Anda di halaman 1dari 70

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN LAHAN RAWA PASANG SURUT

Volume III : Operasi dan Pemeliharaan


PENGANTAR

Tiga buku Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut telah
disusun dalam kerangka proyek Pengembangan Lahan Rawa. Pedoman Teknis
ini merupakan realisasi dari salah satu agenda kerjasama yang tertuang dalam
Memorandum of Understanding (MOU) antara Departemen Kimpraswil dari
Pemerintah Indonesia dengan Ministry of Transport, Public Works and Water
Management, dan Ministry of Spatial Planning, Housing and Environment dari
Pemerintah Belanda. Kajian dari Pedoman Teknis tersebut mencakup : aspek
umum, pengelolaan air, serta operasi dan pemeliharaan.

Penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut


tersebut disiapkan oleh Kelompok Kerja yang terdiri dari :

- Indonesia
 Ir. Slamet Sugeng M.Sc, Ditjen Sumber Daya Air, Dep.Kimpraswil
 Ir. Irama Aboesoemono Dipl.HE, Ditjen Sumber Daya Air, Dep.Kimpraswil
 Ir. Hartoyo Supriyanto M.Eng, Ditjen Sumber Daya Air, Dep.Kimpraswil
 Ir. A. Tommy M. Sitompul M.Eng, Ditjen Sumber Daya Air, Dep.Kimpraswil
 Ir. Amier Hartono Dipl.HE, Ditjen Bina Sarana Pertanian, Dep. Pertanian
 Dr. Ir. Robiyanto H. Susanto M.Agr.Sc, Universitas Sriwijaya

- Belanda
 Prof. Dr. Bart Schultz, Directorate General of Public Works and Water
Management
 Dr. F.X. Suryadi M.Sc, Delft Hydraulics
 Ir. A. van den Eelaart, Arcadis-Euroconsult
 Ing. J. Houterman, Arcadis-Euroconsult

ii _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
 Ir. P.H.J. Hollanders, UNESCO-IHE
Konsep Pedoman Teknis ini sebelumnya telah dipresentasikan dan dibahas
diantara para peserta dari berbagai kalangan yang mewakili Instansi Pemerintah
dari sektor terkait baik dari Pusat maupun Daerah, Perguruan Tinggi dan para
peneliti maupun para praktisi yang berkecimpung dalam pengembangan lahan
rawa dalam suatu rangkaian seminar yang telah diselenggarakan tiga kali yaitu
pada tahun 2002 (di Jakarta), tahun 2003 (di Palembang), dan tahun 2004 (di
Jakarta). Sejalan dengan itu, pada bulan Oktober tahun 2003 telah pula
diselenggarakan pertemuan pembahasan ditingkat Kelompok Kerja di Belanda.
Bersamaan waktunya dengan penyusunan Pedoman Teknis ini, telah disiapkan
pula suatu web site dengan alamat : www.tidal-lowlands.org. Pengelolaan air
secara operasional telah diuji ditingkat blok sekunder percontohan di daerah
Telang, Sumatera Selatan.

Kegiatan penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang


Surut ini juga difasilitasi melalui dukungan dari Asia Facility, suatu lembaga
kerjasama yang bernaung dibawah Kementerian Perekonomian dari Pemerintah
Belanda.

iii _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Daftar Isi
Halaman

PENGANTAR……………………………………………………………………………ii

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………………1

2. OPERASI DAN PEMELIHARAAN YANG DIPERLUKAN…………………….2


2.1 Operasi dan pemeliharaan pada tingkat lahan usaha dan jaringan
utama……………………………………………………………………………2
2.2 Pelaksanaan pemeliharaan……………………...……………………………4
2.2.1 Pemeliharaan rutin………………………………………………………4
2.2.2 Pemeliharaan berkala…………...…………………………………….11
2.2.3 Pemeliharaan darurat…………………………………………………14
2.2.4 Metoda Pelaksanaan………………………………………………….15
2.2.5 Pengawasan pekerjaan pemeliharaan yang diborongkan………..15
2.2.6 Metoda kerja dan kriteria hasil kerja………………….……………..16
2.3 Pelaksanaan operasi…………………………………………………………17
2.3.1 Operasi bangunan air di saluran sekunder………..…….………….17
2.3.2 Operasi bangunan air di saluran tersier……………….……………18

3. PERSIAPAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN……………………………19


3.1 Organisasi……………………………………………………………………19
3.1.1 Organisasi pemeliharaan……………………...……………………...19
3.1.2 Organisasi operasi…………………………...………………………..22
3.2 Staf operasi dan pemeliharaan…………………………………………….22
3.2.1 Kebutuhan staf……………………………………...………………….22
3.2.2 Pelatihan staf…………………………………………………………..23
3.3 Fasilitas dan peralatan………………………………………………………24
3.4 Uraian tugas dan manual O&P…………….……………………………….24

iv _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
3.5 Sistem data dan inventarisasi………………………………………………25

3.6 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)…………………………………..27


3.6.1 Struktur organisasi…………………………………………………….27
3.6.2 Operasi dan pemeliharaan oleh P3A…………………….………….27
3.6.3 Pembentukan P3A……………………………….……………………28

4. PROSEDUR PERENCANAAN…………………………………………………..29
4.1 Perencanaan operasi……………………………………….………………..29
4.1.1 Rencana tanam musiman……………………………...……………..32
4.1.2 Rencana operasi dan pemeliharaan…………………..…………….32
4.1.3 Rencana pemantauan dan percontohan……………..……………..34
4.2 Perencanaan pemeliharaan……………………………………………...….35
4.2.1 Tanggung-jawab pemeliharaan………………………………………35
4.2.2 Penghitungan kebutuhan pemeliharaan……………………….……35
4.2.3 Perencanaan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan……………...37
4.3 Koordinasi dengan instansi terkait lainnya…………………………...……37

5. PROSEDUR PEMBIAYAAN……………………………………………………..39
5.1 Angka kebutuhan nyata O&P………………………………………….……39
5.2 Kebutuhan pembiayaan O&P………………………………………………40
5.3 Pengembalian biaya (Cost recovery)…………………………………..….42

6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI…………………………….…………………44


6.1 Meteorologi dan hidrologi………………………………………………...….45
6.2 Operasi pintu air………………………………………………………………46
6.3 Muka air saluran dan kualitas air………………………………………..….46
6.4 Muka air tanah dan kualitas air………………………………………….….48
6.5 Pemeriksaan pemeliharaan rutin……………………………………………49
6.6 Pemantauan pelaksanaan pemeliharaan…………………………….……50
6.7 Pertanian………………………………………………………………………50

v _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
6.8 Evaluasi kinerja……………………………………………………………….51

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………..52

Lampiran
I Contoh uraian tugas…………………………………………………………….....53
II Contoh formulir yang digunakan dalam Buku Catatan Pemeliharaan…….....56

Daftar Tabel
2.1 Kegiatan pemeliharaan rutin………………………………………………..…….7
2.2 Kegiatan pemeliharaan berkala……………………………………………..….12
3.1 Jumlah dan latar belakang pendidikan staf O&P yang diperlukan………….23
3.2 Fasilitas dan peralatan O&P yang disarankan……………………….………25

Daftar Gambar
2.1 Tipikal tata letak sistem pengelolaan air pada jaringan primer dan
sekunder lahan rawa pasang surut di Indonesia…………………………….…5
2.2 Contoh blok sekunder dengan saluran primer, sekunder dan tersier
serta bangunan pengontrol airnya……………………………………………….6
2.3 Skematisasi indikatif dari para pelaksana pengelolaan air pertanian……..…6
3.1 Susunan kelembagaan organisasi operasi dan pemeliharaan……………...21
4.1 Jadual waktu kegiatan O&P…………………………………………………..…30
4.2 Perencanaan operasi pada jaringan tersier………………………………...
….31
5.1 Jadual kegiatan indikatif perencanaan dan pembiayaan O&P pada
tingkat Kabupaten / Provinsi……………………………………………….……43

vi _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
1. PENDAHULUAN

Pedoman Teknis ini menguraikan hal-hal utama yang terkait dengan


perencanaan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O&P) sistem
pengelolaan air di daerah pengembangan lahan rawa pasang surut. Hal-hal yang
akan diuraikan meliputi :
- O&P yang diperlukan. Layanan dan praktek O&P harus dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan di tingkat lapangan. Bersamaan dengan itu, layanan juga
harus efisien dan efektif dalam pembiayaannya. Untuk ini, diperlukan O&P
yang mencukupi pada tiap tingkat yang berbeda dalam suatu sistem,
kontribusi aktif dari petani, staf lapangan yang terampil, pemantauan dan
evaluasi kegiatan lapangan secara teratur, serta koordinasi yang erat dengan
instansi terkait lain yang bekerja pada daerah yang sama;
- perencanaan kegiatan O&P. Perencanaan yang matang dan transparan
diperlukan untuk memastikan bahwa kebutuhan nyata O&P dan keperluan
dari sistem jaringan sudah dipenuhi. Ini berarti bahwa bangunan air akan
dapat dioperasikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati dan kegiatan
pemeliharaan dapat dikerjakan dengan baik oleh para pelaksana. Prosedur
perencanaan harus dapat memastikan adanya partisipasi aktif dari para
pemanfaat sistem jaringan serta keberhasilan dalam perencanaan dan
pelaksanaan O&P;
- pembiayaan. Agar petugas O&P dapat melaksanakan tugas-tugas O&P nya
dengan baik, dan untuk menjaga agar prasarana proyek dalam kondisi yang
baik, pembiayaan yang memadai dan teratur sangat diperlukan. Prosedur
pembiiayaan jangka pendek dan jangka panjang perlu ditetapkan dengan
baik oleh instansi-instansi terkait. Sekala prioritas dan angka kebutuhan
nyata O&P harus mencerminkan kebutuhan nyata yang ada di lapangan;
- pemantauan. Kegiatan O&P memerlukan pemantauan dan evaluasi yang
memadai.

1 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
2. OPERASI DAN PEMELIHARAAN YANG DIPERLUKAN

Dalam pelaksanaannya, O&P dibagi menjadi dua kegiatan yaitu operasi dan
pemeliharaan, dan khususnya untuk pelaksanaan aturan pengoperasian
diuraikan dalam Volume II : Pengelolaan Air. Pelaksanaan O&P tersebut harus
dilakukan bersamaan dengan pemantauan. Pemantauan akan memberikan
informasi yang diperlukan untuk mengendalikan dan bila perlu merubah aturan
dan kegiatan O&P. Selain itu, pemantauan dapat memberikan informasi untuk
perencanaan pengembangan jangka panjang di daerah yang bersangkutan.

2.1 Operasi dan pemeliharaan pada tingkat lahan usaha dan jaringan
utama

Di daerah pengembangan lahan rawa pasang surut telah dibuat sistem


pengelolaan air yang berbeda-beda. Tipikal tata letak sistem jaringan pada
tingkat primer dan sekunder dapat dilihat pada Gambar 2.1. Sedangkan pada
Gambar 2.2 merupakan contoh sebuah blok sekunder. Pada kedua contoh ini
juga terdapat beberapa variasi.

Pada tahap awal setelah reklamasi, sistem jaringan bersifat terbuka, yaitu tanpa
bangunan pengatur air. Sebagian besar sistem jaringan yang ada saat ini masih
dalam tahap ini. Dalam keadaan demikian, operasi dari bangunan kecil seperti
stoplog seluruhnya dilakukan pada tingkat lahan usaha. Pengelolaan air pada
tingkat jaringan utama tidak memungkinkan dan muka air dalam saluran
ditentukan oleh fuktuasi muka air pasang surut.

Pada pengembangan tahap lanjut, bangunan pengatur air mulai dipasang pada
saluran sekunder dan tersier. Pengoperasian bangunan ini akan dapat mengatur
pengelolaan air pada muka air tertentu dalam saluran. Aturan pengoperasian
secara umum telah diuraikan dalam Volume II : Pengelolaan Air. Aturan

2 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
pengoperasian secara umum ini penting dan dapat diterapkan untuk keadaan
spesifik pada sistem jaringan yang bersangkutan.

Pada Gambar 2.3 menunjukkan siapa-siapa yang bertanggung jawab dan siapa-
siapa yang berkontribusi dalam pengelolaan air. Dari Gambar 2.3 tersebut dapat
diketahui bahwa hanya Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota), dan
petani yang diorganisir dalam wadah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
yang bertanggung jawab langsung dalam pengelolaan air. Ini berarti bahwa
dalam kerangka pelaksanaannya, ketiga grup tersebut sangat penting untuk
mencapai suatu kesepakatan dalam peran dan tanggung jawab mereka masing-
masing. Apabila tidak dicapai kesepakatan akan berakibat serius terhadap
sistem jaringan dimana sistem tersebut tidak dapat dioperasikan dan dipelihara
dengan semestinya.

Tanggung jawab seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 tersebut didasarkan atas
peraturan perundangan Indonesia sebagai berikut :
- Undang-undang no. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
- Peraturan Pemerintah no. 27 tahun1991 tentang Rawa (perlu direvisi):
- Peraturan Pemerintah no. 77 tahun 2001 tentang Irigasi (telah direvisi pada
bulan September 2004 tapi belum disetujui);
- Keputusan Menteri Dalam Negeri no. 50 tahun 2001 tentang Pedoman
Pendayagunaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

Pada dasarnya, hal ini berlaku bagi pelaksanaan O&P pada jenis saluran beserta
bangunan pengatur airnya yang berbeda-beda.
- saluran primer dan sekunder;
 dalam satu kabupaten / kota Kabupaten/Kota

 dalam lebih satu kabupaten / kota Provinsi


- saluran tersier Perkumpulan Petani Pemakai Air

3 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
(P3A). Bila P3A tidak mampu
melaksanakan O&P dapat
meminta bantuan Kabupaten
- jaringan lahan usaha Petani.

Pada beberapa daerah terdapat juga bangunan tanggul pelindung banjir.


Tanggul ini pada umumnya harus dipelihara oleh kabupaten yang bersangkutan.
Dalam hal tanggul tersebut terletak di dua kabupaten, pemerintah provinsi harus
memeliharanya, atau suatu kesepakatan harus dibuat bahwa masing-masing
kabupaten akan memelihara bagian tanggulnya.

2.2 Pelaksanaan pemeliharaan

Tujuan dari pemeliharaan adalah untuk menjamin agar prasarana hidraulis, dan
fasilitas serta peralatan yang terkait dalam pelaksanaan O&P dapat berfungsi
dengan baik. Pemeliharaan dapat dibedakan menjadi :
- pemeliharaan rutin;
- pemeliharaan berkala;
- pemeliharaan darurat.

Pemeliharaan secara terus-menerus dan berlanjut adalah sangat penting untuk


memperoleh keuntungan dari sistem. Khususnya pada saluran, atau bagian dari
saluran yang kecepatan airnya rendah, pertumbuhan kembali dari tanaman
gulma (weeds) akan sangat cepat dan dapat dengan cepat menurunkan
kecepatan aliran air yang lambat tersebut menjadi nol dan akan mengakibatkan
buruknya kualitas air, suplesi ar irigasi dan drainasi di lahan usaha tani.

2.2.1 Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan rutin meliputi kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan paling


sedikit setahun sekali. Di samping pembuangan / pemotongan tanaman gulma

4 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
2 - 4 km

Tipe I; Tipe II :
Sistem Tradisionil Sistem Anjir

Saluran Utama
Sungai Utama
2 km 4 km 2 km
Saluran
Drainasi

400 m
3-
10 km
7-
15 km
Saluran
Suplesi
2 km
400 m

3,5 km Sungai Utama


Tipe IV :
Tipe III : Sistem
Sistem Sisir Garpu

Saluran Navigasi

Saluran Primer
Saluran Sekunder

Gambar 2.1 Tipikal tata letak sistem pengelolaan air pada jaringan primer
dan sekunder lahan rawa pasang surut di Indonesia

5 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Pintu Klep + Pintu Geser
Saluran Sekunder

Lahan Usaha
Permukiman
dan Saluran Primer
Fasilitas
Saruran Umum
Tersier

Pintu Geser

Gambar 2.2 Contoh blok sekunder dengan saluran primer, sekunder dan tersier
serta bangunan pengontrol airnya

Konsultan
Pemerintah Pusat Kebijakan, Aturan.
Air Nasional
Pemborong, Pabrik

Universitas, Sekolahan

Kabupaten/Provinsi Saluran Primer Lembaga Penelitian, LSM


dan Sekunder
Bank, Donor
Petani (WUA) dan Saluran Tersier
Organisasi Internasional
Sektor Swasta dan Lahan Usaha
Perkumpulan Petani

Gambar 2.3 Skematisasi indikatif dari para pelaksana pengelolaan air pertanian

6 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
dari saluran dan tanggul banjir secara teratur, kegiatan ini mencakup juga
perbaikan ringan dan perawatan peralatan dan fasilitas O&P. Kegiatan
pemeliharaan rutin secara garis besar disajikan dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Kegiatan pemeliharaan rutin


Kegiatan Lokasi Interval *) Frekuensi Tanggung-jawab
(bulan) (kali/tahun)
Pembersihan sampah di Saluran primer Harian 365 Kabupaten/Provinsi
muka pintu air Saluran sekunder Kabupaten/Provinsi
Saluran tersier P3A
Pemotongan rumput pada Tanggul pengaman
tebing saluran dan tanggul banjir 6 2 Kabupaten/Provinsi
Saluran primer 6 2 Kabupaten/Provinsi
Sasuran sekunder 3 3 Kabupaten/Provinsi
Saluran tersier 3 3 P3A
Pemebersihan saluran Saluran primer 12 1 Kabupaten/Provinsi
(gulma air) Sasuran sekunder 4 3 Kabupaten/Provinsi
Saluran tersier 4 3 P3A
Minor repairs and Tanggul pengaman
reshaping of banjir 12 1 Kabupaten/Provinsi
embankments Saluran primer 12 1 Kabupaten/Provinsi
Sasuran sekunder 12 1 Kabupaten/Provinsi
Saluran tersier 12 1 P3A
Bangunan pengatur air:: Semua bangunan Tanggung jawab
– penggemukan pengatur air 2 6 seperti pada jenis
– pelumasan 2 6 sasuran
– pembersihan 4 3
– pengeteran dan 12 1
pengecatan
Pengeteran dan Bervariasi 12 1 Responsibility as for
pengecatan jembatan, the different canals
darmaga dan gedung
Perbaikan ringan dan – kantor 12 1 Pemilik
pemeliharaan fasilitas dan – rumah
peralatan – peralatan
*) Gambaran indikatif, tergantung dari kondisi spesifik dari sistem.

Dikarenakan adanya variasi yang cukup besar dalam kondisi tanah dan hidrologi
di daaerah rawa pasang surut, kecepatan pertumbuhan kembali vegetasi diatas
tanggul dan di dalam saluran berbeda cukup besar. Berdasarkan pengalaman
dan hasil pemantauan yang dlaksanakan selama bertahun-tahun, frekuensi
kegiatan pemeliharaan rutin harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

Kegiatan pemeliharaan rutin dapat direncanakan dan diperhitungkan biayanya


atas dasar prakiraan kebutuhan tenaga kerja, biaya dan frekuensi pekerjaan

7 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
yang diperlukan. Pembuangan sampah yang ada di muka pintu air, pelumasan
dengan gemuk dan oli, serta pembersihan bagian-bagian bangunan air adalah
merupakan bagian tugas rutin dari staf O&P dan penjaga pintu. Selain untuk
biaya bahan-bahan (gemuk, oli dan peralatan pembersih), tidak diperlukan lagi
adanya tambahan biaya secara tepisah. Pekerjaan pemeliharaan rutin lainnya
dilakukan oleh petani sendiri, staf O&P, tenaga kerja dibawah pengawasaan staf
O&P. atau oleh pemborong.

Pemotongan rumput

Tanggul disepanjang saluran primer dan sekunder memerlukan pemeliharaan


rutin dalam jangka waktu yang bervariasi. Kegiatan pemeliharaan tanggul ini
meliputi ;
- pemotongan rumput dan tanaman gulma pada tebing saluran, dimulai dari
batas muka air sampai dengan kaki tanggul bagian luar;
- tanaman gulma perlu dipotong sampai bagian bawah batang (0,05 sampai
0,10 m diatas muka tanah) dengan menggunakan parang, pisau, sabit besar
atau secara mekanik. Bagian akar dan umbinya tidak boleh ikut terangkat
karena sangat berguna bagi perlindungan terhadap erosi;
- sampah tanaman gulma tersebut harus dikumpulkan dan dibuang keluar dari
tanggul dan bila memungkinkan dapat dibakar.

Kriteria kapasitas kerja untuk pemotongan rumput diperkirakan sebesar 225 –


450 m2/orang-hari tergantung dari tinggi dan kerapatan rumput dan tanaman
gulma yang bersangkutan

Pembersihan saluran
Tanaman gulma air diharapkan tidak menjadi penghambat di saluran primer
karena salurannya cukup dalam dan aliran airnya cepat. Untuk membersihkan
tanaman air di saluran sekunder dan tersier, penggunaan tenaga kerja sangat
disarankan. Pembersihan tanaman gulma air dari dasar saluran sekunder

8 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
memerlukan interval waktu yang teratur. Kegiatan pemeliharaan saluran ini
meliputi;
- pemotongan dan pembuangan tanaman air dan ganggang yang mengapung
dan yang tenggelam dari dasar dan tebing saluran; tanaman gulma harus
dipotong serendah mungkin dekat dengan dasar batang dengan
menggunakan parang, pisau, sabit besar atau secara mekanik;
- sampah tanaman gulma air tersebut harus diangkat dari dasar saluran
dengan menggunakan tangan atau alat penggaruk, kemudian dikumpulkan di
belakang tanggul dan selanjutnya dibakar;
- pembersihan tanaman gulma di saluran sekunder dan tersier sebaiknya
dimulai dari ujung bagian hilir, dan dilanjutkan kearah hulu. Pemeliharaan
dasar saluran sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemeliharaan tebing
saluran;
- gangguan aliran air akibat adanya batang pohon, jaring ikan, atau bendung
temporer dari tanah harus segera dibuang untuk menjamin aliran air lancar.

Kriteria kapasitas kerja untuk pembersihan saluran diperkirakan sebesar 165


m2 /orang-hari.

Perbaikan ringan dan pembentukan tanggul

Tanggul longsor akibat curah hujan, retak-retak akibat kekeringan dan


pengkerutan tanah, serta lubang-lubang akibat lalu lintas di atas tanggul harus
diperbaiki secepatnya karena jenis kerusakan ini akan cepat membesar. Talud
dan tanggul saluran harus diperiksa secara teratur dan setiap tahun dilakukan
kegiatan perbaikan sebagai berikut;
- alur-alur bekas erosi, retakan tanah dan lubang-lubang tanggul harus
dibersihkan dari tanaman gulma, lumpur, sampah dan bahan-bahan lainnya;
- lubang-lubang harus ditimbun tanah dan dipadatkan; permukaan timbunan
tanah harus dibentuk cembung, agar bila hujan lebat turun, air dapat mengalir
dengan lancar;

9 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
- lubang-lubang yang dibuat oleh tikus, kepiting dan binatang sejenisnya harus
segera ditutup.

Kriteria kapasitas kerja untuk kegiatan ini diperkirakan sebesar 500 m2 / hari-
orang.

Pemeliharaan bangunan air dan gedung

Bangunan pengatur air harus dibersihkan dari tanaman gulma setiap minggu.
Sampah yang mengganggu operasi pintu harus diangkat setiap hari. Bangunan-
bangunan air harus diperiksa kondisinya dan dilaporkan bila ada yang tidak
berfungsi, dan harus segera diperbaiki. Bagian komponen yang bergerak seperti
pintu-pintu air perlu diberi gemuk dan engsel-engsel serta alur-alur pintu harus
dilumasi dengan oli setiap dua bulan sekali. Setiap empat bulan sekali gemuk
dan oli tersebut harus dicuci dan dibersihkan dengan minyak solar.

Setiap tahun, pada musim kemarau, bagian beton pada bangunan air harus
dibersihkan dari kotoran dan lumut. Bagian logam harus dibersihkan dan dicat
kembali. Baud-baud, skrup dan kunci gembok yang hilang harus segera diganti.
Pecahan atau retakan kecil pada dinding beton dan pasangan batu pada
bangunan harus segera ditambal dengan adukan beton.

Jembatan dan gedung-gedung harus dibersihkan dan dicat ulang setiap tahun.
Bagian komponen logam seperti baud, mur dan lainnya dicat dengan cat anti
karat. Baud, mur dan komponen logam lainnya yang hilang perlu diganti. Kantor
dan rumah petugas O&P perlu diter, dicat dan dikapur dengan cat tembok putih.

Kerusakan berat pada bangunan air dan gedung harus segera dilaporkan dan
diperbaiki melalui program pekerjaan pemeliharaan berkala. Sedangkan untuk
pekerjaan darurat, perbaikan harus segera dilakukan.

10 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
2.2.2 Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala, atau disebut juga pemeliharaan insidental atau


pemeliharaan teratur, terdiri dari pengerukan lumpur dan pembentukan kembali
profil saluran, serta perbaikan tanggul, bangunan air, gedung-gedung, peralatan
dan lain lain. Pekerjaan pemeliharaan ini memerlukan identifikasi dan kuantifikasi
berdasarkan atas hasil pemeriksaan tahunan dan survai volume. Kegiatan ini
tidak dapat ditetapkan sebelumnya dari hasil inventarisasi jaringan. Walaupun
beberapa kebutuhan pemeliharaan berkala dapat dihitung dari umur efektip
(lifetime) bangunan air dan fasilitas yang ada, namun volume yang pasti dan
lokasi pekerjaannya, serta bangunan air atau fasilitas yang mana yang perlu
diganti, akan bervariasi dari tahun ke tahun.

Ringkasan lingkup pekerjaan pemeliharaan berkala disajikan pada Tabel 2.2.


Pengendapan yang aktual dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
seperti juga bervariasi dari waktu ke waktu; kecepatan pengendapan paling
tinggi terjadi segera setelah pembangunan atau peningkatan saluran bila tanggul
belum ditutupi dengan tanaman pelindung, dan bagian saluran di mana terdapat
pertemuan air pasang dari ke dua arah.

Pengerukan lumpur

Saluran primer

Pengerukan lumpur pada saluran primer diperlukan bila kedalaman saluran


menjadi terlalu dangkal untuk lalu lintas air atau bila pekerjaan O&P (drainase,
kualitas air) terhambat. Waktu yang tepat untuk pengerukan lumpur ditentukan
berdassarkan hasil pengukuran tahunan dari beberapa penampang melintang
pada lokasi yang telah ditetapkan.

11 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Pada umumnya, saluran primer terlalu dalam untuk pengerukan lumpur secara
manual, oleh karenanya lebih baik digunakan alat excavator hidrolis atau kapal
keruk. Apabila saluran terlalu lebar untuk jangkauan long-arm excavator maka
perlu digunakan ponton untuk tempat kedudukan excavator agar dapat
menjangkau bagian tengah saluran. Penggunaan kapal keruk yang kecil pada
saluran yang lebih lebar adalah merupakan alternatif yang memungkinkan
dengan kombinasi excavator hidrolis untuk pembentukan tebing saluran dan
tanggul. Perhatian khusus diperlukan untuk mencegah terjadinya pengerukan
yang terlalu dalam oleh kapal keruk pada bagian tepi saluran karena dapat
mengekibatkan tanggul longsor berat.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa proyek, kapasitas kerja efektip per


excavator diperkirakan sebesar 30 m3/jam, dan untuk kapal keruk sebesar
4.000 m3/hari.

Tabel 2.2 Kegiatan pemeliharaan berkala


Kegiatan Lokasi Interval *) Kecepatan Tanggung jawab
(tahun) pengendapan
(m3/m/tahun)
Pengerukan saluran – saluran primer 5 1 Kabupaten/Provinsi
– saluran sekunder 2 0.4 Kabupaten/Provinsi
– saluran tersier 2 0.2 P3A
Perbaikan tanggul longsor – tanggul banjir 2 - Kabupaten/Provinsi
dan kerusakan akibat erosi, – saluran primer 5 - Kabupaten/Provinsi
pembentukan kembali tebing – saluran sekunder 2 - Kabupaten/Provinsi
dan berm – saluran tersier 2 - P3A
Penggantian (bagian-bagian) – bangunan bervariasi - Tanggung jawab
yang rusak dari bangunan air pengatur air seperti pada jenis
dan gedung – gedung saluran
*) Gambaran indikatif, tergantung kepada keadaan spesifik dari sistem

Saluran sekunder

Endapan lumpur dalam saluran sekunder dapat diangkat dengan menggunakan


mesin atau tenaga manusia pada waktu air surut. Untuk pengerukan lumpur

12 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
dengan tenaga manusia menggunakan peralatan tradisionil seperti cangkul dan
keranjang. Produktivitas pengerukan dengan tenaga manusia biasanya rendah,
antara 1 sampai 2 m3/orang-hari, disebabkan kondisi tempat kerja yang
berlumpur.

Upaya-upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan


mengembangkan peralatan yang sesuai seperti skop, serta cangkul dan garpu
yang didesain secara khusus. Dengan peralatan tersebut pekerjaan dapat
dilakukan dari tepi saluran saja untuk menghindari kesulitan bekerja di tempat
yang berlumpur dan memanjat tebing yang licin. Produktivitas kerja bervariasi
antara 2 sampai 8 m3/orang-hari (FAO, 1982), tergantung dari kondisi kerja,
peralatan yang digunakan dan kedalaman yang dikeruk.

Disarankan sebaiknya untuk menggunakan alat penggali mekanik excavator


hidrolis dari pada pengerukan dengan tenaga manusia. Alasan dari pilihan ini
adalah;
- pengerukan dengan tenaga manusia lebih mahal dari pada dengan alat
penggali mekanik;
- produktivitas tenaga kerja manusia jauh lebih rendah dari pada alat penggali
mekanik (1-2 m3/orang-hari dibandingkan dengan 150 m3/hari).
Kualitas galian manusia pada umumnya kurang baik dibandingkan dengan
kualitas alat penggali mekanik karena petani harus bekerja dalam kondisi sulit
(berlumpur dan licin).

Saluran tersier

Apabila pemeliharaan rutin di saluran tersier dilaksanakan dengan baik,


pemeliharaan berkala pada umumnya tidak diperlukan lagi. Bila pemeliharaan

13 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
berkala harus dilakukan, pada umumnya dilakukan dengan tenaga manusia oleh
petani yang diorganisir dalam wadah P3A..

2.2.3 Pemeliharaan darurat

Pemeliharaan darurat mencakup perbaikan-perbaikan yang diperlukan sebagai


akibat kerusakan yang tidak terduga seperti robohnya tanggul atau bangunan air,
kerusakan akibat banjir, dan lain-lain. Untuk mencegah kerusakan yang lebih
besar, diperlukan penanggulangan sesegera mungkin. Kegiatan pemeliharaan
yang lain yang sedang berjalan perlu ditangguhkan untuk dikerahkan pada
pemeliharaan darurat baik tenaga kerjanya maupun peralatan yang tersedia.
Pemeliharaan ini juga diperlukan dalam hal kerusakan kecil pada bangunan air
dan pekerjaan tanah sekitarnya yang menghambat operasi bangunan air.
Sebagai contoh adalah rusaknya komponen yang bergerak seperti engsel dan
tali/kabel yang menggerakkan buka dan tutupnya pintu air. Kerusakan yang
demikian akan berakibat fatal terhadap O&P di lahan usaha tani dan dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman. Perbaikan mendesak sangat
diperlukan.

Pemeliharaan darurat tidak dapat diperkirakan sebelumnya baik dalam


perencanaan maupun pembiayaannya. Dana khusus harus disediakan, atau
dana dari kontrak yang sedang berjalan dapat dialihkan dengan menangguhkan
pekerjaan yang dianggap kurang penting.

2.2.4 Metoda pelaksanaan

Pekerjaan pemeliharaan pada tingkat lahan usaha dilakukan oleh para petani
sendiri. Sedangkan pekerjaan pemeliharaan pada tingkat jaringan utama

14 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
dilakukan oleh pemborong atau tenaga kerja yang dipilih langsung oleh
organisasi O&P di mana sebaiknya diambil dari tenaga kerja dari penduduk
setempat. Hal ini akan menambah penghasilan masyarakat setempat, di
samping dapat diharapkan bahwa tenaga kerja dari petani setempat akan lebih
tertarik untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik di salurannya sendri
dibandingkan dengan tenaga kerja dari luar daerah. Staf O&P terutama
berkonsentrasi pada pengawasan dan administrasi pekerjaan yang diborongkan.
Beberapa hal yang penting pada pekerjaan yang diborongkan akan dibahas
pada uraian berikut.

2.2.5 Pengawasan pekerjaan pemeliharaan yang diborongkan

Pekerjaan pemeliharaan pada tingkat tersier dan lahan usaha dikerjakan oleh
para petani sendiri atau diorganisir oleh P3A. Apabila diorganisir oleh P3A
diharapkan bahwa pekerjaan ini akan dilakukan oleh penduduk setempat. Sejauh
pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan menyangkut saluran primer dan
sekunder serta bangunan pengatur air yang terkait, disarankan agar pemerintah
provinsi atau kabupaten mengusahakan untuk meminimalkan pekerjaan
administrasinya.

Apabila pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh petani setempat, maka
sebaiknya diserahkan kepada pemborong yang profesional, berdasarkan pada
kontrak untuk pekerjaan yang ukurannya cukup besar. Oleh karena itu agar
pekerjaan tersebut lebih efektif sebaiknya menggabungkan beberapa pekerjaan
pemeliharaan kedalam satu kontrak. Disarankan agar mengikut sertakan staf
lapangan O&P dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan pemeliharaan di
wilayahnya. Sebelum pekerjaan dimulai, pemborong diwajibkan untuk
menyerahkan rencana rinci dan jadual kegiatan, yang meliputi metoda kerja dan
urutan kegiatan, untuk memperoleh persetujuan. Rencana kerja harus dibuat
sedemikian rupa sehingga gangguan terhadap fungsi pengelolaan air dari
saluran dan bangunan air dapat diminimalkan. Apabila penutupan saluran

15 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
diperlukan, maka pekerjaan tersebut sedapat mungkin harus dilaksanakan
sebelum musim tanam. Setelah mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang
terkait, rencana kerja dari pemborong harus dijelaskan kepada pengawas dan
staf O&P serta perwakilan P3A sejauh pekerjaan tersebut di wilayah kerja
mereka.

Kriteria dari kualitas kerja yang dapat diterima harus dicantumkan dalam
dokumen lelang. Kriteria ini harus menjadi acuan dasar untuk diterimanya
pekerjaan pemborong.

Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mempunyai perwakilan


permanen yang berada di dalam daerah pekerjaan. Dia akan selalu memberikan
informasi kepada pengawas tentang lokasi pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pemborong harus memperoleh ijin dari pihak terkait apabila dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut akan mengganggu aliran air dalam saluran. Pemborong tidak
boleh ikut campur tangan dalam pengoperasian pintu air.

2.2.6 Metoda kerja dan kriteria hasil kerja

Rekomendasi untuk metoda kerja yang terpenting pada kegiatan pemeliharaan


rutin dan berkala yang diuraikan dalam bagian ini adalah berdasarkan asumsi-
asumsi sebagai berikut;
- tenaga kerja cukup tersedia, kecuali pada saat pengolahan tanah dan masa
panen;
- timbulnya tambahan pendapatan bagi petani di daerah lahan rawa pasang
surut sesuai dengan tujuan proyek, sehingga dapat mengurangi perpindahan
penduduk ke daerah lain:
- daerah proyek pada umumnya terpencil dan mobilisasi alat berat relatif
menjadi mahal;

16 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
- pembakaran tumbuhan pada tanggul harus dihindari karena akan
merangsang pertumbuhan rumput alang-alang yang sifat penyebarannya
tidak merata (resiko erosi) dan tumbuh dengan cepat (resiko pemeliharaan);
- pembersihan tanaman gulma dengan bahan kimia akan membahayakan
kesehatan karena residunya akan mencemari sumber air minum, oleh
karenanya harus dilarang.

2.3 Pelaksanaan operasi

Pada umumnya di saluran primer tidak ditemukan adanya bangunan pengatur


air.Oleh karena itu muka air di dalam saluran primer tersebut ditentukan oleh
fluktuai air pasang surut, dan dapat dipengaruhi pula oleh debit air di sungai.

2.3.1 Operasi bangunan air di saluran sekunder

Apabila di saluran sekunder terdapat bangunan pengatur air, pengoperasian


bangunan tersebut sebaiknya mengikuti pedoman yang diuraikaan pada Volume
II: Pengelolaan Air, kecuali ada kesepakatan umum antara pihak-pihak terkait
bahwa aturan pengoperasian lain harus diikuti.

Kemudian pertanyaan akan timbul, kapan aturan pengoperasian yang normal


harus diikuti, apakah pada saat musim kemarau yang ekstrim atau musim hujan
yang ekstrim juga berlaku. Disarankan agar aturan pengoperasian secara normal
harus diikuti, dan aturan untuk keadaan musim kering dan musim hujan yang
ekstrim hanya dapat diikuti apabila disepakati oleh pemerintah Kabupaten yang
bersangkutan dan perwakilan dari P3A.

2.3.2 Operasi bangunan air di saluran tersier

Apabila di saluran tersier terdapat bangunan pengatur air, pengoperasian


bangunan tersebut sebaiknya mengikuti pedoman yang diuraikaan pada Volume

17 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
II: Pengelolaan Air, kecuali ada kesepakatan umum antara pihak-pihak terkait
bahwa aturan pengoperasian lain harus diikuti.

Di sini juga pertanyaan akan timbul, kapan aturan pengoperasian yang normal
harus diikuti, apakah pada saat musim kemarau yang ekstrim atau musim hujan
yang ekstrim juga berlaku. Di sini bahkan dijumpai keadaan di mana saluran
tersier tertentu mengikuti aturan pengoperasian periode ekstrim, sementara pada
saluran sekunder yang terkait mengikuti aturan pengoperasian yang normal.
Disarankan agar di saluran tersier mengikuti aturan pengoperasian normal, dan
aturan untuk musim kemarau dan musim hujan ekstrim hanya dapat diikuti
apabila terdapat kesepakatan antara P3A dan para petani yang memiliki lahan
sepanjang saluran tersier terkait.

3. PERSIAPAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pada pedoman ini diasumsikan bahwa yang bertanggung jawab atas pekerjaan
O&P ini seperti tertera pada Tabel 2.1.

18 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
3.1 Organisasi

Susunan kelembagaan untuk organisasi pelaksana O&P disajikan dalam


Gambar 3.1.

3.1.1 Organisasi pemeliharaan

Pekerjaan pemeliharaan pada jaringan primer dan sekunder dilaksanakan oleh


pemerintah Kabupaten atau Provinsi. Oleh karena itu penting untuk memiliki
dokumen yang mencakup semua data dan informasi tentang saluran primer dan
sekunder beserta bangunan airnya, serta kebutuhan pemeliharaan dan
frekuansi pemeliharaannya. Berdasarkan atas satuan harga atau jam kerja,
jumlah total biaya pemeliharaan yang dibutuhkan selama satu tahun dapat
ditetapkan. Berdasarkan pada data dan informasi tersebut, dapat disusun suatu
rencana pemeliharaan. Apabila diperlukan, dokumen lelang dapat disiapkan dan
dipublikasikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan persiapan rencana pemeliharaan, sangat penting untuk


berkonsultasi dengan P3A yang bersangkutan dan instansi-instansi terkait yang
bekerja di areal yang sama. Informasi dari kegiatan pemeliharaan aktual yang
tepat waktu akan dapat diberikan untuk mencegah hal-hal yang tidak
menyenangkan bagi para petani yang bersangkutan.

Pemeliharaan jaringan tersier dilaksanakan oleh P3A melalui konsultasi dengan


petani yang bersangkutan. Sangat penting adanya kesepakatan mengenai tugas
dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam pelaksanaan pemeliharaan,
demikian juga mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Sangat
disarankan bahwa pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan sebagai suatu kegiatan
bersama.

19 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Siklus perencanaan pemeliharaan tergantung kepada seberapa besar kebutuhan
suatu sistem jaringan dan prosedur pembiayaannya. Petani harus menyesuaikan
dengan siklus perencanaan pemerintah Kabupaten sehingga dapat menjamin
masukan mereka dalam proses perencanaan dan desain tepat pada waktunya.
Prosedur pendanaan pemerintah Kabupaten biasanya agak kaku sehingga
sering tidak ada ruang untuk pekerjaan ad-hoc.

Pada kenyataannya tidak semua pekerjaan dapat direncanakan mendahului


siklus pemeliharaan tahunan. Suatu kerusakan dari sebuah komponen yang
sederhana dapat mengakibatkan bangunan air tidak berfungsi dengan
konsekuensi lebih lanjut terhadap pengelolaan air dan kondisi tanaman di
lapangan. Suatu dana “darurat” secara terpisah perlu dikelola untuk
memungkinkan dilakukannya perbaikan secara cepat bila diperlukan.

Petani harus diikut-sertakan di dalam penyusunan prosedur perencanaan dan


desain untuk menjamin keberlanjutan keikut-sertaan mereka dan untuk ini perlu
bagi petani untuk mengambil insiatif dalam perencanaan pemeliharaan dan perlu
punya akses ke staf O&P Kabupaten untuk menyerahkan usulan mereka.
Pekerjaan harus dilaksanakan tanpa konsensus awal dan persetujuan dari
petani. Untuk hal-hal yang lebih besar, gabungan P3A dapat menjembatani
antara pemerintah Kabupaten dan petani. Walaupun demikian, penyiapan O&P
yang sifatnya spesifik, Ketua dari P3A yang bersangkutan harus dapat
malaksanakan peranan ini.

20 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
PRESIDEN

DEPARTEMEN DEPARTEMEN BAPPENAS DEPARTEMEN


KIMPRASWIL/PU DALAM NEGERI LAINNYA

DJSDA
A

Konsultan Direktur
NGKAT

PUSAT
T
I

Proyek

GUBERNUR

Konsultan Dinas SDA BAPPEDA Dinas Lainnya


PTPA
Garis Komando
PROV

Proyek
NS

PPTPA Garis Konsultasi


I

Balai PSDA Sub Dinas SDA dan Koordinasi


Garis
BUPATI Bimbingan
KomisiIrigasi
TEN
KA
BU
PA

SUSUNAN KELEMBAGAAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Gabungan P3A Dinas Pengairan

Gambar 3.1 Susunan kelembagaan organisasi operasi dan pemeliharaan

21 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
3.1.2 Organisasi operasi

Seperti diuraikan sebelumnya, pemerintah Kabupaten atau Provinsi bertanggung


jawab atas pengoperasian bangunan air di saluran sekunder dan juga di saluran
primer bila ada bangunan airnya. Berdasarkan aturan pengoperasian yang telah
disepakati bersama, pengoperasani bangunan air harus dilaksanakan.

Hal yang sangat penting adalah bahwa para penjaga pintu harus memperoleh
perintah yang jelas bagaimana untuk mengoperasikan pintu pada keadaan
normal dan bagaimana pada keadaan ekstrim. Penting juga untuk menunjuk
petugas yang dapat dihubungi, di mana penjaga pintu dapat berkonsultasi
apabila timbul pertanyaan yang mendesak.

Sebagai dasar pengoperasian bangunan air adalah aturan secara umum seperti
yang diuraikan dalam Volume II: Pengelolaan Air. Berdasarkan aturan umum ini
langkah pertama dalam menentukan pengoperasian bangunan air pada saluran
sekunder harus dibuat terlebih dahulu. Dalam kerangka kerja ini, pengoperasian
bangunan air untuk bangunan air di saluran tersier dapat ditetapkan, dengan
memperhitungkan rencana tanam pada jaringan tersier. Atas dasar ini,
kesepakatan atas rejim pengelolaan air di lapangan selama musim tanam akan
dapat dicapai, yaitu berupa Rencana Pengelolaan Air. Pelaksanaan operasi
harus dapat dipertahankan selama keadaan normal dan dapat diubah selama
keadaan ekstrim. Berdasarkan data lapangan yang aktual yang diperoleh melalui
pemantauan, rencana dapat diubah untuk musim tanam tahun depan.

3.2 Staf operasi dan pemeliharaan

3.2.1 Kebutuhan staf

22 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Jumlah staf dan latar belakang pendidikan yang diperlukan secara garis besar
disajikan dalam Tabel 3.1. Jumlah kebutuhan staf ini perlu dihitung secara rinci
berdasarkan atas kekhususan sistem jaringan yang bersangkutan dan
ketersediaan dana.

Tabel 3.1 Jumlah dan latar belakang pendidikan staf O&P yang diperlukan
Jabatan Jumlah staf Kabupaten dan Provinsi Jumlah staf P3A per 1 ha sistem
per 1,000 ha sistem jaringan jaringan
Saluran Primer/Saluran Sekunder Saluran tersier

Pengamat 1/5 -
Juru 1/0.5 - 1/1.0 -
Pakarya 1/0.2 – 1/0.4 -

Ketua - 1/30 – 1/60


Sekretaris - 1/30 – 1/60
Kelompok Tani - Per bangunan air tersier

Dalam menetapkan batas dan ukuran wilayah kerja staf O&P, panjang total
saluran dan jumlah serta aksesibilitas dari bangunan pengatur air harus menjadi
pertimbangan.

3.2.2 Pelatihan staf

Semua petani dan staf O&P sangat penting untuk diberikan pelatihan dalam
aspek-aspek O&P lahan rawa pasang surut yang sifatnya spesifik. Standar
modul pelatihan dan manual yang disusun untuk tingkatan staf yang berbeda
(termasuk training of trainers) berikut adalah sesuai untuk tujuan tersebut
(Euroconsult/BIEC/TIA, 1996):
- Modul Pelatihan O&P:
 Volume 1A, 1B Pelatihan Instruktur

 Volume 2 Pengamat Pengairan

 Volume 3 Juru Pengairan dan Pakarya

 Volume 4 P3A, Kepala Desa dan PPL

23 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
- Manual Pelatihan O&P:
 Volume 1A, 1B Pelatihan Instruktur

 Volume 2 Pengamat Pengairan

 Volume 3 Juru Pengairan dan Pakarya


- Manual O&P; Lokakarya Staf Cabang Dinas Pengairan dan Kepala Ranting
Dinas Pengairan.

Pelatihan dilakukan tidak hanya sekali saja, akan tetapi harus diikuti dengan
praktek kerja lapangan, pertemuan-pertemuan dan diskusi dengan sesama
peserta serta evaluasi kinerja peserta oleh staf pengawas (supervisor). Dari
kegiatan lanjutan ini, dapat diidetifikasi perlunya pelatihan tambahan dan faktor-
faktor lain yang mengakibatkan hambatan terhadap kinerja yang diharapkan,
seperti misalnya kurangnya dukungan administrasi dan logistik.

3.3 Fasitas dan peralatan

Kondisi prima suatu kinerja yang baik untuk petani dan staf O&P adalah
ketersediaan peralatan dan fasilitas yang memadai. Daftar peralatan dan fasilitas
kerja disajikan dalam Tabel 3.2.

3.4 Uraian tugas dan manual O&P

Uraian tugas yang jelas bagi semua tingkatan staf sangat penting untuk
menghasilkan kinerja yang baik dan untuk pemantauan kinerja staf O&P.
Lampiran I menyajikan suatu contoh uraian tugas staf O&P.

Manual dan Buku Panduan Lapangan sangat diperlukan untuk staf O&P karena
melengkapi mereka dengan sistem pengumpulan data yang spesifik dan relevan
serta memberi pedoman untuk pelaksanaan tugas mereka.

