Anda di halaman 1dari 49

P RA K TE K KE RJ A L A P A N G A N

2023

SARJANA TERAPAN TRANSP ORTASI DARAT


PTDI- STTD
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka 3, Angkutan adalah perpindahan orang
dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Upaya penyediaan jasa angkutan bagi
masyarakat adalah dengan dioperasikannya angkutan penumpang umum.
Berdasarkan Pasal 140 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, di dalam pelayanan angkutan orang Kendaraan
Bermotor Umum terdiri atas angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum di dalam trayek dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
tidak dalam trayek. Yang dimaksud dengan “trayek” adalah lintasan
Kendaraan Bermotor Umum untuk pelayanan jasa angkutan, yang
mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, serta lintasan tetap, baik
berjadwal maupun tidak berjadwal.
Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum
dalam trayek terdiri atas:
a. Angkutan lintas batas negara yaitu angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus
umum yang terikat dalam trayek;
b. Angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP) yaitu angkutan dari satu kota ke
kota lain yang melalui daerah kabupaten/kota yang melewati satu daerah
provinsi yang terikat dalam trayek;
c. Angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) yaitu angkutan dari satu kota
ke kota lain antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi yang
terikat dalam trayek;
d. Angkutan perkotaan yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam trayek; dan

2
e. Angkutan perdesaan yaitu angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan trayek
angkutan perkotaan.
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak
dalam trayek terdiri atas:
a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi, yang digunakan untuk
pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi dalam
kawasan perkotaan;
b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu, yang dilarang menaikkan
dan/atau menurunkan penumpang di sepanjang perjalanan untuk
keperluan lain di luar pelayanan angkutan orang dalam trayek;
c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata, yang harus digunakan untuk
pelayanan angkutan wisata; dan
d. Angkutan orang di kawasan tertentu, yang harus dilaksanakan melalui
pelayanaan angkutan di jalan lokal dan jalan lingkungan.

Selain dua jenis pelayanan di atas, terdapat pelayanan paratransit atau


sering disebut transportasi informal merupakan moda transportasi yang
pelayanannya disediakan oleh operator dan dapat digunakan oleh setiap
orang dengan kesepakatan di antara penumpang dan pengendara, dengan
menyesuaikan keinginan dari pengguna. Paratransit merupakan moda
transportasi informal dengan daya angkut yang rekatif kecil seperti becak,
andong, ojek sepeda motor, ojek online, bentor, bajaj, mikrolet, dan
sebagainya yang memilki karakter berbeda dengan transportasi formal.

B. Tujuan
Sedangkan tujuan Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
guna memberikan pedoman dalam hal metoda pengumpulan data, analisis,
penyajian, mengidentifikasi serta menciptakan solusi – solusi dari
permasalahan-permasalahan lalu lintas dan angkutan jalan pada kondisi
kenyataan dengan didasarkan pada teori-teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan. Sehingga nantinya dapat diwujudkan suatu induk data
transportasi yang berguna bagi instansi dalam bidang perhubungan dan
dunia akademis.

3
C. Ruang Lingkup
Penelitian dilaksanakan untuk seluruh angkutan umum di wilayah studi,
baik pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam
trayek maupun tidak dalam trayek. Angkutan berupa angkutan lintas batas
negara (ALBN), angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), angkutan antarkota
dalam provinsi (AKDP), dan angkutan perkotaan atau angkutan pedesaan di
lakukan inventarisasi untuk menginformasikan jenis pelayanan angkutan di
terminal ke dalam profile sarana dan prasarana. Namun yang dilakukan
dalam analisis lanjutan untuk menentukan kinerja pelayanan angkutan umum
yaitu hanya angkutan perkotaan atau angkutan pedesaan .

4
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis
1. Letak Geografis dan Administratif

Menurut Ferdinand Von Richthofen dalam Suharyono dan Moch. Amien


(1994:13), geografi adalah ilmu yang mempelajari gejala dan sifat-sifat
permukaan bumi dan penduduknya disusun menurut letaknya, dan
menerangkan baik tentang terdapatnya gejala-gejala dan sifat-sifat
permukaan bumi dan penduduknya disusun menurut letaknya, dan
menerangkan baik tentang terdapatnya gejala-gejala dan sifat-sifat
tersebut secara bersama maupun tentang hubungan timbal baliknya
gejala-gejala dan sifat-sifat itu. Pada sub-sub bab letak geografis dan
administratif ini membahas tentang:
a. Letak Geografis Lokasi Studi
Letak geografis lokasi Studi merujuk pada koordinat geografis atau
posisi geografis dari lokasi studi. Letak geografis biasanya mencakup
informasi tentang garis lintang dan garis bujur suatu lokasi.
b. Batas Wilayah Lokasi Studi
Batas wilayah lokasi studi mengacu pada batas-batas yang membatasi
wilayah atau area tertentu yang menjadi fokus studi. Batas wilayah bisa
berupa batas administratif, seperti batas kota, kabupaten, atau negara.
c. Luas Wilayah Lokasi Studi
Luas wilayah lokasi studi merujuk pada ukuran atau dimensi wilayah
yang menjadi fokus studi. Luas wilayah dapat diukur dalam satuan luas
seperti kilometer persegi (km²) atau hektar (ha).
d. Peta Administrasi Lokasi Studi
Peta administrasi adalah peta yang menunjukkan batas administratif
atau pembagian administratif wilayah lokasi studi. Peta ini dapat
menampilkan batas kota, kabupaten, negara, atau unit administratif

5
lainnya yang relevan. Peta administrasi membantu dalam
memvisualisasikan dan memahami struktur administratif wilayah yang
menjadi fokus studi.
2. Topografi

Topografi mengacu pada karakteristik fisik permukaan bumi, termasuk


fitur-fitur seperti kontur, elevasi, lereng, dan bentuk lahan. Ini mencakup
pengukuran dan pemetaan relatif ketinggian dan bentuk permukaan bumi,
baik secara horizontal maupun vertikal. Pada sub-sub bab topografi ini
membahas tentang relief dan bentuk lahan hal Ini mencakup penjelasan
tentang relief suatu wilayah, yang menggambarkan variasi elevasi dan
bentuk permukaan bumi seperti bukit, lembah, dan dataran. Relief
mempengaruhi aliran air, erosi, dan pola penggunaan lahan di suatu
wilayah.
3. Klimatologi

Menurut Tjasyono (2004), Klimatologi merupakan meteorologi statistik.


Hal itu berdasarkan dari ruang lingkup ilmu klimatologi yang mencari
gambaran serta penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di segala macam
tempat di bumi berbeda serta bagaimana hubungan antara iklim serta
dengan aktivitas atau kegiatan manusia. Pada sub-sub bab klimatologi
membahas tentang:
a. Karakteristik Iklim
Menjelaskan tentang rata-rata suhu, curah hujan, kelembaban udara,
dan angin di wilayah tersebut. Juga termasuk informasi tentang
musim kering dan musim hujan, serta fluktuasi iklim dalam skala
tahunan.
b. Pola Cuaca
Mendeskripsikan pola dan kecenderungan cuaca harian di wilayah
tersebut. Ini meliputi pola angin dominan, sistem tekanan atmosfer,
dan distribusi awan. Juga melibatkan analisis tentang kemungkinan
cuaca ekstrem seperti badai tropis, topan, atau gelombang panas.

6
c. Perubahan Iklim
Menyajikan informasi tentang perubahan iklim terbaru di wilayah
tersebut, termasuk tren suhu, curah hujan, dan fenomena iklim
lainnya.

