Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakikat Kemampuan Daya Nalar
a. Pengertian Kemampuan Daya Nalar
Nalar merupakan salah satu perangkat manusia yang digunakan
dalam pencarian kebenaran. Ia dapat difungsikan sama seperti indra yaitu
untuk mengenali objek dan mengolahnya sesuai kemampuan resepsi.
Karenanya, hasil penalaran dapat berbeda antara satu orang dengan orang
yang lainnya.
Kesadaran yang berjalan sesuai alur sistematis dapat disebut juga
sebagai proses bernalar. Manusia sebagai makhluk rasional memiliki
karunia berupa kemampuan untuk memproses suatu informasi. Perbedaan
kemmpuan ini menimbulkan berbagai kerangka psikologis dan
intelegensia.
Menurut Robert Kreitner (2005), yang dimaksud dengan kemampuan
adalah karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum
fisik dan mental seseorang.
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa,sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Menurut Robbins and Judge (2011)
kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan keseluruhan seorang
individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu:
b. Pentingnya Daya Nalar
Daya nalar merupakan istilah yang sudah lumrah dalam dunia
pendidikan. Karena setiap aktivitas yang berhubungan dengan proses
pembelajaran pasti di dalamnya terdapat istilah daya nalar atau juga sering
disebut daya serap. Bahkan lebih jauh lagi dapat diketahui bahwa melalui

6
daya nalar inilah maka seorang anak dapat diukur tingkat kemampuan
intelegensinya atau tingkat prestasi belajar yang diraihnya. Semakin baik
daya nalarnya dalam mencermati materi-materi yang diajarkan oleh guru,
maka semakin mudah bagi mereka untuk memahami makna apa yang
terkandung dibalik disiplin ilmu yang sedang dipelajari. Sebaliknya,
lemahnya daya nalar seseorang akan berpengaruh terhadap kesulitan
mereka menalaah setiap materi pembelajaran yang disampaikan guru.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, daya diartikan sebagai “kekuatan,
pengaruh, usaha atau ihktiar sedangkan nalar adalah pertimbangan baik
atau buruk, akal budi” (W.J.S. Poerwadarminta, 1976). Dari pengertian
kedua istilah tersebut, maka daya nalar dapat diartikan sebagai kekuatan
atau usaha untuk melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan baik dan
buruk oleh akal.
Daya nalar diartikan sebagai kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari (Mudjiono, 2022). Dalam pengertian tersebut,
maka daya nalar adalah kemampuan siswa sebagai objek didik dalam
rangka menerima pesan-pesan ilmu yang disampaikan oleh guru. Artinya
bahwa daya nalar merupakan kemampuan siswa dalam mensinergikan
seluruh potensi indranya untuk mencermati materi-materi pelajaran.
Pendapat tersebut identik dengan pengertian intelegensi yang
dikemukakan oleh H. Paimun yakni kemampuan individu untuk berpikir
secara abstrak, menggunakan simbol-simbol abstrak dalam pemecahan
berbagai masalah (H. Paimun, 1998). Dengan demikian, maka daya nalar
ini terkait dengan kemampuan guru mendesain model-model
pembelajaran, semakin baik sistem yang diterapkan guru, maka akan
semakin baik pula daya nalar siswa terhadap apa yang diajarkannya.
Karena daya nalar ini terkait dengan aspek intelektual dan aspek mental
emosional.
2. Hakikat Literasi Numerasi
a. Pengertian Literasi dan Numerasi

7
Pada tahun 2015 (Jawapos, 2017), Programme for International
Student Asessment (PISA) merilis peringkat literasi dari beberapa negara,
termasuk Indonesia. Negara kita menempati peringkat 69 dari 76 negara
yang diteliti. Hasil ini merepresentasikan keadaan literasi di Indonesia
masih rendah. Hal yang sama ditunjukkan melalui survei dari World’s
Most Literate Nations yang disusun oleh Central Connecticut State
University di Amerika Serikat pada tahun 2016 silam (Okezone, 2017).
Dalam hasil suveinya, disebutkan bahwa peringkat literasi Indonesia
berada dalam peringkat kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Kedua hasil survei tersebut memberikan gambaran bahwa literasi di
Indonesia masih perlu ditingkatkan. Rendahnya peringkat literasi di
Indonesia tentunya juga dipicu oleh rendahnya minat baca masyarakat
Indonesia (CNN Indonesia, 2017). Aktivitas membaca belum menjadi
aktivitas yang seharusnya membudaya. Literasi merupakan kemampuan
atau kualitas melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi
kemampuanmembaca dan menulis (KBBI V, 2016). Maka aktivitas
membaca menjadi pemicu utama untuk meningkatkan literasi masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi adalah
kemampuan menulis dan membaca. Namun, makna literasi memiliki
pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis. Literasi adalah
kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat
melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya,
definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Definisi
baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai
literasi dan pembelajarannya. Kini, ungkapan literasi memiliki banyak
variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi
sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam
masyarakat diringkas dalam lima verba: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya
merujuk pada kompetensi atau kemampuan membaca dan menulis.

