Anda di halaman 1dari 7

http://saefulmaruf.blogspot.co.

id/p
http://saefulmaruf.blogspot.co.id/p/analisis-refereni-da
/analisis-refereni-dalam-cerpe
lam-cerpen_15.html
n_15.html

A. Hiponimi dan Hipernimi


Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti “nama” dan hypo berarti “di bawah”.
Jadi, secara harfiah berarti “nama yang termasuk di bawah nama lain”. Sesuai dengan yang diungkapkan
Keraf (2005:38) Hiponimi adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas- bawah, atau dalam suatu
makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup sejumlah
komponen yang lebih kecil dan ada kelas bawah yang merupakan komponen komponen yang tercakup
dalam kelas atas, maka kata yang berkedudukan di kelas atas ini disebut superordinat dan kata yang
berada di kelas bawah
bawah disebut hiponim. Istilah superordinat
superordinat dan hiponim aadalah
dalah istila
istilah
h sema
semantik.
ntik.
Sedangkan ilmu biologi mempergunakan istilah genus dan spescies dalam penggolongan dan pembagian.
Ilmu kebudayaan mempergunakan istilah kelas dan sub-kelas.
Verhar (2001: 396) Hubungan kehiponiman dalam pasangan pasangan kata adalah hubungan antara yang
lebih kecil (secara ekstensional) dan yang lebih besar (secara ekstensional pula). Misalnya, melati adalah
hiponim terhadap bunga, dan merah merupakan hiponim terhadap berwarna. Secara semantik Verhaar
dalam Cahaer (2009:99) menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat
juga frase atau ka
kalimat)
limat) yang
yang maknanya
maknanya dianggap
dianggap merupakan
merupakan bagian dari mak
makna
na suatu u
ungkapan
ngkapan llain.
ain.
Suherlan, Odien (2004:272) Hiponimi adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki
(pegaturan secara berurutan unsur-unsur
unsur-unsur bahasa mulai dari yang terkecil “terendah” sampai yang terbesar
“tertinggi”).
Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna
sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Umpamanya kata melati adalah hiponim terhadap
kata bunga sebab makna Melati berada atau termasuk dalam makna kata bunga. Melati memang bunga,
tetapi bunga bukan hanya melati melainkan meliputi semua jenis bunga misalnya anggrek, mawar,

adenium , sedap malam, flamboyan dan lain sebagainya.


Kalau relasi antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim bersifat dua arah, maka
relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah searah. Hubungan kehiponiman tidak berlaku
timbal balik atau hanya satu arah. Hubungan melati terhadap bunga adalah hiponimi tetapi hubungan
bunga terhadap
terhadap me
melati
lati bukanbu
bukanbukanlah
kanlah hiponimi
hiponimi tetapi
tetapi hipernimi.
hipernimi.
Jadi, kata Melati berhiponim terhadap kata bunga, tetapi kata bunga tidak berhiponim terhadap kata
Melati, sebab makna bunga meliputi seluruh jenis bunga. Dalam hal ini relasi antara bunga dengan Melati
jenis bunga lainnya d
disebut
isebut hipernimi.
hipernimi. Jadi,
Jadi, kalau Melati berhiponim
berhiponim terhadap bu
bunga,
nga, ma
maka
ka bunga
berhipernim terhadap Melati.

Contoh lain, kata bemo dan kendaraan. Kata bemo berhiponim terhadap kata kendaraan, sebab bemo
adalah salah satu jenis kendaraan. Sebaliknya kata kendaraan berhipernim terhadap kata bemo sebab kata
kendaraan meliputi makna bemo disamping jenis kendaraan lain ( seperti becak, sepeda, kereta api, dan
bis ).
Dalam definisi Verhaar di atas disebutkan bahwa hiponim kiranya terdapat pula dalam bentuk frase dan
kalimat. Tetapi kiranya sukar mencari contohnya dalam bahasa Indonesia karena juga hal lain lebih

banyak menyangkut
menyangkut masalah
masalah logika
logika dan bukan
bukan masalah
masalah linguistik.
linguistik. Lalu, oleh kare
karena
na itu m
menurut
enurut Verha
Verhaar
ar
(1978 :137) masalah ini dapat dilewati saja, tidak perlu dipersoalkan lagi.

