Anda di halaman 1dari 192

LAPORAN

PENELITIAN TERPADU
DALAM RANGKA PERMOHONAN
PERSETUJUAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN
UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG
AN. MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DI KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

2021
LAPORAN

HASIL PENELITIAN TERPADU DALAM RANGKA PERMOHONAN


PERSETUJUAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN UNTUK
PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG ATAS NAMA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DI KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

TIM TERPADU

JAKARTA, DESEMBER 2021


Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, kesehatan, kekuatan, petunjuk dan hidayahnya, sehingga Tim
Terpadu dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka permohonan persetujuan
I
pelepasan kawasan hutan an. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian terpadu melibatkan institusi/lembaga yang mempunyai otoritas ilmiah
meliputi Sadan Riset dan lnovasi Nasional, Perguruan Tinggi, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, serta instansi Pemerintah Daerah. Tim Terpadu ini dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tanggal 26 Oktober 2021.
Laporan ini disusun oleh Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Permohonan
persetujuan pelepasan kawasan hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 360,23 ha dan
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 268,96 ha untuk Pembangunan
Bendungan Jragung atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah sebagai
pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan. Maksud penelitian Tim Terpadu adalah
untuk memperoleh data dan informasi serta kondisi aktual kawasan sebagai langkah awal
optimalisasi fungsi kawasan guna mempercepat pembangunan Bendungan Jragung.
Tujuan Penelitian Tim Terpadu adalah menyiapkan bahan rekomendasi kepada Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menentukan kebijakan perubahan
peruntukan kawasan hutan.
Hasil penelitian Tim Terpadu, baik yang merupakan hasil penelaahan pustaka
(desk study) maupun penelitian lapangan (field study) terhadap aspek biofisik, sosial
ekonomi budaya, serta hukum dan kelembagaan dituangkan dalam bentuk laporan
dengan mengikuti standar, kriteria, kaidah ilmiah, pendekatan multi disiplin ilmu dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat
dan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kegiatan diucapkan
terimakasih.
Jakarta, Desember 2021
Kec;x::

Dr. Edi Mirmanto, M.Sc.


Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

SUSUNAN TIM TERPADU

A. Pengarah Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan


B. Penanggung Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan,
Jawab Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
C. Koordinator Kepala Sub Direktorat Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan, Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan
Kawasan Hutan
D. Pelaksana
TIM TERPADU

No Nama lnstansi/ Lembaga Tanda Tangan

1. Dr. Edi Mirmanto, M.Sc Pusat Riset Biologi, Badan Riset


(Ketua) dan lnovasi Nasional

2. Dr. Wahyu Wardhana, Fakultas Kehutanan, Universitas


S.Hut., M.Sc. Gadjah Mada

/
3 Dr. Neo Endra Lelana, S.Si., Pusat Standardisasi lnstrumen
MSi Pengelolaan Hutan
Berkelanjutan, Badan
Standardisasi lnstrumen
6;{
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
4. Elvida Yosefi Suryandari, Pusat Standardisasi lnstrumen
S.Hut., M.SE. Ketahanan Bencana dan
Perubahan lklim, Badan
Standardisasi I nstrumen
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
5. Aris Subekti, S.H. Biro Hukum, Sekretariat Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

6. Dwi Joko Waluyo, S.Hut. Direktorat Kesatuan Pengelolaan


Hutan Produksi, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Hutan
Lestari
7 Wahyudi Ardhyanto, S.Si., Direktorat Penyiapan Kawasan
S.T., M.T. Perhutanan Sosial, Direktorat
Jenderal Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan
<+
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

No Nama lnstansi/ Lembaga Tanda Tangan

8. Michael Edward, S.H., M.H. Sekretariat Direktorat Jenderal


Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan

L Bobby Rachmat Fitriyanto, Direktorat Rencana,


S.Hut., M.Ling Penggunaan, dan Pembentukan
Wilayah Pengelolaan Hutan,
Direktorat Jenderal Planolog i
Kehutanan dan Tata Lingkungan
10. lndira Puspita, S.T. Dinas Lingkungan HiduP dan
Kehutanan Provinsi Jawa
Tengah

11. Prasetyo Adhi Chrisnarmoko, Dinas Pekerjaan Umum


S.T., M.T., M.SC Kabupaten Semarang

V I

12. Kelik Tricahyono, S.Hut.


Hutan Wilayah Xl Yogyakarta

13. lwan Nurhidayat Perum Perhutani

ilt
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pemerintah menetapkan 57 proyek pembangunan Bendungan dan Irigasi sebagai


Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Proyek Strategis Nasional, salah satunya adalah proyek Bendungan Jragung yang
terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Ketersediaan tanah memegang
peranan penting dalam pembangunan infrastruktur Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pembangunan Bendungan Jragung yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional
(PSN) bersifat non komersial membutuhkan obyek tanah seluas ± 630,04 ha yang berada
di kawasan hutan. Sehubungan dengan hal tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui surat Nomor PS.03.01-Mn/1419 tanggal 20 Agustus 2021
mengajukan permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan
Bendungan Jragung seluas ± 630,04 ha di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah
yang kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Terpadu melalui Keputusan
Nomor SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tanggal 26 Oktober 2021.
Perubahan peruntukan kawasan hutan melalui persetujuan pelepasan kawasan
hutan ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan
mempertimbangan hasil penelitian terpadu, maka perlu dilakukan Penelitian Terpadu
dalam rangka pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan Bendungan Jragung
di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan Penelitian Terpadu terdiri dari
rapat ekspose persiapan penelitian pada tanggal 8 November 2021, penelitian lapangan
pada tanggal 15 s/d 20 November 2021, pembahasan dan penyusunan laporan pada
tanggal 9 s/d 13 Desember 2021 dan paparan ekspose hasil penelitian pada tanggal
14 Desember 2021.
Lokasi penelitian berada pada kawasan Hutan Produksi Tetap seluas ± 360,23 ha
dan kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas ± 268,96 ha dengan rencana kegiatan
pembangunan bendungan berupa area genangan dan greenbelt, borrow area, jalan
akses, serta spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap. Morfologi lokasi
penelitian berupa kaki gunung api dan perbukitan struktural lipatan dengan jenis batuan
beku dan gamping. Topografi berbukit hingga bergelombang dengan ketinggian antara 60
m dpl s/d 120 m dpl dengan jenis tanah dominan latosol merah kuning dan coklat tua
serta mediteran coklat tua dengan tekstur berpasir dan lempungan. Sungai besar pada
lokasi penelitian yaitu sungai Jragung, sungai Lutung dan sungai Trimo yang berada pada
DAS Jragung. Curah hujan rata-rata tahunan di lokasi penelitian adalah 1.742 mm/tahun
(tinggi) dengan rerata hari hujan tahunan sebanyak 100 hari. Vegetasi pada lokasi
penelitian didominasi tegakan jati pola agroforestry dengan tanaman semusim. Jenis
satwa yang terdapat pada lokasi penelitian meliputi kelompok burung, mamalia dan reptil.
Tidak ditemukan jenis flora dan fauna yang dilindungi.
Kondisi penutupan lahan berdasarkan citra satelit PlanetScope Resolusi 3 meter
liputan tanggal 13 Oktober 2021 didominasi oleh tutupan lahan non tegakan hutan berupa
pertanian lahan kering. Namun, berdasarkan hasil peninjauan lapangan ditemukan
adanya tutupan lahan berupa tanah terbuka hasil kegiatan penyiapan/penataan lahan
yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana pembangunan bendungan. Tanah terbuka
tersebut berada pada rencana pembangunan area genangan, greenbelt, spoil area, tapak
bendungan, dan bangunan pelengkap. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa pada
lokasi borrow area akan dilakukan kegiatan pengambilan material yang rencananya akan
iv
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

dilakukan selama 3 (tiga) tahun dan setelah itu belum ada informasi rencana pemanfaatan
dan penggunaan lahan selanjutnya.
Pada lokasi penelitian terdapat areal seluas ± 0,44 ha yang berupa jalan akses di
Desa Penawangan yang tidak termasuk dalam pertimbangan Gubernur Nomor
522/0013170 tanggal 30 September 2021. Selain itu, terdapat tumpang tindih dengan
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan atas nama PT. PLN (Persero) seluas ± 1,46 ha
dan tidak mendapat pertimbangan Gubernur Nomor 522/0013170 tanggal 30 September
2021. Keberadaan PPKH PT PLN menimbulkan fragmentasi karena memotong sebagian
areal yang dimohon pada bagian utara seluas ± 6,52 ha, yang tersebar pada 3 (tiga)
poligon. Dengan demikian, sebagian areal yang dimohon seluas ± 8,42 ha secara teknis
tidak memenuhi kriteria untuk pelepasan kawasan hutan.
Pada lokasi penelitian juga terdapat tumpang tindih dengan Peta Indikatif dan Areal
Perhutanan Sosial (PIAPS) Revisi VI seluas ± 53,04 ha namun belum ada izin
perhutanan sosial yang diterbitkan. Adanya areal yang terindikasi PIAPS tetapi masuk
dalam lokasi usulan pelepasan untuk pembangunan Bendungan Jragung, menjadi
pertimbangan untuk dikeluarkan dari PIAPS pada revisi selanjutnya.
Pembangunan Bendungan Jragung memberikan dampak sosial kepada 3 (tiga)
dusun yaitu Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen, dan Dusun Borangan yang berada dalam
wilayah administrasi di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
Ketiga dusun tersebut terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan dampak kepemilikan
tempat tinggal dan lahan. Kategori pertama: dusun yang lokasinya berada di dalam areal
terdampak baik rumah dan lahannya yaitu Dusun Kedungglatik. Kategori kedua: dusun
yang warganya memanfaatkan lahan di areal yang terdampak yaitu pada Dusun Sapen
dan Dusun Borangan.
Masyarakat Dusun Kedungglatik mulai mendiami kawasan hutan pada petak 79a
RPH Borangan sejak terjadinya bencana banjir pada Tahun 1983. Kondisi tempat tinggal
berupa bangunan semi permanen dengan dinding kayu. Mayoritas masyarakat ketiga
dusun mengetahui bahwa lahan garapan mereka merupakan kawasan hutan dalam
pengelolaan Perum Perhutani, dan akan dilepaskan untuk kepentingan pembangunan
Bendungan Jragung. Seluruh responden menyatakan tidak menolak dengan rencana
pembangunan Bendungan Jragung, namun warga yang memiliki lahan milik minta
diberikan ganti rugi dan menginginkan dapat segera terealisasi seiring dengan dimulainya
pembangunan bendungan.
Terdapat Perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan
LMDH Wana Jati Mulyo serta terdapat Naskah Kesepakatan Kerjasama Kemitraan
Kehutanan antara Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo. Terkait perjanjian
kerjasama antara Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo yang terdampak
pembangunan bendungan, pemohon perlu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk
mencarikan lahan garapan baru pada petak lain Hutan Pangkuan Desa Candirejo.
Berdasarkan hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan budaya, serta
hukum dan kelembagaan, maka permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan atas
nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk pembangunan Bendungan
Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang dapat diproses lebih lanjut
seluas ± 620,77 ha, dengan catatan:
 Dalam hal kecukupan luas kawasan hutan dan tutupan hutan provinsi Jawa Tengah
tidak terpenuhi, pemohon harus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.

v
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

 Terhadap pekerjaan penyiapan yang sudah berjalan untuk dihentikan sementara


sampai mendapat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri LHK.
 Terhadap lokasi borrow area, setelah dilakukan pengambilan material agar
dimanfaatkan untuk kepentingan umum (relokasi permukiman, fasos, fasum yang
terdampak pembangunan bendungan).
Jalan akses seluas ± 8,52 ha (jalur Ngrapah) yang termasuk dalam areal yang
direkomendasikan digunakan untuk umum dan pengelola bendungan. Terkait dengan
pemanfaatan kayu, pemohon agar berkoordinasi dengan Perum Perhutani dan instansi
terkait lainnya.
Perubahan peruntukan kawasan hutan melalui persetujjuan pelepasan kawasan
hutan akan berpengaruh terhadap kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan di
Provinsi Jawa Tengah. Mengingat sampai saat ini belum terdapat Ketetapan Menteri
tentang Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan di Provinsi Jawa Tengah,
proporsi luas kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah mengacu pada Peta Kawasan Hutan
dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa Tengah (lampiran Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004 dan Peta Perkembangan
Pengukuhan Kawasan Hutan sampai dengan Tahun 2018 (lampiran Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.9406/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019
tanggal 6 November 2019), yaitu sebesar 19,7 % (kurang dari 30%). Sebagai upaya untuk
mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan sebagaimana
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan, maka diperlukan kebijakan dari Menteri
LHK terhadap proses persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk Bendungan Jragung
yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional.

***

vi
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


SUSUNAN TIM TERPADU ............................................................................................. ii
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2
1.3. Lingkup Kegiatan ............................................................................................ 2
1.4. Dasar Hukum .................................................................................................. 3
II. METODE PENELITIAN ............................................................................................... 6
2.1. Pelaksanaan ................................................................................................... 6
2.2. Alat dan Bahan ............................................................................................... 6
2.3. Studi Pustaka.................................................................................................. 7
2.4. Penelitian Lapangan ....................................................................................... 8
III. KONDISI UMUM ........................................................................................................ 11
3.1. Luas, Letak dan Fungsi Kawasan Hutan ......................................................... 11
3.2. Topografi ........................................................................................................ 12
3.3. Iklim ................................................................................................................ 13
3.4. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS) ..................................................... 13
3.5. Penutupan Lahan ........................................................................................... 14
3.6. Sosial, Ekonomi dan Budaya .......................................................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 19
4.1. Aspek Biofisik ................................................................................................. 19
4.1.1. Letak, Luas dan Fungsi Hutan ............................................................. 19
4.1.2. Geomorfologi ....................................................................................... 22
4.1.3. Hidrologi dan Pengelolaan DAS .......................................................... 23
4.1.4. Penutupan Lahan ................................................................................ 25
4.1.5. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ................................. 28
4.1.6. Flora .................................................................................................... 34
4.1.7. Fauna .................................................................................................. 36
4.1.8. Daya Dukung dan Daya Tampung ....................................................... 36
4.1.9. Kajian Teknis ....................................................................................... 37

vii
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ............................................................... 39


4.2.1. Karakteristik Responden...................................................................... 39
4.2.2. Pola Penguasaan Lahan ..................................................................... 41
4.2.3. Ketergantungan Ekonomi Terhadap Lahan ......................................... 45
4.2.4. Potensi Konflik ..................................................................................... 47
4.2.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelepasan Kawasan Hutan ............... 48
4.2.6. Harapan Masyarakat Terhadap Pelepasan Kawasan Hutan ................ 50
4.3. Aspek Hukum dan Kelembagaan .................................................................... 51
4.3.1. Ketentuan Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan ....... 51
4.3.2. Status Kawasan Hutan yang Dimohon dan Kondisi Lapangan ............ 55
4.3.3. Kajian Yuridis Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan ....................... 56
V. KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN ........................................................... 69
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 69
5.2. Rekomendasi .................................................................................................. 71
5.3. Saran .............................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 73
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 74

viii
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Waktu dan tempat kegiatan penelitian Tim Terpadu ........................................6
Tabel 2.5. Jumlah responden pada masing-masing dusun ...............................................9
Tabel 3.1. Kawasan Hutan di Kabupaten Semarang ...................................................... 11
Tabel 3.2. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Semarang.............................................. 13
Tabel 3.3. Penafsiran penutupan lahan pada kawasan hutan dimohon .......................... 15
Tabel 3.4. Jumlah penduduk dan jumlah KK tiap desa/kelurahan di Kecamatan
Pringapus Tahun 2020 .................................................................................. 16
Tabel 4.1. Lokasi penelitian berdasarkan fungsi kawasan hutan dan rencana kegiatan . 20
Tabel 4.2. Curah hujan dan hari hujan periode Tahun 2014 s/d 2020............................. 24
Tabel 4.3. Rincian penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope Resolusi
3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021 berdasarkan fungsi kawasan
hutan ............................................................................................................. 25
Tabel 4.4. Rincian penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope resolusi
3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021 berdasarkan rencana kegiatan
bendungan .................................................................................................... 28
Tabel 4.5. Rincian petak Perhutani pada area genangan dan greenbelt......................... 29
Tabel 4.6. Rincian petak Perhutani pada spoil area, tapak bendungan dan bangunan
pelengkap ...................................................................................................... 30
Tabel 4.7. Rincian petak Perhutani pada borrow area .................................................... 31
Tabel 4.8. Jenis pohon yang ditemukan pada lokasi penelitian ...................................... 35
Tabel 4.9. Areal yang secara teknis tidak memenuhi kriteria pelepasan kawasan
hutan ............................................................................................................. 38
Tabel 4.10. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut jenis kelamin........ 40
Tabel 4.11. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut kelompok umur .... 40
Tabel 4.12. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut tingkat
pendidikan ..................................................................................................... 40
Tabel 4.13. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut mata
pencaharian ................................................................................................... 41

ix
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Letak lokasi penelitian dalam wilayah Kabupaten Semarang .................... 12
Gambar 3.2. DAS di Kabupaten Semarang dan sekitarnya ........................................... 14
Gambar 3.3. Penafsiran penutupan lahan pada kawasan hutan dimohon ..................... 15
Gambar 4.1. Lokasi penelitian berdasarkan fungsi kawasan hutan dan rencana
kegiatan..................................................................................................... 20
Gambar 4.2. Hasil pencermatan kawasan hutan berdasarkan dokumen BATB dan
tanda batas (pal) yang ditemukan ............................................................. 22
Gambar 4.3. Kondisi geomorfologi lokasi penelitian....................................................... 23
Gambar 4.4. Lokasi penelitian berdasarkan letak DAS .................................................. 24
Gambar 4.5. Grafik debit Bendung Jragung selama 16 tahun (1998 – 2013) ................. 25
Gambar 4.6. Citra satelit PlanetScope resolusi 3 meter liputan tanggal
13 Oktober 2021 ....................................................................................... 26
Gambar 4.7. Penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope Resolusi 3
meter liputan tanggal 13 Oktober 2021 ..................................................... 27
Gambar 4.8. Kondisi penutupan lahan pada lokasi penelitian ........................................ 27
Gambar 4.9. Indikatif PIAPS Revisi VI pada lokasi penelitian ........................................ 32
Gambar 4.10. Lokasi PPKH PT. PLN (Persero) pada lokasi penelitian ............................ 33
Gambar 4.11. Tower SUTET PT. PLN (Persero) rencana areal genangan Bendungan
Jragung ..................................................................................................... 33
Gambar 4.12. Kondisi vegetasi pada lokasi penelitian ..................................................... 35
Gambar 4.13. Kondisi vegetasi pada areal rencana greenbelt yang didominasi
tegakan jati ............................................................................................... 36
Gambar 4.14. Hasil kajian teknis ..................................................................................... 38
Gambar 4.15. Sebaran responden di tiga dusun menurut jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan dan mata pencaharian. ........................................................... 39
Gambar 4.16. Pemukiman yang terdampak di Dusun Kedungglatik................................. 44
Gambar 4.17. Fasilitas umum jalan dan jembatan di Desa Candirejo .............................. 44
Gambar 4.18. Fasilitas umum masjid dan pemakaman di areal terdampak ..................... 44
Gambar 4.19. Lahan garapan masyarakat di Desa Candirejo .......................................... 45
Gambar 4.20. Pendapatan responden di ketiga dusun .................................................... 45
Gambar 4.21. Beberapa contoh pemanfaatan lahan ........................................................ 47
Gambar 4.22. Penyampaian informasi di ketiga dusun terkait pembangunan
Bendungan Jragung .................................................................................. 49
Gambar 4.23. Pengisian kuisioner di Desa Candirejo ...................................................... 49

x
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor PS.03.01-
Mn/1419 tanggal 20 Agustus 2021 hal Permohonan Persetujuan
Pelepasan Kawasan Hutan Produksi pada Proyek Strategis Nasional
(PSN) untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang,
Provinsi Jawa Tengah beserta Peta Permohonan.
Lampiran 2. Peta Citra Satelit SPOT 7 Liputan Tanggal 28 Juni 2020 Skala 1:50.000.
Lampiran 3. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 509/46 Tahun 2020 tentang
Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan
Jragung.
Lampiran 4. Pernyataan Komitmen Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 05/SP/M/2021 tanggal 20 Agustus 2021.
Lampiran 5. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/3 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/3
Tahun 2019 tentang Izin Lingkungan Rencana Pembangunan Bendungan
Jragung di kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan, Provinsi
Jawa Tengah.
Lampiran 6. Pertimbangan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/0013170 tanggal 30
September 2021.
Lampiran 7. Pertimbangan Teknis Direktur Utama Perum Perhutani Nomor
0293/044.3/SEKPER/2021 tanggal 21 September 2021.
Lampiran 8. Pakta Integritas Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor HK.02.01-
DA/1055 tanggal 20 Agustus 2021.
Lampiran 9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.416/MENLHK/SETJEN/PLA.9/7/2021 tanggal 26 Juli 2021 tentang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pembangunan
Jalur Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV
Tanjungjati-TX (Unggaran-Pedan) atas nama PT. PLN (Persero).
Lampiran 10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tanggal 26 Oktober 2021
membentuk Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Permohonan
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Seluas
± 360,23 (Tiga Ratus Enam Puluh dan Dua Puluh Tiga Perseratus) Hektar
dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Seluas ± 268,96 (Dua
Ratus Enam Puluh Delapan dan Sembilan Puluh Enam Perseratus)

xi
Tim Terpadu Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Hektar untuk Pembangunan Bendungan Jragung atas nama Menteri


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak di Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Lampiran 11. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor UN.10/PKTL-KUH/PPFKH/PLA.2/11/2021 tanggal 3 November
2021 beserta notulen rapat.
Lampiran 12. Surat Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor ST.100/PKTL/KUH/PLA.2/11/2021 tanggal 11 November 2021.
Lampiran 13. Berita Acara Pelaksanaan Penelitian Lapangan.
Lampiran 14. Undangan Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
Nomor UN.180/KUH/PPFKH/PLA.2/12/2021 tanggal 3 Desember 2021.
Lampiran 15. Berita Acara Pembahasan dan Penyelesaian Laporan Penelitian.
Lampiran 16. Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor UN.110/PKTL/KUH/PLA.2/12/2021 tanggal 3 Desember 2021
beserta notulen rapat.
Lampiran 17. Peta Rekomendasi Tim Terpadu.

xii
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia. Sebagai upaya mendukung ketahanan pangan negara,
melalui penyediaan jaringan irigasi, Pemerintah menetapkan 57 proyek pembangunan
Bendungan dan Irigasi sebagai Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden
Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional, salah satunya adalah
proyek Bendungan Jragung yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Ketersediaan tanah sangat urgen dalam pembangunan infrastruktur Proyek
Strategis Nasional (PSN). Dalam hal rencana pengadaan tanah untuk pembangunan
Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, Gubernur Jawa
Tengah telah menerbitkan Keputusan Nomor 590/46 Tahun 2020 tentang Penetapan
Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan Jragung Kabupaten
Semarang tanggal 1 September 2020.
Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa
Tengah, merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional (PSN) infrastruktur oleh
instansi pemerintah yang bersifat non komersial dan membutuhkan obyek tanah seluas
± 630,04 ha yang berada di kawasan hutan. Terkait obyek tanah yang berada di
kawasan hutan maka dapat diproses dengan Pelepasan Kawasan Hutan yang
dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Sehubungan dengan hal tersebut, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui surat Nomor PS.03.01-Mn/1419
tanggal 20 Agustus 2021 mengajukan permohonan persetujuan pelepasan kawasan
hutan untuk pembangunan Bendungan Jragung seluas ± 630,04 ha di Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Permohonan persetujuan pelepasan kawasan
hutan atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah
dilengkapi persyaratan permohonan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta
Penggunaan Kawasan Hutan.
Perubahan peruntukan kawasan hutan melalui persetujuan pelepasan kawasan
hutan ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan
mempertimbangan hasil penelitian terpadu. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
melalui Keputusan Nomor SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tanggal
26 Oktober 2021 membentuk Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Permohonan

1
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Seluas ± 360,23 (Tiga
Ratus Enam Puluh dan Dua Puluh Tiga Perseratus) Hektar dan Kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) Seluas ± 268,96 (Dua Ratus Enam Puluh Delapan dan
Sembilan Puluh Enam Perseratus) Hektar untuk Pembangunan Bendungan Jragung
atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak
di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan penelitian terpadu dimaksud
dilakukan melalui kegiatan penelitian lapangan dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan terkait persetujuan pelepasan kawasan hutan.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud pelaksanaan penelitian adalah untuk melakukan validasi terhadap


permohonan persetujuan pelepasan kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas
± 360,23 ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ± 268,96 ha
untuk pembangunan Bendungan Jragung atas nama Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa Tengah.
2. Tujuan penelitian adalah untuk (1) menyajikan data dan informasi teknis, ekologi
dan keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan sosial budaya, serta hukum
dan kelembagaan secara obyektif dan menyeluruh; (2) merumuskan dan
memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dalam rangka persetujuan pelepasan kawasan hutan.

1.3. Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi :


1. Mengumpulkan data sekunder (hasil studi/kajian/identifikasi sebelumnya,
literatur, laporan instansi dan lain-lain) dan informasi primer terkait dengan areal
kajian;
2. Melakukan studi pustaka yang meliputi pemilahan, pengolahan dan analisis data
sekunder;
3. Melakukan penelitian di lapangan meliputi aspek biofisik, sosial, ekonomi dan
budaya serta hukum dan kelembagaan atas kawasan hutan yang dimohon;
4. Melakukan pemilahan, pengolahan dan analisis data hasil penelitian lapangan
berdasarkan standar dan kriteria teknis serta pendekatan ilmiah;

2
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

5. Menganalisis data dan informasi yang bersifat persyaratan administrasi


pemenuhan ketentuan dan peraturan pelepasan kawasan hutan dan
perundangan yang berlaku, implikasi hukumnya, tenurial dan status lahan
di lapangan;
6. Melakukan pembahasan dan merumuskan hasil penelitian secara menyeluruh;
7. Merumuskan rekomendasi permohonan pelepasan kawasan hutan.

1.4. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam


Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan;

3
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif dan Tata Cara Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berasal dari Denda Administratif di Bidang Kehutanan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek
Strategis Nasional;
14. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional;
15. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak
Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Penyediaan Tanah untuk
Pembangunan Nasional;
16. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian
Negara;
17. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
18. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional;
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021
tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan;
20. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak Guna
Usaha;
21. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021
tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional;
22. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.304/MENLHK/PDASHL/DAS.0/7/2018 tentang Penetapan Peta Daerah Aliran
Sungai;
23. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.9406/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan
Hutan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan Tahun 2018;
24. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.7875/MenLHK-
PHPL/KPHP/HPL.0/12/2020 tentang Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Hutan
Produksi Tahun 2021;

4
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

25. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.4028/MENLHK-


PKTL/REN/PLA.0/5/2021 tentang Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi VI);
26. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.416/MENLHK/SETJEN/PLA.9/7/2021 tentang Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pembangunan Jalur Transmisi Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Tanjungjati-TX (Unggaran-Pedan) atas nama
PT. PLN (Persero);
27. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.5446/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2021 tentang Penetapan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan Penggunaan Kawasan
Hutan, atau Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru pada
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2021 Periode II;
28. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.698/MENLHK/SETJEN/PLA.2/9/2021 tentang Peta Indikatif Penyelesaian
Penguasaan Tanah dalam rangka Penataan Kawasan Hutan;
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengan Tahun 2009-2029;
30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-
2023;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031;
32. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.6423/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tentang Pembentukan Tim Terpadu Dalam Rangka
Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
Seluas ± 360,23 (Tiga Ratus Enam Puluh dan Dua Puluh Tiga Perseratus)
Hektar dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Seluas ± 268,96 (Dua
Ratus Enam Puluh Delapan dan Sembilan Puluh Enam Perseratus) Hektar untuk
Pembangunan Bendungan Jragung atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah;
33. Surat Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Nomor ST.100/PKTL/KUH/PLA.2/11/2021.

5
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

II. METODE PENELITIAN

2.1. Pelaksanaan
Kegiatan penelitian Tim Terpadu diawali dengan paparan permohonan
persetujuan pelepasan kawasan hutan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (diwakili oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana) kepada
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Tim Terpadu serta
pengarahan dari Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada
tanggal 8 November 2021. Penelitian lapangan Tim Terpadu dilaksanakan pada
tanggal 15 s/d 20 November 2021, berdasarkan Surat Tugas Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor ST.100/PKTL/KUH/PLA.2/11/2021.
Adapun rincian keseluruhan waktu dan tempat kegiatan Penelitian Tim Terpadu
disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Waktu dan tempat kegiatan penelitian Tim Terpadu


No Tanggal Kegiatan
1. 8 November 2021 • Paparan permohonan pelepasan kawasan hutan oleh
Kepala BBWS Pemali-Juana
• Pengarahan dari Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
dan Tata Lingkungan
2. 15 s/d 20 • Penelitian lapangan dalam rangka permohonan
November 2021 persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
pembangunan Bendungan Jragung
• Pembuatan Berita Acara pelaksanaan penelitian
lapangan Tim Terpadu
3. 9 s/d 13 Desember Rapat pembahasan hasil penelitian lapangan dan
2021 pembuatan laporan Tim Terpadu
4. 14 Desember 2021 Paparan hasil penelitian dan rekomendasi Tim Terpadu

Lokasi kegiatan penelitian lapangan permohonan persetujuan pelepasan


kawasan hutan adalah kawasan Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas ± 268,96
ha dan Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas ± 360,23 ha yang terletak di Desa
Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

2.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan meliputi GPS, drone, kompas, kamera, dan peralatan
kerja lapangan lainnya. Adapun bahan-bahan yang digunakan meliputi:
1. Peta kerja skala 1 : 25.000;
2. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa Tengah (lampiran
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober
2004);

6
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

3. Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan sampai dengan Tahun 2018


(lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.9406/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 tanggal 6 November 2019);
4. Peta lampiran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Nomor 6
Tahun 2011;
5. Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2018 Skala 1:25.000;
6. Citra Satelit SPOT 7 Liputan Tanggal 28 Juni 2020;
7. Peta Tanah Semi Detail Tahun 2018 Skala 1:50.000 Kabupaten Semarang,
Provinsi Jawa Tengah;
8. Peta Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan, atau Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan Baru Pada Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut Tahun 2021 Periode II;
9. Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) Revisi VI;
10. Peta Indikatif Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam rangka Penataan Kawasan
Hutan;
11. Peta Penutupan Lahan Tahun 2018 dan Tahun 2020 dari Direktorat IPSDH;
12. Peta Perijinan sekitar;
13. Data iklim dan curah hujan;
14. Data monografi desa/kecamatan;
15. Data terkait pembangunan Bendungan Jragung.

2.3. Studi Pustaka


Studi pustaka merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan, pemilahan, serta
analisis data dan informasi sekunder yang meliputi aspek:
1. Teknis: topografi, hidrologi DAS, jenis tanah, curah hujan, dan penutupan lahan;
2. Ekologi dan keanekaragaman hayati: flora dan fauna;
3. Sosial ekonomi budaya masyarakat;
4. Hukum dan kelembagaan serta peraturan perundang-undangan;
5. Risalah kawasan hutan;
6. Kebijakan Pemerintah Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah;
7. Dokumen administrasi/persuratan;
8. Telaah terhadap hasil studi/penelitian/identifikasi sebelumnya;
9. Penggunaan, pemanfaatan dan perizinan kehutanan lainnya.

7
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

2.4. Penelitian Lapangan


2.4.1. Aspek Biofisik
Pengumpulan data biofisik kawasan diperoleh secara primer dan sekunder.
Penelitian lapangan terhadap areal yang dimohon bertujuan untuk melengkapi hasil
penelaahan secara desk study serta melakukan klarifikasi terhadap data sekunder dan
agar mendapatkan hasil yang komprehensif. Penelitian lapangan meliputi:
 Pengamatan kondisi fisik berupa penutupan lahan, kelerengan, topografi, aspek
hidrologi, dan kekritisan lahan.
 Pencermatan terhadap batas-batas kawasan hutan yang dimohon. Pengamatan
tanda batas di lapangan dapat berupa pal, alur sungai, jalan, atau penanda-
penanda lainnya.
 Pengamatan vegetasi dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi tutupan
vegetasi pada areal yang dimohon. Tutupan kawasan hutan yang dimohon diamati
secara visual (ground thruting) dan menggunakan drone.
 Pengamatan kondisi fauna/satwa endemik yang ada dan yang dilindungi dilakukan
dengan metode jelajah untuk mendapatkan data secara umum, ditambah dengan
informasi melalui konfirmasi terhadap masyarakat tentang jenis-jenis satwa yang
ditemui di lokasi kajian.

2.4.2. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Teknik Pengumpulan Data


Pendekatan pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi),
pengisian kuisoner dan wawancara. Observasi ini dilakukan pada komponen masukan,
proses maupun hasil dari suatu program. Pengambilan data dengan observasi ini
digunakan untuk memperkuat hasil dari angket (kuesioner) yang digunakan dalam
proses pelaksanaan evaluasi. Selain data primer, penelitian juga menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari dokumen profile desa dalam RPJM Desa Candirejo,
kecamatan Pringapus dalam angka, dan dokumen lain yang terkait.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui berbagai hal terkait dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, serta kegiatan ekonomi yang berhubungan
dengan pemanfaatan lahan kawasan hutan oleh masyarakat. Materi pokok kuesioner
untuk bahan wawancara antara lain karakteristik responden, aspek mata pencaharian,
penguasaan lahan, kondisi sosial ekonomi, pemanfaatan hasil hutan, dan persepsi
masyarakat terhadap pembangunan bendungan Jragung.

8
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Penelitian Sosial Ekonomi dan Budaya di kawasan yang dimohon dilaksanakan


di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Responden adalah
masyarakat Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen dan Dusun Borangan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pendekatan ini
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu (Sugiyono, 2016). Menurut Roscoe (1975) dalam Sugiyono (2016) penentuan
jumlah sampel dapat didasarkan pada ukuran sampel lebih dari 30 orang tepat untuk
kebanyakan penelitian. Gay (1992) dalam Mahmud (2011) berpendapat bahwa ukuran
minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian menggunakan
metode deskriptif korelasional, minimal 30 subjek. Jumlah sampel yang diambil per
dusun dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jumlah penduduk dan responden pada masing-masing dusun lokasi
penelitian
No. Nama Dusun Jumlah Penduduk Jumlah responden
1 Kedungglatik 290 31
2 Sapen 656 21
3 Borangan 494 12
Jumlah 1.440 64

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan dan memaknai data dari masing-masing
komponen yang dievaluasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif,
yaitu dengan menyajikan hasil perhitungan statistik deskriptif berupa tabel dan
persentase yang didapat dari hasil penelitian. Dalam menganalisis data yang telah
terkumpul dilakukan beberapa langkah yaitu; (1) merekapitulasi jawaban responden,
(2) menjumlahkan skor total masing-masing komponen berdasarkan jawaban
responden, (3) mengelompokkan skor yang didapat dari responden, (4) membuat
persentase hasil jawaban responden (berdasarkan total skor masing-masing
responden dan komponen pertanyaan yang diajukan, (5) membuat grafik/diagram
dengan bantuan komputer (excel).

9
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

2.4.3. Aspek Hukum dan Kelembagaan


Penelitian permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah
dilakukan dengan metodologi penelitian hukum normatif. Tahapan penelitian terdiri dari
melakukan identifikasi dan inventarisasi persyaratan administrasi dan teknis,
pengolahan data, melakukan klasifikasi dan verifikasi, dan analisis.
Analisis terhadap persyaratan administrasi dan teknis, penelitian dilakukan
dengan analisa kelengkapan dari dokumen persyaratan sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan dan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan. Implikasi hukum dan
konflik tenurial terkait permohonan pelepasan kawasan dilakukan dengan wawancara.
Data primer dan sekunder diolah dan dianalisis berdasarkan standar, kriteria,
kaidah dan peraturan perundang-undangan pada masing-masing aspek yang diteliti.
Sumber data yang digunakan untuk analisis merupakan data sekunder dan data primer
sesuai hasil penelitian lapangan, meliputi:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan.
2. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional.
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Dan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan.
4. Peraturan Menteri Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar
Proyek Strategis Nasional.

10
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

III. KONDISI UMUM

3.1. Luas, Letak dan Fungsi Kawasan Hutan


Kabupaten Semarang, dengan ibukota Ungaran, memiliki luas wilayah
950,21 km2 yang terbagi menjadi 19 kecamatan dan 235 desa/kelurahan. Secara
geografis, terletak di antara 7°3’57” - 7°30’00” Lintang Utara dan 110°14’55” -
110°39’03” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Semarang berbatasan langsung dengan
8 kabupaten/kota. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten
Magelang dan Kabupaten Temanggung, sebelah selatan dengan Kabupaten Boyolali,
sebelah timur dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Demak, sedangkan di sebelah utara dengan Kota Semarang. Selain itu di tengah
Kabupaten Semarang terdapat Kota Salatiga dan Danau Rawa Pening.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa
Tengah (lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004
tanggal 1 Oktober 2004) dan Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan
sampai dengan Tahun 2018 (lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.9406/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 tanggal 6 November
2019), Kabupaten Semarang memiliki kawasan hutan seluas ± 12.531 ha atau 13%
dari luas wilayah kabupaten dengan rincian luas per fungsi kawasan disajikan pada
Tabel 3.1. berikut.

Tabel 3.1. Kawasan Hutan di Kabupaten Semarang


Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha) Persentase (%)
Hutan Konservasi 1.372 10,95
Hutan Lindung 1.933 15,43
Hutan Produksi Terbatas 2.576 20,56
Hutan Produksi Tetap 6.650 53,07
Luas Kawasan Hutan 12.531 100,00

Kawasan hutan yang menjadi lokasi penelitian adalah Kawasan Hutan Produksi
Terbatas seluas ± 268,96 ha dan Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas ± 360,23 ha
yang terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang,
Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Pringapus merupakan kecamatan terluas dengan
luas wilayah 78,35 km2 atau 8,25% dari luas wilayah Kabupaten Semarang, terbagi ke
dalam 9 desa/kelurahan. Letak lokasi penelitian dalam wilayah Kabupaten Semarang
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

11
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 3.1. Letak lokasi penelitian dalam wilayah Kabupaten Semarang

3.2. Topografi
Berdasarkan informasi dalam Proposal Teknis Rencana Pemanfaatan dan
Penggunaan Bendungan Jragung (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, 2021),
Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 meter dpl hingga 1.450 meter dpl.
Di Kecamatan Pringapus terdapat desa tertinggi (dilihat dari letak kantor desa) adalah
Desa Klepu dengan ketinggian 456 meter dpl. Sementara untuk wilayah dengan
ketinggian terendah adalah Desa Candirejo dengan ketinggian 237 meter dpl yang
memiliki topografi pada seluruh desa adalah berupa dataran rendah. Desa Candirejo
yang memiliki letak ketinggian paling rendah berada di antara Kawasan perbukitan
yang memiliki akses yang cukup sulit untuk dilalui.

12
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

3.3. Iklim
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang bisa dikatakan relatif sejuk. Hal ini
memungkinkan karena jika ditilik berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut,
Kabupaten Semarang berada pada ketinggian 318 meter dpl hingga 1.450 dpl. Rata-
rata curah hujan dan hari hujan mengalami kenaikan dibanding tahun lalu menjadi
2.587 mm dan 127 hari hujan rata-rata selama tahun 2020 (BPS Kabupaten
Semarang, 2021).

3.4. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Kabupaten Semarang terbagi ke dalam 7 (tujuh) Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu DAS Garang, DAS Babon, DAS Serang, DAS Bodri, DAS Tuntang, DAS Jragung,
dan DAS Progo. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 15
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Wilayah Provinsi Jawa
Tengah, DAS di Kabupaten Semarang 5 (lima) diantaranya termasuk klasifikasi DAS
yang dipulihkan daya dukungnya, yaitu DAS yang kondisi lahan serta kualitas,
kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan
ruang wilayah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lokasi Bendungan Jragung
termasuk ke dalam lingkup DAS Jragung, merupakan DAS yang dipertahankan daya
dukungnya. Lokasi DAS di Kabupaten Semarang dan sekitarnya disajikan pada Tabel
3.2. dan Gambar 3.2.