24 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Tabel 3.2 Fasilitas dan peralatan O&P yang disarankan
Jumlah yang direkomendasikan
Pengamat Juru/ Perkiraan
Fasilitas / Peralatan Pakarya umur-pakai
(tahun)
Saluran Primer Saluran
3,000 – 6,000 Sekunder
ha 700 – 1,500 ha
Gedung kantor (100 m²) - - 15
kantor/rumah (70 m²) 1 - 15
rumah (70 m²) - - 15
rumah (54 m²) - - 15
rumah (36 m²) - 1 15
Tenaga Listrik gen-set (5 kVA) - - 10
gen-set (1 kVA) 1 - 10
petromak - 1 2
lampu senter 1 4 1
Transportasi speedboat/mobil (40 pk) - - 8
ketek (8 pk) 1 - 8
sepeda motor 1 - 5
sepeda - 1 3
Peralatan filling cabinet 1 - 10
Kantor meja & kursi - 1 4
meja & kursi 1 - 4
kursi tamu - - 5
meja&kursi untuk rapat 1 - 5
mesin ketik 1 1 10
Komunikasi Handy Talkie - 1 10
Handphone 1 - 10
Peralatan O&P alat ukur topografi - - 10
salino-meter 1 - 6
kamera foto - - 5
rambu ukur 1 4 1
penakar hujan - 1 5
bor tanah 1 1 5
piezometer - 4 2
meteran (50 m) 1 - 2
meteran (5 m) - 4 1
parang, cangkul, arit - 1 set 1

3.5 Sistem data dan inventarisasi

Pelaksanaan O&P yang efektif memerlukan informasi yang akurat tentang


kondisi tanah dan hidro-topografi lahan serta kondisi khusus lain di lokasi yang
berbeda dalam satu areal. Informasi ini diperoleh dari dokumen yang ada,
dilengkapi dengan data yang dikumpulkan oleh staf O&P. Di bawah ini

25 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
disampaikan daftar sistem data yang paling penting di mana harus tersedia
untuk, dan bila perlu diperbarui oleh staf O&P.

Data untuk prosedur O&P yang harus tersedia di Kantor O&P Kabupaten dan
P3A adalah:
- bagan organisasi bagi organisasi O&P untuk saluran primer dan sekunder
serta bangunan pengatur airnya, dan dokumen lain yang diperlukan dalam
kerangka kerja organisasi dan tanggung jawab yang terkait;
- bagan organisasi P3A dan organisasi petani lainnya di dalam areal, dengan
peta yang menunjukkan wilayah yuridiksi serta daftar nama dan alamat
pengurusnya;
- administrasi petugas O&P dan uraian tugas mereka;
- fotokopi peraturan pemerintah yang terkait; Manual O&P, Buku Panduan
Lapangan serta bahan instruksi dan pedoman lain;
- formulir survai dan pemantauan O&P.

Data tentang prasarana O&P yang harus tersedia di Kantor O&P Kabupaten dan
P3A adalah:
- inventarisasi saluran yang mencakup panjang dan penampang melintang
berdasarkan hasil desain atau as-built drawing, bila tersedia. Bila ada
perubahan dalam sistem jaringan yang dibuat oleh pihak lain dengan atau
tanpa persetujuan pemerintah (misalnya menghubungkan saluran buntu ke
saluran lain) juga harus dimasukkan;
- inventarisasi bangunan air (bangunan pengatur air, jembatan dan dermaga)
beserta ukurannya berdasarkan hasil desain atau as-built drawing, bila
tersedia;
- inventarisasi unit tersier, sekunder dan primer (jumlah, luas, jumlah petani,
penggunaan lahan, P3A);
- gambar desain dan as-built drawing;
- inventarisasi semua fasilitas dan peralatan serta aset lain milik organisasi
O&P;

26 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
- hasil pemutahiran tahunan inventarisasi;
- hasil survai kebutuhan pemeliharaan;
- laporan-laporan yang relevan, catatan desain atau dokumen lain yang
berhubungan dengan prasarana.

3.6 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

3.6.1 Struktur organisasi

P3A perlu diorganisir dan dilatih agar mereka mampu mengerjakan tugas
mereka. Struktur organisasi dan tugas P3A secara memadai diuraikan dalam
peraturan pemerintah yang terkait. Di daerah rawa pasang surut, satu P3A
biasanya mencakup beberapa unit tersier dengan sub-grup per tersier. Untuk
koordinasi pada tingkat yang lebih tinggi, suatu Gabungan P3A dapat dibentuk
yang terdiri dari perwakilan beberapa P3A. Batas wilayah P3A sebaiknya sama
dengan batas hidrolik sistem jaringan. Blok tersier harus terdiri dari semua petani
yang memanfaatkan air dari satu tersier yang sama sehingga dengan demikian
batas blok tersier terletak di tengah dua tersier.

3.6.2 Operasi dan pemeliharaan oleh P3A

Tanggung jawab pengoperasian bangunan pengatur air pada saluran tersier


terletak pada P3A yang bersangkutan, sedangkan pengoperasian pintu air pada
saluran sekunder dan primer merupakan tanggung jawab dari petugas O&P
pemerintahan Kabupaten atau Provinsi. Salah satu tugas penting dari P3A
adalah tercapainya kesepakatan antar anggota dalam pengoperasian pintu air,
serta mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bila terjadi konflik. Pengurus
P3A diharapkan dapat menunjuk petugas pintu air di setiap pintu saluran tersier.

Petani perorangan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan air di


lahan masing-masing, dan diharapkan melalui keanggotaan P3A mereka akan

27 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
menjadi lebih sadar akan pentingnya O&P yang baik, serta akan memberi
perhatian lebih untuk mengembangkan jaringan kuarter di lahannya.

3.6.3 Pembentukan P3A

Berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku, inisiatip untuk membentuk


organisasi P3A datang dari pemerintahan daerah (Camat, Kepala Desa), dengan
petunjuk dari Dinas Pengairan untuk hal-hal yang berhubungan dengan masalah
teknis, dan Dinas Pertanian untuk masalah pertanian. Untuk maksud tersebut,
perlu dilakukan pertemuan/rapat, pimpinan perlu ditunjuk, keuntungan menjadi
anggota P3A perlu dijelaskan, batas wilayah P3A perlu ditetapkan, dan mereka
perlu dibantu untuk menyusun aturan yang sifatnya khusus. Terakhir, organisasi
P3A ini harus dilegalisir sampai memiliki kekuatan hukum.

Menjelaskan keuntungan menjadi anggota P3A akan lebih memberikan


rangsangan keinginan diantara petani untuk membentuk P3A dari pada
menekankan pada tugas dan tanggung jawab mereka. Pada umumnya
keuntungan ini mencakup:
- untuk petani:
 organisasi dengan status resmi;

 meberikan kerangka kerja untuk bekerja sama;


 pengelolaan air dan tanah yang lebih baik akan menghasilkan produksi
yang lebih tinggi;
 memberikan petani kesempatan untuk menentukan O&P jaringannya;

 memungkinkan dilakukannya hubungan komersial dengan pemerintah


dan pihak swasta.
- untuk pemerintah:
 investasi prasarana akan dimanfaatkan dengan lebih baik;
 mengamankan biaya O&P;

28 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
 menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi;
 pengembangan dapat berjalan dengan stabil.

4. PROSEDUR PERENCANAAN

Perencanaan dan pembiayaan kegiatan O&P tahunan dan musiman harus


mengikuti prosedur standar. Sebagai contoh jadual waktu kegiatan O&P untuk
perencanaan tahunan ditunjukkan pada Gambar 4.1. Suatu rencana harus
disusun untuk dapat memberikan arahan dan sasaran dari berbagai macam
kebutuhan pemeliharaan, peningkatan staf O&P, fasilitas dan peralatan,
pelatihan dan pengembangan P3A, kebutuhan dana O&P, dan lain-lain.

4.1 Perencanaan operasi

Tujuan dari pengoperasian sistem jaringan adalah sedapat mungkin memberikan


kepuasan kepada petani agar tidak terjadi konflik terhadap kebutuhan air untuk
suplesi dan drainasi di lahan mereka. Hal ini akan berhubungan langsung
dengan kebutuhan pertanian dan kondisi lahan usaha tani (Gambar 4.2). Dalam
beberapa kasus, kebutuhan akan navigasi dan air minum penduduk, harus ikut
diperhitungkan juga. Perencanaan operasi ini akan mencakup:
- rencana tanam musiman;
- rencana O&P;
- rencana pemantauan dan percontohan

29 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
30 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Kegiatan Musim Hujan Musim Kemarau
O N D J F M A M J J A S

Musim tanam

Operasi
Rencana operasi musiman
– rencana tanam
– rencana pengelolaan air
– rencana pemantauan dan
percontohan
Rencana mingguan operasi
pintu air
Operasi pintu air harian

Pemantauan

Pemeliharaan
Inspeksi lapangan bulanan
Survai
Pengalokasian dana
Rencana pelaksanaan
pemeliharaaan

Pelaksanaan pemeliharaan

Gambar 4.1 Jadual waktu kegiatan O&P

31 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
I. MUSIM TANAM II. MINGGUAN III. HARIAN

PENYESUAIAN PENGOPERASIAN

Muka Air

Lahan Usaha
Saluran
Bangunan Air

PEMANTAUAN

OPERASI BANGUNAN AIR

TARGET OPERASI

RENCANA PENELOLAAN AIR

Masuka Koordinas
Tujuan Siklus Perencanaan
n i

Kalender Tanam P3A I. RENCANA Muka Air


dan Kelompok Tani Lahan Optimal Musim Tanam
Pola Tanam
PENGELOLAAN AIR dan Kualitas Air
Pertanian

Rencana Muka Air Minggua


Pengelolaan Air II. TARGET OPERASI Saluran Optimal n
P3A
versus Muka Air dan Kualitas Air
Kelompok Tani
Aktual di Lahan

Target Operasi
P3A
III. OPERASI Pengaturan
versus Muka Air BANGUNAN Optimal., Operasi Harian
Aktual di Kelompok Tani Pintu dan
Saluran Penjaga Pintu AIR Bangunan Air

Gambar 4.2 Perencanaan operasi pada jaringan tersier

32 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
4.1.1 Rencana tanam musiman

Rencana tanam musiman harus dapat mengindikasikan pada setiap unit tersier :
- jenis-jenis tanaman yang akan ditanam dan lokasi setiap jenis tanaman;
- kalender tanam.

Rencana tanam ini sebaiknya disusun bersama antara P3A dan PPL
berdasarkan atas rencana petani perorangan untuk musim tanam berikutnya.
Perencanaan tanam utama untuk musim hujan harus memperhitungkan juga
untuk tanam kedua yaitu tanaman musim kemarau. Renana tanam juga sangat
berguna untuk tujuan penyuluhan, dan dapat menjadi dasar pelaksanaan
kegiatan kolektif lain oleh P3A.

Satu tujuan penting dari penyiapan rencana tanam adalah guna merangsang
para petani untuk menanam jenis tanaman yang membutuhkan pengelolaan air
yang sama, selain untuk mensinkronkan waktu tanam di antara petani dalam
satu unit pengelolaan air. Hal in penting untuk mengurangi timbulnya konflik
dalam kebutuhan pengelolaan air diantara petani. Sinkronisasi waktu tanam juga
akan mengurangi dampak akibat serangan hama dan penyakit tanaman.

4.1.2 Rencana operasi dan pemeliharaan

Rencana O&P musiman memberikan kerangka kerja di mana muka air saluran
(target operasi) dan pengoperasian bangunan air harian akan didasarkan. Aturan
pengoperasian dan muka air yang disarankan pada kondisi yang berbeda-beda
telah dijelaskan dalam Volume II: Pengelolaan Air.

Berdasarkan ketentuan umum yang berlaku, P3A dan khususnya pimpinan blok
tersier harus menyusun rencana operasi pintu tersier. Rencana pengoperasian
pintu pada saluran sekunder harus disusun oleh staf O&P bekerja sama dengan

33 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
P3A dan petugas penyuluhan pertanian. Rencana tersebut akan memberikan
gambaran tentang tujuan dari pengelolaan air dan muka air saluran yang harus
dijaga selama pengoperasian normal dan pengoperasian pada kondisi ekstrim
musim hujan dan musin kemarau, serta kebutuhan untuk pengoperatian pintu.
Rencana tersebut disarankan untuk disepakati secara tertulis antara pengguna
air (atau wakilnya), staf O&P dan staf penyuluhan pertanian.

Masukan yang diperlukan untuk penyusunan rencana O&P tersebut meliputi:


- rencana tanam;
- ramalan pasang surut (tanggal pasang purnama dan pasang perbani) dan
fluktuasi muka air bukan pasang surut yang diharapkan;
- kondisi fisik lahan yang dilayani bangunan air;
- katagori hidro-topografi yang dominan;
- jenis tanah yang dominan;
- disamping dari peta dan laporan survai yang ada, informasi harus juga
diperoleh dari pengalaman selama musim tanam sebelumnya, khususnya
tentang kemungkinan adanya irgasi pasang surut;
- kondisi saluran dan bangunan air saat ini.

Konflik mungkin akan timbul misalnya antara kebutuhan air minum penduduk
dengan drainasi, atau antara petani yang memiliki lahan beririgasi pasang surut
dengan mereka yang memerlukan muka air rendah secara permanen untuk
keperluan drainasi. Suatu kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak
harus dapat dicapai baik pada tingkat tersier maupun tingkat sekunder.

Di dalam sistem jaringan yang mempunyai bangunan pengatur air, baik pada
tingkat tersier maupun sekunder, rencana yang belakangan harus sebanyak
mungkin dapat memenuhi kebutuhan rencana yang pertama. Disamping itu,
pengoperasian bangunan air akan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing seperti untuk lalu lintas air, untuk air minum penduduk, atau untuk
penggelontoran saluran secara teratur.

34 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Target operasi dibuat untuk penjaga pintu, menunjukkan posisi pintu pada saat
air surut dan saat air pasang serta muka air yang harus dijaga di saluran dengan
pengaturan pintu air.

4.1.3 Rencana pemantauan dan percontohan

Pemantauan memberikan evaluasi terhadap efektivitas pekerjaan O&P, untuk


mengidentifikasi bila terjadi perubahan atau fluktuasi di dalam kondisi alamiah
(tanah, sungai, kualitas air) dan buatan (saluran, tanggul, bangunan air) serta
untuk mengumpulkan data yang dapat dipergunakan untuk penyusunan
perencanaan mendatang. Aspek-aspek yang perlu dipantau meliputi:
- tata guna lahan, pertumbuhan tanaman dan produksi;
- curah hujan;
- muka air sungai dan salinitas;
- kedalaman air tanah, pH serta kandungan besi (Fe3+);
- muka air saluran, pH dan salinitas;
- operasi pintu yang aktual;
- kondisi pemeliharaan prasarana.

Sangat disarankan bahwa dalam melaksanakan pemantauan harus diikuti


dengan percontohan pelaksanaan O&P yang baik. Dua atau tiga tipikal unit
sekunder atau tersier yang dilayani oleh satu pintu air dapat dipilih sebagai
percontohan di mana petugas O&P akan memberikan perhatian khusus untuk
melaksanakan O&P yang optimum, bersamaan dengan pemantauan terhadap
muka air saluran dan muka air tanah beserta kualitasnya.

Setiap tahun sebelum penyusunan pembiayaan tahunan, suatu rencana harus


dibuat, apa yang akan dipantau, dimana dan berapa kali. Stasiun pengamatan
permanen seperti penakar hujan dan pencatat muka air otomatis (AWLR) sudah
jelas tempatnya, sementara lokasi dan frekuensi pengamatan untuk hal-hal

35 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
lainnya perlu ditetapkan dan bila perlu direvisi. Disamping program pengumpulan
data, rencana pemantauan harus juga menetapkan kebutuhan akan peralatan,
bahan-bahan dan pembiayaan, tanggung jawab staf dalam pengumpulan data,
seta bagaimana dan oleh siapa data tersebut akan diproses dan dipublikasikan.

4.2 Perencanaan pemeliharaan

Perencanaan pemeliharaan meliputi:


- perkiraan kebutuhan pemeliharaan untuk penyusunan perhitungan biaya dan
permintaan dana;
- perencanaan pelaksanaan pekerjaan setelah tersedianya alokasi dana yang
dibutuhkan.

4.2.1 Tanggung-jawab pemeliharaan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, petani dan P3A bertanggung jawab untuk
tingkat lahan usaha dan saluran tersier, sedangkan pemerintahan Kabupaten
dan Provinsi bertanggung jawab pada pemeliharaan saluran primer dan
sekunder. Dalam keadaan spesifik tertentu pembagian tanggung jawab ini tidak
diikuti secara ketat sekali. Sebagai contoh, di areal yang saluran tersiernya
cukup besar, petani tidak dapat melakukan pemeliharaan salurannya dengan
baik, khususnya apabila P3A nya belum berkembang dengan baik. Dalam hal ini,
pemerintah Kabupaten/Provinsi dapat memberikan bantuan kepada petani,
seperti pengerukan lumpur di saluran tersier sekali dalam beberapa tahun,
sementara petani akan melaksanakan pemeliharaan rutinnya.

4.2.2 Penghitungan kebutuhan pemeliharaan

Kebutuhan pemeliharaan harus dihitung sebelum penyusunan pembiayaan


tahunan. Pembiayaan yang realistik harus didasarkan atas kebutuhan nyata,
atau Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaat (AKNOP) (PP77), dan

36 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
bukan atas dasar angka rata-rata per hektar atau kriteria lain yang lebih dibuat-
buat. Penghitungan kebutuhan nyata pemeliharaan memerlukan hal-hal sebagai
berikut:
- pemutahiran sistem inventarisasi, dalam hal:
 panjang dan penampang melintang saluran dan tanggul;
 jumlah, jenis dan dimensi desain dari bangunan air dan gedung;
 jumlah dan jenis peralatan O&P.
Data tersebut bersama dengan frekuensi pekerjaan yang diperlukan akan
menjadi dasar penghitungan kebutuhan pemeliharaan rutin;
- survai kondisi pemeliharaan untuk menetapkan kebutuhan pemeliharaan
berkala. Survai ini meliputi:
 kondisi saluran, tanggul dan bangunan air;
 jumlah pengendapan di dalam saluran;
 kondisi fasilitas dan peralatan.
Dasar dari informasi ini adalah laporan pemeriksaan bulanan yang dibuat
oleh staf lapangan O&P. Sebagai tambahan, setiap tahun penampang
melintang saluran di mana terjadi pengendapan lumpur yang berat perlu
disurvai untuk menentukan jumlahnya. Penggalian kembali atau pengerukan
lumpur dibenarkan apabila terjadi hambatan dalam pengelolaan air dan
fungsi transportasi.

Kebutuhan pemeliharaan berkala harus didasarkan atas urutan prioritas:


- prioritas tinggi: pemeliharaan mana, bila tidak dikerjakan, akan beresiko
serius mengakibatkan pemanfaatan prasarana dan
peralatan dengan baik tidak mungkin;
- prioritas sedang pemeliharaan mana, bila tidak dikerjakan, akan membatasi
pemanfaatan prasarana dan peralatan secara optimum,
tanpa mengakibatkan seluruhnya tidak mungkin;
- prioritas rendah pemeliharaan mana dapat ditunda untuk dilaksanakan
tahun berikutnya tanpa berakibat serius.

37 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
4.2.3 Perencanaan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan

Urutan prioritas pekerjaan pemeliharaan dapat membantu dalam menetapkan


perencanaan pemeliharaan akhir. Pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan prioritas
rendah dapat ditunda pelaksanaannya guna mendukung pekerjaan yang lebih
mendesak yang baru ditemukan.

Kebanyakan pekerjaan pemeliharaan rutin dapat dilakukan dengan tenaga


manusia yang dipekerjakan langsung oleh P3A atau oleh organisasi O&P. P3A
dapat langsung melaksanakan pekerjaan pemeliharaan pada jaringan tersier.
Asalkan pekerjaan ini dilakukan secara teratur, waktu yang tepat untuk
melaksanakan pemeliharaan tidaklah sangat penting.

Pemeliharaan berkala pada jaringan primer dan sekunder pada umumnya


dilakukan oleh pemborong. Dokumen lelang dan perintah kepada pemborong
harus jelas menyatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak boleh mengganggu
kegiatan pertanian petani yang sedang berjalan. Pekerjaan yang memerlukan
penutupan saluran sedapat mungkin direncanakan dilakukan pada waktu lahan
tidak ditanami (musim bera), yaitu setelah panen tanaman ke dua.

4.3 Koordinasi dengan instansi terkait lainnya

Koordinasi yang erat dengan instansi terkait lainnya sangat diperlukan,


khususnya dengan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), staf
pemerintahan daerah (Camat, Kepala Desa), dan perwakilan dari organisasi
petani. Oleh karena itu disarankan untuk selalu mengadakan pertemuan/rapat
dengan semua pihak terkait pada saat-saat yang diperlukan. Topik yang akan
didiskusikan tergantung masalah-masalah yang ada pada tahun itu, termasuk
perencanaan dan pelaksanaan O&P (pengoperasian pintu, masalah keasaman
dan keracunan, banjir, kekeringan, air minum), aspek-aspek pemeliharaan

38 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
(kebutuhan pemeliharaan, ketersediaan dana, pelaksanaan dan prioritasisasi,
pemeliharaan saluran tersier oleh petani) dan hal-hal yang terkait dengan P3A.

39 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
5. PROSEDUR PEMBIAYAAN

Pembiayaan O&P yang tidak mencukupi merupakan penyebab utama kinerja


yang buruk dari kebanyakan daerah pengembangan lahan rawa pasang surut.
Untuk memperbaiki kualitas dan efisiensi dari perencanaan pembiayaan,
prosedur yang standar dan transparan sangatlah penting. Prosedur yang
disarankan pada bab ini didasarkan atas konsep Angka Kebutuhan Nyata O&P
(AKNOP).

5.1 Angka kebutuhan nyata O&P

AKNOP adalah suatu alat manajemen yang memberikan suatu gambaran


tentang kebutuhan biaya O&P tahunan dari suatu sistem jaringan dan dapat
digunakan untuk penyusunan perencanaan pembiayaan jangka panjang, jangka
pendek serta tahunan. Perencanaan pembiayaan ini didasarkan atas hasil
inventarisasi prasarana hidraulis serta fasilitas dan peralatan yang ada dalam
sistem jaringan yang bersangkutan. Biaya pemeliharaan rutin pada awalnya
diperkirakan atas dasar asumsi terhadap jenis dan frekuensi dari pekerjaan yang
diperlukan. Melalui pemantauan secara teratur, asumsi tersebut dapat diperbaiki
dan disesuaikan terhadap kondisi-kondisi khusus di setiap bagian dari sistem.
Biaya pemeliharaan berkala adalah untuk AKNOP jangka panjang diperkirakan
atas dasar biaya penggantian rata-rata dari bagian yang bersangkutan, dan
untuk AKNOP tahunan diperkirakan atas dasar survai lapangan kebutuhan nyata
pemeliharaan dan perbaikan. Secara ringkas, penyusunan pembiayaan tahunan
dari kebutuhan pemeliharaan memerlukan:
- pemutahiran data inventarisasi;
- survai lapangan untuk menetapkan kebutuhan pemeliharaan berkala;
- perhitungan kembali secara hati-hati kebutuhan pemeliharaan rutin.

AKNOP biasanya memerlukan pembiayaan tahunan sedikit lebih tinggi dari pada
yang biasa dianggap mencukupi. Biaya ini lebih besar dari pada yang

40 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
dikompensasikan melalui penghematan biaya perbaikan besar atau biaya
rehabilitasi, di mana akan diperlukan setiap beberapa tahun apabila biaya
tahunan tidak sesuai dengan kebutuhan nyata pemeliharaan. Keuntungan lain
dari AKNOP adalah:
- AKNOP menstandarisir dan memfasilitasi penyusunan perencanaan
pembiayaan jangka panjang dan tahunan;
- AKNOP jangka pendek didasarkan atas kebutuhan nyata dan oleh karena itu
merupakan jaminan bahwa prasarana hidraulis dapat dijaga dalam keadaan
berfungsi dengan baik;
- AKNOP menghasilkan suatu pendekatan sistematik terhadap perencanaan
dan pembiayaan di mana semua aspek akan dicakup dengan baik;
- AKNOP dapat digunakan untuk memantau kebutuhan pemeliharaan
sepanjang tahun dan untuk membandingkan biaya O&P dari sistem yang
berbeda;
- terakhir, AKNOP dapat digunakan untuk menetapkan tingkat pengembalian
biaya dari sistem yang bersangkutan.

