Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini ilmu pengetahuan di bidang bioteknologi mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Belakangan ini, dunia dikejutkan oleh
ditemukannya sebuah cara baru dalam hal proses perkembangbiakan mahluk
hidup. Proses per-kembangbiakan yang dikenal dengan istilah kloning itu
dinyatakan bisa menghasilkan anakan yang persis sama dengan induknya secara
aseksual (tanpa pembuahan). Professor Jerry L. Hall ialah orang yang pertama kali
berhasil melakukan percobaan kloning. Konon, peneliti dari Washington
University ini pernah membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian,
sampai masing-masing bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi embrio yang
sama.
Ketika Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan
keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal
Finlandia menjadi seekor domba normal, polemic yang sebelumnya hanya riak-
riak kecil, berubah meluap ke permukaan. Polemic itu semakin panas, ketika Dr.
Martine Nijs, peneliti medik asal Belgia, mengaku telah berhasil mengkloning
bocah kembar sejak tahun 1993.
Masyarakat dunia memberikan reaksi begitu keras menyoroti dampak,
serta mempertayakan etika teknologi rekayasa genetika ini. Mayoritas masyarakat
dunia memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang buruk, rubbish, dan
mencampuri wilayah otoritas Tuhan. Hampir 90% responden majalah Time ,
Newsweek, BBC, atau CNN Television, menabuhkan rekayasa genetika.
Kecaman juga sempat datang dari para pemuka agama Islam. Mereka rata-
rata menghawatirkan keruntuhan institusi pernikahan dan putusnya rantai
keturunan, jika teknologi cloning ini dinyatakan halal untuk diterapkan. Hingga
akhirnya MUI juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan cloning manusia,
pada Munas VI (25-29 Juni 2000). Dengan dikeluarkannya fatwa dari MUI ini

1
diharapkan masyarakat tidak lagi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
kloning, baik meneliti maupun memanfaatkan teknologi kloning ini.
Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat makalah yang berjudul
“Kloning Manusia Dalam Kajian Hukum Islam”, agar masyarakat, khususnya
mahasiswa mengetahui sebab-sebab diharamkannya kloning manusia.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini masalah yang tersirat dalam pikiran penulis
adalah:
1. Mengapa kloning manusia diharamkan dalam Islam?

1.3. Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui sebab diharamkannya kloning dalam Islam.

1.4. Manfaat Penulisan


Dengan adanya penulisan makalah ini, manfaat yang bisa diperoleh yaitu
masyarakat dapat mengetahui alasan diharamkannya kloning manusia.

1.5. Metode Penulisan


Adapun metode yang digunakan penulis yaitu, metode referensi yang
merupakan metode penulisan dengan mencari informasi atau buku-buku yang
menunjang dan berkaitan dengan judul.

1.6. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini yakni mengenai
sebab-sebab diharamkannya kloning manusia.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Mengenai Kloning


2.1.1. Pengertian Kloning
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya pada mahkluk hidup tertentu baik berupa hewan,
tumbuhan, dan manusia, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh
induknya (sel somatik) dan selanjutnya ditanamkan pada sel induk (ovum) wanita
yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses
pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan metode senacam itu, kloning manusia
dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari seorang perempuan, lalu dengan
cairan kimiawi khusus dan kejutan listrik inti sel digabungkan dengan sel telur,
setelah penggabungan ini terjadi maka akan ditransfer ke dalam rahim seorang
perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang,berdiferensiasi dan
berubah menjadi janin yang sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan
dapat dilahirkan secara alamiah yang berkode genetik sama dengan induknya.
(http://meetabied.wordpress.com/)

2.1.2. Jenis-jenis Kloning


Dari segi teknis dan manfaatnya, kloning dibedakan atas tiga jenis yaitu:
1. Kloning embrio betujuan membuat kembar dua, tiga, dan seterusnya dari
sebuah zigot.
2. Kloning biomedik (terapetik) bertujuan untuk keperluan penelitian
pengobatan penyakit yang hingga kini sulit disembuhkan, seperti
Alzheimer, parkinson,DM (Diabetes Mellitus), Infrak Jantung, Kanker
darah, stroke, dan sebagainya.
3. Kloning reproduksi bertujuan untuk mendapatkan anak klon dari orang
yang diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik.
(http://www.ptiq.ac.id/)

3
2.1.3. Metode Kloning Reproduksi Manusia
Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki- laki dan
perempuan dan prosesnya dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki lalu inti
selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah
dibuang intinya agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berduferensiasi
kemudian berkembang menjadi janin dan akhirnya dilahirkan. Kloning yang
dilakukan pada laki-laki maupun perempuan baik yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan yang lebih
cerdas, lebih sehat, lebih kuat, dan rupawan maupun untuk meningkatkan jumlah
penduduk maka sungguh akan menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia.
Kloning ini hukumnya haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan.
Kloning manusia akan menghilangkan garis keturunan, padahal Islam
mewajibkan memelihara nasab. (http://meetabied.wordpress.com/)

2.2. Pendapat Ulama tentang Kloning


Ulama dari sejumlah lembaga fatwa di dunia Islam juga mengharamkan
cloning manusia, antara lain, Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam
pertemuannya yang ke-10 di Jeddah pada tahun 1997 yang menetapkan bahwa:
”Cloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam reproduksi manusia itu
adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras".
(http://www.ptiq.ac.id/)
Bahtsul Masail pada Munas NU (Lombok Tengah, 17-20 Nopember 1997)
menyepakati tentang hukum cloning gen pada manusia hukumnya haram.
Alasannya, proses tanasul (berketurunan) harus melalui pernikahan secara syar'i,
Bisa mengakibatkan kerancuan nasab,dan penanamannya kembali ke dalam rahim
tidak dapat dilakukan tanpa melihat aurat besar. (http://www.ptiq.ac.id/)
Pernyataan serupa juga datang dari sejumlah tokoh di Indonesia, misalnya
Ali Yafi dan Armahaedi Mahzar. Alasannya, karena mengancam kemanu-siaan,
meruntuhkan institusi perkawinan, merosotnya nilai manusia, kerancuan moral,
budaya, dan hukum. Quraish Shihab lebih menyorotinya dari segi moral dan
hukum agama, bahwa teknologi cloning ini mengantarkan kepada pelecehan

4
manusia, dan dari segi hukum berdasarkan saddudz dzarāi', bagian dari menolak
yang negatif didahulukan atas mendatangkan yang positif (manfaat). Abdul Aziz
Sachedina dari Universitas Virginia Amerika menganggap bahwa teknologi
cloning hanya akan meruntuhkan institusi perkawinan. Mohammad Mardini dari
Foundation Islamic Heritage menyebutkan bahwa teknologi tersebut sebagai
pengaburan keturunan. Abul Fadl Mohsin Ebrahim juga berpendapat bahwa
cloning akan berdampak negatif terhadap kesucian perkawinan, maka hukumnya
tidak sah menurut Islam. Abdul Muti Basyyoumi, Ulama Al-Azhar, menuntut
agar riset cloning diakhiri karena bertentangan dengan hukum Islam, baik secara
idiologis maupun etis, dan manfaatnya lebih sedikit daripada bahayanya.
(http://www.ptiq.ac.id/)

2.2. Dalil-dalil Tentang Proses Penciptaan Manusia


2.2.1. al-Hujuraat (49):13
       
       
      
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

2.2.2. al-Tin (95):4

      


4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya .
2.3. Dalil-dalil yang Mengharamkan Zina
2.3.1. al-Isra’ (17):32

         

5
32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

2.3.2. al-Furqaan (25):68

         


          
  
68. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),

2.3.3. Hadist Rasul

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah


telah bersabda :

، ‫ َاْو تَـ َو َّلى َغ ْي َر ُم ـَو اِلــْيِه‬، ‫َمِن انْـَتَسَب ِاَلى َغ ــْيـِر َاِبــْيِه‬
‫َفـَعـَلْيِه َلْع ـَنُة هللا َو اْلَم ــالئكَــِة َو النَّــاِس أْج ـَم ِع ـيَن‬
“ Siapa saja yang menghubungkan kepada orang yang bukan ayahnya, atau
seorang budak bertuan kepada selain tuannya, maka akan mendapat laknat dari
Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. “ ( HR. Ibnu Majah )

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sebab-sebab diharamkannya kloning manusia


Meski kloning reproduksi manusia ada manfaatnya bagi manusia,
misalnya dapat membantu pasangan yang bermasalah dengan alat reproduksinya.
Namun kloning manusia dapat dikatakan sebagai bentuk intervensi terhadap

6
ciptaan Allah, dan hal tersebut bertentangan dengan berbagai ketentuan ayat Al-
Qur’an tentang proses penciptaan manusia (Q.S. al-Hujuraat (49), al-Tīn (95):4,
al-Sajdat (32):7-8, al-Taghābun (64):3, al-Thāriq (86):7, al-Nisā'(4):119)
Kloning yang melibatkan pihak ketiga, di luar pasangan suami-isteri baik
sebagai pemilik sperma atau ovum, meskipun tidak terjadi kontak seksul, namun
dampak yang ditimbulkannya sama dengan esensi zina, dan akan menimbulkan
kerancuan nasab (hubungan kekeluargaan). Larangan zina tercantum dalam Al-
Qur’an antara lain; Q.S. al-Muminūn (23): 5, al-Ahzāb (33):35, al-Isrā‘ (17):32,
al-Furqān (25):68, al-Mumtahinat (60):12.
Kloning juga dianggap menghilangkan keragaman manusia, karena
tujuannya ialah menghasilkan keturunan yang identik. Hal ini bertentangan
dengan keberagaman sunnah Allah dalam penciptaan manusia yang merefleksikan
kesempurnaan ciptaan Allah yang tersurat dalam Q.S. Ar-Ruum (30):22
     
       

22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada
yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
Mengetahui.
Selain itu, kloning merupakan cara berketurunan yang tidak sesuai dengan
ketentuan syarak. Karena proses tanasul (berketurunan) yang benar harus melaui
pernikahan secara syar’I, yaitu hanya dengan adanya pasangan laki-laki dan
perempuan. (Q.S. Ar-Ruum (30):21)
       
        
    
21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

7
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, alasan pengharaman kloning
reproduksi manusia bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada
teknis pelaksanaannya di luar proses alamiah dan tradisional, tetapi pada mudarat
yang ditimbulkannya. Kloning akan merancukan dan menafikan berbagai pranata
sosial, menghilangkan garis keturunan, padahal Islam mewajibkan memelihara
nasab, etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan martabat insani, serta

8
akan menghilangkan berbagai pelaksanaan hokum Islam, seperti perkawinan,
nafkah, hak, hubungan kemahraman dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai