Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

Ketentuan:

1. Seluruh Jawaban diketik menggunakan MS. Word.


2. Narasi pada jawaban tidak boleh sama antara 1 dengan lain (diuji dengan
mengganakan similarity).
3. Silakan mencari sumber dari internet, namun Anda harus melakukan parafrase
terhadap kata-kata dari sumber tersebut.
4. Setiap sumber yang dirujuk harus dituliskan di akhir jawabannya (sumber diutamakan
buku dan jurnal).

Jawablah soal-soal berikut dengan baik dan benar


1. Jelaskan konsep dasar literasi spasial dan mengapa perlu mempelajari literasi spasial pad
a pendidikan geografi?
Jawaban :
Literasi spasial adalah kemampuan menggunakan kemampuan berpikir spasial untuk
memvisualisasikan ide-ide, situasi, dan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dunia
disekitar kita (de Lange, 2006: 14-15; Abidin dkk, 2017: 107).
Peneliti berfokus pada kemampuan spasial yang menjadi modal utama untuk menguas
ai literasi spasial. Menurut De Lange (2006, 14-15), spatial literacy merupakan kemampuan y
ang mendukung pemahaman kita terhadap dunia (3D) dimana kita tinggal dan bergerak. Sebu
ah perguruan tinggi terbaik di Amerika Serikat, Carleton College juga pernah merumuskan ba
hwa “Spatial literacy is the ability to use the properties of space to communicate, reason, and
solve problems,” yang berarti bahwa spatial literacy adalah kemampuan untuk menggunakan
sifat-sifat ruang dalam berkomunikasi, memberikan alasan serta memecahkan masalah (Maha
rani dan Maryani, 2015: 47).
Selain itu, National Research Council (2006: 16-20) dalam bukunya menguraikan “ko
mponen-komponen literasi spasial” tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang apabila ia me
miliki : 1) pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep spasial mendasar, 2) cara berpikir d
an bertindak spasial, serta menerapkannya untuk menyelesaikan masalah, dan 3) kecakapan p
enggunaan alat dan teknologi spasial. kemudian, definisi singkat tentang spatial literacy. Seda
ngkan menurut National Research Council adalah pemahaman konsep dan prinsip-prinsip das
ar spasial dan kemampuan untuk mengenali aplikasi yang tepat dalam menjawab pertanyaan i
lmiah, teknik, humanistic, dibantu dengan teknologi spasial untuk menyelesaikan banyak per
masalahan di kehidupan. Dengan demikian, kemampuan yang berkaitan dengan ketataruanga
n ini menarik untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam karena menurut beberapa penelitian te
rdahulu kemampuan spasial peserta didik Indonesia yang tergambarkan dalam hasil analisis d
aya serap materi geometri yang diujikan pada Ujian Nasional, masih tergolong rendah.
Konsep Dasar Literasi
Berikut penjelasan singkatnya tentang 6 Literasi dasar ;
a. Literasi Baca Tulis
Salah satu di antara enam literasi dasar yang perlu kita kuasai adalah literasi baca-tulis.
Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah perada
ban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya
dengan kualitas yang lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai
dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat dip
erlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik. Membaca merupakan kunci untuk mempe
lajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdam
pak besar bagi kehidupan. Ketika menerima resep obat, dibutuhkan kemampuan untuk me
mahami petunjuk pemakaian yang diberikan oleh dokter. Jika salah, tentu akibatnya bisa f
atal. Kemampuan membaca yang baik tidak sekadar bisa lancar membaca, tetapi juga bisa
memahami isi teks yang dibaca. Teks yang dibaca pun tidak hanya katakata, tetapi juga bi
sa berupa simbol, angka, atau grafik.

b. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbaga
i macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecah
kan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menga
nalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu
menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keput
usan. Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikas
ikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (mi
salnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai war
ga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di
sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan c
akap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan keh
idupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang din
yatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

c. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mamp
u mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena il
miah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran
bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, sert
a kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). Na
tional Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah yang dib
utuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah ansambel dari p
raktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan, yang membingkai
semua kompetensi sebagai tindakan.

d. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemaha
man tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif
dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupu
n sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) juga memberikan penekanan mengenai pentingnya inklusi finansial seba
gai bagian yang tidak terpisahkan dari literasi finansial. Pengertian inklusi finansial sendir
i adalah sebuah proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan, dan penggunaan s
istem keuangan formal untuk semua individu.

e. Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi di
gital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komp
uter.Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar
pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade
1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisn
is, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1
990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui tekn
ologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi d
igital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memaha
mi, dan menyebarluaskan informasi.

f. Literasi Budaya dan Kewargaan


Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap keb
udayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kem
ampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, lit
erasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersi
kap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa. Literasi
budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21. Indonesia
memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisa
n sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkemban
gan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi,
serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak.
(https://eprints.uny.ac.id/66572/2/BAB%20II.pdf)
(https://dispusip.pekanbaru.go.id/konsep-dasar-literasi/)

2. Jelaskan perbedaan berpikir spasial dan bertindak spasial dalam sebuah permasalahan ker
uangan dan berikan contoh nyata dalam berpikir dan bertindak spasial?
Jawaban :
Pendidikan geografi merupakan salah satu ujung tombak pendidikan di Indonesia yan
g mampu mengembangkan nilai-nilai karakter. Nilai karakter tersebut mampu mengembangk
an nilai pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik (Halek, 2018). Era revolusi indust
ri 4.0 saat ini, pendidikan geografi mampu mempersiapkan peserta didik SMA dalam mengha
dapi persaingan dan tantangan untuk meningkatka kemampuan yaitu kemampuan berpikir spa
sial (Aliman, et al.,2018; Ridha, et al., 2019; Subhani, et al., 2017; Subhani dkk, 2018). Berpi
kir spasial merupakan sekumpulan kognitif, mencakup unsur ruang (space), alat (tools), dan p
roses pemikiran atau pertimbangan (process of resoning) (National Research Council, 2006).
Kemampuan spasial membentuk kemampuan mental dalam membentuk dan memanipulsi obj
ek yang visualisasikan dalam menganalisa benda-benda atau objek yang berkaitan dengan per
spektif tiga dimensi (Putra, 2015). Berpikir spasial menjadi penciri utama dalam proses prakti
k dan teori yang berkaitan aktivitas pembelajaran geografi (Huynh dkk, 2009). Geografi mem
pelajari tentang keterkaitan spasial di permukaan bumi yang secara visual dapat digambarkan
berupa titik menyebar dan mengelompok dan memperoleh informasi pada suatu wilayah (Har
dati, 2010; Maharani dkk, 2015; Hadi, B. 2013). Geografi memberikan peluang untuk dimanf
aatkan dalam studi dan perkembangan ilmu-ilmu lain, terlebih ilmu pengetahuan dasar dan te
knologi. Konsep berpikir spasial tidak hanya terdapat pada wilayah geografi tetapi digunakan
disiplin ilmu lainnya yang menjadikan ruang sebagai suatu faktor yang dapat memberikan pe
njelasan tentang sifat dan fungsi serta gejala objek, misalnya kimia, fisika, teknik rekayasa, se
jarah, seni dan lain-lain (Marsh, et al., 2007). Pada ilmu matematika, penggunaan konsep ber
pikir spasial membuat bagan dan grafik meningkatkan konsep matematika (Alimuddin & Tris
nowali , 2018). Bidang arsitektur, kemampuan visual-spasial yang tinggi membantu arsitektur
untuk lebih mudah mengimajinasikan rancangan-rancangan yang akan dibuatnya, dengan beg
itu mahasiswa arsitektur akan mampu membuat suatu karya yang inovatif, estetis, fungsional
dan original (Pratitis & Putri, 2018). Tujuan utama pembelajaran geografi tidak lain untuk me
mbiasakan agar peserta didik mampu berikir spasial yang termuat dalam kompetensi dasar se
cara keseluruhan pada materi geografi. Implementasi kurikulum yang mendukung pembelajar
an terhadap kemampuan spasial sangat efektif dalam meningkatkan prestasi peserta didik di s
ekolah (Bodzin, 2011). Kemampuan tersebut akan sangat berguna bagi peserta didik dalam m
enentukan atau membuat keputusan terhadap hal-hal yang sederhana dan kompleks terkait de
ngan ruang atau lokasi (Setiawan, 2015). Pembelajaran geografi belum sepenuhnya sesuai de
ngan filosofi dan esensi geografi sebagai ilmu spasial yang akan memberikan bekal kemampu
an spasial kepada peserta didik dalam menghubungkan ide-ide spasial, dikarenakan soal-soal
kemampuan spasial dianggap sebagai hal yang baru dalam satuan pendidikan (Fachrurozi, 20
11). Faktor internal dan eksternal mempengaruhi hasil belajar geografi (Mane dkk, 2017). Ke
tersediaan bahan ajar terutama berbasis proyek yang diperlukan peserta didik masih terbatas d
an kondisinya kurang layak serta peraga yang digunakan seringkali hanya berupa ilustrasi di
papan tulis (Cintang dkk, 2017; Puspitasari, 2009; Saraswati dkk, 2013). Kesulitan peserta di
dik dalam memahami konsep spasial adalah kurangnya aktifitas pada saat pembelajaran yang
tidak dilibatkan langsung dalam membuat produk-produk pembelajaran dan pemanfaatan me
dia yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan peserta didik (Mahar
ani, 2015). Peserta didik akan lebih tertarik jika dalam pembelajaran guru memberikan kesem
patan kepada mereka untuk menumbuhkan kreativitas. Proses pembelajaran kurang melibatka
n fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan cenderung bersifat verbal (Ali, 20
06; Setianingsih dkk, 2012). Cara belajar yang dilakukan akan mempengaruhi hasil belajar pe
serta didik (Natakusuma dkk, 2017).
(http://lib.unnes.ac.id/40928/1/tesis%20full.pdf)
3. Jelaskan hukum yang mengatur tentang konsep spasial (keruangan) kawasan hilir, kawas
an hulu, kawasan pesisir, dan kawasan lautan?
Jawaban :
Politik hukum perencanaan spasial di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkemba
ngan pengaturan tentang perencanaan pembangunan di Indonesia. Pasca berlakunya Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SP
PN), arah perencanaan pembangunan di Indonesia disusun secara lebih integratif antara Peme
rintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Perencanaan pembangunan ini kemudian diintegrasikan
dengan perencanaan spasial di Indonesia. Melalui UU PR, perencanaan pembangunan dihubu
ngkan secara erat perencanaan spasial. Pada awalnya penyusunan perencanaan spasial harus d
idasarkan pada perencanaan pembangunan, namun secara simultan dan berkelanjutan kedua d
okumen perencanaan tersebut harus saling mengacu dan memperhatikan dalam penyusunann
ya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada awalnya kebijakan pembangunanlah ya
ng membentuk dan mempengaruhi kondisi ruang, namun selanjutnya kebijakan pembanguna
n dan kondisi ruang harus diharmonisasikan dan disinergikan, terlebih dengan memperhatika
n kondisi lingkungan, sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 16 ayat (2) UU Nomor 32 T
ahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) yang meny
atakan Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Str
ategis dalam penyusunan dan evaluasi: a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencan
a rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan b. kebijakan, rencana, dan/ ata
u program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. Memper
hatikan pengaturan tersebut dapat dilihat bahwa lingkungan hidup berupa ruang atau spasial
menjadi unsur yang penting dalam pembangunan nasional, yang mana pada satu sisi pemban
gunan harus membentuk ruang, namun di sisi yang lain pembangunan juga harus memperhati
kan kondisi ruang yang ada. Pemahaman tersebut memberikan penegasan bahwa dalam peren
canaan pembangunan yang holistik, aspek keruangan menjadi aspek yang mau tidak mau har
us diperhatikan. Pengaturan dalam UU PR menegaskan ruang yang dimaksud dalam perencan
aan ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk rua
ng di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, me
lakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Merujuk pada definisi otentik ters
ebut, terlihat lingkup dari ruang yang harus direncanakan, yaitu ruang darat, ruang laut, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi. Khusus untuk ruang laut dan ruang udara, meski secara aktu
al penataan terhadap ruang laut dan udara hampir tidak pernah dilakukan, namun pencantuma
n kedua ruang tersebut dalam UU perlu dilakukan, karena secara geopolitik merupakan satu k
esatuan geografis yang tidak dapat dipisahkan dan berkait dengan kedaulatan negara.
Berdasarkan analisis dan uraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstruksi hukum
dokumen RZWP3K dalam perencanaan spasial yakni: Pertama, tahapan penyusunan dokume
n. Baik RZWP3K dan RTRW sama-sama: (a) melibatkan masyarakat dalam penyusunan/ per
umusan konsepnya; dan (b) adanya upaya untuk mendapatkan masukan, tanggapan, dan saran
perbaikan dalam pembahasan rancangan rencana tata ruang, namun khusus untuk RZWP3K u
sulan penyusunan dapat dilakukan oleh dunia bisnis. Kedua, kelembagaan penyusun dokume
n. RZWP3K hanya dapat dibentuk pada level provinsi, sedangkan RTRW dapat dibentuk pad
a level nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Ketiga, perbedaan sistematika dokumen.
Keempat, penuangan dokumen dalam produk hukum. Merujuk pada uraian sebelumnya, RZ
WP3K dituangkan dalam produk hukum berupa Peraturan Daerah Provinsi, sedangkan RTR
W dituangkan dalam produk hukum berupa Peraturan Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Kompatibilitas RZWP3K sebagai rencana tata ruang laut yang integratif dengan dokumen per
encanaan spasial lainnya. Perbedaan yuridis antara RZWP3K dengan rencana tata ruang laut:
(a) diferensiasi definisi antara pengertian “wilayah pesisir” dan “laut” dalam UU PWP3K dan
UU Kelautan; (b) diferensiasi substansi, pertentangan antara Pasal 9 ayat (2) dengan Pasal 10
c UU PWP3k sebab dengan merujuk pada Pasal 1 angka 2 dan 3 UU PWP3K dan Pasal 1 ang
ka 1 UU Kelautan perihal arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pul
au Kecil, maka RZWP3K tidak dapat mencakup penetapan ruang laut, karena sumber daya di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil tidak mencakup ruang laut; (c) diferensiasi kewenanga
n, perihal arahan pemanfaatan dan arahan penetapan pemanfaatan, sedangkan dalam Pasal 6 a
yat (5) UU PR yang diamanatkan adalah perihal pengaturan pengelolaan ruang laut; (d) Kee
mpat, diferensiasi alokasi ruang, dalam UU PWP3K alokasi ruang yang diatur terdiri dari Ka
wasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan
alur laut, sedangkan dalam UU PR, alokasi ruang terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya. Berdasarkan hal tersebut maka RZWP3K dan rencana tata ruang laut adalah dua h
al yang berbeda. Namun dengan merujuk pada pengaturan hukum positif RZWP3K (yang me
rupakan bagian dari rencana tata ruang laut) harus disusun secara integratif dengan RTRW de
ngan merujuk pada Pasal 6 ayat (3), (4), dan Pasal 15 UU PR.
(https://www.rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/artikel%20ananda.pdf)

