Anda di halaman 1dari 18

ANTARA KHAUF (Rasa Takut) DAN RAJA (Berharap)

Wahai sedulurku kabeh, ketahuilah bahwa surga itu adalah tempat yang begitu
mengagumkan. Begitu banyak keindahan dan kenyamanan yang tersimpan di
dalamnya sehingga banyak orang yang membicarakan, mengagumi sekaligus ingin
menggapainya. Karena keagungannya pula, Titian jalan menuju ke arah itu teramat
sulit, rumit dan berbahaya. Untuk bisa menuju ke sana, jalannya cukup mendaki,
curam dan terjal sekaligus licin untuk dilalui, sebaliknya neraka adalah bagaikan
tempat yang lapang dan sangat menggiurkan begitu banyak kesenangan kesenangan
di sana.

Surga adalah suatu tempat tinggal yang sangat mahal, surga bukanlah tempat
para pemalas, orang-orang yang tidak punya intelegensi yang tidak mau berjuang
untuk menggapainya. Surga bukan tempatnya orang - orang yang putus asah, orang
yang pasrah atas keadaannya dan ketidak mampuannya. Tapi surga harus dicapai
dengan kerja keras tak kenal lelah, pantang mundur sekalipun nyawa sebagai
taruhannya ( jihad).

Kalau menurut imam Ghazali, untuk bisa mencapainya (surga), di samping


dengan ketentuan Allah, seseorang harus melewati 7 (tujuh) tahapan diantaranya:

1. Menuntut ilmu (tholabul Ilmi).


2. Lalu ia harus bertobat dari segala dosa agar pantas menghadap kepada penguasa
alam semesta.
3. Maka seseorang harus mampu menampik segala “ godaan “ agar bisa sampai ke
tujuan.
4. Seseorang harus bisa menyingkirkan “ segala rintangan “ yang datang
menghadang.
5. Maka ia harus memiliki “ motivasi “ yang kuat agar mampu menggerakkan hati
untuk giat beribadah, jangan bermalas-malasan apalagi pasrah dengan keadaan
untuk tidak memperbaiki dan menyempurnakan ibadahnya.
6. Adalah menutup segala “ kekurangan “ dalam menjalankan ibadahnya.
7. Selalu memuji dan bersyukur atas segala karunia yang telah Allah limpahkan
padanya (senantiasa husnudzon kepada Allah dan Haram hukumnya suudzon
terhadap sang pencipta langit dan bumi yang notabenenya adalah pencipta atas
dirinya)

Demikianlah langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh seseorang untuk


menggapai sebuah surga. Dan surga tidak semurah apa yang dibayangkan oleh orang-
orang pemalas. Tapi seseorang harus mau menjemput bola, sekalipun dengan rasa
capek, letih dan lelah yang teramat sangat, sekalipun dengan mengorbankan
segalanya termasuk pikiran dan harta benda yang tidak sedikit jumlahnya, dengan
harapan semoga bisa menggapainya.

Jemput bola di sini dalam arti mencari ilmu (ngaji) dengan belajar diharapkan
akan lebih mengerti tentang bagaimana cara ibadah yang lebih baik. Ibadah apapun
itu termasuk ibadah shalat dan ibadah - ibadah lainnya. Allah Azza wa Jalla
menekankan arti pentingnya sholat bagi kehidupan manusia. Sholat disebutkan
sebagai cara menahan manusia dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Allah
Ta'ala berfirman:

َ
‫َنُعون‬ ‫اْتُل َم ا ُأوِح َي ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب َو َأِقِم الَّص اَل َةۖ ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهَّللا َأْك َبُرۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم َم ا َتْص‬

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran)
dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS Al Ankabut: 45)

Namun untuk mewujudkan sholat yang bisa menjadi penjaga dari perbuatan
keji dan munkar bukanlah perkara mudah. Hanya sholat yang disertai rasa khusyuk
yang mampu menjaga seorang Muslim dari perbuatan keji dan munkar.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Surat Al Baqarah Ayat


45–46, sholat khusyuk hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar-benar yakin
akan perjumpaan dengan Allah Ta'ala:

Artinya : "Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya


yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-
orang yang meyakini mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya." (QS Al Baqarah: 45–46)
Sebagaimana telah dicontohkan oleh orang-orang mulia dalam beribadah
kepada Allah SWT. Dimulai dari sosok Rasulullah SAW yang tentunya adalah
pemimpin para khasyi'in atau orang-orang yang khusyuk shalatnya. Nabi Muhammad
SAW. merupakan salah satu manusia yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT.
Namun, jaminan tersebut justru tidak membuat Nabi SAW. bersantai-santai ria dalam
beribadah. Lebih dari itu, bahkan Nabi SAW. melaksanakan shalat hingga kakinya
bengkak.

Cerita bengkaknya kaki Nabi Muhammad SAW. akibat semangatnya beliau


melaksanakan shalat dan ibadah tersebut diceritakan oleh sahabat Mughirah bin
Syu’bah ra sebagai berikut.

