T.A 2023/2024
Semester :1
Sub topik :
Waktu : 100
CAPAIAN PEMBELAJARAN
.
REFERENSI
Marimbi, Hanum. 2009. Etika Dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Jogjakarta : Mitra
Cendikia
Purwoastuti Endang, dkk. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Yogaykarta : 2015.
Ristica, dkk. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish.
Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Katalog
Dalam Terbitan.
PENDAHULUAN
URAIAN MATERI
Manajemen dalam pelayanan kebidananPage 3
A. Isu Etik dan Moral dalam Praktek Kebidanan
1. Pengertian Etik
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa etik adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan
manusia. Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan
penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994)
1. Bentuk etik
a. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang
tingakh laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-
hai,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut
oleh masyarakat.
b. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1. Etika umum: yang membahas berbagai hal yang berhubungan
dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil
kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
2. Etika khusus :
2. Isu Etik yang terjadi antara bidan Klien, Kelurga, dan Masyarakat Teman
Sejawat,Teman kesehatan lainya, Organisasi profesi Issue etik yang terjadi
antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai hubungan
erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan.
a. Issue Etik yang Terjadi antara Bidan dengan Klien, Kluarga,
Masyarakat
b. Issue Etik yang Terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat Issue
etika yang terjadi antara bidan dengan teman adalah
perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan sesama bidan
sehingga menimbulkan salah paham.
5. Kasus
Di suatu desa yang tidak jauh dan kota dimana di desa
tersebut ada dua orang bidan yaitu bidan “A” dan bidan “B”
yang sama-sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara
dua bidan tersebut. Pada suatu han datang seorang pasien yang
akan melahirkan di BPS bidan “B” yang lokasinya tidak
jauh dengan BPS bidan “A”. Setelah dilakukan pcmeriksaan
ternyata pembukaan masih belum lengkap dan hidan “B”
menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan
menolong persalinan tersehut meskipun mengetahui bahwa
hal tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi
mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan “A”.
Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B”
tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan
melaporkan bidan “B” untuk menjatuhkan bidan “B” karena di
anggap melanggar wewenang profesi bidan (Ristica dkk, 2014
: 47-48).
2. Resiko
Isu moral adalah merupakan topic yang penting berhubungan dengan benar dan
salah dalam kehidupan sehari – hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan
untuk terminasi kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian di luar
biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyngkut konflik, malpraktik, perang dan
sebagainya.
Dilema merupakan suat keadaan di mana dihadapkan pada dua alternatif, yang
kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema
muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan
antara nilai- nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. (Purwoastuti dkk,
2015: 106).
Dilema moral adalah suatu keadaan di mana dihadapkan pada dua alternatif
pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan
masalah. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena
bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
berhubungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan
yang diambil. Untuk menjalankan prakit kebidanan dengan baik, serta pengetahuan yang up
to date, tetapi bidan harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidananan.
Menurut Daryl Koehn dalam The Groun of Professional Ethies (1994), bahwa bidan
dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktik kebidanan. Dengan
memahami peran sebagai bidan, akan meningkatkan tanggung jawab profesionalnya kepada
pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi
praktik kebidanan.
a. Aborsi
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mencapai viabilitas dengan usia kehamilan < 22 minggu dan berat janin <500
gram (Purwoastuti, Endang & Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106).
b. Euthanasia
c. Adopsi/pengangkatan anak
Adopsi berasal dari kata “adaptie” dalam bahasa Belanda. Menurut kasus
hukum berarti pengangkatan seorang anak untuk anak kandungnya sendiri”. Dalam
bahasa malaysia, berarti anak angkat atau mengankat anak. Sedangkan dalam bahasa
Inggris, “edoft” (adaption), berarti pengangkatan anak atau mengangkat anak.
Dalam bahasa Arab disebut”tabanni” yang diartikan dengan “mengambil anak
angkat” (Purwoastuti, Endang & Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106).
d. Transplantasi
Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau
sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat
yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan
organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerimaan dengan organ lain yang masih
berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup
ataupun telah meninggal (Purwoastuti, Endang & Elisabeth Siwi Walyani. 2015:
106).
e. Bayi Tabung
Bayi tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma
dan sel telur di luar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi, hasil
tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga
dapat tumbuh menjadijanin sebagaimana layaknya kehamilan biasa (Purwoastuti,
Endang & Elisabeth Siwi Walyani. 2015: 106).
1. Langkah Penyelesaian
a) Pendekatan penyelesaian masalah
Pendekatan penyelesaian masalah teknik perlu
dilakukan dengan cara yang bertahap dan berurutan. Langkah-
langkah awal bersifat kualitatif dan umum, dan langkah-
Manajemen dalam pelayanan kebidananPage 13
langkah berikutnya lebih bersifat kuantitatif dan spesifik
b) Identifikasi masalah
Agar masalah dapat diselesaikan, pertama-tama perlu
diidentifikasi terlebih dahulu apa sebenarnya esensi dari
masalah tersebut, agar langkah berikutnya tepat.
c) Sintesis
Sintesis adalah tahap proses kreatif di mana bagian-
bagian masalah yang terpecah dibentuk menjadi kesatuan
yang menyeluruh. Di sini kreativitas sangat penting.
d) Analisis
Analisis adalah tahap dimana kesatuan itu dipecah
kembali menjadi bagian-bagiannya. Kebanyakan edukasi
teknik akan fokus pada tahap ini. Kunci dari analisis adalah
menerjemahkan problem fisik tersebut menjadi sebuah model
matematika. Analisis menggunakan logika untuk
membedakan fakta dari opini, mendeteksi kesalahan,
membuat keputusan yang berdasarkan bukti, menyeleksi
informasi yang relevan, mengidentifikasi kekosongan dari
informasi, dan mengenali hubungan antar bagian.
e) Aplikasi
Aplikasi adalah proses dimana informasi yang cocok
dan akurat diidentifikasi untuk penerapan pada permasalahan
yang hendak dipecahkan.
f) Komprehensi
Yaitu tahap dimana teori yang sesuai dan data yang
berhasil dikumpulkan disatukan dalam sebuah rumus
komprehensif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Jika pada tahap ini masalah masih belum selesai, maka kita
dapat kembali pada tahap ke tahap sintesis, dan mencoba lagi.
E. Informed Choice
1. Definisi
Profesi bidan dikontrol oleh kerangka kerja yang rinci dari legislasi primer maupun
sekunder dalam upaya untuk melindungi masyarakat. Bidan menghormati wanita sebagai
pribadi dan memperlakukan mereka dengan rasa hormat. Dalam pelayanan kebidanan,bidan
berperan dalam memfalitasi pilihan pasien. Bila pilihan belum bermasalah dan
membahayakan kesejahteraan ibu dan janin/bayi, dilain pihak hak dan pilihan klien perlu
dihormati. Hambatan lain bila ada keterbatasan option/pilihan dari fasilitas pelayanan yang
tersedia. Bila keadaan demikian maka keamanan, keselamatan dan kesejahteraan wanita dan
bayinya menjadi pertimbangan utama bagi para bidan. (Marimbi, 2009 : 46)
2. Rekomendasi
2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh wanita dengan menggunakan media alternatif dan penterjemah kalau
perlu, begitu juga tatap muka langsung.
4) Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5) Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif, bermitra dengan
wanita dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan. (Marimbi,
2009 : 48)
F. Informed Concent
Latar belakang diperlukannya Informed consent adalah karena tindakan medik yang
dilakukan bidan, hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable (tidak dapat
diperhitungkan secara matematik), sebab dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada
diluar kekuasaan bidan, seperti perdarahan post partum, shock, asfiksia neonatorum
(Wahyuningsih, 2008 : 62).
Sehingga persetujuan pasien bagi setiap tindakan medik menjadi mutlak diperlukan,
kecuali dalam keadaan emergency. Persetujuan tersebut dikenal dengan Informed consent.
Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam bahasa inggris
menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu (Wahyuningsih, 2008 : 62).
Kesadaran hukum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan
kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang
akan dilaksanakan atas dirinya adalah bertentangan dengan arti dari consent itu
(Wahyuningsih, 2008 : 62). Informed consent telah diakui sebagai langkah yang paling
penting untuk mencegah terjadinya konflik dalam masalah etik. (Marimbi, 2009 : 50).
2. Express Consent
Persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau secara
verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun
sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk
tertulis, karena hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat di masa
datang. Contoh persetujuan untuk pelaksanaan sesar. (Purwoastuti, E.
2015: 143)
Syarat sah perjanjian atau consent meliputi :
1. Adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuan maupun
kekeliruan. Dalam hal perjanjian antara bidan dan pasien, kata sepakat
harus diperoleh dari pihak bidan dan pasien setelah terlebih dahulu bidan
memberikan informasi kepada pasien sejelas- jelasnya.