Wahai sedulurku kabeh, ketahuilah bahwa surga itu adalah tempat yang begitu
mengagumkan. Begitu banyak keindahan dan kenyamanan yang tersimpan di
dalamnya sehingga banyak orang yang membicarakan, mengagumi sekaligus ingin
menggapainya. Karena keagungannya pula, Titian jalan menuju ke arah itu teramat
sulit, rumit dan berbahaya. Untuk bisa menuju ke sana, jalannya cukup mendaki,
curam dan terjal sekaligus licin untuk dilalui, sebaliknya neraka adalah bagaikan
tempat yang lapang dan sangat menggiurkan begitu banyak kesenangan kesenangan
di sana.
Surga adalah suatu tempat tinggal yang sangat mahal, surga bukanlah tempat
para pemalas, orang-orang yang tidak punya intelegensi yang tidak mau berjuang
untuk menggapainya. Surga bukan tempatnya orang - orang yang putus asah, orang
yang pasrah atas keadaannya dan ketidak mampuannya. Tapi surga harus dicapai
dengan kerja keras tak kenal lelah, pantang mundur sekalipun nyawa sebagai
taruhannya ( jihad).
Jemput bola di sini dalam arti mencari ilmu (ngaji) dengan belajar diharapkan
akan lebih mengerti tentang bagaimana cara ibadah yang lebih baik. Ibadah apapun
itu termasuk ibadah shalat dan ibadah - ibadah lainnya. Allah Azza wa Jalla
menekankan arti pentingnya sholat bagi kehidupan manusia. Sholat disebutkan
sebagai cara menahan manusia dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Allah
Ta'ala berfirman:
َ
َنُعون اْتُل َم ا ُأوِح َي ِإَلْيَك ِم َن اْلِكَتاِب َو َأِقِم الَّص اَل َةۖ ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهَّللا َأْك َبُرۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم َم ا َتْص
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran)
dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS Al Ankabut: 45)
Namun untuk mewujudkan sholat yang bisa menjadi penjaga dari perbuatan
keji dan munkar bukanlah perkara mudah. Hanya sholat yang disertai rasa khusyuk
yang mampu menjaga seorang Muslim dari perbuatan keji dan munkar.
َص َّلى َح َّتى اْنَتَفَخ ْت َقَد َم اُه َفِقيَل َلُه َأَتَك َّلُف َهَذ ا َو َقْد َغ َفَر ُهَّللا َلَك َم ا َتَقَّد َم-صلى هللا عليه وسلم- َع ِن اْلُمِغ يَر ِة ْبِن ُش ْع َبَة َأَّن الَّنِبَّى
رواه مسلم.» ِم ْن َذْنِبَك َو َم ا َتَأَّخ َر َفَقاَل « َأَفَال َأُك وُن َعْبًدا َش ُك وًرا.
Istri beliau yakni Aisyah r.a. pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi
SAW. shalat hingga bengkak kedua kakinya.
ِإَذ ا َص َّلى َقاَم َح َّتى َتَفَّطَر ِر ْج َالُه َقاَلْت َعاِئَش ُة َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأَتْص َنُع َهَذ ا-صلى هللا عليه وسلم- َع ْن َعاِئَشَة َقاَلْت َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا
رواه مسلم.» َو َقْد ُغ ِفَر َلَك َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبَك َو َم ا َتَأَّخ َر َفَقاَل « َيا َعاِئَش ُة َأَفَال َأُك وُن َعْبًدا َش ُك وًرا.
Aisyah r.a. berkata, Rasulullah SAW. ketika melaksanakan shalat maka beliau
berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa
yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah
diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi
hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Muslim).
Kesaksian Syu’bah dan Aisyah r.a. atas kegigihan Nabi SAW. dalam beribadah
tersebut sangat menampar kita yang belum dijamin masuk surga namun bermalas-
malasan dalam beribadah. Padahal Nabi SAW. sudah dijamin masuk surga, dijamin
diampuni dosanya namun beliau tetap gigih menjalankan ibadah kepada Allah SWT.