4. Jelaskan konsep struktur spasial, dinamika spasial, interaksi spasial, dan prinsip spasial d
alam sebuah pembangunan yang berkelanjutan?
Jawaban :
Para ahli geografi Indonesia sepakat untuk menguraikan definisi geografi sebagai ilmu y
ang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingku
ngan atau kewilayahan. Untuk menyepakati analisis pendekatan keruangan dalam penelitian
wilayah sebagai ciri ilmu dan pengajaran geografi maka kesembilan analisis pendekatan keru
angan (spastial approach), tersebut adalah (1) analisis pola keruangan (mengabtraksikan obye
k kajian, mengabstraksikan sebaran dan menjawab pertanyaan geografis), (2) analisis struktur
keruangan, (3) analisis proses keruangan (keterkaitan keruangan), (4) analisis interaksi kerua
ngan, (5) analisis organisasi keruangan, (6) analisis asosiasi keruangan, (7) analisis komparasi
keruangan, (8) analisis kecenderungan konsep keruangan, (9) konsep sinergisme keruangan,
(Sabari, 2007). Menurut (Bintarto, 1981), geografi mempelajari hubungan kausal gejalagejala
di permukaan bumi, baik secara fisik maupun menyangkut makhluk hidup beserta permasalah
annya melalui pendekatan keruangan (spastial approach), pendekatan ekologi (ecological app
roach), dan pendekatan regional (region complex approach), untuk kepentingan program, pro
ses, dan keberhasilan pembangunan. Secara umum Geografi adalah ilmu yang mempelajari te
ntang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan man
usia di atas permukaan bumi. Konteks geografi dengan pendekatan kompleks wilayah (geogr
aphy analysis) dan spasial menjadi bagian analisis untuk melihat perkembangan suatu wilaya
h dan selanjutnya akan dijadikan sebagai analisis pertumbuhan dalam konteks (regional appro
ach). Sehingga muncul analisis baru dalam konteks geografi ekonomi yang akan menjelaskan
nya sebagaimana dimaksudkan (Tarigan, 2003) yang menjelaskan bahwa dalam konteks ilmu
geografi ekonomi (economic geography) pola terjadinya adalah dengan adanya aktivitas ekon
omi yang dapat menunjukkan keberadaan suatu kegiatan di suatu lokasi dan bagaimana wilay
ah sekitarnya berinteraksi atas kegiatan tersebut dan gejalagejala dari suatu kegiatan yang ber
sangkut paut dengan tempat atau lokasi sehingga ditemukan prinsip-prinsip penggunaan ruan
g.
(http://eprints.ums.ac.id/29011/2/BAB_I.pdf)

5. Dalam perkembangannya Kota Medan menjadi magnet untuk daerah sekitarnya dan salin
g berhubungan dengan daerah sekitarnya yang saat ini disebut dengan mebidangro. Pemb
angunan yang terjadi di Kota Medan sangatlah pesat dan tidak berimbang dengan daerah
sekitarnya. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perkembangan Kota Meda
n dan kurang berkembang daerah sekitarnya dilihat dari aspek pola spasial keruangan?
Jawaban :
Kawasan perkotaan di Indonesia tumbuh secara dinamis sejalan dengan dinamika per
kembangan demografis, ekonomi dan fisik-spasial. Ditinjau dari aspek spasial, kawasan perk
otaan yang terbentuk cenderung bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yan
g semakin tidak terkendali, mengalihfungsikan kawasan pertanian subur di pinggiran kota da
n meningkatkan kebergantungan pada kendaraan bermotor. Makalah ini mengeksplorasi keter
kaitan antara bentuk perkotaan dan keberlanjutan perkotaan secara lingkungan, sosial, dan ek
onomi, sebagai landasan untuk melakukan intervensi terhadap struktur dan pola ruang kawasa
n perkotaan; dan merumuskan arahan pengembangan kawasan perkotaan secara spasial untuk
mewujudkan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan sesuai den
gan karakteristik spesifik kota, dengan wilayah studi di Kawasan Perkotaan Jakarta dan sekita
rnya. Hasil analisis keterkaitan bentuk perkotaan dan karakteristik sosial-ekonomi dengan pol
a perilaku perjalanan penduduk pada skala kawasan perkotaan menunjukkan bahwa unsur-un
sur bentuk perkotaan mempunyai kaitan yang lebih besar daripada karakteristik sosial-ekono
mi terhadap pola/perilaku perjalanan. Hal ini berarti intervensi terhadap bentuk perkotaan, me
lalui unsur-unsurnya yang mencakup densitas, diversitas penggunaan lahan, desain, dan akses
ibilitas, dapat memengaruhi pola/perilaku perjalanan, terutama panjang perjalanan dan konse
kuensinya terhadap konsumsi energi, emisi yang dihasilkan dan kualitas udara perkotaan. Dal
am konteks inilah konsep compact city dapat menjadi strategi alternatif untuk mewujudkan k
awasan perkotaan yang berkelanjutan, dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan perko
taan dengan tidak menambah pengeluaran-pengeluaran yang besar terhadap generasi selanjut
nya. Pada tahun 1973, Dantzing dan Saaty mengusulkan sebuah ide kota yang disebut dengan
Compact City dimana ide tersebut terinspirasi dari ide Le Corbusier mengenai Radiant City.
Visi nya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan dengan tidak menambah p
engeluaran-pengeluaran yang besar terhadap generasi selanjutnya dimana ide tersebut sesuai
dengan prinsip perkembangan yang berkelanjutan. Secara umum ide dari compact city menca
kup banyak strategi yang bermaksud menciptakan kekompakan dan kepadatan yang dapat me
nghindari permasalahan yang ditimbulkan oleh kota modern, menyelamatkan perkembangan
daerah pedesaan, mendukung fasilitas lokal sehingga menjadikannya lebih otonomi. Perkemb
angan kota yang berkelanjutan berkontribusi untuk memperkenalkan ide dari compact city de
ngan penekanan pada aspek ekologi dan justifikasi lingkungan. Compact city memberikan ke
untungan dimana sebuah kota berperan dalam mengurangi konsumsi dari bahan bakar teruta
ma dalam perjalanan karena kota secara ruang memiliki fungsi yang beragam (mix used) dan
tempat bekerja dan fasilitas leisure didesain berada pada satu kawasan (ECOTEC 1993; New
man dan Kenworthy 1989; Hilman 1996). Disamping itu dengan adanya compact city maka l
ahan perkotaan dapat dipergunakan kembali, dan daerah pedesaan (rural land) dapat terlindun
gi. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa dengan adanya compact city maka kualitas dari
kehidupan dapat tercipta secara berkelanjutan bahkan dalam keadaan konsentrasi masyarakat
yang tinggi. Peter Newman (2000) menemukan bahwa compact city muncul sebagai bentuk k
ota yang paling efisien. Ia berpendapat bahwa bentuk kota bukan hanya melihat pada kualitas
udara yang dihasilkan. Beberapa sarjana menganggap bahwa konsep dari compact city tidak r
ealistis dan tidak diinginkan, dan bentuk dari “konsentrasi decentralisasi“ (decentralization co
ncentration) berdasarkan kota single atau sekumpulan dari kota dianggap lebih tepat (brehem
y 1992b). Fokus utama yang sangat berpengaruh terhadap perbedaan pada bentuk kota terliha
t pada pola travel dan perlengkapan transportasi, efisiensi resource, kewajaran sosial, kemuda
han akses, dan bergairahnya roda ekonomi. Secara esensial, compact city adalah sesuatu yang
memiliki kepadatan yang tinggi, kota yang mix used (nonsprawl) dengan batas yang jelas.
(http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/5641/1/d5953a852cace3476b1f7cda9577c6ea.pdf)

Keterangan:
1. Tingkat plagiasi dari jawaban ujian adalah 30%
2. Jawablah soal-soal diatas dengan sumber-sumber yang relevan dan dapat dipertanggung ja
wabkan
3. Dilarang mengarang bebas
4. Soal dikumpul dalam bentuk MS Word
5. Jawablah sesuai nomor urutan
Format Lembar Jawaban

MK : Literasi Spasial
Kelas : A-Reguler 2021
Waktu Ujian : Kamis, 1 April 2021
Nama : Reiza Mariati Nababan
NIM : 3203331006

Anda mungkin juga menyukai