu 300-400 m . Sedangkan untuk wilayah
pinggiran atau diluar perkotaan 600-700 m.
b. Cakupan Pelayanan
Cakupan pelayanan merupakan suatu pelayanan trayek yang diukur
menurut panjang trayek terhadap kemauan orang berjalan menuju
pelayanan angkutan umum.
c. Nisbah
Nisbah adalah perbandingan luas wilayah terbangun dengan cakupan
pelayanan
Keterangan :
H = Headway
F = Frekuensi
d. Lay Over Time
Lay Over Time adalah waktu singgah yang diperlukan untuk
menunggu perjalanan berikutnya.
e. Jam Operasional
Jam kendara dari mulai beroperasi sampai dengan selesai beroperasi
f. Travel Time
Waktu perjalanan adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan
umum untuk melakukan perjalanan dari terminal asal menuju
terminal tujuan
g. Round Trip Time
Waktu perjalanan adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan
umum untuk melakukan perjalanan dari terminal asal menuju
terminal tujuan kemudian kembali lagi ke terminal asal.
h. Load Faktor
Load Factor atau faktor muat adalah perbandingan antara kapasitas
kapasitas kendaraan (diperoleh dari buku uji) dengan jumlah
penumpang didalam kendaraan.
i. Kecepatan
Kecepatan perjalanan yaitu terdiri dari :
a. Delay time (waktu tundaan)
b. Running time (waktu berjalan) terhadap Panjang trayek.
j. Loading Profile
Dilakukan survey untuk mengetahui beberapa indikator sebagai
berikut:
- Jumlah penumpang naik dan turun
- Load factor segmen
- Kecepatan segmen
- Jumlah kantong penumpang
- Ttitk lokasi kantong penumpang
Teknik pembagian segmen :
a. Berdasarkan TGL (untuk jenis trayek liniear)
b. Bedasarkan NODE (untuk jenis trayek non-liniear)
3. Kinerja Kepengusahaan
Dalam melakukan analisis kinerja dari segi kepengusahaan dilakukan
beberapa penilaian terhadap indikator dimana indikator tersebut seperti
berikut:
1. Tingkat Utilitas
Jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan yang
dimiliki/tersedia
2. Jumlah Penumpang Terangkut
Untuk menentukan jumlah penumpang yang terangkut, terdapat
beberapa indikator yang harus dilakukan antara lain:
Perkendaraan
Jumlah penumpang yang terangkut untuk perkendaraan
diukur menurut load factor terhadap kapasitas.
Per-jam
Per-hari
3. Tingkat pendapatan
Penadapatan yang didapat perusahaan berdasarkan tingkat produksi
penumpang. Tingkat pendapatan diukur dengan jumlah penumpang
terhadap tarif.
4. Kilometer Tempuh
Perkendaraan
Per-hari
Untuk trayek berjadwal, dalam mengukur nilai kilometer
tempuh perhari diukur melalui panjang trayek terhadap
frekuensi dan jam operasional. Sedangkan untuk trayek tidak
berjadwal, nilai kilometer tempuh perjamnya diukur melalui
panjang trayek terhadap rit.
Per-trayek
Untuk trayek berjadwal, dalam mengukur nilai kilometer
tempuh pertrayek diukur melalui panjang trayek terhadap
frekuensi dan jam operasional serta jumlah armada.
Sedangkan untuk trayek tidak berjadwal, nilai kilometer
tempuh pertrayek diukur melalui panjang trayek terhadap rit
dan jumlah armada.
Tidak berjadwal = Panjang trayek x rit x jumlah armada
Jumlah Armada
5. Tingkat Biaya
a. Frekuensi
Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar
perangkingan berdasarkan frekuensi:
Frekuensi peak jika lebih besar sama dengan 12 kendaraan/jam
maka diberi nilai 0, namun jika frekuensi peak lebih kecil dari 12
kendaraan/jam maka diberi nilai 12 – x (x merupakan nilai frekuensi
tersebut).
Frekuensi off peak jika lebih besar sama dengan 6 kendaraan/jam
maka diberi nilai 0, namun jika frekuensi peak lebih kecil dari 6
kendaraan/jam maka diberi nilai 6 – x (x merupakan nilai frekuensi
tersebut).
b. Faktor muat (load factor)
Jika nilai faktor muat pada jam peak lebih besar dari 90% diberi
nilai 1 tiap 10% dan jika nilai faktor muat pada jam peak lebih kecil
dari 90% diberi nilai 0
Jika nilai faktor muat pada jam off peak lebih besar dari 70% diberi
nilai 1 tiap 10% dan jika nilai faktor muat pada jam off peak lebih
kecil sama dengan 70% diberi nilai 0.
c. Tingkat perpindahan
d. Umur Kendaraan
Jika umur kendaraan lebih besar dari 5 tahun maka trayek tersebut
bermasalah. Untuk menentukan nilainya dengan x-5, dimana x
merupakan usia kendaraan tersebut. Jika umur kendaraan lebih kecil
sama dengan 5 tahun diberi nilai 0.
Hasil Pemeringkatan jika semakin besar nilai semakin
bermasalah/tidak memuaskan dan semakin mendekati nilai 0
semakin baik/memuaskan.
PENUTUP
JUMLAH
NO KODE TRAYEK TANDA NOMOR KENDARAAN WAKTU KENDARAAN MELINTAS
PENUMPANG
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
FORMULIR SURVEI DINAMIS
WAKTU MENAIKKAN
PANJANG JUMLAH PNP JUMLAH PNP DALAM WAKTU WAKTU
NO NAMA SEGMEN/RUAS JALAN JUMLAH PNP TURUN DAN MENURUNKAN
SEGMEN NAIK KENDARAAN PERJALANAN HAMBATAN
PNP
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
FORMULIR SURVEI WAWANCARA PENUMPANG
CONTOH FORMULIR