5.2 Kebutuhan pembiayaan O&P

Biaya operasi dan pemeliharaan meliputi:


I Biaya operasi
- gaji staf dan tunjangan. Secara umum di dasarkan atas sekala standar gaji
pemerintah. Tunjangan meliputi honorarium, perjalanan dinas dan
perlengkapan lapangan. Dalam hal staf O&P diangkat untuk mengawasi lebih
dari satu sistem, biaya mereka dapat dimasukkan dalam pembiayaan sistem
yang lebih besar atau di bagi dalam dua sistem;
- biaya operasional fasilitas dan peralatan. Biaya ini meliputi biaya alat tulis
kantor, listrik, operasional alat transport dan komunikasi, serta bahan-bahan
yang diperlukan untuk operasional lapangan. Biaya ini juga biasanya
mencakup biaya tenaga kerja diluar dari yang dipekerjakan khusus untuk
pekerjaan pemeliharaan;

41 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
- biaya pemeliharaan peralatan. Untuk tujuan perencanaan jangka panjang,
biaya ini dapat dihitung dari umur efektip peralatan yang diharapkan. Untuk
penyusunan biaya tahunan harus didasarkan pada (perkiraan) kebutuhan
nyata perbaikan dan penggantian;
- biaya operasional lain. Biaya ini meliputi biaya pertemuan/rapat (Temu
Karya), loka-karya lapangan, pelatihan, dan lain-lain. Untuk rencana jangka
panjang, biaya ini dapat dihitung secara kasar, sedangkan untuk
pembiayaan tahunan harus didasarkan atas perencanaan yang realistis:
II Biaya pemeliharaan
- biaya pemeliharaan rutin saluran dan tanggul. Sedimentasi dalam saluran,
erosi tanggul, dan lain-lain tersedia dari hasil pemantauan pemeliharaan;
- biaya pemeliharaan berkala pengerukan lumpur saluran. Untuk perencanaan
jangka panjang, pada awalnya kecepatan pengendapan yang didapat dari
hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar penghitungan biaya. Untuk
penyusunan biaya jangka pendek, jumlah pengendapan perlu disurvai setiap
tahun. Hasil dari survai ini akan memungkinkan penyesuaian kecepatan
pengendapan untuk perencanaan jangka panjang sesuai dengan keadaan
areal yang bersangkutan;
- biaya pemeliharaan rutin bangunan air dan gedung. Biaya ini meliputi biaya
pembersihan, pelumasan dan penggemukan komponen-komponen
bangunan air yang bergerak, pengecatan atau pengeteran kayu dan logam,
pengecatan putih tembok/dinding dan atap, dan lain-lain. Biaya ini harus
didasarkan pada kuantitas nyata (jumlah bangunan air dan gedung di kalikan
dengan luas areal yang dicat) yang diperoleh dari gambar desain dan
inventarisasi sistem jaringan;
- biaya pemeliharaan berkala bangunan air dan gedung. Untuk tujuan
perencanaan jangka panjang, biaya ini dapat dihitung dari umur efektif yang
diharapkan dari bangunan air dan gedung yang bersangkutan. Sedangkan
untuk penghitungan biaya tahunan harus didasarkan atas (perkiraan)
kebutuhan nyata perbaikan dan penggantian.

42 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Urutan prioritas harus dibuat dalam rangka menyusun kebutuhan pemeliharaan
berkala saluran, bangunan air dan gedung untuk membedakan antara prioritas
tinggi, sedang dan rendah. Pemeliharaan rutin sangat penting untuk menjaga
agar prasarana dapat berfungsi dengan baik, oleh karena itu tidak diperlukan
adanya urutan prioritas.Jadual kegiatan pembiayaan O&P di sajikan dalam
Gambar 5.1.

Rincian biaya tersebut secara umum berlaku untuk biaya langsung O&P dari
suatu sistem jaringan.

5.3 Pengembalian biaya (Cost recovery)

Untuk pelaksanaan O&P jaringan primer dan sekunder, pemerintah Kabupaten


atau Provinsi harus dapat menyediakan dana dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Pemerintah Pusat dapat membantu Kabupaten atau
Provinsi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Untuk jaringan tersier, petani harus melaksanakan O&P nya dengan tenaga
kerjanya sendiri, atau dari pendanaan P3A. Dalam hal P3A tidak mampu untuk
memenuhi tugas ini, pemerintah Kabupaten dapat memberikan bantuan kepada
P3A atas dasar kebutuhan dasar O&P seperti dijelaskan dalam Undang-Undang
Sumber Daya Air.

43 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Catatan
Kimpraswil/PU
Konsultansi
Rencana Kerja Awal
Nota Keuangan
Rencana Kerja Rinci
DUP
DIP
Rencana Kerja Akhir

Petani/P3A
Pemantauan
Inventarisasi
Rencana Kerja Awal
Rencana Kerja Rinci
Rencana Kerja Akhir

Gambar 5.1 Jadual kegiatan indikatif perencanaan dan pembiayaan O&P pada tingkat Kabupaten / Provinsi

44 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan terdiri dari pengumpulan data, memproses data sampai menjadi


informasi yang berguna, dan pelaporan dari hasil pemantauan. Informasi yang
berguna bagi penjaga pintu tidak sama dengan informasi yang berguna bagi
tingkatan staf lain dalam orgasisasi O&P. Pada tingkatan Dinas Kabupaten,
sebagai contoh, menerima laporan harian data muka air saluran, bahkan bila
berkaitan dengan target muka air, tidak bermanfaat sama sekali. Dengan
berjalannya waktu, data akan sampai ke kantor sudah kadaluwarsa, sementara
melalui pengiriman data harian dari banyak pintu air akan memakan terlalu
banyak waktu staf. Staf ini memerlukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, sebagai contoh suatu ringkasan atau analisa statistik dari data muka air
selama satu musim penuh dalam kaitannya dengan target muka air, kualitasd air
dan produksi tanaman. Hal ini akan memudahkan mereka dalam mengevaluasi
efektivitas O&P dan menarik kesimpulan yang berguna bagi perencanaan O&P
mendatang dalam unit yang bersangkutan.

Bila tidak dikelola dengan hati-hati dan dibatasi dengan ketat apa yang benar-
benar diperlukan, pemantauan akan menghasilkan kumpulan data yang tidak
berguna. Penyampaian data dengan jelas sangatlah penting.

Kebanyakan dari pemantauan harus dilaksanakan oleh staf Kabupaten atau staf
Provinsi yang secara permanen berada di lapangan yaitu organisasi O&P.
Apabila mungkin, prosedur pemantauan harus distandarisir dan dicegah jangan
sampai tumpang tindih dengan kegiatan serupa yang dilaksanakan oleh instansi
lain. Kerja sama yang erat dengan Departemen Pertanian sangat diperlukan
dalam pemantauan jenis dan produksi tanaman.

44 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
6.1 Meteorologi dan hidrologi

Kecuali untuk curah hujan, data meteorologi lainnya digunakan terutama untuk
tujuan perencanaan jangka panjang. Satu stasiun meteorologi biasanya
mencukupi untuk areal yang agak luas, mencakup beberapa daerah
pengembangan rawa pasang surut. Pengamatan dilakukan oleh staf khusus,
bukan oleh staf O&P biasa.

Curah hujan

Disamping untuk tujuan perencanaan jangka panjang, data curah hujan


digunakan untuk menetapkan pengoperasian pintu air. Disarankan satu stasiun
curah hujan per Juru. Pemasangan penakar hujan sebaiknya mengikuti standar
KIMPRASWIL: penakar terbuka 200 cm2 (diameter 16 cm), terletak 1,20 m di
atas muka tanah, pemasangan tidak terlalu dekat dengan pohon-pohonan dan
gedung, serta dilindungi dengan pagar. Curah hujan diukur tiap hari pada jam
07.00 pagi dengan menggunakan gelas ukur standar. Jika tidak tersedia gelas
ukur standar, gelas ukur biasa dapat digunakan. Dengan penakar terbuka 200
cm2, setiap 20 cm3 menunjukkan curah hujan 1 mm.

Muka air sungai

Disamping untuk tujuan perencanaan jangka panjang, pencatatan muka air


sungai penting untuk mengecek hidro-topografi aktual di dalam sistem jaringan
yang bersangkutan dan fungsi dari pada saluran. Jumlah dan lokasi stasiun dan
perioda pengamatan tergantung pada hasil analisa rejim sungai. Pada sungai
yang dipengaruhi pasang surut penuh, mungkin cukup setiap tahun
mengoperasikan stasiun selama satu bulan pada musim hujan dan satu bulan
pada musim kemarau. Pengoperasian stasiun pengamatan muka air sungai
bukan merupakan tugas biasa dari staf O&P, oleh karena itu tidak dibahas dalam
bab ini.

45 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
6.2 Operasi pintu air

Penjaga pintu harus menyimpan catatan harian dari pengoperasian pintu air
aktual dan muka air (non-pasang surut) bagian hulu saluran. Informasi ini harus
dievaluasi oleh staf O&P dalam kaitannya dengan kualitas tanah dan air serta
pertumbuhan tanaman di dalam daerah layanan pintu. Ini akan memberikan
indikasi efektivitas pengoperasian pintu dan akan membantu dalam pengambilan
keputusan target pengoperasian pintu periode berikutnya.

Disarankan agar setiap Juru memilih dua atau tiga unit O&P sebagai unit
percontohan di mana dia akan memberikan perhatian khusus terhadap
pengoperasian pintu dan secara teratur mengukur muka air dan kualitas air
tanah.

6.3 Muka air saluran dan kualitas air

Pencatatan fluktuasi muka air saluran diperlukan dari waktu ke waktu untuk
mengecek hidro-topografi lahan setempat atau untuk mengecek berfungsinya
saluran dengan baik. Jika fluktuasi air sangat berkurang, hal ini dapat
menunjukkan terjadinya pengendapan di dalam saluran. Pembacaan ini harus
dilakukan bersamaam dengan pengamatan stasiun muka air sungai.

Pembacaan muka air pasang surut pada rambu ukur sebaiknya dilakukan dua
jam sekali. Walaupun dengan rambu ukur yang dipasang secara temporer,
elevasi nol rambu ukur tersebut harus diikatkan dengan Benchmark terdekat
melaui pengukuran topografi, di mana sebaiknya diikatkaan ke elevasi muka air
laut rata-rata (MSL), atau paling tidak ke elevasi referensi proyek (PRL) yang
diketahui. Semua data muka air kemudian dapat dinyatakan dalam MSL atau
PRL.

46 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Aspek kualitas air saluran, di mana pada umumnya perlu untuk dipantau adalah
salinitas dan keasaman air.

Salinitas

Salinitas air dapat diukur dengan alat pengukur penghantar listrik (electrical
conductivity meter) dan dinyatakan dalam mS/cm (milli-Siemens per centimetre)
atau dalam bagian per seribu (ppt, parts per thousand). Sejauh air asin ini tidak
menggenangi lahan, intrusi air asin yang terjadi sewaktu-waktu ke dalam saluran
tdak merusak tanaman. Kebutuhan untuk pengukuran salinitas air oleh staf O&P
harus dihitung disetiap areal. Dalam banyak hal, dengan merasakan air sudah
cukup untuk menentukan apakah pintu air harus ditutup untuk mencegah
masuknya air asin ke dalam saluran.

Keasaman

Pada daerah di mana masih terdapat keasaman, pengukurannya biasanya


dilakukan dengan mencelup selembar kertas indikator pH ke dalam air dan
kemudian membandingkan warna kertas pH tersebut dengan warna standar
yang ada. Nilai pH kurang dari 5 adalah sangat asam dan perlu penyesuaian
pengoperasian pintu, yaitu membuang air dalam saluran dan mengisikannya
kembali dengan air yang kualitasnya lebih baik.

Disarankan agar pemantauan secara teratur keasaman di dalam saluran


dilakukan paralel dengan pengamatan air tanah pada beberapa unit tersier
terpilih. Di areal lainnya, hanya pengukuran keasaman sewaktu-waktu harus
dilakukan yaitu dalam hal adanya keraguan terhadap kualitas air atau bila
kualitas airnya sangat memburuk.

47 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
6.4 Muka air tanah dan kualitas air

Disarankan agar pemantauan secara teratur dilakukan pada dua atau tiga unit
tersier terpilih per wilayah Juru, di mana pada saat yang sama akan berperan
sebagai unit percontohan untuk pengoperasian pintu yang baik. Di dalam setiap
unit ini dipasang sejumlah tabung/pipa air tanah dan pengamatan dilakukan
meliputi muka air tanah, salinitas, keasaman dan kandungan besi (Fe2+).
Frekuensi pengamatan yang dianjurkan adalah mingguan pada awal musim
hujan dimana keasaman dan kandungan besi pada umumnya tertinggi.

