Anda di halaman 1dari 5

‫ور أ َ ْنف ّسنَا‬

ّ ‫هلل ّم ْن شر‬ ّ ‫ َونَعوذ ّبا‬،‫َـح َمده َونَ ْست َ ّعيْنه َونَ ْست َ ْغ ّفره‬ ْ ‫لِل ن‬ َّ
ّ ‫إن الـ َح ْمدَ ّ ه‬
َ ‫ض ّل ْل فَ ََل هَاد‬
‫ّي‬ ْ ‫ َو َم ْن ي‬،‫ض َّل لَه‬ ّ ‫ َم ْن َي ْه ّد ّه هللا فَ ََل م‬،‫ت أ َ ْع َما ّلنَا‬ َ ‫َو ّم ْن‬
ّ ‫س ّيهئَا‬
‫عبْده‬ َ ً ‫ أ َ ْش َهد أَن الَّ ّإلَهَ ّإالَّ هللا َو ْحدَه َال ش َّري َْك لَه َوأ َ ْش َهد أ َ َّن مـ َح َّمدا‬،‫لَه‬
‫َو َرسوله‬
َّ ‫ َيا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنوا اتَّقوا‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
‫َّللاَ َح َّق تقَاتّ ّه َو َال‬
َ‫تَموت َّن ّإ َّال َوأ َ ْنت ْم م ْس ّلمون‬
‫سدّيدًا‬َ ‫َّللاَ َوقولوا قَ ْو ًال‬ َّ ‫ َيا أَيُّ َها الَّذّينَ آ َمنوا اتَّقوا‬،‫وقال تعالى‬
َ‫َّللاَ َو َرسولَه فَقَ ْد فَاز‬ َّ ‫ص ّل ْح لَك ْم أ َ ْع َمالَك ْم َو َي ْغ ّف ْر لَك ْم ذنو َبك ْم َو َم ْن ي ّط ّع‬
ْ ‫ي‬
‫ع ّظي ًما‬ َ ‫فَ ْو ًزا‬
‫صلَّى‬ َ ‫سنَ ْال َه ْدي ّ َه ْدي م َح َّم ٍد‬ َ ‫ َوأ َ ْح‬،‫َّللا‬
ّ َّ ‫ث ّكتَاب‬ ّ ‫صدَقَ ْال َحدّي‬ َ َ ‫ فإّ َّن أ‬،‫أ َ َّما َب ْعد‬
َ ‫ َوك َّل ّب ْد‬،ٌ‫عة‬
‫ع ٍة‬ َ ‫ َوك َّل م ْحدَث َ ٍة ّب ْد‬،‫ور م ْحدَثَات َها‬ ّ ‫ َوش ََّر األم‬،‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ّه َو‬
َ ‫َّللا‬َّ
ّ َّ‫ضَللَ ٍة فّي الن‬
‫ار‬ َ ‫ َوك َّل‬، ٌ‫ضَللَة‬ َ
Ummatal Islam,

Diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berlindung darinya, beliau
berlindung daripada hati yang tidak khusyu’. Beliau berdoa:

ٍ ‫ َو ّم ْن قَ ْل‬،‫اللَّه َّم ّإ ّهني أَعوذ ّب َك ّم ْن ّع ْل ٍم َال َي ْنفَع‬


‫ب َال َي ْخشَع‬
“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dari hati yang
tidak pernah bisa khusyu’.”
Ketika kita shalat, kita tidak bisa khusyu’, pikiran kita entah pergi kemana. Demikian pula ketika
kita beribadah, kita tidak bisa fokus, tidak bisa kita khusyu’, sehingga pada waktu itu kekhusyuan
sudah tidak ada lagi di hati-hati kita yang berakibat ibadah kita pun kemudian berkurang pahalanya
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Padahal saudaraku, disyariatkannya ibadah tiada lain adalah untuk kebaikan hati. Ketika ibadah
tidak mempengaruhi hati, ibadah itu sama sekali tidak bernilai di mata Allah atau berkurang
pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika seseorang membaca Al-Qur’an dan hatinya tidak khusyu’, maka Al-Qur’an itu tidak
berpengaruh ke hatinya. Ketika seseorang shalat dan hatinya tidak khusyu’, shalat pun tidak
berpengaruh kepada hatinya. Sementara Imam Ahmad pernah ditanya: “Apa amal yang paling

1
utama di sisi Allah?” Maka Iman Ahmad berkata: “Lihatlah ibadah yang paling benar-benar terasa
di hatimu, maka itulah yang paling utama.”
Ketika kita shalat penuh kekhusyu’an, kita benar-benar merasa takut kepada Allah di saat shalat
kita dan kita berusaha untuk merasakan kenikmatan shalat itu, maka shalat itu benar-benar akan
benar-benar mempengaruhi hati kita. Maka disaat itulah shalat akan memberikan kepada kita
kekuatan untuk meninggalkan perkara yang keji dan mungkar. Allah berfirman:

‫َاء َو ْالمن َك ّر‬


ّ ‫ع ّن ْالفَ ْحش‬
َ ‫ص ََلة َ ت َ ْن َه ٰى‬
َّ ‫ّإ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut[29]: 45)
Ketika seorang khusyu’ di dalam shalatnya, dia pasti akan merasakan kenikmatan dalam shalat.
Maka disaat itu ia akan merasa asyik bermunajat kepada Allah, disaat itu dia akan merasa suka
untuk berlama-lama berduaan dengan Allah. Makanya lihat bagaimana shalatnya Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau shalat malam:

ْ ‫َحتَّى ا ْنتَفَخ‬
‫َت قَدَ َماه‬
“Sampai kakinya itu bengkak.”

Ketika ditanya oleh ‘Aisyah: “Kenapa engkau lakukan hai Rasulullah? Sementara Allah telah
mengampuni dosa-dosamu yang dahulu maupun yang akan datang.” Kata Rasulullah:

‫ورا‬ َ ‫أَفََلَ أَكون‬


ً ‫ع ْبدًا شَك‬
“Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru merasakan kenikmatan luar biasa itu di dalam
shalat. Sampai-sampai Rasulullah bersabda kepada Bilal:

َّ ‫ أ َ ّر ْحنَا ّبال‬، ‫َيا ّب ََلل‬


‫ص ََل ّة‬
“Wahai Bilal, jadikan kita tentram dengan shalat.” (HR. Ahmad)

Dan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:

‫صلَّى‬
َ ‫سلَّ َم ّإذَا َحزَ بَه أ َ ْم ٌر‬
َ ‫علَ ْي ّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا‬ ّ َّ ‫َكانَ َرسول‬
َ ‫َّللا‬
“Bila Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditimpa sesuatu yang sulit dalam hidupnya, segera
beliau shalat menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Abu Dawud)

Sementara ketika kita kehilangan khusyu’, shalatnya pun tidak akan terasa nikmat di hati kita,
saudaraku. Barangkali shalat itu bahkan menjadi beban dalam hidup kita. Kita lihat ada orang
ketika shalat, dia bagaimana caranya segera selesai dari shalat. Sehingga kita lihat shalatnya sangat
cepat sekali, bahkan tidak tuma’ninah, maka bagaimana akan Allah terima shalat seperti ini?

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
melihat ada orang yang shalat dengan cepatnya. Setelah selesai shalat ia datang kepada Rasulullah

2
dan berkata: “Assalamualaikum Ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjawab salamnya dan berkata:

َ ‫ص ّهل فَإّنَّ َك لَ ْم ت‬
‫ص ّهل‬ َ َ‫ار ّج ْع ف‬
ْ
“Kembalilah kamu shalat lagi, kamu belum shalat.”

Lalu kemudian ia shalat lagi dengan cepatnya, setelah ia datang lagi ke Rasulullah, lalu Rasulullah
bersabda: “Kembali kamu shalat, kamu belum shalat.” Ia pun shalat lagi dengan cepatnya kemudian
kembali lagi kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda lagi: “Kembali kamu shalat, kamu belum
shalat.” Rupanya orang ini tidak melakukan tuma’ninah dalam shalatnya.

Maka saudarakau, kekhusyu’an dalam shalat itu merupakan intisari daripada shalat. Ketika kita
khusyu’ dalam shalat kita dan dalam ibadah kita, itulah yang akan mempengaruhi hati
kita, itulah yang akan memberikan kepada kita kekuatan di dalam shalat kita, bahkan
dalam kehidupan kita.
Ketika seorang hamba merasakan kenikmatan dalam shalatnya dan dalam ibadahnya, maka tidak
ada sesuatu yang lebih lezat bagi dia daripada ibadah dan bermunajat kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Ketika ia dzikir lalu ia khusyu’ dalam dzikirnya, dia ucapkan Subhanallah dan benar-benar terasa di
hatinya. Dia ucapkan Alhamdulillah dan benar-benar terasa di hatinya. Dia merenungkan tentang
kebesaran penciptanya, disitulah dzikir itu menjadi besar pahalanya disisi Allah Jalla wa ‘Ala.
Disitulah akan muncul ketakwaan hati, sebagaimana Allah berfirman:

﴾٢١﴿ َ‫َيا أَيُّ َها النَّاس اعْبدوا َربَّكم الَّذّي َخلَقَك ْم َوالَّذّينَ ّمن قَ ْب ّلك ْم لَ َعلَّك ْم تَتَّقون‬
“Wahai manusia, beribadahlah kamu kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan
menciptakan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 21)
Allah mengatakan bahwa ibadah itu tujuannya untuk menghasilkan ketakwaan. Berarti ibadah yang
tidak menghasilkan ketakwaan, itu tanda ibadah itu belum diterima oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Allah berfirman:

﴾٢٧﴿ َ‫… ّإنَّ َما يَتَقَبَّل اللَّـه ّمنَ ْالمت َّ ّقين‬


“Allah hanyalah menerima dari orang-orang bertakwa saja.” (QS. Al-Maidah[5]: 27)
Maka bagaimana akan diterima shalat orang yang tidak khusyu’ shalatnya? Sementara dia ingin
cepat-cepat dan tergesa-gesa dalam shalatnya. Seakan-akan shalat itu beban dalam hidupnya.

Saudaraku, jadikanlah shalat sebagai kebutuhan hidup kita, jadikan ibadah sebagai kebutuhan
hidup kita. Dan tidak mungkin kita merasakan kelezatan kecuali dengan cara khusyu’ di hati kita.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬

3
‫ نبينا محمد و آله وصحبه‬،‫الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا‬
ً ‫أن مح همدا‬
َّ ‫ وأشهد‬،‫ أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫ومن وااله‬
‫عبده ورسوله‬
Ummatal Islam,

Lalu bagaimana supaya hati kita bisa khusyu’? Sesungguhnya kata para ulama, kekhusyu’an
mengikuti pengenalan kita kepada Allah. Semakin kita kenal Allah, lalu tumbuh rasa takut kepada
Allah, tumbuh rasa cinta kepada Allah dan berharap kepadaNya, maka disaat itulah kekhusyu’an
pun semakin kuat di hati seorang hamba.

Semakin seorang hamba kurang rasa takutnya kepada Allah, kurang cintanya kepada Allah dan
kurang pula berharapnya kepada Allah, maka semakin khusyu’nya pun berkurang di hatinya. Maka
kekhusyu’an itu muncul dari pengenalan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Oleh karena itulah Allah memperkenalkan diriNya dalam Al-Qur’an dalam ayat-ayat yang sangat
banyak sekali, terutama diayat kursi. Allah Subhanahu wa Ta’ala memperkenalkan dalam surat Al-
Ikhlas, Allah memperkenalkan dirinya di dalam surat Al-Hadid, demikian pula dalam surat Al-
Hasyr dan yang lainnya. Cobalah kita pelajari dan kita renungan lalu kita kenali siapa Rabb kita,
siapa Allah Jalla wa ‘Ala. Supaya tumbuh di hati kita rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka saudarakau.. Ketika kita kenal bahwa Allah Maha Besar, muncullah pembesaran di hati kita
kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Sehingga tidak ada yang lebih besar di hati kita kecuali Allah. Maka disaat
itu pasti kita bisa khusyu’.