8
Beberapa manfaat literasi sebagai berikut: 1) menambah
perbendaharaan kata “kosa kata” seseorang, 2) mengoptimalkan kinerja
otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis, 3)
mendapat berbagai wawasan dan informasi baru, 4) kemampuan
interpersonal seseorang semakin baik, 5) meningkatkan kemampuan
verbal, 6) meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang, 7)
membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi
seseorang, dan 8) meningkatkan kemampuan seseorang dalam merngkai
kata yang bermakna dan menulis.
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a)
menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan,
dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan.
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung
di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan
partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara) dan
kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di
sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap
bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis
untuk memenuhi tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada
apresiasi dan pemahaman informasi yang dinyatakan secara matematis,
misalnya grafik, bagan, dan tabel (Materi Pendukung Literasi Numerasi-
GLN, Kemendikbud, 2017).
Berdasarkan buku Gerakan Literasi Numerasi, berikut adalah
macam-macam komponen literasi numerasi: 1) kemampuan menghitung
dan mengestimasi menggunakan bilangan bulat, 2) menggunakan
pecahan, desimal, persen, dan perbandingan, 3) menggunakan dan

9
mengenali pola dan relasi, 4) menggunakan penalaran spasial, 5)
kemampuan mengukur, dan 6) menginterpretasi informasi yang sifatnya
statistik.
b. Pendekatan Literasi Numerasi
Menurut Andreas Schleicher dari OECD, kemampuan numerasi
yang baik merupakan proteksi terbaik terhadap angka pengangguran,
penghasilan yang rendah, dan kesehatan yang buruk. Keterampilan
numerasi dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan, baik di rumah, di
pekerjaan, maupun di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, ketika
berbelanja atau merencanakan liburan, meminjam uang dari bank untuk
memulai usaha atau membangun rumah, semuanya membutuhkan
numerasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita perlu memahami
informasi-informasi, misalnya, mengenai kesehatan dan kebersihan.
Dalam kehidupan bernegara, informasi mengenai ekonomi dan politik
tidak dapat dihindari. Semua informasi tersebut biasanya dinyatakan
dalam bentuk numerik atau grafik. Untuk membuat keputusan yang tepat,
mau tidakmau kita harus bisa memahami numerasi.
Literasi Numerasi merupakan bagian dari matematika. Literasi
numerasi bersifat praktis (digunakan dalam kehidupan sehari-hari),
berkaitan dengan kewarganegaraan (memahami isu-isu dalam komunitas),
profesional (dalam pekerjaan), bersifat rekreasi (misalnya, memahami
skor dalam olahraga dan permainan), dan kultural (sebagai bagian dari
pengetahuan mendalam dan kebudayaan manusia madani). Dari sini kita
bisa melihat bahwa cakupan literasi numerasi sangat luas, tidak hanya di
dalam mata pelajaran matematika, tetapi juga beririsan dengan literasi
lainnya, misalnya, literasi kebudayaan dan kewarganegaraan.
Menurut (Han, Susanto, dkk, 2017 : 3) kemampuan numerasi
merupakan kemampuan untuk menerapkan konsep bilangan dan
keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di
rumah, pekerjaan dalam kehidupan masyarakat, dan kemampuan untuk
menjelaskan suatu informasi yang terdapat di sekitar kita. Kemampuan

10
numerasi dalam PISA (Programme for International Student Assesment)
adalah fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisis, memberikan
alasan, dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan,
dan menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk
dan situasi (Qasim. Kadir, & Awaludin, 2015 : 101). Secara sederhana,
kemampuan literasi merupakan kemampuan memahami dan menggunakan
matematika dalam berbagai konteks untuk memecahkan masalah serta
mampu menjelaskan kepada orang lain bagaimana menggunakan
matematika.
Tabel 2. Indikator Numerasi
No. Indikator
1. Mampu menggunakan berbagai jenis angka dan atau
simbol yang berkaitan dengan matematika dasar untuk
menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari
2. Mampu melakukan analisis terhadap informasi yang
ditunjukkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel,
bagan, diagram, dan lain sebagainya)
3. Menafsirkan hasil analisis untuk memprediksi dan
mengambil keputusan
Sumber: (Han, Susanto, & dkk, 2017 : 3)

3. Kaitan Literasi Numerasi dan Daya Nalar


Literasi Numerasi sangat berhubungan dengan aspek
pengetahuan/penalaran (kognitif) dan kecakapan/keterampilan
(psikomotorik) siswa (Khakima, Zahra, Marlina & Abdullah, 2021).
Dalam hubungannya dengan pengetahuan, literasi numerasi tidak dapat
dipisahkan dengan matematika. Dalam matematika, siswa diajarkan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan numerik (angka),
symbol, berkaitan dengan pengetahuan eksak yang telah terorganisir
secara sistemik meliputi aturan-aturan, ide-ide, penalaran logik serta
struktur-struktur yang logik (Ekowati, et. al., 2019). Lebih dari itu, literasi
numerasi menyentuh aspek kecakapan dalam menggunakan pengetahuan
matematis tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

11
konteks kehidupan sehari-hari (Han, et. al., 2017). Literasi numerasi
membantu seseorang dalam menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi suatu keadaan, sehingga membantu nalarnya dalam
membuat/mengambil keputusan (Ashri & Pujiastuti, 2021).
Untuk menciptakan siswa dengan kecakapan literasi numerasi yang
mumpuni dibutuhkan usaha yang terorganisir secara masif mulai dari
jenjang pendidikan dasar sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Siswa
perlu dilatih agar memiliki pengetahuan/penalaran numerik-matematis dan
kecakapan menggunakan penalaran tersebut untuk memecahkan persoalan
kehidupannya.

B. Kerangka Berpikir

Daya Nalar
Siswa
Rendah

Penerapan
Literasi
Numerasi

Daya Nalar
Siswa
Meningkat

C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah pendekatan literasi numerasi
dapat meningkatkan kemampuan daya nalar pada siswa kelas VII C MTs
Ummul Quro Al-Islami Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai