Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini fotografer sudah berkembang sangat pesat, mulai dari kamera digital

digicam obscura, kamera analog hingga kamera virtual. Sekarang foto tidak bisa

dihasilkan dengan baik melalui kamera yang terdiri dari kamera DSLR, pocket,

mirrorless, dan lain-lain. Tetapi juga dapat dihasilkan melalui kamera digital yang

luar biasa, yang terdiri dari kamera digital dari smartphone.

Fotografer dibagi menjadi dua antara lain Ada fotografer ahli dan fotografer

minat dalam frase yang berbeda fotografer pemula. Fotografer profesional adalah

individu yang melukis di bawah konsentrasi. Fotografer professional menghabiskan

waktunya untuk mencari dan mendapatkan engle yang pas agar hasil gambar dapat

sempurna dan mendapatkan harga yang tinggi. Sedangkan fotografer hobi adalah

orang yang hanya menyukai dan menjadikan itu sebagai hobi nya saja, seperti hal

namanya yaitu hobi dan tidak terlalu mementingkan view engle yang bagus dan

objek yang bagus, dikarenakan fotografer Hobi hanya mempublikasi nya melalui

media saja tanpa memperdulikan hak cipta dari gambar yang ia publikasi.

Samahalnya seperti fotografer. Videografer juga dibagi menjadi dua.

Videografer profesional dan videografer Hobi atau videografer amatir. Videografer

profesional menempatkan itu sebagai profesinya. Membuat dan menghasilkan

video untuk diproduksi seperti film dan short movie sedangkan videografer hobi

atau amatir hanya untuk dipublikasi dimedia sosial saja.


Zaman modern yang sering kita sebut dengan globalisasi mengalami

perkembangan pesat di dalam teknologi. Peningkatan semacam ini merupakan

perubaha besar bagi kehidupan masyarakat dari berbagai aspek. Orang-orang yang

telah mengamati perkembangan budaya luar negeri membuat semakin banyak

orang yang tidak lagi menganggap serius nilai-nilai etika dan moral, bahkan nilai-

nilai suci iman. Nilai-nilai sakral dari agama ini dapat diambil misalnya dari

perkawinan atau pernikahan.1.

Seiring berjalannya waktu, fotografer dan videografer sering menjadi bagian

penting dalam sebuah acara Wedding atau sering kita sebut dengan kata pernikahan.

Fotografer berperan dalam mengabadikan momen berbahagia dalam bentuk foto.

Sepasang calon suami istri menuangkan semua harapan kepada fotografer untuk

mengabadikan sebaik mungkin momen demi momen yang mereka lewati dihari

berbahagia tersebut.

Pada dasarnya foto akad nikah ini sudah tidak ada lagi pada zaman Nabi,

maka tidak salah lagi jika foto akad nikah ini diambil, karena tidak lagi merusak

rukun dan rukun nikah. . Namun, cara pengambilan foto pada konsultasi foto akad

nikah ini menunjukkan adanya adegan mesra antara kedua mempelai yang bukan

mahramnya.Rasullullah shallulluhu a’laihhi wa sallam bersabda dalam hadist :

َ‫المصورون‬
ِ ‫يوم القيام ِة‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ‫إن أشدَّ الن‬
ِ َّ َ‫اس عذابًا عند‬ َّ

1
Thobbibatussaadah “Tafsir ayat hukum keluarga I “,(Yogyakarta : idea pres,2013), hlm.
1.
Artinya : orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk

bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka:

‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini. (HR. Bukhari dan Muslim).2

Syaikuna-Syekh Sa'advert Asy Satsri berkata "Foto dari kamera bukanlah

jepretan baru yang menyerupai ciptaan Allah. Gambar terlarang adalah jika Anda

membuat gambar baru. Tetapi gambar kamera digital adalah gambar yang dibuat

dengan bantuan menggunakan Allah sendiri, sehingga tidak terlindungi di dalam

foto yang memungkinkan Anda untuk diperintahkan untuk ditiup dengan

menggunakan roh. Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan kamera digital

seperti hasil refleksi para ulama setuju bahwa gambar di dalam cermin

diperbolehkan.3Seperti dalam surah An-Nahl ayat 125 Allah Swt mengatakan :

