Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP KEPENGAWASAN DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Kepengawasan
Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Rasidi, M.Pd

Disusun oleh :

1. Fina Andriany (21.0406.0021)


2. Ayu Noviana (21.0406.0024)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah lembaga pendidikan formal, sosok pemimpin merupakan aspek
yang sangat mempengaruhi gerak dan hasil kerja personalnya. Untuk menyiasati agar
pimpinan lembaga pendidikan Islam dapat melakukan perannya secara maksimal, maka
peningkatan dalam manajemen merupakan salah satu pilihan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Apabila tidak dilaksanakan, maka tujuan pendidikan (termasuk di
dalamnya pem- belajaran) tidak mungkin dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam kondisi seperti ini, secara tidak langsung tumbuh kesadaran akan
pentingnya manajemen, karena di dalamnya mem- berikan kewenangan penuh kepada
pimpinan lembaga pendidikan Islam beserta wakilnya, dan para guru dalam mengatur
pendidikan dan pengajaran, merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mem-
pertanggungjawabkan, mengatur dan memimpin sumber daya manusia, serta sarana
penunjangannya untuk membantu pelak sanaan pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan di lembaga pendidikan Islam tersebut
Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari kegiatan manajemen, yaitu fungsi
controlling(Chairunnisa, 2016). Pengawasan dimaksudkan untuk menjamin tujuan-
tujuan organisasi pendidikan dapat tercapai. Fase pengawasan bertujuan untuk menilai
apakah sasaran dari organisasi pendidikan yang telah direncanakan telah dicapai
dengan baik atau belum. Pengawasan dilakukan secara sistematis dengan menetapkan
standar mutu pendidikan sesuai dengan perencanaan. Dengan terlebih dahulu,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar mutu pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian,
menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya lembaga dipergunakan dengan
cara yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan-tujuan lembaga.
Fungsi dari pengawsan adalah mengidentifikasi efektifitas organisasi ber-
dasarkan perencanaan yang telah dibuat. Demikian pula pengawasan meliputi efisiensi
dari masing-masing program, pengorganisasian, dan pemimpinan. Pengawasan
diperlukan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan organisasi (pendidikan)
pada masa selanjutnya(Samsirin, n.d.). Dalam kasus manajemen kesiswaan,
pengontorolan mutlak dibutuhkan untuk bahan evaluasi perbaikan program pada masa
yang akan datang. Di samping itu semangat kerja para staf akan termotivasi apabila
pimpinan sekolah memberikan arahan dan penghargaan terhadap prestasi kerja mereka.
Pengawas harus memiliki beberapa karakter yang melekat pada dirinya,
diantaranya: menjadi teladan, memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas,
penuh kasih sayang, berpenampilan rapi dan menyukai kebersihan, ramah dan sabar,
suka memaafkan orang lain, sopan dan penuh hormat(RI, 2005). Profesi pengawas
merupakan pekerjaan mulia, tugasnya untuk meningkatkan potensi guru tidak hanya
dalam ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga menanamkan nilai-nilai
ilahiah dalam agama (transfer of islamic value) (RI, 2005). Selain itu, bahwa
keberhasilan pengawas sangat bergantung pada komitmen yang dimiliki dalam
mengembang tugas sebagai pengawas. Komitmen dan kesetiaan akan tugas melekat
pada diri setiap pengawas pendidikan. Betapa pun hebatnya seorang pengawas tetapi
jika ia abai terhadap komitmen dan tanggung jawab, maka ia akan menemui kegagalan.
Selain itu, pengawas di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus senantiasa
memperlihatkan dan mempraktikkan sikap kasih sayang. Maka dari itu makalah ini
bertujuan untuk membahas mengenai konsep kepengawasan dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Bagaimana kepengawasan dalam Islam ?
2. Bagaimana karakteristik pengawas dalam Islam ?
3. Bagaimana peran pengawas dalam Pendidikan Islam ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang tersaji, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kepengawasan dalam Islam.
2. Mengetahui karakteristik pengawas dalam Islam.
3. Mengetahui peran pengawas dalam Pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penulisan
Tulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur dalam penulisan konsep
kepengawasan dalam Islam.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kepengawasan dalam Islam
Pengawas satuan pendidikan adalah jabatan fungsional yang berkedudukan sebagai
pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap madrasah dalam
upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar madrasah untuk mencapai tujuan
pendidikan (Pandong, 2003). Pengawas pendidikan Islam juga memiliki dua fungsi
utama, pengawasan akademik dan manajerial (Abdullah et al., 2021). Pengawasan
akademik dimaksudkan untuk membantu para guru mengembangkan kapabilitas
profesionalnya, menjamin mutu guru menjadi lebih baik dan pembinaan, penilaian, dan
pelatihan profesionalisme. Sedangkan pengawasan manajerial terkait dengan kegiatan
pemantauan, penilaian, pembinaan terhadap kepala madrasah dan seluruh elemen
sekolah lainnya dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh
aktivitas madrasah.
Ayat-ayat tentang pengawasan bisa dilihat dari Ayat sebagai berikut: ٌ
َ ُْ َ َْ َ َ ُْْ َُ ْ َ ‫ََُ َ ْ ً ْ َ ه‬
‫اّٰلل ان تقولوا ما لا تفعلون‬
ِ ‫كبر مقتا ِعند‬

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan (Qs.Ash-Shof ayat 3).
Dari penjelasan ayat tersebut maka dapat dilihat bahwasannya Allah SWT
memberikan ancaman serta peringatan terhadap orang-orang yang mengabaikan
pengawasan terhadap perbuatannya.
Fokus pengawasan lebih pada penyadaran serta kepercayaan diri kalau Allah SWT
senantiasa mengawasinya dan mendapatkan balasan atas seluruh perbuatannya yang
berbentuk pahala ataupun dosa sehingga ia akan takut buat melaksanakan penipuan
ataupun kecurangan serta dari luar diri kita, di mana orang mengawasi seberapa baik
kita melaksanakannya.

َّّ َ ََْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ
‫السما ِۤء ِالى الا ْر ِض ثَّم َيع ُرج ِال ْي ِه ِف ْي َي ْو ٍم كان ِمقد ُارهٓٗ الف َسن ٍة ِما‬ ‫ُيد ِ ّب ُر الا ْم َر ِمن‬

َ ُّ ُ َ
‫تعد ْون‬
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. al-
Sajdah Ayat 5).
Dari kandungan ayat diatas ini bahwasannya Allah SWT adalah pengatur alam
semesta. Serta keteraturan alam ini merupakan bukti dan kekuasaan kebesaran Allah
SWT dalam mengelolah bumi. Manusia sebagai kahlifah dimuka bumi ini ditugaskan
menjaga, mengawasi, mengatur serta mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana Allah SWT mengelola bumi ini.
Dengan pengendalian internal dan eksternal serta landasan keimanan dan
ketakwaan, diharapkan akan muncul sikap dan perilaku yang amanah, jujur, terpadu,
dan etika yang baik yang dikenal dengan ihsan atau keyakinan bahwa setiap perbuatan
berada di bawah pengawsan Allah SWT(Sugiharto & Syaifullah, 2023). Tujuan
melakukan pengawasan, pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah seseorang
jatuh terjerumus kepada sesuatu yang salah. Tujuan lainnya adalah agar kualitas
kehidupan terus meningkat. Inilah yang dimaksud dengan tausiyah, dan bukan untuk
menjatuhkan. Fungsi manajerial pengawasan adalah untuk mengukur dan mengkoreksi
kerja bawahan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dan rencana yang didesain
sedang dilaksanakan. Dalam konteks ini, implementasi Islam diwujudkan melalui tiga
pilar pengawasan (Trilusi Podomi, Said Subhan Posangi, 2019), yaitu:
1. ketaqwaan individu, bahwa seluruh personel perusahaan dipastikan dan dibina agar
menjadi manusia yang bertaqwa.
2. pengawasan anggota, dalam suasana organisasi yang mencerminkan sebuah team
maka proses keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawasan dari
personelnya sesuai dengan arah yang telah ditetapkan.
3. Penerapan/supremasi aturan, organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas
dan transparan dan tidak bertentangan dengan syariah

B. Karakteristik Pengawas dalam Islam


Menjadi cermin kebenaran hanya didapatkan apabila seorang pengawas
menyifati beberapa karakter sifat berikut ini(Abdullah et al., 2021):
1. Menghidupkan (al- hay)
Pengawas pendidikan harus mampu memberi hidup kepada orang lain, dalam hal ini
para guru dan kependidikan yang ada di lembaga yang diawasinya. Selain itu,
pengawas juga harus senantiasa hidup di dalam setiap lembaga pendidikan,
maksudnya bahwa ia harus mampu memberi roh pada perjalanan lembaga
pendidikan yang berada di bawa pengawasannya. Hal ini secara tegas dikatakan
dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah [2]: 154 bahwa setelah mati pun bagi orang yang
berjihad di jalan Allah, Al-Qur'an menjelaskan bahwa ia tetap hidup walaupun orang
lain tidak menyadarinya.
2. Mengetahui (al-alim)
Mereka harus mengetahui atau ‘alim terhadap ilmu pengetahuan terkait dengan
kepengawasan. Maka seorang pengawas senantiasa diperintahkan untuk menambah
ilmunya. Ilmu yang paling penting dimiliki oleh pengawas adalah pengetahuan,
sebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW, bahwa pengetahuan bukan hanya terbatas
sampai pada kemampuan mengekspresikannya dalam bentuk kata tetapi ada pula
yang menyentuh hati sehingga melahirkan amal-amal yang sesuai dengan petunjuk
ilahi
3. Menguasai (al-qadir)
menjadi pemimpin tetapi tidak menjadi penindas bagi yang lain. Karena kadang kala,
sifat kuasa ini dijadikan sebagai alat untuk melakukan tindakan yang melegalkan
segala cara untuk berbuat sesuatu walaupun hal tersebut merugikan lembaga dan
orang-orang yang berada di dalamnya. Kuasa yang digunakan secara semena-mena
tentu berimplikasi kepada kerusakan terhadap lembaga pendidikan, karena merusak
sistem kerja yang sejatinya harus bersifat kekeluargaan, sehingga seorang pengawas
ketika meneladani sifat qadir ini haruslah memosisikan diri bahwa meyakini kuasa
itu hanya milik Allah SWT, dan menyadari bahwa ia tidak dibolehkan berpikir untuk
menganiaya orang lain. Karena kuasa yang dipegangnya hanya bersifat sementara
dan akan beralih ke orang lain. Kuasa adalah amanah yang harus dipahami sebagai
cara Allah SWT memuliakan seseorang apabila ia menjalankan dengan adil.
4. Melihat (al-Bashiir)
seorang pengawas haruslah meyakini bahwa seluruh perbuatan dan tingkah laku
yang dilakukan selalu dalam jangkauan penglihatan Allah SWT. sehingga seluruh
perbuatan seorang pengawas senantiasa dilakukan dengan baik dan selalu didasarkan
pada pandangan bahwa ia juga diawasi walaupun tidak terlihat secara kasat mata.
Dengan demikian, ia akan selalu menegakkan kebijakan yang tidak merugikan siapa
pun bahkan dirinya sekali pun. Imam
5. Dibutuhkan (al- shamad)
pengawas harus menjadi seseorang yang dibutuhkan di lembaga yang dipimpinnya.
Karena ia adalah sosok yang mampu memenuhi harapan setiap pihak di dalam
lembaga tersebut. Ia adalah puncak harapan di lembaga yang dipimpinnya.

C. Peran pengawas dalam Pendidikan Islam


Pengawas pendidikan Islam juga memiliki dua peran utama, pengawasan akademik dan
manajerial (Aedi, 2014).
1. Pengawasan akademik dimaksudkan untuk membantu para guru mengembangkan
kapabilitas profesionalnya, menjamin mutu guru menjadi lebih baik dan pembinaan,
penilaian, dan pelatihan profesionalisme guru.
2. Sedangkan pengawasan manajerial terkait dengan kegiatan pemantauan, penilaian,
pembinaan terhadap kepala madrasah dan seluruh elemen sekolah lainnya dalam
mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas madrasah.
Langkah selanjutnya adalah untuk meningkatkan mutu akademik dan manajerial
dibutuhkan pendekatan direktif yakni supervisi langsung dengan memberikan instruksi
atau mencontohkan. Hal ini dilakukan untuk guru yang kurang profesional. Sedangkan
guru yang dianggap telah profesional maka pendekatan yang dilakukan adalah non-
deriktif.
Prosedur tindakan dalam supervisi secara umum mempunyai komponen-
komponen pokok sebagai berikut (Muhayat, 2006) :
1. Kegiatan supervisi dilaksanakan secara efektif (effective implementation).
2. Dilakukan secara berkelanjutan, dikerjakan dengan berbagai langkah dalam proses
perjalanan supervisi demi mencapai tujuan. Kegiatan supervisi disepakati dan
dipahami bersama untuk kebutuhan bersama pula(Long-term, simple and agreed).
3. Dalam melaksanakan supervisi, seorang supervisor mempunyai pemahaman yang
mendalam terhadap lingkungan yang ada, atau lingkungan yang sedang disupervisi,
sehingga supervisi benar-benar dapat memperbaiki dengan segenap kondisi dan
situasi yang ada (Profound understanding of the realistic environment).
4. Supervisi itu selalu dimaksudkan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Sumberdaya akan dapat berfungsi secara optimal salah satu cara yang diterapkan
adalah secara rutin dilakukan penilaian terhadap tujuan sumberdaya itu sendiri
(Objective appraisal of resources)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis melihat bahwa peran pengawas tidak hanya hadir sebagai profesional di
bidang pengawas, tetapi pengawas juga menjadi cermin kebenaran, memberi
contoh keteladan. Pengawas itu harus memulai dari diri sendiri, meningkatkan
potensi dirinya dengan mengembangkan sifat atau karakteristik menghidupkan (al-
hay), mengetahui (al-alim), menguasai (al-qadir), melihat (al-Bashiir), dibutuhkan
(al- shamad). Dalam sebuah lembaga pendidikan Islam, menejer atau pemimpin
sangat penting dalam menjalankan fungsinya yaitu meng- gerakan bawahan,
memotivasi dan juga dalam pengawasan terhadap semua program yang
dilaksanakan bawahan sesuai perencanaan. Karena adanya tindakan pengawasan
dari suatu pimpinan lembaga pendidikan Islam tersebut di atas, maka proses ini juga
memberikan dorongan, penggerakan dan kesadaran terhadap dasar dari pada
pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang telah ditetapkan, disertai
dengan memberi motivasi-motivasi baru, bim- bing an atau pengarahan, sehingga
mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun dan baik.
Adanya pengawasan adalah sebagai sudut pandang dalam upaya pengawasan atas
berjalannya suatu rencana dalam sebuah organ untuk menghindari sebuah
kegagalan baik yang fatal atau tidak. Berkaitan dengan faktor ini, Al-Qur’an
memberikan gambaran yang yang jelas dan tegas terkait hal yang bersifat
merugikan agar tidak terjadi. Al-Qur’an memberikan sebuah peringatan itu
terdahulu sebagai bahan evaluasi atau intropeksi diri, baik sebagai seorang
pemimpin dalam organisasi atau pemimpin rumah tangga, apakah pola yang
tersusun rapi sejak awal suda dijalankan seperti semula atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. B. D. M., Usman, S., Halim, A., & Hakim, A. (2021). Konsep pengawas
dalam perspektif al- qur’an. V(1), 35–49.

Aedi, N. (2014). Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teori dan Praktik. PT.


RajaGrafindo Persada.

Chairunnisa, C. (2016). Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif. In


RajaGrafindo Persada.

Muhayat, I. (2006). Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan Islam.

RI, D. A. (2005). Kepengawasan Pendidikan. Departemen Agama RI.

Samsirin. (n.d.). Konsep Manajemen Pengawasan dalam Pendidikan Islam. Jurnal At-
Ta’dib.

Sugiharto, B., & Syaifullah, M. (2023). Pengawasan dalam Perspektif Islam dan
Manajemen. 7(1), 124–132.

Trilusi Podomi, Said Subhan Posangi, L. G. O. (2019). Pengawasan Pendidikan


Mengacu Terhadap Al- Qur ’ an Dan Hadits. 3, 295–320.

Anda mungkin juga menyukai