Karena konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya
makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Karena itu, kemungkinan sebuah kata yang
merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang
hierarkial berada diatasnya. Umpamanya kata bunga yang merupakan hipernimi terhadap kata Melati,
anggrek, mawar, adenium , sedap malam, flamboyan dan kata-kata tersebut akan menjadi hiponimi
terhadap kata tumbuhan. Mengapa demikian? Sebab yang termasuk kata tumbuhan bukan hanya bunga,

tetapi juga rumput, pepohonan, lumut dan sebagainya. Selanjutnya tumbuhan ini pun merupakan hiponim
terhadap kata makluk, sebab yang termasuk makhluk bukan hanya tumbuhan tetapi juga manusia. Konsep
hiponim dan hipernimi mudah diterapkan pada kata benda namun agak sukar pada kata kerja dan kata
sifat.

http://awankurniawan80.blogspot.co.id/2011/08/hiponimi.html

HIPONIMI

Salah satu hal yang di kaji di dalam semantik adalah hubungan antar makna atau

relasi makna. Menurut Chaer (2003:297), y yang


ang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan
semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang
yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Satuan
bahasa yang dimaksud dapat berupa kata, frasa, maupun kalimat. Relasi makna tersebut berupa
kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, serta kegandaan makna. Berbicara
mengenai relasi makna biasanya membahas masalah – masalah yang disebut sinonim, antonim,
polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi. Akan tetapi yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah hiponimi.
Pengertian

Istilah hiponimi yang dalam bahasa Inggris hyponymy berasal dari kata Yunani kuno,
onoma yang berarti ’nama’ dan hypo yang berarti ’di bawah’. Secara harfiah, hiponimi
bermakna nama yang termasuk di bawah nama yang lain (Pateda, 1986: 96).
Djajasudarma (1993:48) mendefinisakan hiponimi adalah hubungan makna yang
mengandung pengertian hierarki. Hubungan hiponimi ini dekat dengan sinonimi. Bila sebuah
kata memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya; maka hubungan itu
disebut hiponimi.
Menurut Edi Subroto (1995: 25), hiponimi menunjukkan relasi antara kata yang
bersifat atas – bawah atau relasi antara penggolongan dengan anggota-anggota yang menjadi
golongannya atau bawahannya.
Sumarlam (2003:45), membuat sebuah simpulan bahwa hiponimi dapat diartikan

sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari
makna satuan lingual yang lain.
Chaer (1994:305) mendefinisikan homonimi adalah hubungan semantik antara
sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.

Analisis

Homonimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya

tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Umpamanya antara kata merpati dan kata
burung. Kita mengetahui bahwa merpati, tekukur, perkutut, balam, kepodang, dan cendrawasih
semuanya disebut burung. Leksem-leksem tersebut dapat diganti dengan leksem umum,
burung. Hubungan seperti ini oleh Lyons (1995:291) dan Palmer (1976:76) disebut hyponymy
’hiponimi’. Hiponimi pada tingkat atas dis
disebut
ebut superordinate dan pada tingkat bawah disebut
hiponim (=Inggris hyponym). Misalnya, burung merupakan superordinate dari merpati
merpati,, tekukur,
dan sebagainya, sedangkan merpati
merpati,, tekukur, dan sebagainya merupakan hiponim dari burung.
Di sini kita lihat makna kata merpati tercakup dalam makna kata burung. Kita dapat
mengatakan merpati adalah burung; tetapi burung bukan hanya merpati, bisa juga tekukur,
perkutut, balam, kepodang, dan cendrawasih. Oleh karena itu, kalau lingkaran besar dalam
bagan 1 berikut berisi konsep “burung”, maka
maka lingkaran-lingkaran kecil di dalamnya berisi
nama-nama binatang yang termasuk burung itu.