Kegigihan Nabi SAW. dalam beribadah tersebut sebagai tanda rasa syukurnya kepada
Allah SWT. yang telah memberikan nikmat kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.
Kisah selanjutnya, yakni dalam suatu peperangan Ali bin Abi Thalib terpanah di
salah satu anggota tubuhnya. Para sahabat mengatakan bahwa untuk mencabut
panah tersebut dari tubuh beliau maka sebagian tubuhnya harus dilukai atau dipotong,
jika tidak dilakukan, maka panah itu tidak bisa diambil.
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib lalu berkata, "Bila aku di tengah
menjalankan sholat maka keluarkanlah panahnya." Ali lalu menjalankan sholat, dan
para sahabat segera membedah anggota tubuhnya, kemudian mengeluarkan anak
panah tersebut dari tubuh Ali. Sungguh meski demikian, Ali bin Abi Thalib tidak
berubah dalam menjalankan sholatnya. Ketika selesai sholat, beliau berkata,
"Mengapa kamu tidak mencabut panah itu?"
Demikianlah keadaan sahabat Ali bin Abi Thalib saat menghadap Allah
Subhanahu wa ta'ala, berdialog dengan Allah Ta'ala tanpa terlintas pikiran lain kecuali
hanya menghadap Allah Ta'ala, sehingga tidak terasa bahwa salah satu anggota
tubuhnya dibedah untuk mencabut anak panah yang menancap di tubuhnya.
Dari contoh dua orang mulia tersebut cukuplah bagi kita untuk bisa kita jadikan
sebagai pelajaran bahwa kita harus menuju ke arah sana, sekalipun hal itu tidak persis
sama, sebagaimana shalat beliau-beliau yang mulia. Tapi semangat untuk menuju
shalat yang lebih baik ada pada diri kita, sebagai bentuk komitmen kita dengan
adanya ikhtiar untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan sholat kita. Yaitu,
lewat jalan tholabul Ilmi (harus lewat guru ) jika tidak maka setan adalah sebagai
gurunya.
Kecuali pada orang - orang yang dalam keterbatasan fisik yang tidak sempurna
(tidak bisa baca dan tulis atau buta dan tuli). Nah dalam hal ini silakan berleha - leha
dengan keterbatasan dan ketidak mampuannya untuk menyempurnakan ibadahnya
kepada Allah SWT.
Perlu untuk anda ketahui bahwa sesungguhnya penulis punya" gaco "(senjata
khusus) jika penulis mulai kendor, lemot, kurang greget, agak malas dalam beribadah
kepada Allah SWT. Maka penulis segera membuka hadis yang cukup menakutkan bagi
pembacanya tentang wasiat Rasullulah SAW Kepada Mu’adz Bin Jabal. Dan setelah
membaca hadis tersebut maka parasaan penulis biasanya menjadi takut, bingung,
resah, gelisah dan tak jarang meneteskan air mata.
Wasiat Rasulullah kepada mu ’adz bin Jabal. Wahai Mu’adz, akan aku
sampaikan sebuah hadits, Jika engkau camkan isinya, niscaya akan memberimu
manfaat di sisi Allah SWT. akan tetapi, kalau engkau mengabaikan dan tidak mau
menjaganya, nicaya hujjahmu akan sia-sia di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.
Lebih lanjut Rasulullah SAW bersabda:
Hai Mu’adz! sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah telah menciptakan
tujuh malaikat. Pada setiap langit terdapat seorang malaikat penjaga pintunya.setiap
pintu langit di jaga oleh seorang malaikat, menurut derajat pintu itu dan
keangungannya, dengan demikian, malaikat pula lah yang memelihara amalan si
hamba.
Suatu saat malaikat sang pencatat membawa amalan sang hamba ke langit
dengan kemilau cahaya bak matahari. Sesampainya pada langit tingkat pertama,
malaikat hafadzah memuji-muji amalan itu. Tetapi setibanya pada pintu langit
pertama, malaikat penjaga berkata kepada malaikat Hafadzah, ’’Tamparkan amalan
ini ke muka pemiliknya. Aku adalah penjaga orang-orang yang suka mengumpat. Aku
diperintahkan agar menolak amalan orang yang suka mengumpat, aku tidak
mengizinkan ia melewatiku untuk nmencapai langit berikutnya!’’
Singkat kata , malaikat Hafadzah pun naik kelangit membawa amal hamba
lainnya. Amalan itu bak bintang kejora , mengeluarkan suara gemuruh, penuh dengan
tasbih, puasa, shalat, ibadah haji dan umrah. Tapi sesampainya pada langit keempaat,
malaikat penjaga langit berkata, ”berhenti! Pukulkan amal itu ke wajah pemiliknya.
Aku adalah malaikat penjaga ujub’(rasa bangga terhadap kehebatan diri sendiri). Allah
memerintahkanku agar amal ini tidak melewatiku. Sebab amalannya selalu disertai
ujub dan cenderung merendahkan orang lain dengan amalannya itu.”
Kembali malaikat Hafadzah naik ke langit, dan kali ini adalah langit ke tujuh. Ia
membawa amalan yang tak kalah baik dari yang lalu. Seperti sedekah, puasa, shalat,
jihat dan wara’. Suara amalnya menggeledek bagaikan petir menyambar-nyambar,
cahaya bak kilat dan dikawal oleh tiga ribu malaikat.Tetapi ketika sampai pada langit
ke tujuh, malaikat penjaga berkata, ”aku malaikat penjaga sum’ah (sifat ingin
terkenal). Kalian dan pukulkan amal ini ke wajah pemiliknya. pukulkan pula ke
anggota-anggota tubuhnya yang lain. Kuncilah hatinya dengan amalan ini. aku adalah
malaikat yang mengurusi soal zikir. aku menutupi dari setiap amal yang tidak
dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya. Dan amal orang ini dimaksudkan kepada
selain Allah SWT. Ia hanya menginginkan ketenaran, agar mendapatkan kedudukan
tinggi dikalangan para ulama, disebut-sebut oleh para ulama dan terkenal di penjuru
kota. Allah SWT, menyuruhku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku dan
sampai ke langit pintu berikutnya. Setiap amalan yang dimaksudkan untuk riya’ dan
Allah tidak berkenan menerima amalan orang yang riya.”
Beliau menjawab,” wahai Mu’adz, sesungguhnya hal itu sangat mudah yang
diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Hal itu cukup dengan engkau mencintai orang
lain sebagaimana engaku mencintai dirimu sendiri. begitu pula sebaliknya, bencilah
terhadap sesuatu sebagaimana kau benci bila itu menimpa dirimu. Jadi kalau engkau
berlaku seperti itu, maka engkau akan selamat wahai Mu’adz.” Tunggu dulu ini masih
ada firman Allah yang berbunyi:
َو َقِدْم َنٓا ِإَلٰى َم ا َع ِم ُلو۟ا ِم ْن َع َم ٍل َفَجَع ْلَٰن ُه َهَبٓاًء َّم نُثوًرا
Artinya: “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”.(Al Furqaan ayat 23)
Amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak
mendapatinya sesuatu apa pun. Mereka hanya dapat memandang kebaikan itu tanpa
dapat mengambil manfaatnya sedikit pun. Kebaikan-kebaikan mereka itu lalu
dijadikan Allah bagaikan debu yang beterbangan di angkasa karena tidak dilandasi
iman yang benar kepada Allah.
Setelah membaca hadis yang mengerikan ini, tidakah kita merasa takut pada
apa yang akan terjadi, yang mungkin juga bisa menimpa pada diri kita. Naudzubillah
min dzalik semoga hal itu tidak menimpa pada diri kita semua. Tapi tunggu dulu,
berikutnya akan kami sampaikan beberapa ayat Qur'an dan hadis rasulullah yang akan
membuat tangis kita, kesedihan kita, kekecewaan hati kita, akan sedikit terobati dan
menjadi lebih baik dan mungkin kita akan bisa tersenyum, walaupun itu cuma
senyuman kecut. Sebagaimana firman Allah :
ُ ُقْل َٰي ِع َباِدَى ٱَّلِذ يَن َأْس َر ُفو۟ا َع َلٰٓى َأنُفِس ِه ْم اَل َتْقَنُطو۟ا ِم ن َّرْح َم ِة ٱِهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َيْغ ِفُر ٱلُّذ ُنوَب َجِم يًعاۚ ِإَّن ۥُه ُهَو ٱْلَغ ُفوُر ٱلَّر ِح
يم
َ َو ُهَو ٱَّلِذ ى َيْقَبُل ٱلَّتْو َبَة َع ْن ِع َباِدِهۦ َو َيْع ُفو۟ا َع ِن ٱلَّس ِّئَـاِت َو َيْع َلُم َم ا َتْفَع ُل
ون
Artinya "Tuhanmu telah menetapkan atas diri Nya kasih sayang." (QS. Al -
An'am:54)
Ini juga adalah ayat yang membuat kita bisa tersenyum semanis mungkin, dan
firman Allah itu berbunyi:
Ini juga ayat Allah yang cukup membuat kita lega. Dan bunyinya firman Allah itu
Artinya: "Dan dia maha penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS.Al-
Ahzaab ayat 43)
واحدة بين الجن واإلنس والبهائم، إن هلل مائة رحمة:عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال رسول هللا عليه الّصالة والّسالم
وأَّخ ر تسعًا وتسعين رحمة يرحم بها عباده، وبها يتعاطف الوحوش على أوالدها، وبها يتراحمون، فبها يتعاطفون،والهوام
يوم القيامة
Setelah membaca firman Allah dan sabda Rasulullah di atas maka timbulah
pertanyaan penulis bahwa sebaiknya kita harus bagaimana dalam hal ini.
Pertanyaannya adalah: ' manakah yang lebih baik, menempuh jalan khauf (takut)
ataukah raja' (mengharap)...?
A. Khauf
ُأوَلِئَك اَّلِذ يَن َيْدُع وَن َيْبَتُغ وَن ِإَلى َر ِّبِهُم اْلَوِس يَلَة َأُّيُهْم َأْقَر ُب َو َيْر ُجوَن َر ْح َم َتُه َو َيَخ اُفوَن َع َذ اَبُه ِإَّن َع َذ اَب َر ِّبَك َك اَن َم ْح ُذ وًرا
Artinya: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ ayat 57)
Dalil Raja’ (berharap) dalam Ibadah yaitu firman Allah,
َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا
1. Keautamaan khauf
Orang yang memiliki rasa khauf, ia akan semakin taat kepada Allah dan
bertaqwa kepada-Nya. Sebagaimana para malaikat yang khauf-nya sempurna, maka
sempurnalah ketaatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya: “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan
melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An Nahl ayat 50)
b. Jaminan Keamanan
Orang yang memiliki rasa khauf kepada Allah, di akhirat nanti ia akan
mendapatkan jaminan keamanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits
qudsi :
َوِع َّز ِتْي اَل َأْج َم ُع َع َلى َع ْبِد ْي َخ ْو َفْيِن َو َأْم َنْيِن ِإَذ ا َخ اَفِنْي ِفي الُّد ْنَيا َأِم ْنُتُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة َو ِإَذ ا َأِم َنِنْي ِفي الُّد ْنَيا َأَخ ْفُتُه َيْو َم اْلِقَياَم ِة
Ini adalah kalimat kiasan yang maknanya diselamatkan dari neraka. Yakni
orang-orang yang menangis karena rasa takutnya kepada Allah.
ِ َعْيَناِن َال َتَم ُّسُهَم ا الَّناُر َع ْيٌن َبَك ْت ِم ْن َخ ْش َيِة ِهَّللا َو َع ْيٌن َباَتْت َتْح ُرُس ِفى َس ِبيِل هَّللا
Artinya : "Dua mata yang tidak akan tersentuh neraka; mata yang menangis
karena takut kepada Allah dan mata yang tidak terpejam saat berjaga-jaga di jalan
Allah." (HR. Tirmidzi; shahih)
d. Masuk Surga
َفِإَّن اْلَج َّنَة ِهَي اْلَم ْأَو ى. َو َأَّم ا َم ْن َخ اَف َم َقاَم َر ِّبِه َو َنَهى الَّنْفَس َع ِن اْلَهَو ى
Artinya : "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggalnya." (QS. An Nazi’at ayat 40-41)
Tak hanya dimasukkan surga, orang yang memiliki rasa khauf akan
mendapatkan dua surga.