Di areal lainnya, hanya pengukuran sewaktu-waktu harus dilakukan yaitu dalam


hal adanya keraguan tentang kualitas air atau apabila kualitas air sangat
memburuk.

Muka air tanah

Kedalaman muka air tanah ditentukan dalam pipa air tanah, yaitu pipa PVC atau
bahan lainnya, dengan panjang 2 m atau lebih di mana sepanjang 0,50m harus
berada di atas muka tanah dan selebihnya keseluruhan pipa berlubang
dimasukkan ke dalam tanah.

Keasaman

Contoh air diambil dari dalam pipa air tanah ( dengan sebuah botol yang diikat
dengan tali/tongkat) dan keasaman air tanah diukur dengan kertas pH.

Kandungan besi (Fe2+)

Disarankan agar dijaga batas atas konsentrasi besi sebesar 100 ppm dengan
penekanan yang lebih besar pada drainasi terkontrol dan pencucian tanah.
Dibawah keadaan beracun, nilai batas ini harus dijaga jauh lebih rendah.

48 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Kandungan Fe2+ biasanya diukur dengan lembar kertas indikator. Apabila
berhubungan dengan udara di dalam pipa air tanah, Fe2+ akan cepat teroksidasi
menjadi Fe3+. Oleh karena itu, untuk dapat mengukur kandungan Fe2+ air tanah
yang benar harus dilakukan sebagai berikut:
- keluarkan air dari dalam tabung/pipa;
- tunggu satu atau dua menit untuk membiarkan air tanah baru masuk ke
dalam tabung;
- ambil contoh air dan secepatnya diukur kandungan Fe2+ nya.

Pengambilan contoh air dari dalam tabung akan mengganggu muka air tanah,
oleh karena itu pengamatan muka air tanah harus selalu dilakukan sebelum
pengukuran pH dan kandungan Fe2+.

6.5 Pemeriksaan pemeliharaan rutin

Selama melaksanakan tugas sehari-hari mereka, staf lapangan mengamati


dengan teratur kondisi saluran, tanggul dan bangunan air. Kegiatan ini akan
menghasilkan dasar penyusunan laporan pemeriksaan kebutuhan pemeliharaan
dan pelaksanaan pemeliharaan secara teratur (bulanan). Laporan ini sebaiknya
harus dimasukkan ke dalam Buku Catatan Pemeliharaan (BCP). Sebuah contoh
dari formulir yang digunakan dalam Buku Catatan Pemeliharaan disajikan dalam
Annex II.

Keadaan darurat seperti longsornya tanggul dengan tiba-tiba akan


mengakibatkan kerusakan akibat banjir atau terhalangnya lalu lintas air, harus
dilaporkan dengan segera dan tidak harus menunggu untuk pelaporan regular.

Di dalam Buka Catatan Pemeliharaan, suatu urutan prioritas dapat ditambahkan,


sebagai contoh: 1 = mendesak (prasarana tidak berfungsi dengan benar,
pekerjaan mendesak diperlukan); 2 = penting tetapi tidak mendesak; 3 = kurang
penting.

49 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Pekerjaan pemeliharaan yang sudah dilaksanakan selama periode pelaporan
harus dimasukkan juga ke dalam Buku Catatan. Bagian-bagian yang dapat
diperbaiki oleh staf lapangan sendiri tidak dimasukkan dalam Buku Catatan.

6.6 Pemantauan pelaksanaan pemeliharaan

Pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan oleh pemborong atau tenaga kerja yang


diangkat langsung oleh organisasi O&P. Informasi mingguan tentang kemajuan
dan kualitas pekerjaan pemeliharaan diperlukan untuk dapat menghasilkan
pelaksanaan pekerjaan yang benar dan tepat waktu. Informasi ini juga menjadi
dasar pembayaran kepada pemborong. Formulir yang digunakan untuk survai
pemeliharaan dan pelaporannya telah diberikan oleh Euroconsult (1998).

6.7 Pertanian

Penggunaan lahan dan pengembangan tanaman

Sebelum setiap musim tanam dimulai, dilakukan suatu survai tentang rencana
tanam petani pada setiap unit tersier. Disamping untuk tujuan agronomis,
informasi ini sangat penting untuk penyusunan rencana O&P musiman di dalam
sistem jaringan yang bersangkutan. Selama musim tanam, rencana ini harus
diverifikasi dan penggunaan lahan aktual ditetapkan. Informasi tentang
pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit tanaman, waktu pemakaian
pupuk dan lain lain harus tersedia untuk staf O&P, yang mana kemudian dapat
menyesuaikan rencana O&P dan pengoperasian pintu air. Survai penggunaan
lahan adalah tugas dari staf penyuluhan pertanian bersama-sama dengan P3A.

50 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Produksi tanaman

Produksi tanaman adalah indikator yang terbaik dari keberhasilan pengoperasian


pintu air. Produksi tergantung pada banyak faktor di mana O&P hanya
merupakan salah satu faktor. Staf O&P harus selalu berkeinginan untuk
mengidentifikasi terjadinya perbedaan dalam produksi antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain dalam satu sistem dan mencoba menganalisa apakah
hal ini berhubungan dengan adanya perbedaan dalam kondisi fisik, O&P dan
pengoperasian pintu air. Pemantauan produksi tanaman merupakan tugas dari
staf penyuluhan pertanian.

6.8 Evaluasi kinerja

Hasil pemantauan akan memberikan gambaran nyata dari fungsi sistem pada
tingkatan yang berbeda. Hasil ini dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi
pilihan perbaikan yang terbaik untuk suatu sistem yang spesifik. Dianjurkan
untuk melakukan evaluasi tahunan hasil pemantauan dan untuk menetapkan
pilihan perbaikan. Dengan cara ini, kinerja sistem perlahan-lahan akan
meningkat dan petani akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dari
lahannya.

51 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
DAFTAR RUJUKAN

Euroconsult/BIEC/TIA, 1996.
Telang and Saleh Agricultural Development Project
Drainage Development Component
Jakarta,Indonesia.
Euroconsult/BIEC/TIA, 1996.
O&M Training Modules
Voleme 1A, 1B Training Instuctor
Volume 2 Pengamat Pengairan
Volume 3 Juru Pengairan dan Pakarya
Volume 4 P3A, Kepala Desa,PPL.
Euroconsult/BIEC/TIA, 1996.
O&M Training Manuals
Voleme 1A, 1B Training Instuctor
Volume 2 Pengamat Pengairan
Volume 3 Juru Pengairan dan Pakarya
Euroconsult/BIEC/TIA, 1996.
Manual O&M Lokakarya Staff Cabang Dinas Pengairan dan Kepala
Ranting Dinas Pengairan.
Euroconsult et al., 1998.
Pedoman O&P Jaringan Reklamasi Rawa Rantau Rasau, Propinsi Jambi.
Integrated Swamp Development Project. Jakarta, Indonesia.
FAO, 1982.

52 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
LAMPIRAN I CONTOH URAIAN TUGAS

Pengamat

Pengamat bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan O&P sehari-hari pada


wilayah kerjanya. Dia harus bertempat tinggal di dalam atau sangat dekat
dengan wilayahnya. Tugas utamanya adalah untuk:
- membimbing Juru Pengairan dan melakukan koordinasi dengan Pengamat
lainnya berkaitan dengan semua kegiatan O&P;
- mengawasi seluruh pekerjaan pemeliharaan:
- mengawasi perencanaan pengelolaan air dan pelaksanaannya;
- mengidentifikasi kebutuhan pemeliharaan dan melaksanakan suvai kuantitas
pemeliharaan;
- komunikasi dengan Dinas Kabupaten, dengan Pemerintah Daerah (tingkat
Camat) dan dengan instansi lainnya yang bekerja pada daerah yang sama.

Pada pertemuan mingguan dengan Juru Pengairan harus dibahas semua aspek
O&P di areal yang bersangkutan, dan harus memberikan pedoman dan instruksi
yang berkaitan dengan setiap masalah yang mungkin ditemukan. Dia harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi aktual tanah dan air di
wilayahnya, suatu pengertian tentang proses perkembangan tanah di lahan
rawa, dan dia harus mampu memberikan penjelasan tentang tujuan dari
pengelolaan air dalam hubungannya dengan perkembangan tanah dan
pertumbuhan tanaman.

Tugas dari Pengamat dalam pelaksanaan O&P adalah:


Umum: a. Bertanggung jawab pada kegiatan O&P sehari-hari di
wilayahnya;
b. Pengadministrasian dan pembayaran gaji staf
lapangan dan pekerja;

53 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
c. Koordinasi dengan Camat, Kepala Desa, dan
perwakilan dari instansi terkait lainnya di wilayahnya
(Transmigrasi, Pertanian, Perkebunan dan lain-lain);
d. Pemutahiran peta dan data inventarisasi;
Pemeliharaan: e. Pengawasan lapangan terhadap semua kegiatan
pemeliharaan di wilayahnya;
f. Melaporkan kebutuhan pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan darurat;
g. Melakukan suvai dan kuantifikasi pekerjaan
pemeliharaan yang direncanakan;
Operasi: h. Memberikan pedoman dan instruksi terhadap
pengelolaan air dan pengoperasian pintu kepada Juru
Pengairan;
Pemantauan: i. Mengumpulkan dan menganalisa data hasil
pemantauan;
j. Melaporkan hasil pemantauan kepada Dinas
Kabupaten.

Juru Pengairan

Juru Pengairan dibantu oleh pekerja, adalah pelaksana sehari-hari pekerjaan


O&P pada jaringan sekunder. Dia harus dapat memberikan kepada petani yang
tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), pedoman pengelolaan
air pada tingkat lahan usaha tani dan pelaksanaan O&P prasarana jaringan
tersier. Sangat penting untuk melakukan kontak yang baik dan sering dengan
masyarakat petani yang bersangkutan.

Tugas dari Juru Pengairan dalam pelaksanaan O&P adalah:


Umum: a. Membantu Pengamat dalam pemutahiran peta dan
sistem inventarisasi di wilayahnya;

54 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
Pemeliharaan: b. Membantu Pengamat dalam pengawasan terhadap
semua kegiatan pemeliharaan;
e. Melaporkan kebutuhan pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan darurat;
f. Membimbing petani dalam melaksankan pekerjaan
pemeliharaan pada jaringan tersier;
Operasi: e. Bersama dengan P3A menetapkan strategi
pengelolaan air, menyusun Rencana Pengelolaan Air
Musiman dan Target Operasi Mingguan untuk seluruh
bangunan air;
f. Bertanggung jawab terhadap pengoperasian
bangunan sekunder;
g. Membimbing petani dalam pengoperasian bangunan air
tersier yang baik;
h. Memberikan pedoman kepada petani dalam
pembangunan dan pengoperasian drainasi lapangan;
Pemantauan: i. Mengumpulkan data hasil pemantauan;
j. Memberikan laporan kepada Pengamat.

Pakarya/Penjaga Pintu

a. Menerima target operasi mingguan dari P3A/Juru Pengairan;


b. Melaksanakan pengoperasian pintu harian sesuai dengan target operasi;
c. Mencatat operasi pintu aktual dalam formulir Operasi Pintu Air Mingguan;
d. Menyusun program pemeliharaan lokal sekitar bangunan air.

55 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
LAMPIRAN II CONTOH FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM BUKU CATATAN PEMELIHARAAN
Kecamatan/ Sub Dinas:……….……………..
Sistem Jaringan Rawa Pasang Surut: Kabupaten/ Dinas:…………………….…….

No. Tanggal Saluran/Bangunan Lahan yang Pekerjaan yang Volume Urutan Pelaksanaan
pelaporan Air: dilayani akan prioritas
Total Unit Tanggal Kecamatan Swakelola atau
jenis, jml, lokasi saluran atau dilaksanakan
Pemborong
bangunan air
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Catatan: Sumber: Pedoman Prosedur Pemeliharaan


Formulir ini diisi berdasarkan laporan lapangan. Jaringan Irigasi, DJ. Pengairan, Oktober 1995
Urutan Prioritas: 1 = mendesak
2 = penting
3 = kurang penting

56 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
44 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
46 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
48 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
50 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
52 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
54 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan
56 _________________________________________________
Pedoman Teknis Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut
Volume III : Operasi dan Pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai