Fani Efendi
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
faniefendi97@gmail.com
Abstrak
Kabupaten Pasuruan terdiri dari 24 kecamatan yang masing-masing memiliki karakteristik wilayah
berbeda. Perbedaan karaktristik wilayah menyebabkan tingkat ketimpangan antar wilayah dan tingkat
perkembangan wilayah yang beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan
wilayah tahun 2011 dan 2015 serta tingkat ketimpangan antar wilayah dan memberikan arahan
pembangunan wilayah di Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian adalah seluruh Kecamatan di
Kabupaten Pasuruan. Objek penelitian adalah perkembangan dan ketimpangan antar wilayah tahun 2011
dan 2015 di Kabupaten Pasuruan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Jenis data yang
diperlukan yakni data sekunder meliputi jumlah fasilitas publik, kependudukan, aksesibilitas, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten, dan PDRB Kecamatan. Teknis analisis data menggunakan
Indeks Komposit, Indeks Williamson, Tipologi Klassen, dan analisis SWOT.
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Pasuruan dalam
perhitungan indeks komposit dengan indikator jumlah fasilitas sarana publik, kependudukan, dan
aksesibilitas pada tahun 2011 tergolong kategori sedang dengan nilai indeks 60,0 dan di tahun 2015 juga
tergolong kategori sedang dengan nilai indeks 60,2. Kecamatan yang miliki tingkat perkembangan tertinggi
adalah Kecamatan Kejayan. Tingkat ketimpangan di Kabupaten Pasuruan menggunakan indeks
Williamson dan tipologi Klassen dengan indikator PDRB, laju PDRB, jumlah Penduduk, dan PDRB per-
Kapita pada tahun 2011 dan tahun 2015 tergolong kategori sedang. Kecamatan yang memiliki tingkat
ketimpangan wilayah tertinggi adalah Kecamatan Lekok. Arahan strategi pembangunan untuk
meningkatkan laju perkembangan dan mengurangi ketimpangan wilayah Kabupaten Pasuruan, berdasarkan
analisis SWOT adalah memperbanyak lapangan kerja, sarana ekonomi dan memperbaiki insfrastruktur.
Kata Kunci: Perkemangan Wilayah, Ketimpangan Wilayah, dan Pembangunan Wilayah.
Abstract
Pasuruan Regency consists of 24 sub-districts, each of which has different characteristics. The
difference in characterization of the region causes a level of inequality between regions and different
levels of regional development. This study aims to determine the level of development of the regions of
2011 and 2015 and the level of inequality between regions and provide direction for regional
development in Pasuruan Regency.
This study uses descriptive quantitative. The location of the study was all sub-districts in Pasuruan
Regency. The object of the research is the development and inequality between regions in 2011 and 2015
in Pasuruan Regency. The technique of collecting data uses documentation. The type of data needed is
secondary data covering the number of public facilities, population, accessibility, Regency GRDP, and
District GRDP. Technical data analysis using Composite Index, Williamson Index, Klassen Typology, and
SWOT analysis.
The results of this study indicate the level of regional development in Pasuruan Regency in
calculating the composite index with indicators of the number of public facilities, population, and
accessibility in 2011 classified as medium category with index value 60.0 and in 2015 also classified as
medium category with index value 60, 2. The district with the highest level of development is the District
of Kejayan. The level of inequality in Pasuruan Regency uses the Williamson index and the Klassen
typology with GDP indicators, the rate of GRDP, population, and per-capita GRDP in 2011 and 2015 are
classified as medium categories. Districts that have the highest level of inequality are Lekok Subdistrict.
The direction of the development strategy to increase the pace of development and reduce inequality in
the Pasuruan Regency area, based on the SWOT analysis is to increase employment, economic facilities
and improve infrastructure.
Keywords: Regional Development, Regional Inequality, and Regional Development.
1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
tingkat perkembangan wilayahnya pun akan semakin Yi> Kuadran I :Ri >Rn
dan Yi > Yn
Kuadran II :Ri < Rn
dan Yi > Yn
tinggi. Laju perkembangan wilayah per kecamatan Kuadran III :Ri >Rn Kuadran IV :Ri <
Yi< Rn dan Yi < Yn
Kabupaten Pasuruan, digunakan selisih dari hasil dan Yi < Yn
penjumlahan indeks komposi tahun 2011 dan tahun Sumber: Tarigan, 2005
2015 kemudian dikompositkan menjadi hasil Keterangan:
perkembangan wilayah tahun 2011 dan 2015 di Ri : Laju pertumbuhan PDRB Daerah i
Kabupaten Pasuruan. Rn : Laju pertumbuhan PDRB Nasional
2) Tingkat ketimpangan antar wilayah dalam penelitian Yi : Pendapatan per kapita Daerah i
ini menggunakan analisis Indeks Williamson dan Yn : Pendapatan per kapita Nasional
Tipologi Klassen, sebagai berikut. Daerah yang maju dan tumbuh dengan
a) Indeks Williamson merupakan salah satu pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan
indeks yang paling sering digunakan untuk kuadran daerah dengan laju pertumbuhan
melihat ketimpangan antar wilayah. Menurut PDRB (Ri) yang lebih besar dibandingkan
Williamson (1975) dalam Tarigan (2005:44) pertumbuhan daerah yang menjadi acuan
merumuskan indeks ketimpangan antar wilayah atau secara nasional (Rn) dan memiliki
dengan rumus. pertumbuhan PDRB per kapita (Yi) yang
lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB
3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
per kapita daerah yang menjadi acuan atau rata-rata sub indikator variabel di tahun 2011 dan
secara nasional (Yn). Klasifikasi ini biasa di tahun 2015. Hasil dari perhitungan rata-rata per-
lambangkan dengan Ri>Rn dan Yi > Yn. indikator variabel diperbandingkan kemudian
Daerah maju tapi tertekan (Kuadran menghasilkan klasifikasi sebagai berikut.
II). Daerah yang berada pada kuadran Tinggi =1,51 – 2,0
ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (Ri) Rendah =1,0 - 1,50
yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Sub indikator variabel yang tinggi memiliki skor
PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara 4 di kedua tahun 2011 dan 2015 termasuk dalam
nasional (Rn), tetapi memiliki pertumbuhan kategori kekuatan. Sub indikator variabel yang
PDRB per kapita (Yi) yang lebih besar memiliki skor 3 apabila di tahun 2011 rendah dan
dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2015 tinggi mengalami fluktuasi yang tidak
daerah yang menjadi acuan atau secara terlalu signifikan (kenaikan nilainya masih
nasional (Yn). Klasifikasi ini biasa terklasifikasi tinggi) termasuk dalam kategori
dilambangkan dengan Ri < Rn dan Yi > Yn. peluang. Sub indikator variabel yang memiliki skor 2
Daerah yang masih dapat berkembang apabila di tahun 2011 tinggi dan tahun 2015 rendah
dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini mengalami fluktuasi yang tidak terlalu signifikan
merupakan kuadran untuk daerah yang (penurunan nilainya masih terklasifikasi rendah)
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (Ri) yang termasuk dalam kategori ancaman. Sub indikator
lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah variabel yang rendah memiliki skor 1 di kedua tahun
yang menjadi acuan atau secara nasional (Rn), 2011 dan 2015 termasuk dalam kategori kelemahan.
tetapi pertumbuhan PDRB per kapita daerah Tabel 4. Matrik Faktor Strategi (FAS)
tersebut (Yi) lebih kecil dibandingkan dengan Faktor strategi
Bobot Rating
Bobotx
Ket
pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang internal Rating
(1) (2) (3) (4) (5)
menjadi acuan atau secara nasional(Yn). Kekuatan X X X
Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan Jumlah X X X
Ri>Rn dan Yi < Yn. Kelemahan X X X
Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV). Jumlah X X X
Total X X X
Kuadran ini ditempati oleh daerah yang
Sumber: Iswari, dkk, 2015
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (Ri) yang
Tahap untuk merumuskan faktor-faktor strategis
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
sebagai berikut.