B. Kondisi Sosial Ekonomi Dan Demografi


1. Demografi

Menurut Philip demografi merupakan suatu ilmu yang membahas tentang


ukuran, struktur dan distribusi penduduk. Serta terjadinya perubahan
penduduk akibat kelahiran, perpindahan penduduk, kematian dan lain
sebagainya. Pada sub-sub bab demografi membahas tentang :
a. Jumlah Penduduk
Menjelaskan jumlah penduduk dalam wilayah studi, baik secara
keseluruhan maupun per kelompok geografis yang lebih kecil seperti
desa, kecamatan, atau kabupaten. Data ini dapat diperoleh dari
sensus penduduk, survei demografi, atau sumber statistik lainnya.
b. Komposisi Usia dan Jenis Kelamin
Menyajikan informasi tentang pembagian penduduk berdasarkan
kelompok usia dan jenis kelamin.
c. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Mengindikasikan apakah populasi suatu wilayah sedang mengalami
pertumbuhan, penurunan, atau stagnasi.
d. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk (population density) adalah
perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas daerah
berdasarkan satuan luas tertentu.
2. Perekonomian

Ekonomi atau Perekonomian adalah serangkaian besar kegiatan produksi


dan konsumsi yang saling terkait yang membantu dalam menentukan
bagaimana sumber daya yang langka dialokasikan. Produksi dan
konsumsi barang dan jasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang hidup dan beroperasi dalam perekonomian, yang juga disebut

7
sebagai sistem ekonomi. Data yang diperoleh pada sub-sub bab
perekonomian adalah data PDRB pada lokasi studi yang bisa di dapat
pada instansi terkait.
3. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan aktivitas pembelajaran yang


dilakukan agar peserta didik dapat secara aktif belajar dan
mengembangkan potensi dirinya menjadi lebih baik dari segi kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, dsb. Pada sub-sub bab ini menjelaskan
mengenai jumlah dari masing-masing jenjang pendidikan pada lokasi
studi.
4. Kesehatan

Kesehatan adalah kebutuhan setiap manusia dalam menjalani


kehidupannya. Pada sub-sub bab ini menjelaskan mengenai fasilitas
kesehatan pada lokasi studi.
5. Industri

Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian ,


Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. Pada sub-sub bab ini
menjelaskan mengenai jumlah perusahaan industri pada lokasi studi.

C. Kondisi Transportasi
1. Kondisi Jaringan Transportasi

Jaringan Transportasi meliputi trayek atau lintasan perjalanan yang


menghubungkan antar simpul, dan antara simpul dengan tempat-tempat
disekitarnya. Peranan transportasi adalah mendukung secara langsung
hubungan fungsional dan orientasi jasa distribusi antar simpul. Dalam
menghubungkan simpul-simpul kota tersebut, maka diperlukan susunan
hirarki sistem jaringan jalan sesuai dengan peran dan fungsi kota yang
dihubungkan. Dalam menyusun arah pengembangan jaringan

8
transportasi, prinsip dasarnya adalah untuk mendukung konsep tata
ruang wilayah jangka panjang, baik menyangkut konsep hirarki pusat
pengembangan wilayah maupun proyeksi kependudukannya. Dimana
dalam melihat kondisi jaringan transportasi menyesuaikan dengan lokasi
studi. Jaringan transportasi yang disajikan yaitu sesuai dengan seberapa
besar wilayah kajian studi.
2. Jaringan Trayek Secara Administratif

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun


2014 Tentang Angkutan Jalan, Trayek adalah lintasan Kendaraan
Bermotor Umum untuk pelayanan jasa Angkutan orang dengan mobil
Penumpang atau mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan
tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta berjadwal atau tidak
berjadwal. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari Trayek yang menjadi
satu kesatuan jaringan pelayanan Angkutan orang. Angkutan umum
dalam trayek meliputi Akap, Akdp dan Angkot/Angdes memiliki Surat
Keputusan Trayek yang sudah ditetapkan pada daerah setempat. SK
Trayek berfungsi untuk mengetahui panjang trayek dan jumlah trayek
yang beroperasi. SK Trayek nantinya akan digunakan sebagai acuan atau
pedoman untuk melihat kondisi eksisting angkutan umum di wilayah
studi. Dalam SK Trayek biasanya juga terdapat jumlah armada , jumlah
armada merupakan banyaknya kedaraaan angkutan umum yang
beroperasi sesuai trayek di wilayah studi. Data jumlah armada biasanya
dapat diperoleh dari beberapa instansi diwilayah studi. Data- data yang
diperolah pada sub sub bab ini merupakan data sekunder, menurut
Arikunto (2013) data sekunder adalah data yang diperoleh melalui banyak
dokumen. Bisa berbentuk dokumen grafis, foto, rekaman video dan masih
banyak lagi. Intinya data sekunder ini bersifat data tambahan yang
memperkaya data primer. Berikut merupakan data sekunder yang
diperlukan pada jaringan trayek yaitu sebagai berikut:
a. Surat Keputusan Trayek Pada Lokasi Studi
Surat keputusan ini adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang yang menetapkan trayek atau rute yang akan ditempuh

9
selama lokasi studi. Surat keputusan ini berisi informasi mengenai titik
awal, titik tujuan, serta rute yang harus dilewati selama perjalanan.
b. Surat Keputusan Tarif Pada Lokasi Studi
Surat keputusan ini adalah dokumen resmi yang menetapkan tarif atau
biaya yang harus dibayarkan sesuai dengan panjang perjalanan yang
dilakukan pada lokasi studi dengan angkutan umum .
c. Peta Trayek Pada Lokasi Studi
Peta trayek lokasi studi adalah gambaran visual atau representasi
grafis dari rute atau trayek yang akan ditempuh selama lokasi studi.
Peta ini menunjukkan titik awal, titik tujuan, serta rute yang akan
dilewati, baik itu dalam bentuk peta jalan, peta transportasi umum,
atau peta khusus yang dibuat untuk keperluan lokasi studi.
d. Jumlah Armada Yang Beroperasi Pada Lokasi Studi
Jumlah armada lokasi studi merujuk pada jumlah kendaraan atau
sarana transportasi yang ada pada lokasi studi.
3. Simpul Transportasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor


PM 24 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Angkutan Jalan, Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi
pergantian antarmoda dan intermoda yang berupa terminal, stasiun
kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau
bandar udara. Dalam sub sub bab ini membahas tentang angkutan umum
dengan simpul transportasi yaitu terminal pada lokasi studi. Dalam
menjelaskan simpul transportasi yang ada dalam wilayah studi data
sekunder yang diperlukan yaitu sebagai berikut :
a. Lokasi Terminal Yang Beroperasi Pada Lokasi Studi
Lokasi terminal mengacu pada tempat di mana terminal beroperasi
dalam lokasi studi. Terminal merupakan tempat di mana kendaraan
umum berhenti untuk mengambil atau menurunkan penumpang.
Penjelasan pada lokasi terminal akan mencakup lokasi geografis dari
terminal-terminal tersebut dalam wilayah yang spesifik.

10
b. Fasilitas Termial Pada Lokasi Studi
Fasilitas terminal menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas yang tersedia di
terminal lokasi studi. Fasilitas terminal dapat meliputi area penumpang,
tempat pembelian tiket, ruang tunggu, toilet, restoran, atau fasilitas
lainnya yang disediakan untuk kenyamanan penumpang.
c. Layout Terminal Pada Lokasi Studi
Layout terminal merujuk pada tata letak fisik dan struktur terminal
dilokasi studi. Layout terminal menjelaskan desain bangunan terminal,
peron penumpang, area parkir kendaraan, jalur akses, dan fasilitas
pendukung lainnya. Layout terminal yang efisien dapat memastikan
kelancaran aliran penumpang dan kendaraan serta memberikan
fasilitas yang nyaman bagi penumpang.
d. Lokasi Halte Pada Lokasi Studi
Halte adalah tempat-tempat di sepanjang rute transportasi umum di
mana penumpang dapat naik atau turun dari kendaraan. Lokasi halte
memberikan informasi tentang lokasi-lokasi halte dalam wilayah studi.
Halte-halte ini dapat berada di sepanjang jalan raya, stasiun kereta,
atau tempat-tempat lain yang strategis.

11
BAB III

METODOLOGI

A. BAGAN ALIR
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan dalam beberapa tahap
pengumpulan data yaitu tahap pengumpulan data sekunder dan data primer.
Pengumpulan data sekunder didapat dari berbagai instansi yang terkait
dengan transportasi umum.
Pengumpulan data angkutan umum disesuikan dengan jenis pelayanan
yang ada pada daerah studi, dimana model pelayanan yang ada dapat
dibedakan menjadi jenis pelayanan angkutan umum antara lain kota yang
dilayani angkutan umum dengan trayek tetap dan teratur, kota dilayani
angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang dari trayek tetap dan teratur,
dan kota yang belum dilayani oleh angkutan umum.
Untuk tahapan dalam pengumpulan data angkutan umum dapat dilihat
pada bagan alir sebagai berikut:

12
BAGAN ALIR BIDANG ANGKUTAN UMUM

Persiapan Awal
Pengumpulan Data Sekunder

Data Pelayanan AU
Model atau Jenis Peraturan/perundangan ten
yang sudah ada :
TAHAP 1

Pelayanan Angkutan Kota : Studi Pelayanan Angkutan tang Angkutan Umum :


Umum Terdahulu : - JaringanTrayek
- Dilayani Angkutan Umum - Undang-Undang (UU)
- Jenis Pelayanan :
dengan Trayek Tetap - Peraturan Pemerintah
- Tatralok (Tataran AKAP, AKDP, Angkutan
&Teratur (PP)
Transportasi Lokal) dalam Kota, Taxi,
- Dilayani Angkutan Umum - Keputusan Menteri (KM)
- Masterplan Transportasi Paratransit
tetapi beroperasi - Peraturan daerah (perda)
- Perencanaan Jaringan - Simpul-simpul
menyimpang dari trayek - Standar Pelayanan
Angkutan Umum angkutan umum
tetap dan teratur Minimal Angkutan Umum
- Dan lain-lain. - Jumlah Armada
- Belum ada trayek tetap (SPM)
- Sk tarif
dan teratur - dll.
- Sk trayek

Penentuan Jenis Survei Sesuai dengan model pelayanan


(Pengumpulan data primer)

Dilayani Angkutan Umum dengan Dilayani Angkutan Umum Tetapi Beroperasi Belum Ada Trayek Tetap dan
Trayek Tetap dan Teratur Menyimpang Dari Trayek Tetap dan Teratur Teratur

1. Survei Inventarisasi Angkutan 1. Survei Inventarisasi 1. Pengembangan wilayah


Umum Angkutan Umum kota/kabupaten
Analisa Data : Analisa Data : Analisa Data :
- Database ketersediaan - Database ketersediaan pelayanan angkutan - Peta rencana rute trayek
pelayanan angkutan umum umum tetap dan teratur
2. Survei Statis 2. Permasalahan angkutan
2. Survei Statis umum
Analisa Data :
- Tingkat Operasi Analisa Data : Analisa Data :
- Tingkat Operasi - OD matriks perjalaman
- Kinerja operasional statis
- Kinerja operasional statis potensi pengguna
- Tingkat penyimpangan trayek
- Tingkat penyimpangan trayek angkutan umum

3. Survei
3. Survei Dinamis Wawancara
Analisa Data : Analisa
- Kinerja operasional dinamis Data :
- Titik-titik kantong penumpang - Asal Tujuan penumpang tiap
- Hambatan perjalanan (Delay time) trayek
- Kecepatan perjalanan (Running time) - Jumlah penumpang yang
4. Survei melakukanperpindahan dalam
Wawancara satu perjalanan setiap trayek
- Moda yang digunakan
TAHAP 2

Analisa Data :
- Asal Tujuan penumpang tiap trayek sebelum dansesudahnya
- Jumlah penumpang yang melakukan perpindahan dalam satu
perjalanan setiap trayek
- Moda yang digunakan sebelum dan sesudahnya

13
Analisis Kinerja
Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1,2 dan 3

Analisis Kinerja Analisis Kinerja


Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1 dan 2 Angkutan Umum untuk Kota Tipe 3

1. Analisis Kinerja Angkutan Umum


- Analisis Kinerja Jaringan 1. Pengembangan wilayah kota /
1. Keinginan Orang Berjalan (KOB)
kabupaten
(Sesuai standar perkotaan : 300-400, diluar kota : 600-700)
2. Cakupan Pelayanan Pengembangan wilayah
( Rumus : Panjang trayek x (2 x KOB), menyesuaikan daerah lokasi) kota/kabupaten ini menyebabkan
3. Nisbah belum adanya pelayanan angkutan
(Perbandingan luas wilayah terbangun dengan cakupan pelayanan) umum diwilayah tersebut. Sehingga
4. KT AU (Ketersediaan Angkutan Umum : Perzona) di perlukan Analisis terhadap
(Perbandingan panjang jalan yang ada di zona terhadap panjang trayek
yang ada di zona tersebut)
perencanaan rute trayek tetap dan
teratur
- Analisis Kinerja Operasional/pelayanan
1. Panjang Trayek
Merupakan panjang lintasan yang dilalui oleh suatu angkutan 2. Permasalahan angkutan umum
umum pada trayek tertentu Berbagai permasalahan angkutan
2. Frekuensi/Rit umum menyebabkan angkutan
Pengertian untuk angkutan kota dan angdes adalah jumlah umum yang ada disuatu wilayah
kendaraan yang melewati pada satu titik dalam satu jam untuk kota/kabupaten tidak beroperasi.
trayek yang sama, Jumlah seluruh perjalanan dalam satu hari,
Dengan demikian perlu dilakukan
TAHAP 3

1 rit = 2 perjalanan, *catatan : perhitungan rit dipake untuk


trayek tidak berjadw survei wawancara pola pergerakan
3. Headway untuk mendapatkan OD matriks
(Jarak antara kendaraan satu dengan kendaraan dibelakangnya potensi pengguna angkutan umum
= 1/F)
4. Lay Over Time
(Waktu singgah)
5. Jam Operasional (JO)
(Jam kendara dari mulai beroperasi sampai dengan selesai
beroperasi)
6. Travel Time
(Waktu tempuh kendaraan angkutan umum dari titik O ke D,
*catatan : tidak harus terminal)
7. Round Trip Time
(waktu tempuh kendaraan dari O sampai Kembali ke O, rumus
= (2 x Travel time) + ( 2 x LOT)
8. Load Factor
(Rumus = kapasitas kendaraan (diperoleh dari buku uji) : jumlah
penumpang)
9. Kecepatan
(Untuk AU digunakan kecepatan perjalanan yaitu terdiri dari :
delay time (waktu tundaan) dan running time (waktu berjalan)
terhadap Panjang trayek)
10. Loading Profile
(Trayek dibagi menurut segmen)
Dilakukan survey untuk mengetahui Jumlah penumpang naik
dan turun, Load factor segmen, Kecepatan segmen, Jumlah
kantong penumpang, Ttitk lokasi kantong penumpang Teknik
pembagian segmen :
a. Berdasarkan TGL (untuk jenis trayek liniear)
b. Bedasarkan NODE (untuk jenis trayek non-liniear)

14
- Analisis Kinerja Kepengusahaan
1. Tingkat Utilitas
(Jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan yang dimiliki/tersedia)
2. Jumlah Penumpang Terangkut
 Rumus perkendaraan = Load factor x kapasitas
 Rumus per-jam
a. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x frekuensi
b. untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
 Rumus per-hari
a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit
b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO
 Rumus per-trayek
a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit x jumlah armada
b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO x Jumlah Armada
3. Tingkat pendapatan
(Rumus = Jumlah penumpang x tarif)
4. Kilometer Tempuh
 Rumus perkendaraan = panjang trayek
 Rumus per-jam
a.untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
b.untuk berjadwal = Panjang trayek x frekuensi
 Rumus per-hari
c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit
d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO
 Rumus per-trayek
c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit x jumlah armada
d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO x Jumlah Armada
5. Tingkat Biaya
(Rumus = BOK (*data sekunder atau dihitung langsung) x Kilometer tempuh)
6. BCR (Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya)
(Rumus = perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat biaya)
TAHAP 3

Terjadi 3 kemungkinan : kurang dari 1 artinya rugi , =1 artinya impas atau lebih dari
1 artinya untung)
7. Kilometer Kosong
(kilometer yang tidak ada pendapatan, biasanya dihitung dari pool ke lintasan trayek,
Rumus = jarak kilometer kosong x BOK)

Output

Output Angkutan Umum untuk Kota Tipe 1 dan 2 Output Angkutan Umum untuk Kota
1. Profil Sarana dan Prasarana Angkutan Umum Tipe 3
- Sarana angkutan umum Output dari angkutan umum tipe kota tiga ini
adalah:
- Prasarana angkutan umum
2. Profil Kinerja Angkutan Umum
1. Pengembangan wilayah kota/kabupaten
Jika tidak adanya angkutan yang
- Kinerja jaringan disebabkan oleh pengembangan wilayah,
- Kinerja operasional maka output nya adalah berupa rencana
- Kinerja kepengusahaan peta rute tetap tetap dan teratur
3. Profil pemeringkatan 2. Permasalahan angkutan umum
- Pemeringkatan dilakukan dengan menggunakan metode Jika tidak adanya angkutan umum yang
sederhana beroperasi diakibatkan oleh permasalahan
- Pemeringkatan dilakukan dari segi penumpang, operator angkutan umm, maka output dari survei
dan pemerintah wawancara pola pergerakan adalah berupa
OD matriks potensi penggunaan angkutan
umum

Identifikasi Masalah

Saran Awal Perbaikan

Gambar III. 1 Bagan Alir Angkutan Umum

15
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data Sekunder
Di dalam pengumpulan data sekunder Laporan Umum suatu wilayah
studi, data sekunder dan rencana-rencana pengembangan sektor lain
serta rencana pengembangan sistem transportasi akan dikumpulkan
sebagai dasar di dalam penentuan lebih lanjut survey-survey primer
transportasi di wilayah tersebut. Data sekunder yang dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
Tabel V. 1 Pengumpulan Data Sekunder

No Jenis data Sumber


1 Kebijakan wilayah : Pemerintah Kab/Kota
- Visi Pengembangan Daerah Studi
- Tatralok (Tataran Transportasi Lokal)
- Kebijakan dan Strategi
2 Kondisi wilayah: Pemerintah Kab/Kota
- Kondisi geografis - Bappeda
- Potensi daerah
- Wilayah pengembangan
- Peta Administrasi
- Peta Tata Guna Lahan
- Peta Geografis
3 Kondisi sosio ekonomi: Badan Pusat Statistik
- Demografi
- APBD
- PDRB
- Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
4 Kondisi transportasi eksisting: Pemerintah Kab/Kota
- Demand transportasi - Dishubkominfo
- Jaringan pelayanan
- Jaringan prasarana
- Sarana transportasi
- Permasalahan awal
- Rencana pengembangan Angkutan Umum
- Perijinan
- SK trayek angkutan umum
- SK tarif angkutan umum
5 Kajian regional dan sektoral : Pemerintah Kab/Kota

16
No Jenis data Sumber
- Rencana penggunaan ruang dan
pengembangan wilayah
- Rencana pengembangan jaringan
pelayanan transportasi
- Kebijakan daerah (visi, misi dan sasaran
pengembangan daerah)
6 Kebijakan Tata Ruang: Pemerintah
- RTRN Provinsi/Kab/Kota
- RTRW
7 Studi Pelayanan Angkutan Umum terdahulu Pemerintah
: Provinsi/Kab/Kota
- Tatralok (Tataran Transportasi Lokal) - Dishubkominfo
- Masterplan Transportasi
- Penataan Jaringan Trayek
- Perencanaan Jaringan Trayek dsb.

2. Data Primer
a. Pengumpulan Data Primer Untuk Kota Yang Dilayani
Angkutan Umum Dengan Trayek Tetap dan Teratur (Tipe kota
1 dan 2)
1) Survei Pendahuluan
Tipe kota 1 adalah Kota Yang Dilayani Angkutan Umum Dengan
Trayek Tetap dan Teratur. Sedangkan tipe kota 2 adalah kota yang
dilayani angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang dari trayek
tetap dan teratur. Pengumpulan data antara kota yang dilayani
dengan angkutan umum dengan trayek tetap dan teratur dengan
kota yang dilayani angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang
dari trayek tetap dan teratur adalah sama. Namun yang membedakan
keduanya adalah terkait data sekunder berupa SK trayek angkutan
umum. Umumnya, kota yang dilayani dengan angkutan umum
dengan trayek tetap dan teratur memiliki SK trayek angkutan umum,
sedangkan untuk tipe angkutan umum tetapi beroperasi menyimpang
tidak memiliki SK trayek angkutan umum. Kota atau kabupaten yang
memiliki SK trayek angkutan umum dapat melakukan survei

17
pendahuluan dengan data sekunder dan data tersebut disesuaikan
dengan kondisi eksisting dilapangan. Jika terdapat perbedaan antara
data sekunder dan data eksisting dilapangan, maka data yang
digunakan untuk survei berikutnya adalah data kondisi eksisting yang
ada dilapangan.
Sedangkan, untuk tipe angkutan angkutan umum tetapi beroperasi
menyimpang dari trayek tetap dan teratur ini juga memerlukan survei
pendahuluan. Survei pendahuluan adalah survei yang dilakukan
terhadap pihak pengemudi angkutan umum untuk mengetahui trayek
yang dilayani oleh angkutan tersebut. Sehingga dengan data ini
dapat dilakukan survei lanjutan berupa survei inventarisasi, survei
statis, survei dinamis dan wawancara penumpang yang digunakan
untuk mendapatkan kinerja angkutan umum di wilayah studi.
Pelaksanaan survei statis, dinamis dan wawancara penumpang harus
dilakukan dalam satu hari yang sama untuk setiap trayeknya. Hal ini
bertujuan agar memperkuat hasil tingkat kinerja pelayanan angkutan
umum pada suatu trayek tertentu.

2) Survei Inventarisasi Angkutan Umum


a. Pendahuluan
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan angkutan umum. Data angkutan umum
didapat dari Dinas Perhubungan. Identifikasi lokasi terminal
bus yang sedang beroperasi atau tidak beroperasi.
Identifikasi lokasi terminal untuk moda angkutan umum
lainnya : misalnya becak, bajai, ojek dan seterusnya.
Kemudian melakukan pengecekan secara langsung ke
lapangan. Survei ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
sarana dan prasarana angkutan umum yang beroperasi di
wilayah studi.

18
b. Target Data
Data yang diperukan untuk mengetahui kondisi sarana dan
prasarana angkutan umum yang beroperasi di wilayah studi
sebagai berikut :
a) Sarana meliputi: Nama Trayek, rute yang dilalui,
Kapasitas kendaraan, Kepemilikan kendaraan, Jumlah
armada, Umur rata-rata kendaraan, warna kendaraan,
panjang rute, sistem keberangkatan, tarif, instansi
pemberi izin, jenis armada.
b) Inventarisasi prasarana meliputi:
1) Terminal
 Titik lokasi terminal
 Pelayanan terminal
 Fasilitas Terminal
Dalam tabel fasilitas terminal harus
menginformasikan data sebagai berikut:
- Ketersediaan fasilitas terminal
- Kondisi fasilitas terminal
- Keberadaan (Tenggible) fasilitas terminal
- Fungsional fasilitas terminal
- Networking fasilitas terminal
 Layout terminal
2) Halte/shelter, Pool.
 Titik lokasi halte
 Kondisi halte
Dalam tabel kondisi halte harus
menginformasikan data sebagai berikut:
- Keberadaan (Tenggible) halte
- Fungsional halte
- Networking halte
c) Survei SPM sarana dan prasarana
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan

19
Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek adalah
persyaratan penyelenggaraan angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum dalam trayek mengenai
jenis dan mutu pelayanan yang berhak diperoleh
setiap pengguna jasa angkutan.
Survey SPM terdiri dari :
(1) Survey SPM sarana Angkutan Umum
(2) Survey SPM prasarana Angkutan Umum
Teknik survey SPM adalah dengan observasi
pengamatan di lapangan dan wawancara.
Target data SPM terdapat pada Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Dalam Trayek. Berikut 6 indikator
SPM:
a. keamanan;
b. keselamatan;
c. kenyamanan;
d. keterjangkauan;
e. kesetaraan; dan
f. keteraturan
3) Survei Statis Angkutan Umum
a) Pendahuluan
Pelaksanaan survai statis untuk menunjang survai lainnya
yang terkait dengan pelayanan angkutan umum.
Tujuannya untuk mengetahui kinerja pelayanan angkutan
umum yang telah beroperasi di wilayah studi.
Dalam pelaksanaannya, survei statis ini dibagi menjadi
dua jenis survei menurut lokasinya yaitu dilakukan di
dalam terminal yaitu pada pintu keluar dan pintu masuk
terminal dan di luar terminal atau dilakuan pada ruas
jalan yang banyak dilalui oleh angkutan umum. Selain itu,

20
jika angkutan umum yang beroperasi tidak masuk ke
dalam terminal, maka survei statis dapat dilakukan pada
titik awal keberangkatan dan titik akhir kendaraan
tersebut beroperasi serta pada titik tengah suatu trayek.
Survei Statis ini harus dilakukan selama jam operasi
angkutan umum. Cara penentuan titik tengah :
 Melihat jenis rute yg dilewati, rute lurus, rute
melingkar dan rute tidak tetap
 Menetukan lokasi tempat putar balik (penyimpangan)
dari trayek yg ada
b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah:
(1) Tingkat operasi
(2) Kinerja operasional statis (karakteristik angkutan
umum ) berupa Frekuensi, Headway, Lay Over
Time, RIT , Jam Operasional (JO), Travel Time,
Round Trip Time, Load Factor, Kecepatan ,
Loading Profile.
(3) Penyimpangan trayek

c) Data yang harus di catat :


Sewaktu angkutan menyilang kordon dalam yang harus
dicatat ialah data sebagai berikut :
a) Nomor Trayek
b) Plat nomor kendaraan
c) Faktor muat
d) Waktu tiba dan berangkat
4) Survei Dinamis Angkutan Umum (On Bus)
a) Pendahuluan
Survei dinamis atau survei di dalam kendaraan (On Bus
Survei) merupakan survei dalam bidang angkutan umum
yang dilaksanakan didalam kendaraan. Survei dinamis ini
digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja angkutan umum.

21
Kemudian dengan dilakukannya survei ini dapat
mengidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap trayek,
seperti misalnya penyimpangan trayek. Selanjutnya, survei
dinamis dapat mengidentifikasi kebutuhan jumlah armada,
bisa berupa penambahan maupun pengurangan armada.
Pelaksanaan survei adalah sebagai berikut :
 1 atau 2 orang surveyor berada dalam satu angkutan
dan mencatat data sebagai tercantum dibawah.
 Jumlah kendaraan yang disurvei adalah sebanyak
mungkin untuk mendapatkan data yang lebih valid
guna untuk memperkuat data hasil kinerja pelayanan
angkutan umum. Akan tetapi, jika angkutan yang
beroperasi kurang dari enam rit, maka kendaraan yang
dilakukan untuk survei dinamis adalah seluruh
perjalanan angkutan umum tersebut.
b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah :
(a) Kinerja operasional dinamis (Travel Time, Round Trip
Time, Load Factor, Lay Over Time, Kecepatan , Loading
Profile)
(b) Titik-titik kantong penumpang
(c) Hambatan perjalanan (Delay time)
(d) Waktu perjalanan (Running time)
5) Survei Wawancara Penumpang
a) Pendahuluan
Survei ini dilakukan bersama-sama dengan survei on bus,
yaitu dengan mewawancarai beberapa penumpang yang
ada dalam kendaraan dengan pertanyaan yang telah
disediakan dalam formulir survei. Dilaksanakannya survai
ini adalah untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan gambaran pelayanan angkutan umum. Untuk
mendapatkan informasi kinerja pelayanan pada suatu

22
trayek angkutan, yang akan digunakan untuk kegiatan
perencanaan angkutan yang meliputi evaluasi tingkat
pelayanan angkutan, serta penyusunan rencana dan
program aksi.

Pada prinsipnya untuk sempelnya adalah semua


penumpang yg berada di dalam kendaraan pada armada
yg dilakukan survei dinamis(semakin banyak data maka
semakin baik hasil data tersebut.

b) Target Data
Target data yang diperoleh dari survei ini adalah :
(a) OD matriks perjalanan angkutan umum
(b) Tingkat perpindahan
(c) Proporsi penggunaan kendaraan

b. Pengumpulan Data Primer Untuk Kota Yang Belum Dilayani


Angkutan Umum (Tipe Kota 3)
Tipe Kota 3 ini merupakan Kota yang belum dilayani oleh angkutan
umum. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kota atau
kabupaten tersebut tidak dilayani oleh angkutan umum yaitu:
1) Pengembangan Wilayah Kota/Kabupaten
Pengembangan wilayah kota/kabupaten atau yang biasa dikenal
dengan pemekaran akan menyebabkan perubahan-perubahan
salah satunya terhadap layanan angkutan umum. Pengembangan
wilayah ini akan menyebabkan belum adanya pelayanan angkutan
umum. Untuk tipe ini hal yang perlu dilakukan adalah perencanaan
trayek tetap dan teratur sampai dengan tahap usulan rute.
Tahapan usulan perencanaan rute angkutan umum sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap Dan Teratur sebagai berikut:

23
a. Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum kota dapat
ditentukan setelah diketahui batas-batas wilayah terbangun.
b. Batas wilayah pelayan angkutan penumpang umum
kota/perkotaan.
c. Sehubungan dengan butir 1 dan 2 di atas dapat dilakukan
perencanaan atau studi yang banyak melibatkan aspek serta
pengamatan guna mencapai pemenuhan pelayanan angkutan
penumpang umum yang optimal.
d. Proses perencanaan harus mengacu pada kebijaksanaan
angkutan umum berikut;
1) Peraturan yang sudah ada dan berlaku;
2) Kebijakan pemerintah daerah khususnya dalam sektor publik;
3) Ketetapan wilayah operasi angkutan bus kota dan interaksinya
dengan jenis angkutan yang lalu.
e. Tahapan proses perencanaan meliputi:
1) Analisa permintaan.
2) Analisa kinerja rute dan operasi
3) Analisa kinerja prasarana dan
4) Penyusunan rencana
Analisa Permintaan
Analisa permintaan dilakukan dengan cara :
a) menelaah rencana pengembangan kota, inventarisasi tata guna
tanah dan aktivitas ekonomi wilayah perkotaan;
b) Menelaah data penduduk, inventarisasi data perjalanan yang
termasuk didalamnya asal tujuan perjalanan, dimaksud perjalanan
pemilihan moda angkutan (moda split) dan jumlah penduduk serta
penyebarannya.
c) Menelaah pertumbuhan penumpang masa lalu dan
pertumbuhan beberapa parameter lain, misalnya pemilik
kendaraan dan pendapatan.
2) Analisis Kinerja Rute dan Operasi.
Analisi ini mengkaji beberapa parameter sebagai berikut :

24
a) Faktor muat (load factor);
b) Jumlah penumpang yang diangkut;
c) Waktu antara (headway);
d) Waktu tunggu penumpang;
e) Kecepatan perjalanan;
f) Sebab-sebab kelambatan;
g) Ketersediaan angkutan; dan
h) Tingkat konsumsi bahan bakar.
Pengumpulan data dilakukan dengan survai diatas kendaraan (on
board survey), pengamatan langsung dan wawancara. Parameter-
parameter diatas dapat digunakan sebagai alat untuk melihat
effektifitas dan efesiensi pengoperasian dan penetuan jumlah
armada.
3) Analisis Kinerja Prasarana
Analisis ini mengkaji beberapa aspek antara lain
a) fasilitas TPB dan halte
b) kemungkinan aplikasi langkah-langkah prioritas bus
c) sistem informasi dan
d) inventarisasi jaringan jalan termasuk dimensi, kondisi kapasitas,
serta volume lalu lintas
4) Penyusunan Rencana
a) Rencana pengembangan angkutan umum didasarkan pada
permintaan dan kebijakan yang berlaku yaitu :
(1) Penetapan rute (jumlah dan kepadatan)
(2) Pelayanan operasi (jumlah armada, waktu antara, kecepatan,
jam operasi) tiap rute.
b) Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sesuai
dengan permintaan dan peraturan yang ditentukan:
(1) Kebutuhan tempat henti
(2) Kebutuhan tempat pemantauan
c) Kelembagaan dan peraturan
Untuk menjamin berjalannya sistem angkutan umum bus kota

25
yang baik diperlukan peraturan dan kelembagaan yang sesuai,
meliputi sistem organisasi dan prosedur perizinan.
Tahapan-tahapan diatas merupakan tahapan yang tertuang
didalam SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Akan tetapi, yang menjadi
perhatian adalah terdapat batasan analisis. Artinya adalah tahapan
diatas tidak seluruhnya dilakukan, namun disesuaikan dengan
wilayah studi sehingga hasil akhir dari tahapan tersebut hanya
sampai pada tahap perencanaan rute Trayek Tetap Dan Teratur.
2) Permasalahan Angkutan Umum
Kota atau kabupaten tidak dilayani oleh angkutan umum dapat
disebabkan oleh berbagai permasalahan sehingga menyebabkan
tidak beroperasinya suatu angkutan umum. Dengan demikan kota
atau kabupaten ini sebelumnya terlayani oleh angkutan umum
namun dangan munculnya berbagai permasalahan angkutan
umum menyebabkan angkutan tersebut tidak beroperasi kembali.
Tahapan yang perlu dilakukan untuk mengetahui potensi orang
yang ingin menggunakan angkutan umum adalah melalui survei
wawancara pola perjalanan. Target data pola perjalanan tersebut
antara lain adalah :
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden merupakan salah satu data yang
dibutuhkan untuk mengetahui pola perjalanan. Dimana
karakteristik responden berupa jenis kelamin, usia, pekerjaan
dan status keluarga.
2. Asal dan tujuan perjalanan, dan
Pada survei wawancara pola perjalanan membutuhkan data
terkait perjalanan sehari-hari dari responden. Hal ini berfungsi
sebagai dasar dalam menentukan wilayah yang memerlukan
pelayanan angkutan umum.

26
3. Karakteristik angkutan umum yang diinginkan.
Karakteristik angkutan umum yang diinginkan ini merupakan
penawaran yang coba diberikan kepada responden terhadap
pelayanan angkutan umum. Sehingga nanti akan diketahui
jumlah responden yang ingin beralih dari kendaraan pribadi ke
angkutan umum serta karakteristik angkutan yang diinginkan
oleh responden. Baik dari segi tarif, waktu operasi, jenis moda
angkutan umum dan lain-lain. Dengan demikian data ini akan
digunakan sebagai perencanaan angkutan umum sesuai
karakteristik yang diinginkan.
Survei wawancara pola perjalanan ini dilakukan setelah survei
Home interview. Sampel yang diambil dalam survei ini adalah
zona-zona yang dianggap memerlukan pelayanan angkutan
umum yaitu orang yang melakukan perjalanan pada zona
pendidikan, zona komersial, dan zona pemerintahan. Survei ini
menggunakan teknik sampling sehingga nantinya akan
mendapatkan OD matriks pola perjalanan potensi pengguna
angkutan umum.

27
BAB IV
PROFIL BIDANG ANGKUTAN UMUM

5.1 ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM UNTUK KOTA TIPE 1 & 2


A. PROFIL SARANA DAN PRASARANA ANGKUTAN UMUM
Hasil survei inventarisasi sarana dan prasarana ini menggambarkan
kondisi eksisting terhadap jenis pelayanan angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum dalam trayek terdiri AKAP, AKDP, Angkutan
perkotaan dan angkutan pedesaan. Selain itu menggambarkan kondisi
eksisting terhadap jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan
bermotor umum tidak dalam trayek terdiri angkutan perintis di lokasi studi.

1. Sarana Angkutan umum


Berikut ini merupakan hasil su
Tabel 1 Profil Trayek .....
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD
SURVEI INVENTARISASI SARANA ANGKUTAN UMUM

Nama Trayek
Rute yang dilalui

Kapasitas
Kepemilikan
Jumlah Armada
Umur Rata-rata
Warna
Panjang Rute
Sistem Keberangkatan
Tarif Umum
Pelajar
Instansi Pemberi Izin
Jenis Armada

2. Prasarana Angkutan Umum


Hasil survei inventarisasi prasarana angkutan umum terdiri atas dua
bagian antara lain:
a. Terminal Angkutan Umum
Hasil inventarisasi terminal adalah berupa:
1) Titik lokasi terminal
Prasarana angkutan umum berupa terminal yang ada di wilayah
studi dapat digambarkan titik lokasi dari terminal tersebut.
2) Pelayanan Terminal
Pelayanan terminal ini menjelaskan tipe terminal dan jenis
pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum
dalam trayek.
3) Tabel inventarisasi fasilitas terminal
Pada survei inventarisasi fasilitas terminal ini menginformasikan
ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
- Ketersediaan fasilitas terminal
- Kondisi fasilitas terminal
- Keberadaan (Tenggible) fasilitas terminal
- Fungsional fasilitas terminal
- Networking fasilitas terminal
Fasilitas terminal terdapat pada Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 24 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Terminal
Penumpang Angkutan Jalan.
4) Layout Terminal
Layout terminal ini menggambarkan layout eksisting fasilitas
terminal serta sirkulasi angkutan umum di dalam terminal
tersebut
b. Halte
Hasil inventarisasi halte adalah berupa:
1) Titik lokasi halte
Prasarana angkutan umum berupa halte yang ada di wilayah
studi dapat digambarkan titik lokasi dari hatel tersebut.
b) Kondisi Halte
Pada survei inventarisasi halte ini harus menginformasikan halte
dengan data sebagai berikut:
- Keberadaan (Tenggible) halte
- Fungsional halte
- Networking halte
3. SPM Sarana dan Prasarana
Hasil survei SPM sarana dan prasarana ini adalah
a. Tabel pengamatan hasil ketersedian dilapanagn dengan SPM
(Ada/Tidak Ada) dan pemenuhan standar (Sesuai/Tidak Sesuai)
b. Menilai tingkat kesesuaian kondisi sarana dan prasarana dengan
SPM (dalam satuan persen( %) )

B. PROFIL KINERJA ANGKUTAN UMUM

1. Kinerja Jaringan
a. Keinginan Orang Berjalan (KOB)
Standar perkotaan yaitu 300-400 m . Sedangkan untuk wilayah
pinggiran atau diluar perkotaan 600-700 m.
b. Cakupan Pelayanan
Cakupan pelayanan merupakan suatu pelayanan trayek yang diukur
menurut panjang trayek terhadap kemauan orang berjalan menuju
pelayanan angkutan umum.

Rumus : Panjang trayek x (2 x Keinginanan Orang Berjalan)


menyesuaikan daerah lokasi

c. Nisbah
Nisbah adalah perbandingan luas wilayah terbangun dengan cakupan
pelayanan

d. Ketersediaan Angkutan Umum


Perbandingan panjang jalan yang ada di zona terhadap panjang
trayek yang ada di zona tersebut
2. Kinerja Operasional/Pelayanan (Karakteristik Angkutan Umum)
a. Panjang trayek
Panjang trayek merupakan panjang lintasan dari titik awal hingga ke
titik akhir dari suatu trayek angkutan umum.
b. Frekuensi/Rit
Pengertian untuk angkutan kota dan angdes adalah jumlah
kendaraan yang melewati pada satu titik dalam satu jam untuk trayek
yang sama.
RIT adalah Jumlah seluruh perjalanan dalam satu hari , 1 rit adalah 2
perjalanan dan untuk perhitungan rit dipakai untuk trayek tidak
berjadwal.
c. Waktu antar kendaraan (headway)
Jarak antara kendaraan satu dengan kendaraan dibelakangnya.

Keterangan :
H = Headway
F = Frekuensi
d. Lay Over Time
Lay Over Time adalah waktu singgah yang diperlukan untuk
menunggu perjalanan berikutnya.
e. Jam Operasional
Jam kendara dari mulai beroperasi sampai dengan selesai beroperasi
f. Travel Time
Waktu perjalanan adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan
umum untuk melakukan perjalanan dari terminal asal menuju
terminal tujuan
g. Round Trip Time
Waktu perjalanan adalah waktu yang diperlukan oleh angkutan
umum untuk melakukan perjalanan dari terminal asal menuju
terminal tujuan kemudian kembali lagi ke terminal asal.