Artinya : "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua
surga." (QS. Ar Rahman ayat 46)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dua surga itu adalah surga ruhani dan
surga jasmani. Surga ruhani adalah ridha Allah. Sedangkan surga jasmani adalah
kesenangan materiil seperti kesenangan dunia atau yang lebih besar dari itu.
a. Memperdalam Ma’rifatullah
Semakin seseorang mengenal Allah, akan semakin kuat rasa takut kepada-Nya.
Dan tentu saja, orang yang paling takut kepada Allah adalah Rasulullah. Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya : "Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di
antara mereka tentang Allah, karena itu aku orang yang paling takut di antara mereka
kepada-Nya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Membaca ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hari kiamat, akhirat, surga dan
neraka akan membuat kita memiliki gambaran yang benar sekaligus menguatkan
rasa khauf kita. Tidak sekedar membaca atau menghafalkan tetapi membayangkan
dan merenunginya.
َلْو َتْع َلُم وَن َم ا َأْعَلُم َلَض ِح ْكُتْم َقِليًال َو َلَبَكْيُتْم َك ِثيًرا
Artinya : "Jika saja kalian mengetahui apa yang aku ketahui, pastilah kalian
akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Muttafaq ‘alaih)
Yakni lima poin yang telah dijelaskan di atas. Betapa banyak keutamaan yang
kita dapat dan keberuntungan yang kita raih ketika kita memiliki rasa khauf. Mulai dari
meningkatnya ketaatan, jaminan keamanan, selamat dari neraka, masuk surga hingga
mendapat dua surga.
Latih rasa khauf itu agar hadir saat shalat, saat tilawah Al Qur’an, saat dzikir,
saat bermunajat kepada-Nya, saat sholat tahajud, dan dalam berbagai ibadah lainnya.
B. Raja
1. Pengertian Raja’
Secara bahasa, raja’ ( )رجاءberasal dari kata rajâ — yarjû – rajâ-an, yang berarti
mengharap dan pengharapan. Yakni mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan rahmat dari-Nya.
2. Keutamaan Raja’
a. Terwujudnya Cita-Cita
Artinya: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika seorang hamba berbaik sangka kepada Allah, Allah akan mewujudkan
kebaikan dan harapan tersebut. Sebaliknya, ketika seseorang berburuk sangka kepada
Allah dan putus asa dari rahmat Allah, ia pun akan mendapatkan apa yang yakini
tersebut.
b. Dimudahkan Istiqamah dalam Kebenaran.
Orang yang memiliki raja’ akan Allah mudahkan istiqamah dalam kebenaran,
bahkan Allah memudahkannya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Firman Allah :
َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُسوِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنٌة ِلَم ْن َك اَن َيْر ُجو َهَّللا َو اْلَيْو َم اَآْلِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًرا
Artinya : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. " (QS. Al Ahzab: 21)
ََّال َيُم وَتَّن َأَح ُد ُك ْم ِإَّال َو ُهَو ُيْح ِس ُن الَّظَّن ِباِهَّلل َع َّز َو َج ل
Salah satu raja’ yang sering diulang dalam Al Qur’an adalah harapan bertemu
Allah. Ini merupakan raja’ tertinggi dan Allah pasti akan mengabulkannya. Firman
Allah:
ُ َم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء ِهَّللا َفِإَّن َأَجَل ِهَّللا َآَلٍت َو ُهَو الَّس ِم يُع اْلَعِل
يم
Orang yang memiliki raja’ benar-benar memahami betapa luasnya rahmat Allah,
betapa agung kasih sayang-Nya dan betapa besar ampunan-Nya. Maka ia takkan
pernah putus asa, bahkan sebesar apa pun ia pernah berdosa.“Dan jika saja orang
kafir tahu rahmat Allah, tidak seorang pun (dari mereka) yang putus asa terhadap
surga-Nya”. (HR. Muslim)
Dan terimalah kabar gembira bahwa sekali-kali amal seseorang tidak bisa
memasukkannya ke surga.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak pula aku, kecuali jika Allah melimpahkan
dengan rahmat-Nya.” (HR. Muslim)
Inilah salah satu penguat raja’ yang membuat seorang hamba mestinya jauh
dari kata putus asa. Sebab senantiasa ada pintu taubat, senantiasa ada ampunan-Nya.
َفَقاَل ُهَّللا َفِبِع َّز ِتى َو َج َالِلى َال َأْبَر ُح َأْغ ِفُر. ِإَّن ِإْبِليَس َقاَل ِلَر ِّبِه ِبِع َّز ِتَك َو َج َالِلَك َال َأْبَر ُح ُأْغ ِو ى َبِنى آَد َم َم ا َداَم ِت اَألْر َو اُح ِفيِه ْم
َلُهْم َم ا اْسَتْغ َفُروِنى
Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’ atau bisa kita
sebut jalan tengah. Sebagaimana dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang
hamba berdoa dengan harap dan cemas. Allah berfirman,
َ ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْد ُعوَنَنا َر َغًبا َو َر َهًبا َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع
ين
Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa takut (khauf), maka akan
terjerumus dalam akidah khawarij yang putus asa dari rahmat Allah padahal Allah
Maha Pengasih.
Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa raja’ (berharap), maka akan
terjerumus dalam akidah murji’ah yang menghilangkan rasa takut kepada Allah, hanya
menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab” yaitu keras
azabnya.
ُأوَلِئَك اَّلِذ يَن َيْدُع وَن َيْبَتُغ وَن ِإَلى َر ِّبِهُم اْلَوِس يَلَة َأُّيُهْم َأْقَر ُب َو َيْر ُجوَن َر ْح َم َتُه َو َيَخ اُفوَن َع َذ اَبُه ِإَّن َع َذ اَب َر ِّبَك َك اَن َم ْح ُذ وًرا
Artinya : “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan
kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu
adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ ayat 57)
َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِرْك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا
َ ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْد ُعوَنَنا َر َغًبا َو َر َهًبا َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع
ين
Ada beberapa keadaan di mana salah satu dari khauf dan raja’ ini perlu sedikit
mendominasi. Misalnya: Ketika sakit yang akan mengantarkan kematiannya, maka
perbanyak rasa raja’ (berharap) kepada Allah akan pahala ibadah-ibadah yang dulu
pernah dilakukan. Apalagi ibadah tersebut adalah ibadah yang disembunyikan, hanya
Allah dan ia yang tahu serta benar-benar hanya mengharap wajah Allah saja.
Hal ini sebagaimana hadis Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mengajarkan
kita agar meninggal dalam keadaan berhusnudzon kepada Allah. Beliau bersabda,
َّاَل َيُم وَتَّن َأَح ُد ُك ْم ِإاَّل َو ُهَو ُيْح ِس ُن الَّظَّن ِباِهَّلل َع َّز َو َج ل
Artinya: “Jangan salah seorang diantara kamu meninggal dunia kecuali dia
berprasangka baik kepada Allah Azza Wa jalla.”
Beliau juga berkata: “Apabila salah satu dari keduanya mendominasi, orang
tersebut akan binasa Karena ketika rasa berharap kepada Allah lebih besar, seseorang
akan merasa aman dari makar (azab) Allah, dan jika rasa takut lebih besar maka ia
akan putus asa dari rahmat Allah.”
Bacalah buku ini sekali, Jika tidak memahaminya maka ulangi 2, 3. kali. Insya
Allah akan diberi pemahaman oleh Allah SWT. Semoga dari sekian tulisan yang
penulis sampaikan ini barangkali ada yang menjadikan Allah SWT ridoh atasnya. Amin