PDRB daerah yang menjadi acuan atau
a. Kolom 1 yang terdiri dari faktor-faktor yang
secara nasional (Rn) dan sekaligus
menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan.
pertumbuhan PDRB per kapita (Yi) yang
b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan
kolom 2. Faktor-faktor tersebut kemungkinan
PDRB per kapita daerah yang menjadi
dapat memberikan dampak terhadap faktor
acuan atau secara nasional (Yn). Klasifikasi
strategis. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak
ini biasa dilambangkan dengan Ri< Rn dan Yi
boleh melebihi skor total 1,00)
< Yn.
c. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk
3) Arahan strategi pembangunan dalam penelitian ini
masing-masing faktor dengan memberikan skala
diketahui menggunakan analisis SWOT. Analisis ini
mulai dari 3 (tinggi) sampai dengan 1 (rendah)
merupakan analisis yang menghimpun potensi
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
masalah ditinjau dari segi eksternal dan juga internal.
kondisi wialayah yang bersangkutan. Variabel
Faktor internal dikelompokkan menjadi strength dan
yang bersifat positif (semua variabel yang
weakness, sedangkan faktor eksternal
masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari
dikelompokkan menjadi opportunity dan threat.
+1 sampai dengan +3 dengan
Berikut merupakan tabel SWOT.
membandingkannya dengan rata-rata wilayah
Tabel 3. SWOT.
atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel
Strength Weakness,
yang bersifat negatif, kebalikannya.
Opportunit Threat d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating
Sumber: Iswari, dkk, 2015
pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
Keterangan:
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa
- Strength berarti potensi dan kekuatan
skor pembobotan untuk masing-masing faktor
pembangunan.
yang nilainya bervariasi mulai dari 3,0 sampai
- Weaknesses berarti masalah dan tantangan
dengan 1,0.
pembangunan yang dihadapi.
e. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan
- Opportunities berarti peluang pembangunan
komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
yang dapat.
tertentu dipilih dan bagaimana skor
- Threats merupakan faktor eksternal yang
pembobotannya dihitung.
berpengaruh dalam pembangunan.
f. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom
Potensi dan masalah internal maupun eksternal
4), untuk memperoleh total skor pembobotan
dapat diketahui melalui skoring dengan cara dibuat
ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DAN KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH DI
KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2011 DAN TAHUN 2015
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total dengan bobot pada masing-masing poin faktor
ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu kemudian dijumlahkan. Nilai faktor = skor x
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis bobot.
internalnya. Total skor ini dapat digunakan 4) Menentukan sumbu x dan sumbu y pada kuadran
untuk membandingkan perusahaan lainnya SWOT. Sumbu x diperoleh dari selisih antara
dalam kelompok industri yang sama. nilai faktor internal (strenght dan weakness)
Alat analisis yang dipakai untuk menyusun sedangkan sumbu y diperoleh dari selisih faktor
faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks eksternal (opportunities dan threat)
SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara Sumbu x = strenght dan weakness
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal Sumbu y = opportunities dan threat
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan 5) Mencari posisi objek wisata yang ditunjukan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. oleh titk (x,y) pada kuadran SWOT.
Matriks ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis. PELUANG
Tabel 5. Matriks SWOT
STRENGTHS(S) WEAKNESSES(W) III. Mendukung I. Mendukung
IFE
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 Strategi Turn Around Strategi Agresif
faktor kekuatan faktor- faktor (-,+) (+,+)
EFE internal kelemahan internal
STRATEGI WO
STRATEGI SO KELEMAHAN KEKUATAN
OPPORTUNITIE Ciptakan strategi
Ciptakan strategi yang
S(O) yang menggunakan
menggunakan
Tentukan 5-10 kekuatan untuk
kekuatan untuk IV. Mendukung II. Mendukung
faktor peluang meminimalkan
memanfaatkan
eksternal
peluang
kelemahan untuk Strategi Defensif Strategi Deversifikasi
meraih peluang. (+,-)
(-,-)
STRATEGI WT
STRATEGI ST
TREATHS(T) Ciptakan strategi
Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 yang meminimalkan
menggunakan ANCAMAN
faktor ancaman kelemahan untuk
kekuatan untuk
eksternal menghindari
mengatasi ancaman
ancaman
Sumber : Tarigan, 2005 Gambar. 1 Kuadran SWOT
Keterangan:
- Strategi SO HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan 1. Perkembangan Wilayah di Kabupaten
pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan Pasuruan
seluruh kekuatan untuk merebut dan Tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Pasuruan dalam perhitungan indeks komposit di
- Strategi ST tahun 2011 dan 2015 dapat digambarkan dengan
Strategi ini adalah strategi dalam tabel sebagai berikut.