Rumus = (2 x Travel time) + ( 2 x Lay Over Time)

h. Load Faktor
Load Factor atau faktor muat adalah perbandingan antara kapasitas
kapasitas kendaraan (diperoleh dari buku uji) dengan jumlah
penumpang didalam kendaraan.
i. Kecepatan
Kecepatan perjalanan yaitu terdiri dari :
a. Delay time (waktu tundaan)
b. Running time (waktu berjalan) terhadap Panjang trayek.
j. Loading Profile
Dilakukan survey untuk mengetahui beberapa indikator sebagai
berikut:
- Jumlah penumpang naik dan turun
- Load factor segmen
- Kecepatan segmen
- Jumlah kantong penumpang
- Ttitk lokasi kantong penumpang
Teknik pembagian segmen :
a. Berdasarkan TGL (untuk jenis trayek liniear)
b. Bedasarkan NODE (untuk jenis trayek non-liniear)
3. Kinerja Kepengusahaan
Dalam melakukan analisis kinerja dari segi kepengusahaan dilakukan
beberapa penilaian terhadap indikator dimana indikator tersebut seperti
berikut:
1. Tingkat Utilitas
Jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan yang
dimiliki/tersedia
2. Jumlah Penumpang Terangkut
Untuk menentukan jumlah penumpang yang terangkut, terdapat
beberapa indikator yang harus dilakukan antara lain:
 Perkendaraan
Jumlah penumpang yang terangkut untuk perkendaraan
diukur menurut load factor terhadap kapasitas.

Jumlah Penumpang = Load factor x kapasitas

 Per-jam

Untuk trayek berjadwal, dalam menentukan jumlah


penumpang yang terangkut perjam diukur menurut jumlah
penumpang perkendaraan terhadap frekuensi. Sedangkan
untuk trayek yang tidak berjadwal nilai jumlah penumpang
yang terangkut perjam adalah nol.

Berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x


frekuensi

 Per-hari

Untuk trayek berjadwal, dalam menentukan jumlah


penumpang yang terangkut perhari diukur menurut jumlah
penumpang perkendaraan terhadap frekuensi dan jam
operasional. Sedangkan untuk trayek yang tidak berjadwal
nilai jumlah penumpang yang terangkut perhari adalahl
jumlah penumpang perkendaraan terhadap rit.

Berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x


Frekuensi x Jam Operasional

Tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit


 Per-trayek

Untuk trayek berjadwal, dalam menentukan jumlah


penumpang yang terangkut per-trayek diukur menurut jumlah
penumpang perkendaraan terhadap frekuensi dan jam
operasional serta jumlah armada. Sedangkan untuk trayek
yang tidak berjadwal nilai jumlah penumpang yang terangkut
perhari adalahl jumlah penumpang perkendaraan terhadap rit
dan jumlah armada.

Tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x


rit x jumlah armada

Berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x Frekuensi


x Jam Operasional x Jumlah Armada

3. Tingkat pendapatan
Penadapatan yang didapat perusahaan berdasarkan tingkat produksi
penumpang. Tingkat pendapatan diukur dengan jumlah penumpang
terhadap tarif.

Tingkat pendapatan = Jumlah penumpang x tarif

4. Kilometer Tempuh
 Perkendaraan

Untuk mengukur nilai kilometer tempuh perkendaraan


didapatkan melalui panjang trayek.

Kilometer Tempuh = panjang trayek


 Per-jam
Untuk trayek berjadwal, dalam mengukur nilai kilometer
tempuh perjam diukur melalui panjang trayek terhadap
frekuensi. Sedangkan untuk trayek tidak berjadwal, nilai
kilometer tempuh perjamnya tidak ada.

Tidak berjadwal = tidak ada nilai

Berjadwal = Panjang trayek x frekuensi

 Per-hari
Untuk trayek berjadwal, dalam mengukur nilai kilometer
tempuh perhari diukur melalui panjang trayek terhadap
frekuensi dan jam operasional. Sedangkan untuk trayek tidak
berjadwal, nilai kilometer tempuh perjamnya diukur melalui
panjang trayek terhadap rit.

Tidak berjadwal = Panjang trayek x rit

Berjadwal = Panjang trayek x Frekuensi x Jam


Operasional

 Per-trayek
Untuk trayek berjadwal, dalam mengukur nilai kilometer
tempuh pertrayek diukur melalui panjang trayek terhadap
frekuensi dan jam operasional serta jumlah armada.
Sedangkan untuk trayek tidak berjadwal, nilai kilometer
tempuh pertrayek diukur melalui panjang trayek terhadap rit
dan jumlah armada.
Tidak berjadwal = Panjang trayek x rit x jumlah armada

Berjadwal = Panjang trayek x Frekuensi x Jam Operasional x

Jumlah Armada

5. Tingkat Biaya

Biaya yang dikeluarkan perusahaan berdasar biaya per Km. Tingkat


Biaya diukur menurut biaya operasional kendaraan terhadap
Kilometer tempuh.

Tingkat Biaya = BOK (*data sekunder) x Kilometer tempuh

Keterangan : satuan harga dalam BOK diperoleh melalui harga buku


satuan sebagai dasar BOK.
Analisis terhadap tingkat biaya ini hanya dapat dilakukan apabila
memiliki data sekunder berupa SK tarif yang didalamnya memuat
penetapan BOK. Sedangkan jika tidak memiki data sekunder berupa
berupa SK tarif maka analisis tingkat biaya ini tidak dilakukan.
6. BCR (Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya)
Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya diukur melalui perbandingan antara
tingkat pendapatan dengan tingkat biaya.

BCR (Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya = perbandingan antara tingkat


pendapatan dan tingkat biaya
Terjadi 3 kemungkinan dalam rasio tersebut, dimana jika kurang dari
1 artinya rugi. Namun jika sama dengan 1 artinya impas atau lebih
dari 1 artinya untung.
7. Kilometer Kosong
Kilometer kosong adalah kilometer yang tidak ada pendapatan,
biasanya dihitung dari pool ke lintasan trayek.

Kilometer Kosong = jarak kilometer kosong x BOK


C. PROFIL PERANGKINGAN ANGKUTAN UMUM

Teknik Perangkingan dapat dianalisis dengan metode sederhana.


Perengkingan dengan metode sederhana, dilakukan dengan cara sebagai
berikut :

1. PERANGKINGAN KINERJA DARI SEGI PENUMPANG

Adapun indikator-indikator yang digunakan dalam menilai kinerja pelayanan


angkutan umum ditinjau dari segi penumpang adalah :

a. Frekuensi
Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar
perangkingan berdasarkan frekuensi:
 Frekuensi peak jika lebih besar sama dengan 12 kendaraan/jam
maka diberi nilai 0, namun jika frekuensi peak lebih kecil dari 12
kendaraan/jam maka diberi nilai 12 – x (x merupakan nilai frekuensi
tersebut).
 Frekuensi off peak jika lebih besar sama dengan 6 kendaraan/jam
maka diberi nilai 0, namun jika frekuensi peak lebih kecil dari 6
kendaraan/jam maka diberi nilai 6 – x (x merupakan nilai frekuensi
tersebut).
b. Faktor muat (load factor)

Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar


perangkingan berdasarkan faktor muat:

 Jika nilai faktor muat pada jam peak lebih besar dari 90% diberi
nilai 1 tiap 10% dan jika nilai faktor muat pada jam peak lebih kecil
dari 90% diberi nilai 0
 Jika nilai faktor muat pada jam off peak lebih besar dari 70% diberi
nilai 1 tiap 10% dan jika nilai faktor muat pada jam off peak lebih
kecil sama dengan 70% diberi nilai 0.
c. Tingkat perpindahan

Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar


perangkingan berdasarkan tingkat perpindahan:
Jika tingkat perpindahan lebih besar dari 50% diberi nilai 1 tiap 10%
dan jika tingkat perpindahan lebih kecil sama dengan 50% diberi nilai
0.

d. Umur Kendaraan

Jika umur kendaraan lebih besar dari 5 tahun maka trayek tersebut
bermasalah. Untuk menentukan nilainya dengan x-5, dimana x
merupakan usia kendaraan tersebut. Jika umur kendaraan lebih kecil
sama dengan 5 tahun diberi nilai 0.
Hasil Pemeringkatan jika semakin besar nilai semakin
bermasalah/tidak memuaskan dan semakin mendekati nilai 0
semakin baik/memuaskan.

2. KINERJA DARI SEGI OPERATOR

Indikator – indikator yang digunakan dalam menilai kinerja


pelayanan angkutan umum dari segi operator adalah sebagai berikut :
a. Jumlah penumpang tiap perjalanan
Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar
perangkingan berdasarkan jumlah penumpang tiap perjalanan:
Penumpang/kapasitas apabila ≥ 1, Maka nilai 0 dan apabila < 1 maka
nilai = (1-x)*10

b. Tingkat kemerataan penumpang


Berikut ini merupakan indikator yang dijadikan sebagai dasar
perangkingan berdasarkan tingkat kemerataan penumpang:
Permintaan pada waktu sibuk/permintaan di luar jam sibuk apabila ≤ 2
maka nilai 0 dan apabila > 2 maka nilai = (x-2)
c. Pedapatan penumpang perkilometer

Pendapatan penumpang perkilometer didapatkan melalui Rata-rata


penumpang per km x tarif /panjang trayek. Nilai 1 untuk positif
terbesar dan selanjutnya 2, 3, dst untuk positif yang semakin kecil/
negatif yang semakin besar
Hasil Pemeringkatan jika semakin besar nilai semakin
bermasalah/tidak memuaskan dan semakin mendekati nilai 0
semakin baik/memuaskan.

3. KINERJA DARI PEMERINTAH

a. Tingkat operasi kendaraan


Tingkat operasi kendaraan dihitung melalui kendaraan yang
beroperasi/ kendaraan menurut izin x 100%. Prosentase terbesar
diberi nilai 1 dan untuk prosentase sampai yang terkecil diberi nilai
2,3,4,5,DST
b. Tingkat tumpang tindih trayek (over lapping)
Tingkat Tumpang tindih trayek didapatkan melalui panjang tumpang
tindih/panjang trayek x 100%. Prosentase terkecil diberi nilai 1 dan
untuk prosentase sampai yang terbesar diberi nilai 2,3,4,5,DST
c. Tingkat penyimpangan trayek
Tingkat penyimpangan trayek didapatkan melalui penjang
penyimpangan trayek/panjang trayek x 100%. Prosentase terkecil
diberi nilai 1 dan untuk prosentase sampai yang terbesar diberi nilai
2,3,4,5,DST
Hasil Pemeringkatan jika semakin besar nilai semakin
bermasalah/tidak memuaskan dan semakin mendekati nilai 0
semakin baik/memuaskan.
5.2 PROFIL KINERJA ANGKUTAN UMUM UNTUK KOTA TIPE 3
Kinerja angkutan tipe 3 merupakan kinerja yang mengkaji rencana
usulan rute angkutan umum dan pontensi demand angkutan umum
disuatu wilayah kajian. Berikut merupakan hasil dari analisis kinerja
angkutan umum tipe kota 3:
1. Pengembangan wilayah Kota/Kabupaten
Pengembangan wilayah kota/kabupaten yang menyebabkan suatu
wilayah tidak terlayani oleh angkutan umum. Sehingga analisis
yang dilakukan adalah berupa perencanaan rute angkutan umum
tetap dan teratur.
2. Permasalahan angkutan umum
Permasalahan angkutan umum pada suatu kota/kabupaten akan
menyebabkan tidak beroperasinya angkutan umum disuatu
wilayah. Sehingga perlu dilakukan survei wawancara pola
perjalanan, sehingga analisis yang didapatkan adalah berupa OD
matriks potensi angkutan umum.
BAB V

PENUTUP

5.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


Identifikasi masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang
dapat dipahami sebagai upaya mendefinisikan permasalahan serta
membuat definisi tersebut menjadi lebih terukur untuk diberikan saran
atau rekomendasi. Singkatnya, dengan mengidentifikasi masalah pada
kinerja angkutan umum kemudian memberikan rekomendasi awal untuk
pemecahannya. Berikut identifikasi permasalahan angkutan umum untuk
tipe kota 1 dan 2 :
1. Identifikasi permasalahan dalam sarana dan prasarana angkutan
umum
2. Identifikasi permasalahan kinerja angkutan umum
a. Kinerja jaringan angkutan umum
b. Kinerja operasional angkutan umum
c. Kinerja operasional angkutan umum
3. Pemeringkatan terburuk terhadap kinerja angkutan umum
5.2 REKOMENDASI
Rekomendasi merupakan tindak lanjut dari hasil studi atau
kesimpulan yang berupa saran ataupun masukan bagi pihak yang terkait
dengan laporan umum Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai Langkah
awal dalam pemecahan masalah dalam bidang angkutan umum.
Rekomendasi untuk tipe kota 3 adalah sebagai berikut:
1. Tipe kota 3.1 atau perkembangan wilayah kota/kabupaten berupa
usulan peta rute trayek tetap dan teratur
2. Sedangkan tipe kota 3.2 atau permasalahan angkutan umum berupa
OD matriks pola perjalanan potensial angkutan umum.
.
LAMPIRAN
/Angkutan pedesaan
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
FORMULIR SURVEI STATIS

Surveyor : Kode Trayek :


Hari/Tanggal : Arah dari :
Titik Survey : Arah ke :
Waktu : Kapasitas :

JUMLAH
NO KODE TRAYEK TANDA NOMOR KENDARAAN WAKTU KENDARAAN MELINTAS
PENUMPANG

1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
FORMULIR SURVEI DINAMIS

Surveyor : Kode Trayek :


Hari/Tanggal : Kapasitas :
Arah Dari : Cuaca :
Arah Ke : Waktu :

WAKTU MENAIKKAN
PANJANG JUMLAH PNP JUMLAH PNP DALAM WAKTU WAKTU
NO NAMA SEGMEN/RUAS JALAN JUMLAH PNP TURUN DAN MENURUNKAN
SEGMEN NAIK KENDARAAN PERJALANAN HAMBATAN
PNP
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
FORMULIR SURVEI WAWANCARA PENUMPANG

Surveyor : Kode Trayek :


Hari/Tanggal : Kapasitas :
Waktu :
Jumlah Kendaraan
Perjalanan Perpindahan Kendaraan Sebelum
No Perpindahan Sesudah
Asal Zona Tujuan Zona Ya/Tidak 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA - STTD
PROGRAM STUDI TRANSPORTASI DARAT SARJANA TERAPAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

WAWANCARA POLA PERGERAKAN PERJALANAN

CONTOH FORMULIR

Catatan : Disesuaikan dengan karakteristik wilayah studi


Surveyor :
Hari/tanggal :
Lokasi survey :
Karakteristik responden
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Status Keluarga :
Pola Perjalanan Responden
Asal Perjalanan :
Tujuan Perjalanan :
Waktu Perjalanan :
Biaya Perjalanan :
Kendaraan yang digunakan :
Alasan Pemilihan Kendaraan :
Kepemilikan Kendaraan :
Pendapatan :
JENIS KOTA YANG BELUM DILAYANI mewujudkan pelayanan
ANGKUTAN UMUM DENGAN TRAYEK transportasi yang lebih baik !
TETAP DAN TERATUR Petunjuk :Berikan NO urut masing2
kriteria di bawah ini sesuai tingkatan
A. Kendaraan yang digunakan (bisa kepentingan menurut persepsi saudara .
pilih lebih dari satu) NO 1 (utama) sedangkan NO 5(paling
 Taksi tidak penting)
 Mobil Pribadi NO Kriteria Prioritas
 Sepeda motor Aman ( tdk adanya
 Angkutan Umum Resmi kriminalitas ,
1
premanisme , pungli
 Angkutan tidak konvensional
,pelecehan seksual )
(ojek, delman, becak)
 Dll, sebutkan Pemberangkatan
2
................................. berjadwal dan kecepatan
B. Apakah saudara setuju apabila perjalanan stabil
pemerintah akan 3
Tarif murah dan
menyelenggarakan pelayanan AU terjangkau
Kenyamanan di dalam
dengan trayek tetap dan teratur ?
4 kendaraan , terminal ,
 Setuju halte
 Tidak Setuju. Sebutkan
alasannya............................... 5 Frekuensi tinggi dan
............................................. waktu menunggu singkat
................
C. Apabila jawaban “B” adalah Jelaskan harapan saudara terhadap
SETUJU, jelaskan pelayanan AU pelayanan AU !
...................................................
yang anda usulkan !
...................................................
1. Waktu/Jam Pelayanan ......................
 Pukul 07.00 – 21.00
 Pukul 05.00 – 22.00
 .........-..........
2. Jenis Kendaraan yang paling
saudara minati :
 MPU
 Bus Kecil
 Bus Sedang
 .......................
D. Rute ( Asal dan Tujuan ) yang
saudara usulkan :
 .........................................
........
 .........................................
........
 .........................................
........
E. Apa harapan/keinginan saudara
dalam pengembangan AU untuk

Anda mungkin juga menyukai