Oleh karena itulah ketika kita shalat, kita dianjurkan untuk memulai dengan Takbiratul Ihram
Allahu Akbar, setiap perpindahan kita ucapkan Allahu Akbar. Hal ini supaya hati kita merasakan
kebesaran Allah Jalla wa ‘Ala. Ketika di hati kita Allah yang lebih besar daripada segala-galanya,
pasti kita khusyu’, saudaraku. Tapi ketika di sana ada yang lebih besar di hati kita dari kehidupan
dunia, kita lebih memikirkan kehidupan dunia daripada Allah sehingga Allah tidak lebih besar di
hati kita, bagaimana hati bisa menjadi khusyu’?

Maka saudaraku, setiap kita bersungguh-sungguh bagaimana caranya supaya shalat kita khusyu’,
supaya kemudian kekhusyu’an itu memberikan dampak yang luar biasa dalam hidup kita.

‫علَى آ ّل‬َ ‫علَى ّإب َْرا ّهي َْم َو‬ َ ‫صلَّي‬


َ ‫ْت‬ َ ‫علَى آ ّل م َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى م َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ص ّهل‬ َ ‫اَللَّه َّم‬
‫ت‬ َ ‫ار ْك‬
َ ‫علَى آ ّل م َح َّم ٍد َك َما َب‬
َ ‫علَى م َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ار ْك‬ ّ ‫ َو َب‬.ٌ‫ ّإنَّ َك َح ّم ْيدٌ َم ّج ْيد‬،‫ّإب َْرا ّهي َْم‬
ٌ‫ ّإ َّن َك َح ّم ْيدٌ َم ّج ْيد‬،‫ع َلى آ ّل ّإب َْرا ّهي َْم‬
َ ‫ع َلى ّإب َْرا ّهي َْم َو‬ َ

4
‫ت األ َ ْح َي ّ‬
‫اء ّم ْنه ْم‬ ‫ت َوالمؤْ ّمنّيْنَ َوالمؤْ ّمنَا ّ‬ ‫الله َّم ا ْغ ّف ْر ّل ْلم ْس ّل ّميْنَ َوالم ْس ّل َما ّ‬
‫ي ال َحا َجات‬ ‫اض َ‬ ‫ع َواتّ‪ ،‬فَ َيا قَ ّ‬
‫ْب م ّجيْب الدَّ َ‬ ‫س ّم ْي ٌع قَ ّري ٌ‬
‫ت ّإنَّ َك َ‬ ‫َواأل َ ْم َوا ّ‬
‫اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين‪ ،‬اللهم وتب علينا إنك أنت التواب‬
‫الرحيم‪ ،‬اللهم اصلح والة أمورنا يا رب العالمين‪ ،‬واجعلنا من التوابين‬
‫واجعلنا من المتطهرين‬

‫اب النَّ ّ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقّنَا َ‬
‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوفّي ّ‬
‫اآلخ َرةّ َح َ‬ ‫َربَّنَا آتّنَا فّي الدُّ ْنيَا َح َ‬
‫عباد هللا‪:‬‬

‫ع ّن ْالفَ ْحش ّ‬
‫َاء‬ ‫اء ذّي ْالق ْر َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َ‬ ‫ان َو ّإيت َ ّ‬
‫س ّ‬ ‫ّإ َّن اللَّـهَ َيأْمر ّب ْال َع ْد ّل َو ْ ّ‬
‫اْل ْح َ‬
‫تَذَ َّكرونَ‬ ‫لَ َعلَّك ْم‬ ‫َي ّعظك ْم‬ ‫َو ْال َب ْغي ّ ۚ‬ ‫َو ْالمن َك ّر‬
‫علَى ّن َع ّم ّه َي ّز ْدكم‪ ،‬ولذّكر هللا أك َبر‪.‬‬ ‫فَا ْذكروا هللا ال َع ّظي َْم َي ْذك ْركم‪َ ،‬وا ْشكروه َ‬

‫‪5‬‬

Anda mungkin juga menyukai