menggunakan kekuatan yang dimiliki Tabel 6. Perkembangan Wilayah Kabupaten
perusahaan untuk mengatasi ancaman. Pasuruan
Tahun
- Strategi WO No. Kecamatan
2011 2015
Selisih Komposit
Strategi ini diterapkan berdasarkan 1 Purwodadi 298,71 326,96 28,25 65,06
2 Tutur 242.71 249.13 6.42 47.74
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara 3 Puspo 170.41 202.99 32.58 68.49
meminimalkan kelemahan yang ada. 4 Tosari 33.17 32.88 -0.29 42.42
5 Lumbang 149.45 159.69 10.24 50.77
- Strategi WT 6 Pasrepan 332,64 340,26 7,62 48,7
Strategi ini didasarkan pada meminimalkan 7 Kejayan 310,85 383,15 72,3 100
8 Wonorejo 382,96 337,61 -45,35 6,68
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 9 Purwosari 460,48 411,96 -48,52 4,16
Penilaian analisis SWOT diukur dengan metode 10 Prigen 309,43 265,81 -43,62 8,05
11 Sukorejo 487,14 448,45 -38,69 11,96
kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT 12 Pandaan 583,72 585,04 1,32 43,7
13 Gempol 537,9 499,03 -38,87 11,82
(Tarigan, 2005:30) agar diketahui secara pasti posisi 14 Beji 467,82 490,47 22,65 60,62
organisasi yang sesungguhnya, perhitungan analisis 15 Bangil 565,35 544,46 -20,89 26,08
16 Rembang 482,14 474,77 -7,37 36,8
SWOT dapat dilakukan dengan cara berikut. 17 Kraton 554,61 500,84 -53,77 0
1) Memberikan skor pada setiap poin faktor 18 Pohjentrek 369,45 345,23 -24,22 23,44
19 Gondangwetan 463,04 415,08 -47,96 4,61
kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), 20 Rejoso 366,54 372,67 6,13 47,51
peluang (opportunities), dan ancaman (threat) 21 Winongan 341,04 305,33 -35,71 14,33
22 Grati 388,97 382,8 -6,17 37,76
dengan nilai antara 1 sampai 3. Skor 1 23 Lekok 363,39 364,83 1,44 43,79
24 Nguling 332,39 331,77 -0,62 42,16
menunjukan nilai rendah dan sebaliknya skor 3 Sumber : Data Sekunder 2015
menunjukan nilai tinggi. Berdasarkan tabel 6 mengalami kenaikan
2) Menghitung bobot dari setiap poin faktor dengan mencapai 0,2 dengan nilai masing-masing tahun
membagi setiap skor pada masing-masing poin 2011 60,0 indeks dan 2015 60,2 indeks. Kenaikan
faktor terhadap total skor per faktor 1,2 indeks ini disebabkan oleh corak perpindahan
3) Menghitung nilai faktor dengan mengalikan skor penduduk dari wilayah terbelakang ke wilayah
5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
maju. Wilayah-wilayah yang maju memiliki daya Tingkat ketimpangan antar wilayah di
tarik bagi tenaga kerja yang Kabupaten Pasuruan dalam perhitungan indeks
berpendidikan/berkualitas untuk meningkatkan williamson di tahun 2011 dan 2015 dapat
taraf hidup yang lebih baik, sedangkan wilayah digambarkan dengan tabel sebagai berikut.
terbelakang ditinggalkan. Keadaan demikian tidak Tabel. 7 Ketimpangan Wilayah Tahun 2011
menguntungkan bagi perkembangan wilayah yang dan 2015
terbelakang karena kehilangan putra-putri No. Kecamatan
IW
Tahun 2011
Komposit Klasifikasi IW
Tahun 2015
Komposit Klasifikasi
daerahnya yang bermutu. Pola aktivitas 1
2
Purwodadi
Tutur
0.05
0.02
20
8
rendah
rendah
0.06
0.02
19
4
Rendah
Rendah
perdagangan yang didominasi oleh industri- 3
4
Puspo
Tosari
0
0.05
0
20
rendah
rendah
0.01
0.05
0
15
Rendah
Rendah
industri yang heterogen di wilayah maju, sehingga 5
6
Lumbang
Pasrepan
0
0.05
0
20
rendah
rendah
0.01
0.06
0
19
Rendah
Rendah
wilayah terbelakang sulit mengembangkan hasil 7
8
Kejayan
Wonorejo
0.01
0.04
4
16
rendah
rendah
0.01
0.05
0
15
Rendah
Rendah
industrinya karena cenderung homogen. Wilayah 9
10
Purwosari
Prigen
0.05
0.06
20
24
rendah
rendah
0.03
0.06
7
19
Rendah
Rendah
yang maju memiliki aksesibilitas pendistribusian 11
12
Sukorejo
Pandaan
0.06
0.09
24
36
rendah
sedang
0.05
0.1
15
33
Rendah
Rendah
yang lebih maju, sehingga kegiatan produksi dan 13
14
Gempol
Beji
0.01
0.06
4
24
rendah
rendah
0.02
0.06
4
19
Rendah
Rendah
perdagangan dapat dilaksanakan lebih efisien 15
16
Bangil
Rembang
0
0.01
0
4
rendah
rendah
0.01
0.01
0
0
Rendah
Rendah
(menguntungkan). Akibatnya Kabupaten Pasuruan 17
18
Kraton
Pohjentrek
0.21
0.04
84
16
tinggi
rendah
0.22
0.05
78
15
tinggi
rendah
dalam perkembangan wilayahnya terjadi 19
20
G. wetan
Rejoso
0.09
0.05
36
20
sedang
rendah
0.06
0.06
19
19
rendah
rendah
backwash effects. 21
22
Winongan
Grati
0.05
0.09
20
36
rendah
sedang
0.06
0.07
19
22
rendah
rendah
Dampak dari backwash effects dalam 23
24
Lekok
Nguling
0.25
0.03
100
12
tinggi
rendah
0.28
0.03
100
7
tinggi
rendah
perkembangan wilayah Kabupaten Pasuruan Sumber : Data sekunder 2015
tahun 2011 lapangan pekerjaan kurang tersedia belum maju ini upah pekerjaan lebih sedikit
berbanding dengan penduduk usia kerja. Kedua dibandingkan daerah yang sudah maju.
Kecamtan Gondang Wetan nilai IW 0,09 dengan 3. Arahan Strategi Pembangunan di Kabupaten
nilai komposit 36. Hal ini dikarenakan Kecamtan Pasuruan
Gondang pada tahun 2011 letak yang dekat Analisis SWOT merupakan teknik yang dapat
dengan wilayah kota dan pada tahun 2011 menunjang pengembangan dan potensi wilayah
pembangunan masih terpusat pada pusat Kota Kabupaten Pasuruan. Komponen SWOT meliputi
Pasuruan, sehingga pada tahun 2011 per-kapita strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
Kecamatan Gondang Wetan kurang mengalami opportunity (kesempatan), dan threats (ancaman
peningktan sedangkang jumlah penduduk terus atau hambatan). Keempat komponen SWOT
mangalami peningkatan yang cepat. Ketiga tersebut perlu mendapatkan perhatian agar dapat
Kecamatan Grati memiliki IW 0,09 dengan membantu proses pengembangan wilayah.
komposit 36. Hal ini dikarnakan letak Kecamatan Pengelolah SWOT membantu memperbaiki
Grati yang jauh dari kota dan sebagian langkah-langkah yang diambil, meningkatkan
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, perkembangan wilayah Kabupaten Pasuruan dan
di Grati jarang sekali industri hal yang juga mengurangi ketimpangan antar wilayah di
menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan dan Kabupaten Pasuruan. Potensi Kabupaten Pasuruan
semakin meningkatnya jumlah penduduk berdasarkan analisis SWOT adalah sebagai
mengakibatkan masih sedikitnya pendapatn per- berikut.
kapita. 1) Strenght (kekuatan)
Kecamatan memiliki nilai ketimpangan a. Jarak kecamatan ke kota Pasuruan secara
rendah tahun 2011 berada di 19 Kecamatan yakni rata-rata mempunyai keterjangkauan yang
Kecamatan Gempol, Bangil, Beji, Prigen, baik, sehingga dari berbagai kecamatan
Sukorejo, Rembang, Purwodadi, Purwosari, untuk menuju kepusat kota tidak terlalu
Wonorejo, Pohjentrek, Tutur, Kejayan, Rejoso, jauh.
Tosari, Puspo, Pasrepan, Winongan, Lumbang, b. Kepadatan penduduk yang berada di
dan Nguling. Ke 19 Kecamatan tersebut dalam hal Kabupaten Pasuruan secara rata-rata
pertumbuhan penduduknya dengan pendapatan tergolong tinggi, sehingga dalam
perkapitanya seimbang karena banyak tersedia perkembangan wilayah setiap kecamatan
lapangan pekerjaan dan didukung lokasi serta akan menjadi lebih efektif.
dapat mengelolah sumber daya alam yang baik. c. Setiap Kecamatan yang berada di
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Kabupaten Pasuruan memiliki luas
Pasuruan memiliki rentan nilai ketimpangan yang wilayah administrasi yang tergolong tinggi
rendah. Nilai hanya berkisar kurang dari 0,3 hal dari rata-rata Kabupaten, sehingga untuk
ini dikarena perhitungan yang digunakan hanya perkembangan wilayah sangat mendukung
mengacu pada rumus Indeks Williamson. dalam pengelolahan SDA.
Perhitungan tingkat ketimpangan menggunakan 2) Weakness (kelemahan)
variabel jumlah penduduk, PDRB, laju PDRB dan a. Masih kurangnya sarana peribadatan dari
PDRB Perkapitanya. Nilai indek williamson setiap Kecamatan yang berada di
semakin mendekati 1 maka kesenjangan semakin Kabupaten Pasuruan.
tinggi dan apabila laju pertumbuhan PDRB dalam b. Kurangnya penduduk disetiap Kecamatan
kondisi maju cepat gambaran wilayah tersebuat yang berada di Kabupaten Pasuruan.
semakin baik dalam pemabangunannya (Tarigan, c. Masih rendah PDRB untuk setiap
2005:60). Dampak yang terjadi dari adanya Kecamatan yang berada di Kabupaten
Ketimpangan wilayah ini dapat mengakibatkan Pasuruan.
banyaknya pengangguran, kemiskinan dan d. Masih rendahnya Pendapatan Perkapita
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Wilayah untuk setiap Kecamatan yang berada di
yang sudah maju akan menjadi semakin maju Kabupaten Pasuruan.
sedangkan wilayah yang belum maju akan e. Masih rendanya Laju PDRB untuk setiap
semakin tertinggal dengan kurangnya jumlah Kecamatan yang berada di Kabupaten
fasilitas sarana sosial ekonomi beserta Pasuruan.
aksesibilitasnya. 3) Opportunity (peluang)
Masyarakat Kabupaten Pasuruan pastinya a. Meningkatnya jumlah sarana pendidikan
akan lebih banyak yang pindah ke wilayah yang yang berada di Kabupaten Pasuruan
sudah maju dengan berbagai fasilitas sarana sehingga dapat meningkatkan kualitas
sosial ekonomi yang mudah dijangkau dan SDM di setiap Kecamatan.
menyediakan berbagai lapangan pekerjaan b. Meningkatnya jumlah sarana kesehatan
dibandingkan tinggal di daerah yang masih yang berada di Kabupaten Pasuruan
tertinggal dengan sulitnya aksesibilitas, sehingga dapat menjaga kebersihan dan
rendahnya fasilitas sarana sosial ekonomi dan meningkatkan angka harapan penduduk di
tidak adanya pekerjaan, karena di daerah yang setiap Kecamatan.
7
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216
DAFTAR PUSTAKA