Bagan 1
Hiponimi mengandung hubungan logis pada entailment (lihat Palmer; 1983:78),
artinya kalau kita sudah mengatakan hiponimnya maka kita dapat membayangkan nama
kelompoknya, dan kalau kita sudah menyebut nama kelompoknya, maka kita dapat menyebutkan
hiponimnya. Misalnya kalau kita menyebut merpati maka kita telah mengetahui bahwa merpati
termasuk burung, dan kalau kita menyebut burung, maka sudah termasuk di dalamnya, merpati
merpati,,
tekukur, dan sebagainya

Prinsip ketercakupan hubungan hiponimi ini dapat juga digambarkan dengan bagan 2.
Bagan 2

Relasi hiponimi bersifat searah, bukan dua arah, sebab kalau merpati berhiponim
dengan burung, maka burung bukan berhiponim dengan merpati, melainkan berhipernim.
Dengan kata lain, kalau merpati adalah hiponim dari burung, maka burung adalah hipernim dari
merpati. Ada juga yang menyebut burung adalah superordinat dari merpati (dan tentu saja dari
tekukur, dari perkutut, dari balam dari kepodang, dan dari jenis burung lainnya). Hubungan
antara merpati dengan tekukur, perkutut, dan jenis burung lainnya di kohiponim dari burung.
Perhatikan bagan beriktut!

Bagan 3
Dilihat dari segi lain, masalah hiponimi dan hipernimi sebenarnya
sebenarn ya tidak lain dari
usaha untuk membuat klasifikasi terhadap konsep akan adanya kelas-kelas generik dan spesifik.
Jadi, merpati, tekukur, dan perkutut adalah nama-nama spesifik untuk kelas generik burung.
Penyusunan klasifikasi berusaha mengelompokkan bentuk ujaran yang secara
semantik menyatakan generik ada kemungkinan menjadi sebuah bentuk ujaran spesifik, dan
bentuk ujaran yang spesifik dapat juga menjadi bentuk generik dalam tataran yang lebih luas
lagi. Misalnya, burung yang menjadi generik hipernim, atau superordinat dari merpati, tekukur,
perkutut, dan kepodang akan menjadi hiponim dari unggas. Lalu, unggas yang merupakan
hipermim dari burung (itik, ayam, dan angsa) akan menjadi hiponim pula dari generik yang lebih
besar, yaitu binatang. Perhatikan bagan berikut!
Bagan 4

(Edi Subroto, 1995:25) Relasi semantik antara penggolongan (superordinate atau


hiponim) dengan perangkat yang hiponim terhadapnya dapat diterangkan sebagai
berikut. Perangkat yang merupakan bawahan atau yang hiponim terhadap penggolong
penggolon g dipastikan
memiliki sejumlah ciri semantik yang menjadi ciri semantik dar
darii ciri penggolongannya. Namun
hiponim itu memiliki ciri semantik yang lebih spesifik dan mas
masih
ih menunjukkan perbedaan
dengan hiponim yang lainnya.
Misalnya kata burung sebagai penggolong atau hipernim memiliki ciri semantik:

a. unggas
b. bertelur
c. bersayap

Ciri-ciri semantik yang dimiliki oleh kata bawahannya merpati:

a. unggas
b. bertelur
c. bersayap
d. hidup berpasangan
e. memiliki warna bulu yang beraneka macam.