‫ َص َّلى َح َّتى اْنَتَفَخ ْت َقَد َم اُه َفِقيَل َلُه َأَتَك َّلُف َهَذ ا َو َقْد َغ َفَر ُهَّللا َلَك َم ا َتَقَّد َم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ِن اْلُمِغ يَر ِة ْبِن ُش ْع َبَة َأَّن الَّنِبَّى‬
‫ رواه مسلم‬.» ‫ِم ْن َذْنِبَك َو َم ا َتَأَّخ َر َفَقاَل « َأَفَال َأُك وُن َعْبًدا َش ُك وًرا‬.

Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwasannya Nabi SAW. melaksanakan shalat


hingga kedua mata kakinya bengkak. Lalu dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau
membebani dirimu, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan
datang?” Beliau menjawab, “Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak
bersyukur?.” (HR. Muslim)

Istri beliau yakni Aisyah r.a. pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi
SAW. shalat hingga bengkak kedua kakinya.

‫ ِإَذ ا َص َّلى َقاَم َح َّتى َتَفَّطَر ِر ْج َالُه َقاَلْت َعاِئَش ُة َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأَتْص َنُع َهَذ ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َعاِئَشَة َقاَلْت َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ رواه مسلم‬.» ‫َو َقْد ُغ ِفَر َلَك َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبَك َو َم ا َتَأَّخ َر َفَقاَل « َيا َعاِئَش ُة َأَفَال َأُك وُن َعْبًدا َش ُك وًرا‬.

Aisyah r.a. berkata, Rasulullah SAW. ketika melaksanakan shalat maka beliau
berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa
yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah
diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Muslim).

Kesaksian Syu’bah dan Aisyah r.a. atas kegigihan Nabi SAW. dalam beribadah
tersebut sangat menampar kita yang belum dijamin masuk surga namun bermalas-
malasan dalam beribadah. Padahal Nabi SAW. sudah dijamin masuk surga, dijamin
diampuni dosanya namun beliau tetap gigih menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Kegigihan Nabi SAW. dalam beribadah tersebut sebagai tanda rasa syukurnya kepada
Allah SWT. yang telah memberikan nikmat kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.

Kisah selanjutnya, yakni dalam suatu peperangan Ali bin Abi Thalib terpanah di
salah satu anggota tubuhnya. Para sahabat mengatakan bahwa untuk mencabut
panah tersebut dari tubuh beliau maka sebagian tubuhnya harus dilukai atau dipotong,
jika tidak dilakukan, maka panah itu tidak bisa diambil.

Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib lalu berkata, "Bila aku di tengah
menjalankan sholat maka keluarkanlah panahnya." Ali lalu menjalankan sholat, dan
para sahabat segera membedah anggota tubuhnya, kemudian mengeluarkan anak
panah tersebut dari tubuh Ali. Sungguh meski demikian, Ali bin Abi Thalib tidak
berubah dalam menjalankan sholatnya. Ketika selesai sholat, beliau berkata,
"Mengapa kamu tidak mencabut panah itu?"

Demikianlah keadaan sahabat Ali bin Abi Thalib saat menghadap Allah
Subhanahu wa ta'ala, berdialog dengan Allah Ta'ala tanpa terlintas pikiran lain kecuali
hanya menghadap Allah Ta'ala, sehingga tidak terasa bahwa salah satu anggota
tubuhnya dibedah untuk mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya.

Dari contoh dua orang mulia tersebut cukuplah bagi kita untuk bisa kita jadikan
sebagai pelajaran bahwa kita harus menuju ke arah sana, sekalipun hal itu tidak persis
sama, sebagaimana shalat beliau-beliau yang mulia. Tapi semangat untuk menuju
shalat yang lebih baik ada pada diri kita, sebagai bentuk komitmen kita dengan
adanya ikhtiar untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan sholat kita. Yaitu,
lewat jalan tholabul Ilmi (harus lewat guru ) jika tidak maka setan adalah sebagai
gurunya.

Kecuali pada orang - orang yang dalam keterbatasan fisik yang tidak sempurna
(tidak bisa baca dan tulis atau buta dan tuli). Nah dalam hal ini silakan berleha - leha
dengan keterbatasan dan ketidak mampuannya untuk menyempurnakan ibadahnya
kepada Allah SWT.

Perlu untuk anda ketahui bahwa sesungguhnya penulis punya" gaco "(senjata
khusus) jika penulis mulai kendor, lemot, kurang greget, agak malas dalam beribadah
kepada Allah SWT. Maka penulis segera membuka hadis yang cukup menakutkan bagi
pembacanya tentang wasiat Rasullulah SAW Kepada Mu’adz Bin Jabal. Dan setelah
membaca hadis tersebut maka parasaan penulis biasanya menjadi takut, bingung,
resah, gelisah dan tak jarang meneteskan air mata.

Wasiat Rasulullah kepada mu ’adz bin Jabal. Wahai Mu’adz, akan aku
sampaikan sebuah hadits, Jika engkau camkan isinya, niscaya akan memberimu
manfaat di sisi Allah SWT. akan tetapi, kalau engkau mengabaikan dan tidak mau
menjaganya, nicaya hujjahmu akan sia-sia di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.
Lebih lanjut Rasulullah SAW bersabda:

Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu. apabila engkau


mencamkannya, cerita itu akan sangat berguna bagimu. tetapi jika kau
menganggapnya remeh, maka kelak di hadapan Allah, engkau pun tidak akan
mempunyai hujjah (argumen).

Hai Mu’adz! sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan
tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintunya.setiap
pintu langit di jaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu itu dan
keangungannya, dengan demikian, malaikat pula lah yang memelihara amalan si
hamba.

Suatu saat malaikat sang pencatat membawa amalan sang hamba ke langit
dengan kemilau cahaya bak matahari. Sesampainya pada langit tingkat pertama,
malaikat hafadzah memuji-muji amalan itu. Tetapi setibanya pada pintu langit
pertama, malaikat penjaga berkata kepada malaikat Hafadzah, ’’Tamparkan amalan
ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka mengumpat. Aku
diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat, aku tidak
mengizinkan ia melewatiku untuk nmencapai langit berikutnya!’’

Keesokan harinya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan


sholeh yang berkilau, yang menurut malaikat Hafadzah sangat banyak dan terpuji.
Sesampainya di langit kedua (ia lolos dari langit pertama, sebab pemilknya bukan
pengumpat), penjaga langit kedua berkata,’’berhenti dan tamparkan amalan itu
kepemiliknya, sebab ia beramal dengan mengharap dunia. Allah memerintah aku agar
amalan ini tidak sampai ke langit berikutnya.’’ maka para malaikat pun melaknat
orang itu.

Di hari berikutnya, kembali malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amalan


seorang hamba yang sangat memuaskan, penuh sedekah, puasa dan berbagai
kebaikan, yang oleh malaikat Hafadzah dianggap sangat mulia dan terpuji.
Sesampainya di langit ke tiga, malaikat penjaga berkata, ”Berhenti! Tamparkan amal
itu ke wajah pemilknya. Aku malaikat penjaga (sombong). Allah memerintahkan agar
amalan semacam ini tidak melewati pintuku dan tidak sampai pada langit berikutnya.
itu karena salahnya sendiri, ia takabur dalam majelis-majelis.”

Singkat kata , malaikat Hafadzah pun naik kelangit membawa amal hamba
lainnya. Amalan itu bak bintang kejora , mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan
tasbih, puasa, shalat, ibadah haji dan umrah. Tapi sesampainya pada langit keempaat,
malaikat penjaga langit berkata, ”berhenti! Pukulkan amal itu ke wajah pemiliknya.
Aku adalah malaikat penjaga ujub’(rasa bangga terhadap kehebatan diri sendiri). Allah
memerintahkanku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalannya selalu disertai
ujub dan cenderung merendahkan orang lain dengan amalannya itu.”

Kembali para malaikat pencatat amal manusia (Hafadzah) naik ke langit


membawa amal hamba yang lain. Amalan itu sangat baik dan mulia, jihad, ibadah haji,
ibadah umrah, sehingga berkilauan bak mentari. Amalan itu dihias dengan sangat
mempesona, seperti seorang pengantin wanita yang akan dihadapkan pada suaminya.
Sesampainya pada langit kelima, malaikat penjaga mengatakan, ”Aku malaikat
penjaga sifat hasad (dengki). meskipun amalannya bagus, tetapi ia suka hasad kepada
orang lainyang mendapat kenikmatan Allah SWT. Ia juga dengki kepada setiap orang
yang bisa beribadah melebihinya. Berarti ia membenci yang meridhai, yakni Allah. Aku
diperintahkan Allah agar amalan semacam ini tidak melewati pintuku. "Lagi, malaikat
Hafadzah naik ke langit membawa amal seorang hamba. Ia membawa amalan berupa
wudhu yang sempurna shalat yang banyak, puasa, haji dan umrah. Sesampai di langit
ke enam, malaikat penjaga berkata, ”Aku malaiakat penjaga rahmat.amal yang
kelihatan bagus ini tamparkan ke mukanya. Selama hidup ia tdk pernah mengasihi
orang lain, bahkan apabila ada orang yang ditimpa musibah ia merasa senang. Aku
malaikat rahmat dan aku diperintahkan Allah agar amalan ini tidak melewatiku dan
agar tidak sampai ke langit berikutnya.”

Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit, dan kali ini adalah langit ke tujuh. Ia
membawa amalan yang tak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, shalat,
jihat dan wara’. Suara amalnya menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar,
cahaya bak kilat dan dikawal oleh tiga ribu malaikat.Tetapi ketika sampai pada langit
ke tujuh, malaikat penjaga berkata, ”aku malaikat penjaga sum’ah (sifat ingin
terkenal). Kalian dan pukulkan amal ini ke wajah pemiliknya. pukulkan pula ke
anggota-anggota tubuhnya yang lain. Kuncilah hatinya dengan amalan ini. aku adalah
malaikat yang mengurusi soal zikir. aku menutupi dari setiap amal yang tidak
dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya. Dan amal orang ini dimaksudkan kepada
selain Allah SWT. Ia hanya menginginkan ketenaran, agar mendapatkan kedudukan
tinggi dikalangan para ulama, disebut-sebut oleh para ulama dan terkenal di penjuru
kota. Allah SWT, menyuruhku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku dan
sampai ke langit pintu berikutnya. Setiap amalan yang dimaksudkan untuk riya’ dan
Allah tidak berkenan menerima amalan orang yang riya.”

Kemudian malaikat Hafadzah naik ke langit membawa amal dan ibadah


seorang hamba berupa shalat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, pendiam, suka
berzikir kepada Allah, dengan diiringi para malaikat, malaikat Hafadzah sampai ke
langit ke tujuh hingga menembus hijab-hijab (tabir) dan sampailah di hadapan Allah.
Semua malaikat itu berdiri di hadapan Allah. semua malaikat menyaksikan amal
ibadah itu shalih dan ikhlaskan karena Allah. Kemudian Allah berfirman:

Hai Hafadzah, malaikat pencatat amal hamba-Ku, Aku-lah Yang Maha


Mengetahui segala isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku, bagi selain Aku, bukan
diniatkan dan diikhlaskan untuk-Ku. Aku lebih mengetahui daripada kalian. Aku laknat
mereka yang telah menipu orang lain dan juga menipu kalian (para malaikat
Hafadzah). Tetapi Aku tidak tertipu olehnya, Aku-lah yang mengetahui hal-hal yang
ghaib. Aku mengetahui segala isi hatinya dan yang samar tidaklah samar bagi-Ku.
Setiap yang tersembunyi tidaklah tersembunyi bagi-Ku. Pengetahuan-Ku atas segala
sesuatu yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku atas segala sesuatu yang
belum terjadi. Pengetahuan-Ku segala sesuatu yang telah lewat sama dengan yang
akan datang. Pengetahuan-Ku atas orang-orang terdahulu sama dengan pengetahuan-
Ku atas orang-orang kemudian. Aku lebih mengetahui atas sesuatu yang samar dan
rahasia. Bagaimana hamba-Kudapat menipu amalnya? Mereka mungkin dapat menipu
sesama makhluk, tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang gaib. Aku tetap
melaknatnya…!”

Tujuh malaikat diantara tiga ribu malaikat berkata, ” Ya Tuhan, dengan


demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka.’ Kemudian semua yang
berada di langit mengucapkan, ’Tetaplah laknat Allah kepadanya, dan laknatnya orang-
orang yang melaknat.” Mu’adz bin Jabal ( yang meriwayatkan hadits ini) kemudian
menangis sekeras-kerasnya sambil meratap.Ia bertanya , wahai Rasullulah, Anda
adalah utusan Allah dan aku hanyalah seorang Mu’adz. Bagaimana agar aku bisa
selamat dari semuanya itu?”

Beliau menjawab,’Ikutilah aku. Jika ada kekurangan pada amalmu, wahai


Mu’adz, maka jagalah lidahmu, jangan sampai engkau mencaci kawan-kawanmu,
terutama yang menghafal Al-quran. Bebankalah dosa-dosamu atas dirimu sendiri dan
janganlah engkau bebankanlah dosa-dosamu atas mereka. jangan celakakan dirimu
sendiri dengan mencela mereka. jangan tinggikan dirimu di atas mereka dengan
menghina mereka. jangan engkau campur adukkan amal dunia ke dalam amal
akhirat. jangan membangga-banggakan amalmu dengan niatan ‘ujub. jangan sombong
di majelismu, sehingga orang menjadi takut akan keburukan akhlakmu. Jangan
berbicara bisik-bisik dengan seseorang , sementara disampingmu ada orang lain
(orang ketiga). yang juga ingin mendengarnya. Jangan sombong kepada manusia,
karena kebajikan-kebajikan dunia akan terputus darimu dan jangan kamu cincang
orang lain dengan lidahmu, nanti kawanan anjing neraka di hari kiamat akan
mencincangmu.” allah SWT, berfirman: Yang artinya: dan (malaiakat -malaikat)”yang
mencabut nyawa dengan keras”(an nazi’aat; 2)

Beliau lalu “melanjutkan dengan bertanya, tahukah engkau, wahai


Mu’adz ,siapakah mereka itu?” mu’adz menjawab,” ayah dan ibuku menjadi tebusan
anda,wahai Rasullulah.” Lalu Mu 'adz balik bertanya,”siapa yang kuat menanggung
penderitaan seberat itu,siapa yang bisa selamat darinya?”

Beliau menjawab,” wahai Mu’adz, sesungguhnya hal itu sangat mudah yang
diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Hal itu cukup dengan engkau mencintai orang
lain sebagaimana engaku mencintai dirimu sendiri. begitu pula sebaliknya, bencilah
terhadap sesuatu sebagaimana kau benci bila itu menimpa dirimu. Jadi kalau engkau
berlaku seperti itu, maka engkau akan selamat wahai Mu’adz.” Tunggu dulu ini masih
ada firman Allah yang berbunyi:

‫َو َقِدْم َنٓا ِإَلٰى َم ا َع ِم ُلو۟ا ِم ْن َع َم ٍل َفَجَع ْلَٰن ُه َهَبٓاًء َّم نُثوًرا‬

Artinya: “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”.(Al Furqaan ayat 23)

Amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak
mendapatinya sesuatu apa pun. Mereka hanya dapat memandang kebaikan itu tanpa
dapat mengambil manfaatnya sedikit pun. Kebaikan-kebaikan mereka itu lalu
dijadikan Allah bagaikan debu yang beterbangan di angkasa karena tidak dilandasi
iman yang benar kepada Allah.

Setelah membaca hadis yang mengerikan ini, tidakah kita merasa takut pada
apa yang akan terjadi, yang mungkin juga bisa menimpa pada diri kita. Naudzubillah
min dzalik semoga hal itu tidak menimpa pada diri kita semua. Tapi tunggu dulu,
berikutnya akan kami sampaikan beberapa ayat Qur'an dan hadis rasulullah yang akan
membuat tangis kita, kesedihan kita, kekecewaan hati kita, akan sedikit terobati dan
menjadi lebih baik dan mungkin kita akan bisa tersenyum, walaupun itu cuma
senyuman kecut. Sebagaimana firman Allah :

ُ ‫ُقْل َٰي ِع َباِدَى ٱَّلِذ يَن َأْس َر ُفو۟ا َع َلٰٓى َأنُفِس ِه ْم اَل َتْقَنُطو۟ا ِم ن َّرْح َم ِة ٱِهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َيْغ ِفُر ٱلُّذ ُنوَب َجِم يًعاۚ ِإَّن ۥُه ُهَو ٱْلَغ ُفوُر ٱلَّر ِح‬
‫يم‬

Artinya: “Katakanlah "Hai Hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap


diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (Q S. AZ - Zumar ayat 53)

Firman Allah yang berbunyi :

َ ‫َو ُهَو ٱَّلِذ ى َيْقَبُل ٱلَّتْو َبَة َع ْن ِع َباِدِهۦ َو َيْع ُفو۟ا َع ِن ٱلَّس ِّئَـاِت َو َيْع َلُم َم ا َتْفَع ُل‬
‫ون‬

Artinya: “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan


memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Asy -
Syuura ayat 25)

Firman Allah yang berbunyi:

َ‫َكَتَب َر ُّبُك ْم َع َلٰى َنْفِسِه ٱلَّرْح َم ة‬

Artinya "Tuhanmu telah menetapkan atas diri Nya kasih sayang." (QS. Al -
An'am:54)

Ini juga adalah ayat yang membuat kita bisa tersenyum semanis mungkin, dan
firman Allah itu berbunyi:

َ‫َو َر ْح َم ِتى َو ِسَع ْت ُك َّل َش ْى ٍء ۚ َفَس َأْكُتُبَها ِلَّلِذ يَن َيَّتُقون‬


Artinya: "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Ku tetapkan
rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al -A’raaf ayat 156)

Ini juga ayat Allah yang cukup membuat kita lega. Dan bunyinya firman Allah itu

‫َو َك اَن ِبٱْلُم ْؤ ِمِنيَن َر ِح يًم ا‬

Artinya: "Dan dia maha penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS.Al-
Ahzaab ayat 43)

Kemudian Rasulullah bersabda yang artinya: "Sesungguhnya Allah lebih


mengasihi hamba-hamba Nya daripada seorang ibu yang teramat mengasihi
anaknya."

Di dalam hadis yang sudah masyhur Rasulullah SAW juga bersabda :

‫ واحدة بين الجن واإلنس والبهائم‬،‫ إن هلل مائة رحمة‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال رسول هللا عليه الّصالة والّسالم‬
‫ وأَّخ ر تسعًا وتسعين رحمة يرحم بها عباده‬،‫ وبها يتعاطف الوحوش على أوالدها‬،‫ وبها يتراحمون‬،‫ فبها يتعاطفون‬،‫والهوام‬
‫يوم القيامة‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya


diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat
itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar
mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada
hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.” (Bukhari Muslim)

Setelah membaca firman Allah dan sabda Rasulullah di atas maka timbulah
pertanyaan penulis bahwa sebaiknya kita harus bagaimana dalam hal ini.
Pertanyaannya adalah: ' manakah yang lebih baik, menempuh jalan khauf (takut)
ataukah raja' (mengharap)...?

A. Khauf

Dalil Khauf (rasa takut) dalam Ibadah yaitu firman Allah:

‫ُأوَلِئَك اَّلِذ يَن َيْدُع وَن َيْبَتُغ وَن ِإَلى َر ِّبِهُم اْلَوِس يَلَة َأُّيُهْم َأْقَر ُب َو َيْر ُجوَن َر ْح َم َتُه َو َيَخ اُفوَن َع َذ اَبُه ِإَّن َع َذ اَب َر ِّبَك َك اَن َم ْح ُذ وًرا‬

Artinya: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ ayat 57)
Dalil Raja’ (berharap) dalam Ibadah yaitu firman Allah,

‫َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا‬

Artinya: “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya,


maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan
dengan apapun dalam beribadah kepada Rabbnya” (QS. Al-Kahfi ayat 110)

1. Keautamaan khauf

Orang – orang yang mempunya khauf di dalam dirinya senantiasa mendapat


beberapa keutamaan dibandingkan dengan golongan lain, keutamaan – keutamaan
itu antara lain:

a. Meningkatkan Taat dan Taqwa.

Orang yang memiliki rasa khauf, ia akan semakin taat kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya. Sebagaimana para malaikat yang khauf-nya sempurna, maka
sempurnalah ketaatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

َ‫َيَخ اُفوَن َر َّبُهْم ِم ْن َفْو ِقِه ْم َو َيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُرون‬

Artinya: “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan
melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An Nahl ayat 50)

b. Jaminan Keamanan

Orang yang memiliki rasa khauf kepada Allah, di akhirat nanti ia akan
mendapatkan jaminan keamanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits
qudsi :

‫َوِع َّز ِتْي اَل َأْج َم ُع َع َلى َع ْبِد ْي َخ ْو َفْيِن َو َأْم َنْيِن ِإَذ ا َخ اَفِنْي ِفي الُّد ْنَيا َأِم ْنُتُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة َو ِإَذ ا َأِم َنِنْي ِفي الُّد ْنَيا َأَخ ْفُتُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬

Artinya : "Demi kemuliaanKu, Aku tidak menghimpun pada hamba-Ku dua


macam rasa takut dan dua macam rasa aman. Apabila dia merasa takut kepada-Ku di
dunia, Aku membuatnya merasa aman pada Hari Kiamat. Apabila dia merasa aman
dari-Ku di dunia, maka Aku membuatnya takut pada Hari Kiamat." (HR. Ibnu Hibban
dan Baihaqi; shahih)
c. Tak Tersentuh Api Neraka

Ini adalah kalimat kiasan yang maknanya diselamatkan dari neraka. Yakni
orang-orang yang menangis karena rasa takutnya kepada Allah.

ِ ‫َعْيَناِن َال َتَم ُّسُهَم ا الَّناُر َع ْيٌن َبَك ْت ِم ْن َخ ْش َيِة ِهَّللا َو َع ْيٌن َباَتْت َتْح ُرُس ِفى َس ِبيِل هَّللا‬

Artinya : "Dua mata yang tidak akan tersentuh neraka; mata yang menangis
karena takut kepada Allah dan mata yang tidak terpejam saat berjaga-jaga di jalan
Allah." (HR. Tirmidzi; shahih)

d. Masuk Surga

Orang-orang yang takut kepada Allah, tempat kembalinya adalah surga.


Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ َفِإَّن اْلَج َّنَة ِهَي اْلَم ْأَو ى‬. ‫َو َأَّم ا َم ْن َخ اَف َم َقاَم َر ِّبِه َو َنَهى الَّنْفَس َع ِن اْلَهَو ى‬

Artinya : "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggalnya." (QS. An Nazi’at ayat 40-41)

e. Mendapat Dua Surga

Tak hanya dimasukkan surga, orang yang memiliki rasa khauf akan
mendapatkan dua surga.

ِ‫َو ِلَم ْن َخ اَف َم َقاَم َر ِّبِه َج َّنَتان‬

Artinya : "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua
surga." (QS. Ar Rahman ayat 46)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dua surga itu adalah surga ruhani dan
surga jasmani. Surga ruhani adalah ridha Allah. Sedangkan surga jasmani adalah
kesenangan materiil seperti kesenangan dunia atau yang lebih besar dari itu.

2. Menumbuhkan khauf dalamdiri seseorang

Bagaimana agar kita memiliki khauf, bahkan menguatkannya? Ada beberapa


kiat yang bisa kita amalkan, antara lain:

a. Memperdalam Ma’rifatullah
Semakin seseorang mengenal Allah, akan semakin kuat rasa takut kepada-Nya.
Dan tentu saja, orang yang paling takut kepada Allah adalah Rasulullah. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫َفَوِهَّللا ِإِّنى َألْعَلُم ُهْم ِباِهَّلل َو َأَشُّدُهْم َلُه َخ ْش َي ًة‬

Artinya : "Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di
antara mereka tentang Allah, karena itu aku orang yang paling takut di antara mereka
kepada-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Banyak Mengingat Akhirat

Membaca ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hari kiamat, akhirat, surga dan
neraka akan membuat kita memiliki gambaran yang benar sekaligus menguatkan
rasa khauf kita. Tidak sekedar membaca atau menghafalkan tetapi membayangkan
dan merenunginya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyampaikan khutbah kepada


para sahabat tentang surga dan neraka. Kemudian beliau bersabda:

‫َلْو َتْع َلُم وَن َم ا َأْعَلُم َلَض ِح ْكُتْم َقِليًال َو َلَبَكْيُتْم َك ِثيًرا‬

Artinya : "Jika saja kalian mengetahui apa yang aku ketahui, pastilah kalian
akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Muttafaq ‘alaih)

Lalu para sahabat menangis sesenggukan sambil menutup wajah mereka.

c. Mengingat Keutamaan Khauf

Yakni lima poin yang telah dijelaskan di atas. Betapa banyak keutamaan yang
kita dapat dan keberuntungan yang kita raih ketika kita memiliki rasa khauf. Mulai dari
meningkatnya ketaatan, jaminan keamanan, selamat dari neraka, masuk surga hingga
mendapat dua surga.

d. Membaca Keteladanan Nabi, Sahabat dan Para Ulama

Khususnya dalam bab ketakutan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Sebab dengan mendapatkan bagaimana keteladanan karakter mereka, kita
memperoleh gambaran hidup yang menggugah hati.

e. Mujahadah dengan Riyadhah


Khauf adalah amalan hati, ia perlu kesungguhan untuk dilatih (riyadhah). Jika
skill duniawi saja perlu 10.000 jam terbang untuk melatihnya menjadi expert, riyadhah
untuk mendapatkan dan meningkatkan khauf ini bisa berlangsung seumur hidup.

Tanamkan rasa takut kepada Allah. Hadirkan takut kepada-Nya dengan


membayangkan apa yang akan terjadi saat sakaratul maut. Latih takut kepada-Nya
dengan membayangkan apa yang akan terjadi saat berada di alam barzakh. Saat
yaumul mahsyar, saat menghadapi hisab. Saat melewati shirath. Hingga penentuan
akhir apakah masuk surga atau neraka.

Latih rasa khauf itu agar hadir saat shalat, saat tilawah Al Qur’an, saat dzikir,
saat bermunajat kepada-Nya, saat sholat tahajud, dan dalam berbagai ibadah lainnya.

B. Raja
1. Pengertian Raja’

Secara bahasa, raja’ (‫ )رجاء‬berasal dari kata rajâ — yarjû – rajâ-an, yang berarti
mengharap dan pengharapan. Yakni mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan rahmat dari-Nya.

Imam Ghazali dalam Minhajul Abidin menjelaskan, raja’ adalah kebahagiaan


dan semangatnya hati (al ibtihaj) karena mengetahui begitu banyak karunia Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi tenang (al istirwah) karena mengingat keluasan
rahmat-Nya. Sebagaimana khauf, raja’ hukumnya juga wajib. Ia harus dimiliki setiap
mukmin. Lawannya adalah putus asa (al ya’su) dan Allah melarangnya.

2. Keutamaan Raja’
a. Terwujudnya Cita-Cita

Orang yang berharap kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, ia akan


mendapatkan apa yang ia harapkan.

‫َيُقوُل ُهَّللا َتَع اَلى َأَنا ِع ْنَد َظِّن َع ْبِد ى ِبى‬

Artinya: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seorang hamba berbaik sangka kepada Allah, Allah akan mewujudkan
kebaikan dan harapan tersebut. Sebaliknya, ketika seseorang berburuk sangka kepada
Allah dan putus asa dari rahmat Allah, ia pun akan mendapatkan apa yang yakini
tersebut.
b. Dimudahkan Istiqamah dalam Kebenaran.

Orang yang memiliki raja’ akan Allah mudahkan istiqamah dalam kebenaran,
bahkan Allah memudahkannya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Firman Allah :

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُسوِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِلَم ْن َك اَن َيْر ُجو َهَّللا َو اْلَيْو َم اَآْلِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًرا‬

Artinya : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. " (QS. Al Ahzab: 21)

c. Selamat dari Siksa

Sabda Rasulullah SAW :

َّ‫َال َيُم وَتَّن َأَح ُد ُك ْم ِإَّال َو ُهَو ُيْح ِس ُن الَّظَّن ِباِهَّلل َع َّز َو َج ل‬

Artinya : "Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mati sebelum


berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla." (HR. Muslim)

d. Berjumpa dengan Allah.

Salah satu raja’ yang sering diulang dalam Al Qur’an adalah harapan bertemu
Allah. Ini merupakan raja’ tertinggi dan Allah pasti akan mengabulkannya. Firman
Allah:

ُ ‫َم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء ِهَّللا َفِإَّن َأَجَل ِهَّللا َآَلٍت َو ُهَو الَّس ِم يُع اْلَعِل‬
‫يم‬

Artinya : "Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka


sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS. Al Ankabut ayat 5)

e. Terhindar dari Putus Asa

Orang yang memiliki raja’ benar-benar memahami betapa luasnya rahmat Allah,
betapa agung kasih sayang-Nya dan betapa besar ampunan-Nya. Maka ia takkan
pernah putus asa, bahkan sebesar apa pun ia pernah berdosa.“Dan jika saja orang
kafir tahu rahmat Allah, tidak seorang pun (dari mereka) yang putus asa terhadap
surga-Nya”. (HR. Muslim)

Dan terimalah kabar gembira bahwa sekali-kali amal seseorang tidak bisa
memasukkannya ke surga.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak pula aku, kecuali jika Allah melimpahkan
dengan rahmat-Nya.” (HR. Muslim)

f. Mengingat Luasnya Ampunan Allah

Inilah salah satu penguat raja’ yang membuat seorang hamba mestinya jauh
dari kata putus asa. Sebab senantiasa ada pintu taubat, senantiasa ada ampunan-Nya.

‫ َفَقاَل ُهَّللا َفِبِع َّز ِتى َو َج َالِلى َال َأْبَر ُح َأْغ ِفُر‬. ‫ِإَّن ِإْبِليَس َقاَل ِلَر ِّبِه ِبِع َّز ِتَك َو َج َالِلَك َال َأْبَر ُح ُأْغ ِو ى َبِنى آَد َم َم ا َداَم ِت اَألْر َو اُح ِفيِه ْم‬
‫َلُهْم َم ا اْسَتْغ َفُروِنى‬

Artinya: “Sesungguhnya iblis berkata kepada Rabb-nya. “Demi kemuliaan dan


keagungan-Mu, aku senantiasa akan menyesatkan Bani Adam selagi masih ada ruh di
dalam diri mereka.” Lalu Allah berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku
senantiasa mengampuni dosa mereka selagi mereka memohon ampunan kepada-Ku.”
(HR. Ahmad; shahih)

Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’ atau bisa kita
sebut jalan tengah. Sebagaimana dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang
hamba berdoa dengan harap dan cemas. Allah berfirman,

َ ‫ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْد ُعوَنَنا َر َغًبا َو َر َهًبا َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع‬
‫ين‬

Artinya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera


dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.”
(QS. Al-Anbiya’ ayat 90)

Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa takut (khauf), maka akan
terjerumus dalam akidah khawarij yang putus asa dari rahmat Allah padahal Allah
Maha Pengasih.

Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa raja’ (berharap), maka akan
terjerumus dalam akidah murji’ah yang menghilangkan rasa takut kepada Allah, hanya
menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab” yaitu keras
azabnya.

Dalil Khauf (rasa takut) dalam Ibadah yaitu firman Allah:

‫ُأوَلِئَك اَّلِذ يَن َيْدُع وَن َيْبَتُغ وَن ِإَلى َر ِّبِهُم اْلَوِس يَلَة َأُّيُهْم َأْقَر ُب َو َيْر ُجوَن َر ْح َم َتُه َو َيَخ اُفوَن َع َذ اَبُه ِإَّن َع َذ اَب َر ِّبَك َك اَن َم ْح ُذ وًرا‬
Artinya : “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ ayat 57)

3. Dalil tentang raja’

Dalil Raja’ (berharap) dalam Ibadah yaitu firman Allah,

‫َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا‬

Artinya: “Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya,


maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan
dengan apapun dalam beribadah kepada Rabbnya” (QS. Al-Kahfi ayat 110).

Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’ sebagaimana


dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang hamba berdoa dengan harap dan
cemas. Allah berfirman,

َ ‫ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْد ُعوَنَنا َر َغًبا َو َر َهًبا َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع‬
‫ين‬

Artinya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera


dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.”
(QS. Al-Anbiya’ ayat 90)

Ada beberapa keadaan di mana salah satu dari khauf dan raja’ ini perlu sedikit
mendominasi. Misalnya: Ketika sakit yang akan mengantarkan kematiannya, maka
perbanyak rasa raja’ (berharap) kepada Allah akan pahala ibadah-ibadah yang dulu
pernah dilakukan. Apalagi ibadah tersebut adalah ibadah yang disembunyikan, hanya
Allah dan ia yang tahu serta benar-benar hanya mengharap wajah Allah saja.

Hal ini sebagaimana hadis Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mengajarkan
kita agar meninggal dalam keadaan berhusnudzon kepada Allah. Beliau bersabda,

َّ‫اَل َيُم وَتَّن َأَح ُد ُك ْم ِإاَّل َو ُهَو ُيْح ِس ُن الَّظَّن ِباِهَّلل َع َّز َو َج ل‬
Artinya: “Jangan salah seorang diantara kamu meninggal dunia kecuali dia
berprasangka baik kepada Allah Azza Wa jalla.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata:“Hendaknya khauf (rasa takut) dan raja‘


(berharap) itu sama, tidak boleh mendominasi rasa takut dan tidak boleh
mendominsasi rasa berharap.”

Beliau juga berkata: “Apabila salah satu dari keduanya mendominasi, orang
tersebut akan binasa Karena ketika rasa berharap kepada Allah lebih besar, seseorang
akan merasa aman dari makar (azab) Allah, dan jika rasa takut lebih besar maka ia
akan putus asa dari rahmat Allah.”

Demikian pengertian, keutamaan dan cara menumbuhkan khauf dan raja’.


Semoga Allah menganugerahi kita kedua sifat itu, menjadi karakter yang senantiasa
menjaga perbuatan dan kata-kata kita. Dengannya, semoga Allah melimpahkan ridha
dan rahmat-Nya serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Aminn....

Bacalah buku ini sekali, Jika tidak memahaminya maka ulangi 2, 3. kali. Insya
Allah akan diberi pemahaman oleh Allah SWT. Semoga dari sekian tulisan yang
penulis sampaikan ini barangkali ada yang menjadikan Allah SWT ridoh atasnya. Amin

Anda mungkin juga menyukai