َ ‫ع ْن‬
‫سبِ ْيل ِٖه‬ َ ‫س ُۗنُ ا َِّن َربَّكَ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم بِالَّتِ ْي ه‬
َ ‫ِي ا َ ْح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫اُدْعُ ا ِٰلى‬
َ ‫سبِ ْي ِل َربِكَ بِ ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬

. َ‫َوه َُو ا َ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmahdan pengajaran yang

baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang

paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125)

Ungkapan prewedding berasal dari bahasa Inggris jika diartikan dalam bahasa

Indonesia, khususnya gambar sebelum nikah. Namun seiring berjalannya waktu,

banyak manusia yang mengira bahwa gambar ini adalah gambar yang mengambil

Purnama Yulian, S.Kom, “Hukum Menggambar Makluk Bernyawa”, dalam


2

https://muslim.or.id/26684-hukum-menggambar-makhluk-bernyawa.html
3
Tuasikal Abdul Muhammad, MSc, “Hukum Mengambil Foto Dengan Kamera”, dalam
https://rumaysho.com/2140-hukum-mengambil-foto-dengan-kamera.html
sekitar di suatu lokasi, dengan ide dan pakaian yang telah diatur untuk ditampilkan

pada pernikahan atau pernikahan 2 calon: suami dan istri.4

Maraknya foto prewedding dengan adegan mesra layaknya suami istri

bukanlah hal yang jarang dikalangan masyarakat pada umumnya, Ini mengundang

pertanyaan, hingga fatwa ulama. Padahal, semua gerakan itu tidak jauh dari

perzinahan, karena antara laki-laki dan perempuan yang belum dekat dengan kata

sah melakukan adegan foto yang layaknya seperti suami istri. Rasullullah

shallulluhu a’laihhi wa sallam bersabda :

“ Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan wanita , kecuali ditemani

oleh seorang mahram nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).5Maksud dari Hadist

tersebut ialah hendaknya seorang laki-laki yang telah melamar seorang wanita

pujaan hatinya, harus tetap menjaga jarak sampai pada waktunya sah, agar tidak

terjadinya fitnah dikemudian nanti.6

Pernikahan yang sakral terlihat mengerikan karena melakukan pemotretan

prewedding dengan busana yang mungkin jauh dari syariat Islam. Hal ini

membuktikan bahwa kemajuan zaman sekarang tidak lagi memutuskan perilaku

masyarakat menjadi lebih baik, malah menjadikan pusat-pusat yang melanggar

norma-norma syariah yang sudah ada di dalam ajaran Islam, Al-Qur'an dan Hadits.

Banyaknya kekeliruan yang terjadi tanpa disadari yang jauh dari nilai-nilai

Islam, salah satunya adalah pada profesi fotografer dan videografer yang paling

4
Ricardo de melo “ Pengertian tentang foto prewedding”.dalam
http://demolophoto.com/pengertian-tentang-foto-prewedding.html di akses pada 30 maret 2021
5
Abu Malik Kamal Bin Sayyid Salam, “Fiqih Sunnah Untuk Wanita”, (Jakarta: Al-I’tishom
Cahaya Umat,2007),hlm.558.
6
Ricardo de melo “ Pengertian tentang foto prewedding”.dalam
http://demolophoto.com/pengertian-tentang-foto-prewedding.html di akses pada 30 maret 2021
berperan penting saat ini terutama dalam hal foto dan video. Sering terjadi sesi

pemotretan foto prewedding yang jauh dari nilai Islam itu sendiri. Seorang

fotografer dan videografer bernama Muhammad Wahyu Aulia tidak sedikit

mendapatkan Client yang memilih konsep foto prawedding yang jauh dari nilai

Islam itu sendiri. seperti beradegan mesra, menggunakan pakaian yang

mengundang syahwat, Adegan-adegan yang lengkap dengan faktor nafsu terdiri

dari berpelukan, menjaga, bergandengan tangan, bahkan bercumbu mesra.Namun

Muhammad Wahyu Aulia memiliki konsep nya sendiri sebagai Fotografer dan

Videografer, ia menerapkan nilai Islam di dalam konsep prewedding nya, seperti

mengenakan pakaian yang tidak mengundang syahwat, menjaga jarak, dan menjaga

pandangan antara kedua calon pengantin.

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti tertarik melakukan penelitian lebih

lanjut dengan judul “PENERAPAN NILAI ISLAMI PADA PROFESI

FOTOGRAFER DAN VIDEOGRAFER (Studi kasus oleh Muhammad Wahyu

Aulia)”.

B. RumusanMasalah

1. Apa latar belakang Muhammad Wahyu Aulia menerapkan nilai-nilai

Islam dalam fotografer dan videografer prawedding?

2. Bagaimana langkah-langkah penerapan nilai-nilai Islam yang

dilaksanakan Muhammad Wahyu Aulia dalam fotografer dan videografer

prawedding?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Muhammad

Wahyu Aulia dalam penerapan nilai-nilai Islam pada fotografer dan


videografer prawedding?

C. Batasan Istilah

1. Penerapan nilai Islam pada prorofesi Fotografer dan Videografer sudah

jarang ditemui, terutama pada jasa foto prawedding, terdapat konsep foto

yang diambil jauh dari penerapan nilai Islam. Penerapan nilai Islam itu

sendiri terletak pada konsep dan pose. Konsep penerapan nilai Islam antara

lain nya, menjaga busana agar tetap terlihat sopan, menjaga jarak antara

laki-laki dan perempuan yang belum mahram nya, kedua poin tersebut

merupakan salah satu penerapan nilai Islam yang selama ini jarang kita lihat

terutama pada sesi foto prawedding.

2. Fotografer berasal dari frase Photo dan Grafi. Fotografi adalah kumpulan

sains, generasi, dan karya seni. Dari gambar-gambar periode waktu, kita

dapat mengartikan gambar sebagai ringan, sedangkan grafik memiliki arti

sebagai tulisan atau lukisan. Foto juga merupakan hasil akhir dari proses

fotografi, sedangkan besar yang berarti gambar adalah foto yang dibuat dari

hasil akhir penyinaran dengan kamera digital yang mendistribusikan cahaya

ringan ke bahan yang ringan. Sementara itu, gambar-gambar dalam dunia

seni, menurut Deniek G. Surakarta, mengajarkan kita cara yang benar-benar

unik dalam melihat arena dan memberi kita pengetahuan baru tentang apa

yang ada di sekitar kita.7

7
Agung Dwi Raharjo “komposisi karya Fotografer Landscape Tunggul Setiawan” dalam
http://eprints.uny.ac.id/18736/1/Agung%20Dwi%20Raharjo%2009206241014.pdf di unduh pada
01 April 2021. 8:00
3. Videografer dalam Bahasa Indonesia sebenarnya memiliki arti 2 kata,

khususnya video karena ini yang menggeser jepretan dan jepret karena ini

itu tulisan atau gamabar. Videoagrafi adalah suatu cara merekam sebuah

video (dalam bentuk visual/audio visual) sedetik yang dapat dicintai di

kemudian hari, baik dalam bentuk kenangan atau bentuk pengamatan untuk

meneliti apa yang telah terjadi. sebelum. Videografi sendiri banyak

digunakan untuk berbagai instansi untuk berbagai kepentingan, mulai dari

masyarakat dan instansi, atau bahkan kita masing-masing mungkin ingin

memiliki file-file tentang catatan-catatan di dalam diri kita dalam bentuk

video.8

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang Muhammad Wahyu Aulia menerapkan

nilai-nilai Islam dalam fotografer dan videografer prawedding

2. Untuk mengetahui Langkah-langkah penerapan nilai-nilai Islam yang

dilaksanakan Muhammad Wahyu Aulia dalam fotografer dan videografer

prawedding

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

Muhammad Wahyu Aulia dalam penerapan nilai-nilai Islam pada fotografer

dan videografer prawedding

8
Portal dekave “ Bahas Secara Tuntas Pengertian Dari Videografi” dalam
https://www.portaldekave.com/artikel/bahas-secara-tuntas-pengertian-dari-
videografi#:~:text=Videografi%20adalah%20sebuah%20proses%20merekam,apa%20yang%20sud
ah%20pernah%20terjadi. Di akses pada 01 april 2021. 8:00
E. Kegunaan Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengetahuan tentang

fotografer dan videographer.

b. Diharapkan juga penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai landasan bagi

pembaca yang berkaitan dengan fotografer dan videografer dalam

menerapkan nilai islami, terutama dalam sesi foto prewedding.

2. Kegunaan secara praktis

a. Bagi Muhammad Wahyu Aulia pentingnya menerapkan nilai-nilai Islam

pada fotografer dan videografer prewedding

b. Memberikan kepada masyarakat tentang pentingnya syariat Islam,

terutama dalam Foto Prewedding

c. Penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada Fotografer dan

Videografer yang masih tidak menerapkan nilai-nilai Islami , terutama

pada sesi Foto Prewedding

F. Sistematika Pembahasan

Pembahasan sistematis dalam pengamatan ini dibagi menjadi 3 bab dan

beberapa sub-bab yang saling terkait. Ditulis secara sistematis sehingga seseorang

dapat menawarkan pemahaman yang bersih untuk dipahami. Untuk lebih jelasnya,

sistematika dialog inspirasi skripsi ini adalah sebagai berikut:


Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang dari masalah, rumusan masalah,

definisi masalah, tujuan dan penggunaan studi dan pembahasan sistematis.

Bab II Landasan Teori, pada landasan teori dapat dipelajari berbagai teori

yang berfungsi sebagai acuan teori. Penilaian literatur meliputi penjelasan sejarah

Fotografer dan Videografer, dasar tentang Fotografer dan Videografer, penjelasan

secarah islami tentang foto prewedding, hubungan Komunikasi dengan Fotografer

dan Videografer, Penerapan nilai Islami, Profesi Fotografer dan Videografer, dan

Study Kasus.

Bab III Metodologi Penelitian, pada teknik penelitian ini dapat disebutkan

kira-kira teknik yang diikuti dengan perilaku penelitian ini. Mulai dari jenis kajian,

lokasi kajian, informan kajian, sumber informasi, teknik rangkaian informasi,

teknik evaluasi informasi dan teknik pengecekan validitas informasi.

Bab IV Hasil Penelitian, pada bagian ini memuat hasil penelitian yang

menjelaskan penerapan nilai islami pada profesi Fotografer dan Videografer,

hambatan yang dialami oleh seorang fotografer dalam melakukan penerapan nilai

Islami khususnya pada Foto Prewedding.

Bab V Penutup, segmen ini berisi kesimpulan dan saran. Akhir secara

singkat memberikan semua temuan studi yang harus dilakukan dengan masalah

studi. Kesimpulan diterima terutama didasarkan sepenuhnya pada efek evaluasi

statistik yang telah didefinisikan dalam bab-bab sebelumnya. Saran dirumuskan

terutama didasarkan sepenuhnya pada efek studi, berisi garis besar langkah-langkah

apa yang ingin diambil melalui peristiwa yang terlibat dengan efek studi yang

terlibat.
Daftar Pustaka, berisi sumber bacaan dan juga artikel mengenai

pembahasan skripsi.

Anda mungkin juga menyukai