Sedangkan kata tekukur memiliki ciri-ciri semantik:


a. unggas

b. bertelur
c. bersayap
d. hidup berpasangan
e. memiliki warna bulu yang serupa
Dari contoh di atas dapat diketahui perbedaan antara merpati dan tekukur yang
merupakan bawahan dari burung ialah ciri fisik yang berupa warna bulu yaitu ’warna bulu yang
beraneka macam’ lawan ’warna bulu yang serupa’. Sedangkan merpati dan tekukur yang
merupakan hiponim atau bawahan dari burung memiliki semua ciri dari burung. Karena itu
hubungan keduanya disebut kohiponim.

Simpulan
1. Relasi antara penggolongan atau hipernim dengan hiponim-hiponimnya adalah relasI yang
bersifat atas bawah atau searah.
2. Hiponimi mengandung hubungan logis pada entailment, artinya kalau kita sudah mengatakan
hiponimnya maka kita dapat membayangkan nama kelompoknya, dan kalau kita sudah menyebut
nama kelompoknya, maka kita dapat menyebutkan hiponimnya.
3. Masalah hiponim dan hipernim sebenarnya tidak lain dari usaha untuk membuat klasifikasi
terhadap konsep akan adanya kelas-kelas generik dan spesifik.

4. Bentuk ujaran yang secara semantik menyatakan generik ada kemungkinan menjadi sebuah
bentuk ujaran spesifik, dan bentuk ujaran yang spesifik dapat juga menjadi bentuk generik dalam
tataran yang lebih luas lagi.
5. Ciri-ciri ssemantik
emantik yang ada pada hiper
hipernim
nim atau penggolongnya juga dilmiliki
dilmiliki oleh hiponim-
hiponimnya.
6. Relasi antara hiponim-hiponim dapat disebut kohiponim karena hiponim memiliki semua ciri
semantik dari hipernim.

https://dosenbahasa.com/contoh-kalimat-antonim-sinonim-
dan-hiponim

Hiponim

Hiponim adalah kata maupun frasa yang maknanya mencakup suatu kata yang sifatnya secara
umum. Kata yang bersifat umum ini disebut hipernim dan yang spesifik disebut hiponim.
Sehingga hiponim dan hipernim ini sangat erat kaitannya, untuk lebih lanjut akan diuraikan
dalam contoh dibawah ini.

1. Hewan-hewan di kebun binatang ini sangat lengkap, mulai dari harimau, gorila, badak,
jerapah hingga panda.
o Hipernim : hewan
o Hiponim : harimau, gorila, badak, jerapah dan panda.
2. Untuk menyelesaikan skripsinya, Audi yang merupakan mahasiswa
mah asiswa Kedokteran Gigi
meneliti berbagai pasta gigi yang sering digunakan seperti Pepsodent, Close-up, Siwak,
Formula dll.
o Hipernim : Pasta gigi
o Hiponim : Pepsodent, Close-up, Siwak, Formula dll
3. Gadis yang baru aku temui tadi adalah penggemar sepatu yang memiliki ratusan koleksi
sepatu di rumahnya, seperti high heels, wedges, sneakers,
sn eakers, stilleto dan skate.
o Hipernim : Sepatu
o Hiponim : high heels, wedges, sneakers, stilleto dan skate.
4. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan serat dalam tubuh maka sebaiknya
mengkonsumsi buah-buahan seperti semangka, jeruk, apel, melon, dan alpukat.
o Hipernim : buah-buahan
o Hiponim : semangka, jeruk, apel, melon, dan alpukat
5. Dijalanan Indonesia yang terkenal macet, setiap harinya
ha rinya di lalui ribuan kendaraan, mulai
dari sepeda, sepeda motor, mobil pribadi, angkutan umum sampai ambulan.
o Hipernim : kendaraan
o Hiponim : sepeda, sepeda motor, mobil pribadi, angkutan umum, ambulan.
6. Kami sedang mencoba teknik hidroponik untuk bercocok taman sayur-sayuran di taman
atas rumah, seperti, bayam, sawi, kangkung, seledri, dan buncis.
o Hipernim : sayur-sayuran
o Hiponim : bayam, sawi, kangkung, seledri dan bayam.

Anda mungkin juga menyukai