Tabel 3.2. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Semarang


No Daerah Aliran Sungai (DAS) Klasifikasi DAS

1. Garang Dipulihkan daya dukungnya


2. Babon Dipertahankan daya dukungnya
3. Serang Dipulihkan daya dukungnya
4. Bodri Dipulihkan daya dukungnya
5. Tuntang Dipulihkan daya dukungnya
6. Jragung Dipertahankan daya dukungnya
7. Progo Dipulihkan daya dukungnya

13
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 3.2. DAS di Kabupaten Semarang dan sekitarnya

3.5. Penutupan Lahan


Pada umumnya, penutupan lahan suatu wilayah berkaitan dengan kondisi
topografinya. Wilayah pada topografi berbukit sampai pegunungan cenderung memiliki
tutupan hutan yang baik dan masih alami karena minimnya aktivitas manusia. Adapun
pada wilayah dengan topografi datar sampai bergelombang, kondisi penutupan
lahannya merupakan hasil dari aktivitas manusia (buatan) seperti permukiman, jalan,
perkebunan, dan sawah/ladang.
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) setiap
tahunnya melakukan penafsiran penutupan lahan menggunakan Citra Landsat
(resolusi menengah). Pada Tahun 2018, penafsiran penutupan lahan pada kawasan
hutan dilakukan menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT). Berdasarkan hasil
penafsiran sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3. dan Gambar 3.3, lokasi
permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan Bendungan
Jragung didominasi oleh Hutan Tanaman.

14
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Tabel 3.3. Penafsiran penutupan lahan pada kawasan hutan dimohon


Penafsiran CSRT Penafsiran Landsat
Tahun 2018 Tahun 2020
Kelas Penutupan Lahan
Persentase
Luas (ha) Persentase Luas (ha)
(%)
(%)
Hutan Tanaman 580 92,21 616 97,93
Permukiman 3 0,48 - -
Pertanian Lahan Kering - - 13 2,07
Pertanian Lahan Kering
4 0,64 - -
Campur
Sawah 3 0,48 - -
Tubuh Air 39 6,20 - -
Total 629 100,00 629 100,00

Gambar 3.3. Penafsiran penutupan lahan pada kawasan hutan dimohon


(a. Penafsiran CSRT Tahun 2018; b. Penafsiran Landsat Tahun 2020)

3.6. Sosial, Ekonomi dan Budaya


3.6.1. Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Pringapus pada Tahun 2020 sebanyak 56.885
jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk yang cukup tinggi yaitu 726 jiwa/km2. Desa
Candirejo yang merupakan lokasi penelitian memiliki kepadatan penduduk trendah
yaitu 190 jiwa/km2. Secara umum, jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Pringapus
lebih kecil dari penduduk perempuan. Pada Tahun 2020, jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 27.668 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak 29.217 jiwa. Hal ini
juga ditunjukkan oleh angka sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100, yaitu 95.

15
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Berdasarkan komposisi penduduk menurut usia, Kecamatan Pringapus memiliki


rasio ketergantungan sebesar 40,47 persen. Hal ini berarti setiap seratus orang yang
berusia produktif mempunyai tanggungan sebanyak 40-41 orang yang belum produktif
dan yang dianggap tidak produktif lagi. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan
Priangapus pada Tahun 2020 adalah sebanyak 18.840 KK, dengan rata-rata anggota
rumah tangga sebanyak 3 orang. Jumlah penduduk dan jumlah KK tiap desa/kelurahan
di Kecamatan Pringapus disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Jumlah penduduk dan jumlah KK tiap desa/kelurahan di Kecamatan


Pringapus Tahun 2020
No. Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK
1 Derekan 2.275 722
2 Klepu 9.810 2.955
3 Pringapus 8.546 2.531
4 Pringsari 5.132 1.427
5 Jatirunggo 8.190 2.831
6 Wonoyoso 6.487 2.192
7 Wonorejo 8.088 2.740
8 Candirejo 5.006 1.833
9 Penawangan 3.351 1.249
Jumlah 56.885 18.840
Sumber : BPS Kabupaten Semarang (2021)

3.6.2. Mata Pencaharian


Penduduk Kecamatan Pringapus bermata pencaharian sebagai PNS,
TNI/POLRI, pedagang, petani, Karyawan Swasta. Mata pencaharian penduduk Desa
Candirejo, Kecamatan Pringapus sebagai Petani dan Karyawan Swasta. Penduduk
Desa Candirejo banyak mata pencaharian Petani karena lokasinya dekat Kawasan
hutan. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pringapus menurut desa disajikan
pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Pringapus Menurut Desa


Tahun 2019
Karyawan
No Desa/Kelurahan PNS TNI/POLRI Pedagang Petani
Swasta
1 Derekan 16 9 9 43 937
2 Klepu 68 17 35 74 4136
3 Pringapus 55 20 191 60 3317
4 Pringsari 45 17 21 86 1679
5 Jatirunggo 20 4 70 916 3200
6 Wonoyoso 35 14 25 251 2918
7 Wonorejo 36 12 19 397 3591
8 Candirejo 14 9 12 1.156 1.556
9 Penawangan 2 2 2 891 949
Jumlah 291 104 384 3.874 22.283
Sumber: BPS Kabupaten Semarang (2021)

16
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

3.6.3. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana penting dalam mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas, untuk itu diperlukan prasarana pendidikan yang bagus dan
representatif guna mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Tingkat
pendidikan masyarakat Kecamatan Pringapus tahun 2021 terdiri dari tamat SD dan
yang sederajat sebanyak 793 orang, tamat SMP dan yang sederajat 373 orang dan
tingkat SMA dan yang sederajat 758 orang. Sedangkan di Desa Candirejo tingkat
pendidikan masyarakatnya sebanyak 711 orang tidak tamat SD. Fasilitas pendidikan di
Kecamatan Pringapus tersedia pada seluruh jenjang pendidikan antara lain dimulai
dengan TK sebanyak 44 unit serta SD dan yang sederajat sebanyak 29 unit. Pada
jenjang menengah, fasilitas yang tersedia adalah SMP dan yang sederajat sejumlah 6
unit, dan SMK sebanyak 1 unit. Sedangkan di Desa Candirejo tersedia fasilitas
pendidikan TK sebanyak 4 unit, SD dan yang sederajat sejumlah 4 unit. Rata-rata rasio
guru dan murid pada tingkat SD di Desa Candirejo sebesar 1:21. Artinya, beban guru
tergolong berat dimana 1 orang guru menangani 21 orang murid (Kecamatan
Pringapus dalam Angka, 2020).

Gambar 3.4. Fasilitas pendidikan di Desa Candirejo

17
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

3.6.4. Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kecamatan Pringapus terdiri dari
Puskesmas sebanyak 1 unit, Pustu sebanyak 4 unit, Poliklinik sebanyak 4 unit, Praktek
Dokter sebanyak 5 unit, Praktik Bidan sebanyak 10 unit, Poskesdes sebanyak 6 unit,
Polindes sebanyak 1 unit dan Posyandu sebanyak 61 unit (Kecamatan Pringapus
Dalam angka 2020). Sedangkan sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki Desa
Candirejo terdiri dari Puskesmas Pembantu sebanyak 1 unit, Praktek Dokter sebanyak
1 unit, Praktik Bidan sebanyak 2 unit, Polindes sebanyak 1 unit, Posyandu sebanyak
7 unit.

Gambar 3.5. Puskesmas Pembantu di Desa Candirejo

3.6.5. Kelembagaan
Kelembagaan di masyarakat yang ada di Desa Candirejo meliputi 8 RW, 32 RT,
KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa), PKK, Karang Taruna, Bumdes, BPD,
LKMD/LPM dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Tani Mulyo yang merupakan
gabungan dari beberapa kelompok tani.
LMDH difasilitasi pembentukannya oleh Perum Perhutani sebagai bentuk
pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Sebagai angota LMDH masyarakat
diberi hak garapan sesuai kesepakatan dalam LMDH dan berperan sebagai
pesanggem/penggarap Hutan Pangkuan Desa (HPD) sesuai perjajian kerjasama
antara LMDH dan Perum Perhutani. Dengan pelibatan masyarakat Perum Perhutani
diuntungkan karena dibantu mengelola lahan hutan dan menjaga tanaman produktif
Perum Perhutani.

18
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aspek Biofisik


4.1.1. Letak, Luas dan Fungsi Hutan
Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) untuk Pembangunan Bendungan Jragung di
Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah seluas ± 629,19
ha secara geografis berada pada koordinat 110° 30’ 3,12” BT - 110° 33’ 4,86” dan 7° 8’
12,99” LS - 7° 11’ 54,8” LS. Areal dimohon seluas ± 629,19 ha rencana akan
digunakan untuk area genangan dan greenbelt seluas ± 512,92 ha, borrow area seluas
± 20,21 ha, spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap seluas ± 87,10 ha,
serta jalan akses seluas ± 8,96 ha (terletak di Desa Penawangan seluas ± 0,44 ha
serta di Desa Candirejo dan Desa Jatirunggo seluas ± 8,52 ha). Areal dimohon, yang
selanjutnya disebut lokasi penelitian merupakan bagian dari Kawasan Hutan
Semarang yang berdasarkan Peta RPKH Perum Perhutani KPH Semarang jangka
Perusahaan 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2026, Kawasan Hutan
Semarang berada di Bagian Hutan Semarang Barat yang termasuk dalam wilayah
kerja RPH Candirejo, Penawangan, Borangan, Watugajah BKPH Jembolo Selatan dan
RPH Prigi, Kalikurma BKPH Tempuran, KPH Semarang. Batas-batas lokasi penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Areal Penggunaan Lain (APL) dan Wilayah RPH Penawangan;
 Sebelah Timur : APL dan Wilayah RPH Candi;
 Sebelah Selatan : Wilayah RPH Watu Gajah;
 Sebelah Barat : Wilayah RPH Borangan.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa
Tengah (lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004
tanggal 1 Oktober 2004 dan Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan sampai
dengan Tahun 2018 (lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor SK.9406/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 tanggal 6 November 2019),
lokasi penelitian berada pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas ± 268,96 ha
dan Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas ± 360,23 ha. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011 sampai dengan 2031, lokasi penelitian
termasuk dalam pola ruang kawasan budidaya. Lokasi penelitian berdasarkan fungsi
kawasan hutannya disajikan pada Gambar 4.1. dan Tabel 4.1.

19
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.1. Lokasi penelitian berdasarkan fungsi kawasan hutan dan rencana
kegiatan

Tabel 4.1. Lokasi penelitian berdasarkan fungsi kawasan hutan dan rencana kegiatan
Kawasan Hutan
Rencana Kegiatan Luas (ha)
HPT HP
Area Genangan dan Greenbelt 180,80 332,12 512,92
Borrow Area 20,21 20,21
Jalan Akses 1,06 7,90 8,96
Spoil Area, Tapak Bendungan,
87,10 - 87,10
dan Bangunan Pelengkap
Total Luas (ha) 268,96 360,23 629,19

20
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Proses pengukuhan kawasan hutan pada lokasi penelitian sebagai berikut:


a. Kawasan Hutan Semarang telah dilakukan penataan batas sesuai dengan Proses
Verbal van Grensregelling Houtvesterij Semarang, tanggal 24 Juni 1931.
b. Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa Tengah
lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tanggal
1 Oktober 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 435/KPTS-II/1999 Tanggal 15 Juni 1999 Tentang Penunjukan Kawasan
Hutan di Wilayah Provinsi Jawa Tengah, lokasi yang dimohon merupakan kawasan
hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap
(HP).
c. Berdasarkan Peta Penetapan Kawasan Hutan pada Bagian Hutan Semarang Barat
lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.5135/Menhut-VII/KUH/2014
tanggal 16 Juni 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada Bagian Hutan
Semarang Barat seluas 13.962,30 ha di Kabupaten Semarang, Kota Semarang,
Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah, lokasi yang
dimohon merupakan kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT)
dan Hutan Produksi Tetap (HP).
d. Berdasarkan Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa
Tengah sampai dengan Tahun 2018 lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor SK.9406/MEN LHK-PKTL/PLA.2/11/2019 tanggal
6 November 2019 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan
Provinsi Jawa Tengah sampai dengan Tahun 2018, lokasi yang dimohon
merupakan kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan
Hutan Produksi Tetap (HP).
Terdapat perubahan luasan akibat validasi batas kawasan hutan berdasarkan
dokumen BATB dan tanda batas (pal) yang ditemukan di lapangan yaitu:
a. Pada lokasi Bendungan dan Sapras seluas ± 600,54 ha, setelah dilakukan validasi
batas kawasan hutannya diketahui bahwa arael seluas ± 0,02 ha berada pada Areal
Penggunaan Lain (APL), namun terdapat kawasan hutan yang belum masuk
permohonan seluas ± 1,81 ha.
b. Pada lokasi Borrow Area seluas ± 20,21 ha, setelah dilakukan validasi batas
kawasan hutannya diketahui bahwa areal seluas ± 0,77 ha berada pada Areal
Penggunaan Lain (APL).
Hasil pencermatan kawasan hutan disajikan pada Gambar 4.2. Adapun batas-
batas yang pasti mengacu pada hasil kegiatan penataan batas kawasan hutan pada
areal yang nantinya akan dilepaskan untuk pembangunan Bendungan Jragung.

21
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.2. Hasil pencermatan kawasan hutan berdasarkan dokumen BATB dan
tanda batas (pal) yang ditemukan

4.1.2. Geomorfologi
Secara morfologi, areal rencana pembangunan Bendungan Jragung merupakan
kaki gunung api dan perbukitan struktural lipatan, dengan jenis batuan beku dan
gamping. Topografi lokasi penelitian berbukit hingga bergelombang dengan ketinggian
antara 60 m dpl s/d 120 m dpl. Sungai besar yang melintas di lokasi penelitian yaitu
sungai Jragung, sungai Lutung dan sungai Trimo (daerah tangkapan air dan wilayah
basin/pengendapan). Jenis tanah pada lokasi penelitian dominan latosol merah kuning
dan coklat tua serta mediteran coklat tua dengan tekstur berpasir dan lempungan.
Berdasarkan hasil perhitungan data spasial diketahui luas jenis tanah latosol merah
kuning dan coklat tua adalah ± 467,09 ha sedangkan jenis tanah mediteran coklat tua
seluas ± 162,10 ha.

22
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.3. Kondisi geomorfologi lokasi penelitian

4.1.3. Hidrologi dan Pengelolaan DAS


Mengacu pada Peta Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) (Lampiran
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.304/MENLHK/
PDASHL/DAS.0/7/2018 tanggal 5 Juli 2018), lokasi penelitian berada pada DAS
Jragung. Luas wilayah DAS Jragung yang menjadi sumber aliran sungai Bendungan
Jragung adalah 18.036,64 ha dengan panjang keliling DAS 135,22 km dan panjang
sungai Jragung 72,44 km.

23
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Rencana Pembangunan
Bendungan Jragung

Gambar 4.4. Lokasi penelitian berdasarkan letak DAS

Berdasarkan data curah hujan Tahun 2014 s/d 2020 yang diperoleh dari data
Kecamatan Pringapus dalam Angka Tahun 2021, curah hujan rerata tahunan
di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang adalah 1.742 mm/tahun (tinggi)
dengan rerata hari hujan tahunan sebanyak 100 hari.

Tabel 4.2. Curah hujan dan hari hujan periode Tahun 2014 s/d 2020
No Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hari)
1 2014 1.982 107
2 2015 1.855 82
3 2016 3.486 132
4 2017 2.290 115
5 2018 903 82
6 2019 824 82
7 2020 854 99
Rerata 1.742 100
Dari data pencatatan debit harian Sungai Jragung di Bendung Jragung, debit
maksimum yang pernah terjadi sebesar 201,47 m3/det pada tanggal 12 Januari 2009.
Dengan mempertimbangkan debit maksimum dari pencatatan tersebut, maka debit
banjir rancangan untuk kala ulang 100 tahun menggunakan Metode Hidrograf Snyder
sebesar 325,99 m3/det. Dari hasil analisa laju sedimentasi pada Feasibility dan Pra
Desain Bendungan Jragung Tahun 2014, maka laju sedimentasi potensial yang masuk
ke Waduk Jragung sebesar 1,5 Juta/tahun. Laju sedimentasi yang masuk ke waduk
selama usia guna waduk yang diharapkan yaitu 50 tahun sebesar 17,45 juta m3.

24
JUL 28.90 37.37 7.54 7.79 7.56 3.79 6.05 4.28 2.99 4.79 3.13 8.64 5.95 4.06 3.73 7.81
AGUST 8.24 28.42 6.32 3.80 3.52 0.98 3.80 3.27 2.23 2.41 3.40 9.12 5.39 5.25 2.40 5.60
SEP 1.87 16.90 4.59 1.46 1.23 0.60 3.15 2.12 2.42 0.04 2.03 3.20 7.06 5.68 1.35 4.58
OKT 9.77 3.71 3.54 4.15 0.46 0.16 2.36 0.89 0.52 0.17 0.00 8.35 6.47 2.11 0.61 5.16
NOP 24.80 5.25 2.84 7.02 0.51 0.18 0.65 2.09 0.00 0.59 0.18 6.93 3.45 0.97 0.39 4.25
DES 29.05
Tim
5.25
Terpadu
1.89
Pelepasan
4.17 0.04
Kawasan
0.18 0.68
Hutan
2.21
untuk
0.00
Pembangunan
0.64 0.18 0.92
Bandungan
3.09 1.09
Jragung,
0.39 5.01
2021
Rerata 24.85 36.82 4.01 6.67 3.94 2.98 4.25 3.42 2.79 1.97 3.70 6.42 5.06 3.26 5.44 5.36

Grafik Debit Bendung Jragung


(1998-2013)
40.0

35.0

30.0
Debit (m3/dt)

25.0

20.0

15.0

10.0

5.0

-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Gambar 4.5. Grafik debit Bendung Jragung selama 16 tahun (1998 – 2013)

Berdasarkan data Debit Bendung Jragung selama 16 tahun (1998 – 2013)


diketahui debit tertinggi terjadi pada tahun 1999 dengan rerata debit 36,82 m3/det dan
debit terendah tahun 2007 dengan rerata debit 1,97 m3/det.

4.1.4. Penutupan Lahan


Berdasarkan hasil penafsiran CSRT SPOT oleh Direktorat IPSDH Tahun 2018
(Sub Bab 3.5), penutupan lahan pada lokasi penelitian didominasi hutan tanaman
seluas ± 581,03 ha (92,35%), namun berdasarkan hasil penafsiran citra satelit
PlanetScope Resolusi 3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021, penutupan lahan
berupa hutan tanaman seluas 146,79 ha (23,33%). Penutupan lahan didominasi oleh
pertanian lahan kering seluas 381,58 ha (60,65%). Adapun rincian penutupan lahan
pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rincian penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope resolusi
3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021 berdasarkan fungsi kawasan
hutan
Kawasan Hutan Total
No Penutupan Lahan Persentase
HPT HP Luas (ha)
(%)
1 Hutan Tanaman 30,34 116,45 146,79 23,33
2 Pemukiman 2,45 - 2,45 0,39
3 Pertanian Lahan Kering 171,49 210,10 381,58 60,65
4 Tanah Terbuka (Jalan Alur) 0,07 7,90 7,97 1,27
5 Tanah Terbuka (Kegiatan) 53,87 0,51 54,38 8,64
6 Tubuh Air 10,74 25,27 36,00 5,72
Total 268,96 360,23 629,19 100,00

25
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Hasil penafsiran citra satelit PlanetScope Resolusi 3 meter tersebut sesuai


dengan hasil pengamatan lapangan dimana areal permohonan didominasi oleh
tutupan lahan non tegakan hutan (pertanian lahan kering). Lokasi pemukiman (Dusun
Kedungglatik) seluruhnya seluas ± 2,45 ha berada pada fungsi kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT). Lokasi pemukiman tersebut tidak berada pada areal enclave
(wilayah APL) sebagaimana tergambar dalam Peta Perkembangan Pengukuhan
Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengah sampai dengan Tahun 2018 (lampiran
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.9406/MENLHK-
PKTL/PLA.2/11/2019 tanggal 6 November 2019). Berdasarkan informasi masyarakat,
pemukiman tidak dapat dibangun pada areal enclave dikarenakan areal tersebut
merupakan wilayah banjir sehingga mereka menempati areal kawasan hutan. Lokasi
pemukiman (Dusun Kedungglatik) merupakan areal obyek permukiman yang akan
direlokasi.

Gambar 4.6. Citra satelit PlanetScope resolusi 3 meter liputan tanggal


13 Oktober 2021

26
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.7. Penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope


Resolusi 3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021

Gambar 4.8. Kondisi penutupan lahan pada lokasi penelitian

27
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Hasil kunjungan lapangan juga mengkonfirmasi adanya tutupan lahan berupa


tanah terbuka karena adanya kegiatan penyiapan/penataan lahan yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana pembangunan bendungan. Tanah terbuka tersebut teridentifikasi
berada pada rencana pembangunan spoil area, tapak bendungan, dan bangunan
pelengkap seluas ± 29,58 ha dan area genangan dan greenbelt seluas ± 24,8 ha
(Tabel 4.4.). Rencana jalan akses berada pada alur jalan Perhutani dengan lebar jalan
sekitar 6 - 8 meter. Kondisi penutupan lahan berdasarkan hasil peninjauan lapangan
berupa tanah terbuka.

Tabel 4.4. Rincian penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit PlanetScope resolusi
3 meter liputan tanggal 13 Oktober 2021 berdasarkan rencana kegiatan
bendungan
Rencana Kegiatan Total
Spoil Area,
Area
No Penutupan Lahan Tapak
Genangan Borrow Jalan Persentase
dan Area Akses
Bendungan, Luas (ha)
dan Bangunan (%)
Greenbelt
Pelengkap
1 Hutan Tanaman 137,16 7,32 0,55 1,77 146,79 23,3

2 Pemukiman 2,45 - - - 2,45 0,39


Pertanian Lahan
3 314,24 12,89 0,44 54,02 381,58 60,7
Kering
Tanah Terbuka
4 - - 7,97 - 7,97 1,27
(Jalan Alur)
Tanah Terbuka
5 24,8 - - 29,58 54,38 8,64
(Kegiatan)
6 Tubuh Air 34,27 - - 1,73 36,00 5,72

Total 512,92 20,21 8,96 87,1 629,19 100,00

4.1.5. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan


Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) untuk Pembangunan Bendungan Jragung di
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah seluas ± 629,19 ha berada di RPH
Candirejo, Penawangan, Borangan, dan Watugajah, BKPH Jembolo Selatan, Bagian
Hutan Semarang Barat, KPH Semarang, dengan rincian disajikan pada Tabel 4.5.,
Tabel 4.6. dan Tabel 4.7.

28
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Tabel 4.5. Rincian petak Perhutani pada area genangan dan greenbelt
Luas Luas
Kelas Jenis Tahun
No RPH Petak Baku Dimohon
Hutan Tanaman Tanam
(Ha) (± Ha)
1. Borangan 68a 12,8 4,72 TK
2. Borangan 68b 19,3 1,23 TBK JPP KBK 2006
3. Borangan 68c 25,3 1,67 TBK JATI 2005
4. Borangan 68d 3,7 0,59 KU I JPP SP 2018
5. Borangan 68e 4,5 8,60 KPS
6. Borangan 69a 12,3 6,52 KU I JPP SP 2018
7. Borangan 69b 24,4 32,14 KU I JPP SP 2016
8. Borangan 69c-1 20,5 5,21 TK
9. Borangan 69c-2 5 1,98 KU III JPP KBK 2009
10 Borangan 69d 4,8 4,43 KU IV JPP KBK 2004
11. Borangan 69e 15 27,09 KPS
12. Borangan 79a 9,7 13,25 KPS
13. Borangan 79b 0,2 0,15 LDTI
15. Borangan 79c 2,3 2,29 KU I JPP SP 2017
15. Borangan 79d 5,2 5,19 KU II JPP SP 2015
16. Borangan 79f 5,3 1,30 TBK JPP SP 2015
17. Borangan 79h 15,8 14,51 KUII JPP SP 2014
18. Borangan 79i 6 6,00 KU I JPP SP 2016
19. Candi 40c 16,7 0,45 TBK JATI 1997
20. Candi 40e 4,2 1,09 KPS
21. Candi 42a 18,8 4,45 TBK JATI 1998
22. Candi 42b 27,2 14,73 TBK JATI 1998
23. Candi 42c 8,4 7,38 KPS
24. Candi 43b 28,9 0,01 TKL Sengon 2017
25. Candi 43c 7,8 1,48 TBK JATI 1998
26. Candi 43d 18,7 0,27 TBK JATI 2004
27. Candi 43e 3,3 3,12 KPS
28. Candi 44b 47,5 0,26 KU II JPP SP 2014
29. Candi 44c 8,5 0,17 KPS
30. Candi 46f 9,2 0,04 KPS
31. Candi 47a 1,5 1,38 KPS
32. Candi 47b 19,3 3,82 KU II JPP SP 2013
33. Candi 47c 11,3 0,66 TBK JATI 1997
34. Candi 47d-1 25,83 0,33 KU III JPP SP 2010
35. Candi 48a-1 3,9 0,14 KPS
36. Candi 48a-2 0,1 0,10 LDTI
37. Candi 48a-3 1,3 1,31 KPS
38. Candi 48b-1 10,8 9,77 TK JATI 1999
39. Candi 48b-2 4,8 4,36 TK JATI 1998
40. Candi 48c-1 9 9,03 TBK JATI 1998
41. Candi 48c-2 1,9 1,07 LDTI
42. Candi 48c-3 10,5 4,25 TBK JATI 1998
43. Candi 48d-1 9,85 5,05 KU II JPP SP 2011
44. Candi 48d-2 1,05 0,04 LDTI
45. Candi 48e 16,5 3,55 KU IV JATI 2002
46. Candi 49a 3,3 2,89 KPS
47. Candi 49b 10,6 10,23 KU I JPP 2019
48. Candi 49c-1 33,4 14,07 TBK JATI 1998
49. Candi 49c-2 2,5 2,58 LTJL
50. Candi 49g 13,3 1,38 KU IV JPP 2005
51. Candi 50a 26,1 24,12 KU II JPP 2015
52. Candi 50b 9,5 8,86 KPS
53. Candi 50c 36,7 13,26 TBK JATI 1998

29
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Luas Luas
Kelas Jenis Tahun
No RPH Petak Baku Dimohon
Hutan Tanaman Tanam
(Ha) (± Ha)
54. Candi 50d 16,7 15,97 TBK JATI 2010
55. Candi 50e 2,4 2,64 KU I JPP SP 2019
56. Candi 51a 29,5 6,13 TBK JATI 1998
57. Candi 51b 7,1 7,08 KPS
58. Candi 51c 14,3 1,82 TBK JPP KBK 2005
59. Candi 51d 8,2 2,11 KU I JPP SP 2019
60. Candi 52a 10,9 1,00 TBK JPP SP 2010
61. Candi 52c-1 19,2 5,31 TKL Sengon 2016
62. Candi 52d 6 4,12 KPS
63. Candi 52e 5 4,23 TBK JPP KBK 2006
65. Penawangan 39b 20,5 2,79 TBK JPP SP 2011
66. Penawangan 39c 3,4 1,35 KPS
67. Penawangan 41a 66,1 12,31 HAS
68. Penawangan 41b 5,1 5,47 KPS
69. Penawangan 41c 5,3 5,22 KU II JPP SP 2012
70. Penawangan 80a-1 39 27,93 KPS
71. Penawangan 80a-2 5,01 4,36 LDTI
72. Penawangan 80a-3 17,99 20,91 HAS
73. Penawangan 80b-1 4,2 4,70 KPS
74. Penawangan 80b-2 0,33 0,24 LDTI
75. Penawangan 80b-3 17,87 13,71 KPS
76. Penawangan 81a-1 66,1 38,59 HAS
77. Penawangan 81a-2 1,6 1,29 LDTI
78. Penawangan 81a-3 3,6 3,18 HAS
79. Penawangan 81b 0,9 0,61 KPS
80. Penawangan 82a-1 17,29 0,04 TK
81. Watugajah 65a 2,4 5,20 KPS
82. Watugajah 65b 52,2 0,41 TBK JPP SP 2012
83. Watugajah 66a 3,7 8,19 KPS
84. Watugajah 66b 46,2 7,61 TBK JPP SP 2012
Jumlah 512,92

Tabel 4.6. Rincian petak Perhutani pada spoil area, tapak bendungan dan bangunan
pelengkap
Luas Luas
Kelas Jenis Tahun
No RPH Petak Baku Dimohon
Hutan Tanaman Tanam
(Ha) (± Ha)
1. Borangan 77a 2 1,65 KPS
2. Borangan 78a 8,1 1,77 TBK JATI 2000
3. Borangan 78b 8,5 0,18 TBK JATI KBK 2006
4. Borangan 78c 1,4 0,16 KPS
5. Borangan 78e 16,4 0,71 TBK JATI TBK
6. Borangan 79a 9,7 3,75 KPS
7. Borangan 79e 4,8 2,87 TBK JATI 2003
8. Borangan 79f 5,3 3,09 TBK JPP SP 2015
9. Borangan 79h 15,8 1,32 KU II JPP SP 2014
10. Penawangan 81a-1 66,1 2,50 HAS
11 Penawangan 81a-2 1,6 0,31 LDTI
12. Penawangan 81a-3 3,6 0,48 HAS
13. Penawangan 81b 0,9 0,40 KPS
14. Penawangan 82a-1 17,29 17,31 TK
15. Penawangan 82a-2 0,91 0,94 LDTI
16. Penawangan 82a-3 3,5 3,52 TK

30
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Luas Luas
Kelas Jenis Tahun
No RPH Petak Baku Dimohon
Hutan Tanaman Tanam
(Ha) (± Ha)
17. Penawangan 82b-1 8,77 8,69 KU II JPP SP 2013
18. Penawangan 82b-2 1,43 1,52 LDTI
19. Penawangan 82b-3 8,6 12,75 KU II JPP SP 2013
20. Penawangan 82c-1 1,57 1,52 KPS
21. Penawangan 82c-2 0,83 0,95 LDTI
22. Penawangan 82d 14,8 9,30 TBK JPP SP 2013
23. Penawangan 82e 3,5 2,86 KPS
24. Penawangan 83b 4,1 0,92 KPS
25. Penawangan 83c 17,3 1,05 TBK JPP SP 2011
26. Penawangan 83d-1 8,8 6,17 KU II JPP SP 2011
Jumlah 86,70

Tabel 4.7. Rincian petak Perhutani pada borrow area


Luas Luas
Kelas Jenis Tahun
No RPH Petak Baku Dimohon
Hutan Tanaman Tanam
(Ha) (± Ha)
1. Candi 46a-1 26,77 7,31 TKL Sengon 2017
2. Candi 47b 19,3 6,07 KU II JPP SP 2013
3. Candi 47d-1 25,83 6,01 KU III JPP SP 2010
4. Candi 47d-2 0,67 0,26 LDTI
5. Candi 47d-3 6,7 0,56 KU III JPP SP 2010
Jumlah 20,21

Lokasi yang digunakan untuk jalan akses seluas ± 8,96 ha berada pada :
 Desa Penawangan seluas ± 0,44 ha berada pada Petak 83d-1, 83d-2 dan 84 RPH
Penawangan, BKPH Jembolo Selatan, BH Semarang Barat.
 Desa Candirejo dan Desa Jatirunggo Seluas ± 8,52 Ha berada pada sebagaian
Alur HE, HL, HM, HP, dan HU dan Petak 57b, 57d-2, 57e, 57f-1, 57f-2, 58a, 58b,
59a-1, 60a, 60b, 60f, 63a, 63b, 63c, 63d, 64b, 65b, 66b, 67a-1, 67b, 68B, 68c,
69c-1, 70a, 79f, 79g RPH Borangan, Watugajah, Alur CAB, B, petak 68, 69a-2,
49b, 49d RPH Prigi, Kalikurmo, BKPH Tempuran, BH Semarang Timur.

Berdasarkan hasil analisis dengan Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(Revisi VI) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.4028/MenLHK-PKTL/REN/PLA.0/5/2021 tanggal 25 Mei 2021, lokasi penelitian
berada pada areal indikatif PIAPS dengan kriteria pencadangan seluas ± 53,04 ha.
Tutupan lahan pada areal indikatif PIAPS tersebut didominasi oleh pertanian lahan
kering seluas ± 39,46 ha. Pada areal indikatif PIAPS tersebut juga terdapat kegiatan
penyiapan/penataan lahan untuk bendungan seluas ± 8,13 ha.

31
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.9. Indikatif PIAPS Revisi VI pada lokasi penelitian

Areal rencana pembangunan Bendungan Jragung berada pada lokasi


Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) SUTET 500 kV Tanjung Jati – Tx
(Ungaran-Pedan) an. PT. PLN (Persero) seluas ± 1,46 ha (Gambar 4.10) sesuai
Keputusan Menteri LHK Nomor SK.416/MENLHK/SETJEN/PLA.9/7/2021. Areal PPKH
PT. PLN (Persero) tersebut merupakan revisi atas Keputusan Menteri LHK Nomor
SK.74/1/IPPKH/PMDN/2017 jo. SK.1032/Menlhk/Setjen/PLA.0/12/2019 yang awalnya
berada pada areal genangan Bendungan Jragung. Dari hasil kunjungan lapangan
ditemukan Tower SUTET yang telah terbangun pada areal PPKH awal (Gambar 4.11.).
Tower SUTET tersebut direncanakan akan dipindah/direlokasi sesuai areal PPKH yang
telah direvisi.

32
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.10. Lokasi PPKH PT. PLN (Persero) pada lokasi penelitian

Gambar 4.11. Tower SUTET PT. PLN (Persero) rencana areal genangan
Bendungan Jragung

33
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.1.6. Flora
Lokasi penelitian meliputi areal untuk genangan dan greenbelt; spoil area, tapak
bendungan, dan bangunan pelengkap; borrow area; dan jalan akses. Berdasarkan
data inventarisasi dari Perum Perhutani pada areal yang dimohon dan pengamatan
langsung di lapangan, secara umum penutupan lahan pada lokasi penelitian
didominasi oleh hutan tanaman dan pertanian lahan kering. Hutan tanaman didominasi
oleh tegakan jati yang ditanam dengan pola agroforestry dengan tanaman jagung.
Sementara itu tegakan jati terdiri atas jati konvensional dan jati plus perhutani (JPP),
dengan umur pohon bervariasi dari pohon muda sampai dengan siap panen (Gambar
4.12). Pertumbuhan jati terlihat juga bervariasi, beberapa tegakan tumbuh kurang baik
dan beberapa tegakan pertumbuhannya baik. Selain jati, beberapa jenis tanaman lain
juga ditemukan di areal kajian walaupun hanya sedikit di sela-sela tegakan jati. Pada
areal genangan dan greenbelt, jenis alami yang ditemukan yaitu jenis sengon
(Falcataria moluccana), mahoni (Swietenia macrophylla), dan sonokeling (Dalbergia
latifolia). Begitu pula pada areal borrow area dan pada areal jalan akses, juga
ditemukan sengon dan glereside (Gliricidia sp.).
Secara umum, semua jenis pohon yang ditemukan merupakan jenis pohon
budidaya, sehingga bukan termasuk spesies yang dilindungi. Jenis-jenis pohon
tersebut tidak terdapat dalam daftar yang disebutkan dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi.
Mengingat bahwa areal yang dialokasikan untuk greenbelt didominasi oleh
tegakan monokultur jati (Gambar 4.13), maka agar dapat berfungsi maksimal, kedepan
perlu dilakukan pengkayaan jenis. Pengkayaan dapat dilakukan dengan berbagai jenis
tanaman MPTS (Multi Purposes Tree Species), seperti sukun, mangga, durian,
alpukat, jambu-jambuan, petai, dan jengkol; dan jenis tanaman yang dapat menahan
erosi seperti bambu dan akar wangi.

34
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Tabel 4.8. Jenis pohon yang ditemukan pada lokasi penelitian

No Lokasi kajian Jenis Tanaman Kelas Hutan Jati

1 Genangan dan jati (Tectona grandis), sengon KU I, KU II, KU III,


Greenbelt (Falcataria moluccana), mahoni KU IV, LTJL, TBK,
(Switenia macrophylla), TK
sonokeling (Dalbergia latifolia)
2 Spoil Area, Tapak jati (Tectona grandis) KU II, KPS, LDTI,
Bendungan, dan TBK, TK
Bangunan
Pelengkap
3 Borrow Area jati (Tectona grandis), sengon KU II, KU III, TKL,
(Falcataria moluccana) LDTI
4 Jalan akses jati (Tectona grandis), glereside Kanan kiri jalan
(Gliricidia sp.)
Ket: KU=kelas umur, LTJL=lapangan tebang habis jangka lampau, TBK=tanaman bertumbuh
kurang, TK=tanah kosong, TKL=tanaman kayu lain, TJKL=tanaman jenis kayu lain

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.12. Kondisi vegetasi pada lokasi penelitian. (a) tegakan jati, (b) pertanian
lahan kering, (c) tegakan jati muda pola agroforestry dengan jagung,
(d) tegakan jati dewasa.

35
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.13. Kondisi vegetasi pada areal rencana greenbelt yang didominasi
tegakan jati

4.1.7. Fauna
Berdasarkan data primer dan sekunder yang dikumpulkan tercatat bahwa jenis-
jenis satwa yang terdapat di lokasi penelitian meliputi kelompok burung, mamalia dan
reptilia. Kelompok burung terdiri atas burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung
tekukur (Spilopelia chinensis), burung perkutut (Geopelia striata), burung bondol jawa
(Lonchura leucogastroides), dan ayam hutan (Gallus sp.). Untuk kelompok mamalia
yaitu babi hutan (Sus crofa), tupai (Tupaia javanica), bajing kelapa (Callosciurus
notatus), dan kelelawar (Cynopterus spp.); sementara kelompok reptilia meliputi kadal
(Mabouya multifasciata), biawak air (Varanus salvator), dan ular sanca kembang
(Malayopython reticulatus). Berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri LHK Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan
dan Satwa yang Dilindungi, jenis-jenis satwa pada lokasi penelitian tidak termasuk
dalam daftar spesies yang dilindungi.

4.1.8. Daya Dukung dan Daya Tampung


Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain, serta keseimbangan antar
keduanya. Di lain pihak daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk
atau dimasukkan ke dalamnya.

36
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Berdasarkan analisis dalam dokumen KLHS Revisi RTRW Kabupaten Semarang


Tahun 2011-2031, bahwa status daya dukung berbasis jasa ekosistem penyediaan air
bersih di Kabupaten Semarang, khususnya di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus,
berada pada kelas tinggi dan belum terlampaui (ketersediaan air masih cukup). Hal ini
karena perubahan penggunaan lahan kawasan hutan dimohon, berubah dari tutupan
vegetasi yang didominasi pertanian lahan kering menjadi genangan sehingga akan
menambah ketersediaan air. Namun demikian adanya perubahan tutupan lahan dari
pertanian lahan kering menjadi badan air, secara langsung maupun tidak langsung
akan menyebabkan penurunan fungsi ekologis. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya
penghijauan dan/atau rehabilitasi lahan sekitar genangan dan bagian hulu Bendungan
Jragung. Hal tersebut penting dilakukan dalam rangka mengoptimalkan fungsi
kawasan untuk keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup, keberlanjutan
produktivitas lingkungan hidup, keselamatan, mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat.

4.1.9. Kajian Teknis


Lokasi penelitian seluas ± 629,19 ha yang dimohon pelepasan untuk
pembangunan Bendungan Jragung yang merupakan Proyek Strategis Nasional berada
pada kawasan HPT dan HP. Pelepasan kawasan HPT dan HP dapat dilakukan untuk
keperluan proyek pembangunan nasional yang bersifat strategis dengan
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, sebagian
atau seluruh areal yang dimohon memungkinkan untuk diproses pelepasannya. Hasil
penelitian terpadu pada lokasi penelitian diperoleh informasi-informasi yang secara
teknis dapat menjadi faktor pengurang luas areal yang dapat diproses pelepasannya.
Areal seluas ± 0,44 ha yang berupa jalan akses di Desa Penawangan tidak
dapat diproses persetujuan pelepasan kawasan hutan karena tidak akan digunakan
sebagai jalan akses bendungan dan tidak termasuk dalam pertimbangan Gubernur
Nomor 522/0013170 tanggal 30 September 2021. Pada lokasi penelitian terdapat
tumpang tindih dengan PPKH PT PLN seluas ± 1,46 ha sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.416/MENLHK/SETJEN/PLA.9/7/2021
tanggal 26 Juli 2021. Terhadap areal tersebut tidak dapat diproses pelepasannya
karena masih dibebani persetujuan penggunaan kawasan hutan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tidak mendapat pertimbangan Gubernur.
Keberadaan PPKH PT PLN memotong sebagian areal yang dimohon pada bagian
utara seluas ± 6,52 ha, yang tersebar pada 3 (tiga) poligon. Untuk menghindari
terjadinya fragmentasi kawasan hutan, maka areal pada 3 (tiga) poligon tersebut tidak
direkomendasikan untuk dilepas. Dengan demikian, sebagian areal yang dimohon

37
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

seluas ± 8,42 ha secara teknis tidak memenuhi kriteria untuk pelepasan kawasan
hutan yang secara rinci disajikan pada Tabel 4.9. dan Gambar 4.14.

Tabel 4.9. Areal yang secara teknis tidak memenuhi kriteria pelepasan kawasan hutan
Lokasi Luas (ha) Keterangan

Jalan Akses di Desa 0,44 Tidak mendapat pertimbangan gubernur


Penawangan karena berdasarkan informasi dari
pemohon, jalan tersebut tidak akan
digunakan.
Tumpang Tindih dengan IPPKH 1,46 Tidak mendapat pertimbangan gubernur
PLN karena masih dibebani persetujuan
penggunaan kawasan hutan dari Menteri
LHK.
Sebelah utara IPPKH PLN 6,52 Areal permohonan yang terfragmentasi
akibat adanya IPPKH PLN
Luas Pengurang 8,42

Gambar 4.14. Hasil kajian teknis

38
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya


4.2.1. Karakteristik Responden
Lokasi penelitian berada di Desa Candirejo pada tiga dusun yaitu Dusun
Kedungglatik, Dusun Sapen, dan Dusun Borangan. Desa Candirejo berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah. Berdasarkan data RPJM Desa Candirejo Tahun 2021-2026, pada Tahun 2019
jumlah penduduk Dusun Kedungglatik sebanyak 290 jiwa, Dusun Sapen sebanyak 656
jiwa dan Dusun Borangan sebanyak 494 jiwa dan secara keseluruhan penduduk Desa
Candirejo sejumlah 3.358 jiwa. Dari populasi tersebut, telah dilakukan wawancara
dengan informan kunci dan masyarakat secara sampling dengan total 64 responden.
Jumlah tersebut terdiri atas 31 responden di Dusun Kedunglatik, 21 responden di
Dusun Sapen, 12 responden di Dusun Borangan.
Responden di semua dusun didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 51 (79,7%),
dan selebihnya sebanyak 13 (20,3%) adalah responden perempuan. Walaupun
perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan kurang seimbang, namun
sudah dianggap cukup merepresentasikan keterwakilan gender. Selain itu baik
responden laki-laki maupun perempuan sama-sama mewakili rumah tangganya,
sehingga tidak ada perbedaan persepsi gender diantara keduanya. Representasi umur
responden terbanyak di ketiga dusun didominasi oleh kelompok umur ≥ 50 tahun
(64,1%), kemudian disusul oleh kelompok umur 40-49 tahun (20,3%), 30-39 tahun
(10,9%), dan kelompok umur ≤ 30 tahun (4,7%). Tingkat pendidikan responden di tiga
dusun sebagian besar adalah lulusan SD (sebanyak 51,6%), lulusan SLTP (20,3%),
SMA/SMK (11%) dan tidak sekolah (7%). Hasil wawancara dan survey lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar (82,8 %) mata pencaharian masyarakat adalah
sebagai petani dan lainya (17,2%) sebagai karyawan swasta, pedagang dan buruh.
Sebaran responden di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Sebaran responden di tiga dusun menurut jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan dan mata pencaharian.

39
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Pada saat pengisian kuisioner, proporsi keterwakilan laki-laki tertinggi dijumpai di


seluruh dusun. Sementara keterwakilan responden perempuan hanya berada di Dusun
Kedungglatik dengan persentase 42%. Sebaran reponden pada masing-masing dusun
ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut jenis kelamin
Dusun Dusun Dusun
Jenis kelamin Kedungglatik Sapen Borangan
N % N % N %
Laki-laki 18 58 21 100 12 100
Perempuan 13 42 - - - -
Jumlah 31 100 21 100 12 100
Jumlah responden terbanyak berdasarkan kelompok umur pada umumnya
tersebar usia lebih dari 50 tahun baik itu di Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen dan
Dusun Borangan. Selanjutnya diikuti usia 40-49 tahun, 30-39 tahun dan ≤ 30 tahun
(Tabel 4.11.).

Tabel 4.11. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut kelompok umur
Dusun Dusun Dusun
Kelompok umur Kedungglatik Sapen Borangan
N % N % N %
≤ 30 1 3,2 - 0,0 2 16,7
30 - 39 4 12,9 3 14,3 - 0,0
40 - 49 7 22,6 3 14,3 3 25,0
≥ 50 19 61,3 15 71,4 7 58,3
Jumlah 31 100,0 21 100,0 12 100,0
Tingkat pendidikan responden di ke 3 dusun didominasi oleh tingkat pendidikan
SD, yaitu masing-masing 64,5% di dusun Kedungglatik, 42,9% di dusun Sapen dan
33,3% di dusun Borangan, sedangkan sisanya tingkat pendidikan SLTP, SLTA/SMK
dan tidak sekolah. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut tingkat pendidikan
Dusun Dusun
Dusun Borangan
Tingkat pendidikan Kedungglatik Sapen
N % N % N %
Tidak sekolah 5 16,1 1 4,80 1 8,3
SD 20 64,5 9 42,9 4 33,3
SLTP 4 12,9 5 23,8 4 33,3
SLTA/SMK 2 6,50 6 28,6 3 25,0
Jumlah 31 100,0 21 100,0 12 100,0

40
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Apabila memperhatikan mata pencaharian, maka mata pencaharian terbanyak


adalah sebagai petani dengan persentase responden di Dusun Kedungglatik 87,1%,
Dusun Sapen 95,2% dan Dusun Borangan 50,0%. Selanjutnya mata pencaharian
terkecil adalah sebagai buruh harian lepas yaitu hanya 1 orang (8,3 %) yang berada di
Dusun Borangan (Tabel 4.13.).

Tabel 4.13. Sebaran responden pada masing-masing dusun menurut mata pencaharian
Dusun Dusun Dusun
Mata pencaharian Kedungglatik Sapen Borangan
N % N % N %
Petani 27 87,1 20 95,2 6 50,0
Buruh - 0,0 - 0,0 1 8,3
Wiraswasta 1 3,2 - 0,0 1 8,3
Pedagang 1 3,2 - 0,0 1 8,3
Lainnya 2 6,5 1 4,8 3 25,0
Jumlah 31 100,0 21 100,0 12 100,0

4.2.2. Pola Penguasaan Lahan


Pola penguasaan lahan di ketiga dusun tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kategori
berdasarkan dampak kepemilikan tempat tinggal dan lahan. Kategori pertama adalah
dusun yang lokasinya berada di dalam areal terdampak baik rumah dan lahannya yaitu
Dusun Kedungglatik. Kategori kedua adalah dusun yang warganya memanfaatkan
lahan di areal yang terdampak yaitu pada Dusun Sapen dan Dusun Borangan. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
a. Dusun Kedungglatik terdapat pemukiman dan lahan milik di sekitar rumah pada
47 bidang;
b. Dusun Sapen merupakan lahan garapan berupa lahan milik pada 44 bidang dan
lahan garapan dari lahan kelola Perum Perhutani;
c. Dusun Borangan merupakan lahan garapan berupa lahan milik pada 8 bidang dan
lahan garapan dari lahan kelola Perum Perhutani.
d. Terdapat lahan garapan yang dikelola oleh masyakat desa Kabupaten Grobogan.

4.2.2.1. Pola Penguasaan Lahan di Dusun Kedungglatik


Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kondisi di lapangan, di Dusun
Kedungglatik terdapat pemukiman dan fasilitas umum (masjid, makam, balai
pertemuan) yang terindikasi berada dalam kawasan hutan dan terdampak langsung
pembangunan bendungan. Demikian juga lahan yang digarap selain merupakan lahan
milik masyarakat, juga terdapat lahan garapan di areal kelola Perum Perhutani. Status
kepemilikan lahan 61,3% berupa tanah Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 38,7%

41
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

berdasarkan kepemilikan dengan keterangan dari kepala desa atau dikenal dengan
letter C pada Areal Penggunaan Lain (APL) yang akan tergenang.
Sebagian besar responden (90%) menyatakan bahwa masyarakat telah tinggal
di Dusun Kedungglatik lebih dari 20 tahun. Bahkan ada masyarakat yang mengklaim
telah membangun rumah sejak tahun 1960. Kondisi tempat tinggal masyarakat Dusun
Kedungglatik merupakan bangunan semi permanen dengan dinding kayu jati. Luas
rumah dan pekarangan masyarakat rata-rata lebih dari 300 m2 sebesar 67,7%, luas
201-300 m2 sebesar 9,67%, 100-200 m2 sebesar 16,1% dan dengan luas kurang dari
100 m2 sebesar 3,2%.
Luas penguasaan lahan oleh masyarakat bervariasi tergantung kemampuan
dalam mengusahakan lahan sebagai lahan pertanian. Responden sebanyak 2 orang
tidak memililiki lahan (6,45%), 3 orang memiliki dibawah 1 ha (9,7%), 1-2 ha sebanyak
14 orang (45 %), 3-4 ha sebanyak 5 orang (16,1%), 5-7 ha sebanyak 3 orang (9,7%)
serta 8-10 ha sebanyak 2 orang (6,45%). Sebanyak 93,5% masyarakat mengaku lahan
pertanian yang diolah adalah lahan garapan dalam wilayah kelola Perum Perhutani
yang telah diusahakan lebih dari 10 tahun dan sisanya merupakan lahan milik (APL)
dengan sertifikat hak milik.
Jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh petani adalah jagung. Jenis
tanaman lain yang diusahakan petani Desa Kedungglatik adalah singkong, pisang,
tembakau, kacang, cabe, terong dan rumput gajah. Produksi bersih hasil panen
campuran masyarakat rata-rata adalah 6-10 ton/ha/tahun.
Sebagian besar masyarakat Dusun Kedungglatik (87%) mengetahui bahwa
lahan garapan yang selama ini dikelola merupakan kawasan hutan produksi.
Pengelolaan lahan pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat.
Kegiatan masyarakat sehari-hari adalah mengelola lahan garapan yang lokasinya
berjarak kurang dari 3 km dari tempat tinggalnya. Masyarakat memanfaatkan lahan
dalam kawasan hutan untuk menanam jagung, pisang, singkong dan rumput gajah.
Selain itu juga masyarakat mengambil hasil hutan berupa buah-buahan, kayu untuk
bangunan dan kayu bakar dari kawasan hutan. Hasil wawancara dengan responden
yang menyatakan kawasan hutan di dusunnya telah berubah menjadi lahan pertanian
(58%) dan sebagian akan dimanfaatkan untuk bendungan (42%).

4.2.2.2. Pola Penguasaan Lahan di Dusun Sapen


Sebagian besar masyarakat Dusun Sapen menggarap lahan seluas 1-2 ha.
Sebanyak 90,5% masyarakat mengaku lahan pertanian yang diolah adalah lahan
garapan dalam wilayah kelola Perum Perhutani yang telah diusahakan lebih dari 10

42
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

tahun. Terdapat masyarakat yang mengusahakan tanaman pertanian di lahan garapan


dengan alas hak berupa sertifikat dan surat keterangan dari kepala desa.
Jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh petani adalah tanaman
jagung (86%). Jenis tanaman lain yang diusahakan petani di Dusun Sapen adalah
singkong, pisang, dan pohon jati. Produksi bersih hasil panen masyarakat adalah 1-5
ton/ha/tahun.
Pengelolaan lahan pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat.
Kondisi jalan menuju lahan garapan, rata-rata berjarak kurang dari 3 km merupakan
jalan tanah yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Masyarakat memanfaatkan lahan
dalam kawasan hutan untuk menanam jagung, pisang, dan singkong. Selain itu juga
masyarakat mengambil kayu, tumbuhan obat, buah-buahan dan kayu bakar dari
kawasan hutan. Sebanyak 57% responden masyarakat Dusun Sapen mengetahui
bahwa lahan garapan yang selama ini dikelola merupakan kawasan hutan produksi,
sisanya mengaku tidak mengetahui. Hasil wawancara dengan responden yang
menyatakan kawasan hutan telah berubah menjadi lahan pertanian sebanyak (38%)
dan bendungan (62%).

4.2.2.3. Pola Penguasaan Lahan di Dusun Borangan


Responden Dusun Borangan yang tidak memiliki lahan 33,3%, memiliki lahan
1-2 ha sebesar 25%, memiliki 3-4 ha sebesar 33,3% dan 1% memiliki lahan 8-10 ha.
Seluruh responden Dusun Borangan tidak memiliki alas hak untuk lahan pertanian.
Selama ini masyarakat mengaku lahan pertanian yang diolah adalah lahan garapan
milik Perum Perhutani yang telah diusahakan lebih dari 6 tahun. Jenis tanaman yang
paling banyak diusahakan oleh petani adalah tanaman jagung (91,6%) dan singkong.
Produksi bersih hasil panen masyarakat adalah 1-5 ton/ha/tahun.
Sebanyak 91,6% responden masyarakat Dusun Borangan mengetahui bahwa
lahan garapan yang selama ini dikelola merupakan kawasan hutan produksi, sisanya
mengaku tidak mengetahui. Pengelolaan lahan pertanian merupakan mata
pencaharian utama masyarakat. Kegiatan masyarakat sehari-hari adalah mengelola
lahan garapan yang terletak kurang dari 3 km. Kondisi jalan menuju lahan garapan
adalah jalan tanah yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Masyarakat memanfaatkan
lahan dalam kawasan hutan untuk menanam jagung dan pisang. Selain itu juga
masyarakat mengambil kayu, buah-buahan dan kayu bakar dari kawasan hutan. Hasil
wawancara dengan responden di dusunya yang menyatakan kawasan hutan telah
berubah menjadi lahan pertanian (66,7%) dan bendungan (33,3%).

43
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.16. Pemukiman yang terdampak di Dusun Kedungglatik

Gambar 4.17. Fasilitas umum jalan dan jembatan di Desa Candirejo

Gambar 4.18. Fasilitas umum masjid dan pemakaman di areal terdampak

44
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.19. Lahan garapan masyarakat di Desa Candirejo

4.2.3. Ketergantungan Ekonomi Terhadap Lahan


Lahan yang terkena dampak pembangunan Bendungan Jragung merupakan
sumber pendapatan utama masyarakat. Sebagian besar penduduk di tiga dusun lokasi
kajian bermata pencaharian utama sebagai petani. Walaupun ada yang memiliki
pekerjaan sebagai pedagang, wiraswasta, ataupun karyawan/pegawai, namun mereka
tetap memiliki lahan garapan untuk mendukung perekonomian keluarga.
Pendapatan di ketiga dusun bervariasi tergantung penguasaan lahan dan
produktivitasnya. Adapun pendapatan paling besar adalah Rp 5.000.000/bulan
sebanyak 25% dan paling kecil pendapatan kurang dari Rp 1.000.000/bulan
sebanyak 11%.

Gambar 4.20. Pendapatan responden di ketiga dusun

45
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Berdasarkan Gambar 4.19, menunjukkan bahwa respoden di ketiga dusun tidak


tergolong kategori miskin. Pada tahun 2020 garis kemiskinan kabupaten Semarang
sebesar Rp 404.664 per kapita per bulan. Apabila rata-rata satu rumah tangga di
Dusun Kedungglatik memiliki 4 anggota keluarga, maka garis kemiskinan rata-rata
sebesar Rp 1.618.700 per rumah tangga per bulan. Adapun tingkat kemisikinan di
Dusun Kedungglatik terdapat pada 3 rumah tangga (9,7%) yang masuk dalam kategori
miskin, di Dusun Sapen terdapat 1 rumah yang masuk ke dalam kategori miskin dan di
Dusun Borangan adalah terdapat 2 rumah tangga yang masuk ke dalam kategori
miskin.
Selama ini masyarakat telah mendapatkan manfaat ekonomi yang tinggi dari
lahan yang dimohon. Selain dalam bentuk cash income, masyarakat juga
mendapatkan manfaat dalam bentuk non-cash income, antara lain berupa manfaat dari
pemungutan buah-buahan, sayuran, tumbuhan obat, kayu bakar, dan kolam ikan, serta
kayu. Karet dan sawit merupakan komoditi yang dikembangkan masyarakat yang
memberikan cash-income secara penuh dan rutin.
Pihak desa telah berusaha mensejahterakan warganya dengan melakukan
pendekatan kepada Perum Perhutani agar masyarakat dapat turut mengelola kawasan
hutan. Pihak Perum Perhutani membuka diri dengan pelibatan masyarakat turut
mengelola melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan membagi kawasan
hutannya dalam Hutan Pangkuan Desa (HPD) Candirejo seluas 475,5 ha. Di Desa
Candirejo telah terbentuk LMDH Wana Jati Mulyo dengan ketua mantan kepala desa
Suyitno dengan anggota 264 orang. Pihak Perum Perhutani juga telah membuat
Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Budidaya Tanaman
Palawija Komoditi Jagung antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan LMDH
Wana Jati Mulyo melalui PKS No.11/PKS /SMG/Divre Jateng/2021 tanggal 1 Februari
2021 dan di addendum pada bulan Juli 2021 melalui PKS No.137/PKS-Agroforestry/
SMG/Divre Jateng/2021 tanggal 1 Februari 2021 sehingga ada kewajiban masyarakat
sharing hasil pada saat panen sebesar 90% untuk penggarap dan 10% untuk Perum
Perhutani terhadap keuntungan hasil panen setelah dikeluarkan 4% untuk LMDH.
Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dilakukan sebesar Rp.60 per
kg dan biaya pengawasan maksimal 15% dari kontribusi bersih Perum Perhutani.
Lokasi LMDH Wana Jati Mulyo yang terdampak pembangunan Bendungan Jragung
seluas ± 372,43 ha (78,3%).
Untuk meningkatkan perjanjian Kerjasama tersebut, pihak Perum Perhutani
juga berusaha mengajukan program Perhutanan Sosial skema Kemitraan Kehutanan
antara KPH Semarang dengan LMDH Wana Jati Mulyo melalui usulan dari KPH
Semarang Nomor 0082/0.59.1/SEKPER/DIR/2019 tanggal 20 Mei 2019 namun pada

46
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

saat akan diproses mengalami perubahan kebijakan pengelolaan hutan di Pulau Jawa
sehingga Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan belum dapat dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Gambar 4.21. Beberapa contoh pemanfaatan lahan

4.2.4. Potensi Konflik


Masyarakat pada umumnya setuju dengan pelepasan kawasan hutan untuk
pembangunan Bendungan Jragung. Namun demikian, potensi konflik akan terjadi
bilamana proses penyelesaian ganti rugi tegakan dan lahan yang dikuasai masyarakat
yang terkena dampak tidak sesuai kesepakatan.
Berdasarkan hasil wawancara dan kondisi eksisting di lapangan, terdapat
pemukiman dan fasilitas umum (masjid, makam, balai pertemuan) yang terindikasi
berada dalam kawasan hutan (areal kelola Perum Perhutani) dengan luasan sesuai
hasil penafsiran citra satelit ± 2,45 ha yang berada di Dusun Kedungglatik (dusun yang
terletak di dalam kawasan hutan/enclave). Sebagian masyarakat mengetahui dan
mengakui bahwa tempat tinggal yang mereka gunakan merupakan kawasan hutan.
Pembuatan tempat tinggal di dalam kawasan hutan tersebut dipicu karena adanya
perubahan aliran sungai yang menyebabkan sebagian tempat tinggal masyarakat
Dusun Kedungglatik tergerus aliran sungai sehingga masyarakat pindah ke kawasan
hutan di sekitarnya.
Dukungan masyarakat akan pembangunan bendungan Jragung diikuti dengan
permintaan adanya penggantian/kompensasi terhadap permukiman yang berada
dalam kawasan hutan tanaman dan juga lahan, sementara dalam perspektif
pemerintah, status legal formal sebagai kawasan hutan berkonsekuensi tidak
memungkinkan adanya mekanisme penggantian atas lahan.

47
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Ketersediaan kelembagaan sosial kemasyarakatan sebagaimana disebutkan


pada sub bab sebelumnya dapat menjadi modalitas untuk mediasi dan resolusi konflik.
Pemerintah Desa, Kecamatan dan Kabupaten sangat diharapkan oleh masyarakat
menjadi entitas yang memediasi resolusi konfliks tersebut.
Namun demikian, resolusi terhadap penggantian atas lahan masih dalam proses
pembahasan para pihak (antara lain Kementerian PUPR, Pemerintah Kabupaten, dan
Tim Appraisal). Jumlah penggantian dapat bervariasi sesuai dengan luas penguasaan
lahan. Salah satu resolusi agar penggantian atas lahan dapat dilakukan, maka lokasi
bendungan harus bukan merupakan kawasan hutan. Dengan demikian, pelepasan
kawasan hutan menjadi salah satu mekanisme formal yang akan menghilangkan
perbedaan klaim atas lahan tersebut dan menjadikan mekanisme penggantian atas
lahan menjadi legal.
Dari hasil wawancara teridentifikasi harapan masyarakat yang terkena dampak
pembangunan Bendungan Jragung. Beberapa harapan tersebut adalah:
a. Selain ganti rugi tegakan, masyarakat juga menuntut ganti rugi lahan
b. Percepatan pembayaran ganti rugi baik tegakan maupun lahan yang terkena
dampak.
c. Dapat dilibatkan dalam proyek pembangunan Bendungan Jragung.
Implikasi dari proses pelepasan kawasan hutan yang perlu diperhatikan antara
lain adalah perubahan status dari kawasan hutan menjadi lahan milik Kementerian
PUPR. Status keduanya secara prinsip adalah sama, yaitu lahan milik Negara
sehingga pencatatannya dari negara ke Negara, hanya atas nama sektor yang
berbeda. Oleh karena itu, komitmen Kementerian PUPR untuk menyelesaikan hak-hak
atas pihak ketiga (yang dalam hal ini adalah masyarakat yang tinggal dan mengelola
lahan di atasnya) sangat diharapkan sebelum melakukan kegiatan pemanfaatan lahan
untuk pembangunan Bendungan Jragung. Apabila pemenuhan hak-hak pihak ketiga
tersebut tidak dijalankan secara tuntas, dikhawatirkan risiko konflik antara masyarakat
dengan pelaksana pembangunan bendungan akan terjadi.

4.2.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelepasan Kawasan Hutan


Masyarakat ketiga dusun telah mengetahui bahwa lahan garapan merupakan
kawasan hutan dalam pengelolaan Perum Perhutani dan akan dilepaskan untuk
pembangunan Bendungan Jragung yang diinformasikan melalui pemerintah setempat
dan kementerian PUPR.

48
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Gambar 4.22. Penyampaian informasi di ketiga dusun terkait pembangunan


Bendungan Jragung

Seluruh responden Dusun Kedungglatik setuju akan pembangunan bendungan


Kedungglatik, dengan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut antara lain ganti rugi
lahan dengan atau belum memiliki alas hak, relokasi pemukiman, dan memiliki
kesempatan kerja pada proyek Bendungan Jragung. Masyarakat menyadari akan
manfaat bendungan yaitu sebagai tempat rekreasi, pengendali banjir, irigasi dan
pembangkit listrik tenaga air dan berfungsi sebagai penyimpan air.

Gambar 4.23. Pengisian kuisioner di Desa Candirejo

49
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.2.6. Harapan Masyarakat Terhadap Pelepasan Kawasan Hutan


Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara di 3 dusun terdampak, seluruh
responden tidak ada yang menolak terhadap pembangunan Bendungan Jragung,
namun memiliki harapan sebagai berikut:
a. Mendapatkan penggantian lahan dan pemukiman akibat terdampak pembangunan
bendungan sehingga tidak merugikan masyarakat baik yang sudah atau belum
memiliki alas hak.
b. Proses ganti rugi lahan milik yang terkena dampak pembangunan bendungan
segera direalisasikkan khususnya untuk yang tinggal di Dusun Kedungblatik
karena terganggu aktivitas pembangunan bendungan.
c. Masyarakat berharap relokasi pemukiman dan lahan tetap berada di Desa
Candirejo, namun ada sebagian (3 orang warga Dusun Kedungglatik) yang
menyampaikan relokasi berada di daerah Pondok Sempu pada lahan yang
berstatus tanah milik di Dusun Krajan.
d. Bentuk kompensasi yang diinginkan terhadap lahan yang digarap karena
terdampak pembangunan bendungan, diantaranya diberikan kesempatan bekerja
di proyek pembangunan bendungan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan serta
diperbolehkan berdagang di lokasi proyek bendungan.
e. Warga penggarap yang berusia lebih 50 tahun menginginkan mendapatkan hak
kelola lahan garapan lain pada areal Perum Perhutani di sekitar Desa Candirejo
terlebih bagi yang telah melakukan kerjasama dengan PKS dengan Perum
Perhutani.

50
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.3. Aspek Hukum dan Kelembagaan


4.3.1. Ketentuan Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
Pasal 18 mengamanatkan bahwa:
(1) Ayat 1: Pemerintah Pusat menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas
kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran
sungai, dan atau pulau guna pengoptimalan manfaat lingkungan,
manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat.
(2) Ayat 2: Pemerintah Pusat mengatur luas kawasan yang harus dipertahankan
sesuai dengan kondisi fisik dan geografis daerah aliran sungai
dan/atau pulau.
(3) Ayat 3: Ketentuan lebih lanjut mengenai luas kawasan hutan yang harus
dipertahankan ialah termasuk pada wilayah yang terdapat proyek
strategis nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 19 mengamanatkan bahwa:
Ayat (1): Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dengan mempertimbangkan hasil penelitian Terpadu.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan


1) Pasal 53
Menteri menetapkan:
a. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan; dan
b. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, dengan mempertimbangkan hasil
Penelitian Terpadu
2) Pasal 54
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dapat dilakukan:
a. secara parsial; atau
b. untuk wilayah provinsi
3) Pasal 55
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan secara dilakukan melalui Pelepasan
Kawasan Hutan.
4) Pasal 56
(1) Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan secara parsial dilakukan
berdasarkan permohonan.

51
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

(2) Permohonan dapat diajukan oleh:


a. menteri atau pimpinan lembaga;
b. gubernur atau bupati/wali kota;
c. pimpinan badan hukum; atau
d. Perseorangan, kelompok orang, dan/atau Masyarakat.
5) Pasal 58
(1) Pelepasan Kawasan Hutan dilakukan pada Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi.
(2) Pelepasan Kawasan Hutan pada Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
hanya dapat dilakukan pada Hutan Produksi yang dapat Dikonversi yang
tidak produktif.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan pada
provinsi yang tidak tersedia lagi Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi yang tidak produktif.
(4) Pelepasan Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
kegiatan:
a. proyek strategis nasional;
b. pemulihan ekonomi nasional;
c. pengadaan tanah untuk ketahanan pangan (food estate) dan energi;
d. pengadaan tanah untuk bencana alam;
e. pengadaan tanah obyek reforma agraria; dan
f. kegiatan usaha yang telah terbangun dan memiliki izin di dalam
Kawasan Hutan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dapat dilakukan pada Kawasan
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi dan/atau Kawasan Hutan
Produksi Tetap.
(5) Pelepasan Kawasan Hutan pada Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
dan Kawasan Hutan Produksi Tetap dilakukan setelah Penelitian Terpadu.

3. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
1) Pasal 1 ayat 1: Proyek Strategis Nasional adalah proyek dan/atau program
yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, danf atalu badan
usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan daerah.

52
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

2) Pasal 2 Ayat 6: Perubahan daftar Proyek Strategis Nasional ditetapkan oleh


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas setelah mendapatkan persetujuan Presiden.

4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Dan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan
1) Pasal 272
(1) Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan secara parsial dilakukan melalui
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan.
2) Pasal 273
(1) Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan sebagaiman dimaksud dalam Pasal
272 untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan Kehutanan dilakukan
pada Kawasan HPK.
(3) Dalam hal Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk kegiatan:
a. Proyek Strategis Nasional;
b. pemulihan ekonomi nasional;
c. pengadaan tanah untuk Ketahanan Pangan (Food Estate) dan energi;
d. pengadaan tanah untuk bencana alam;
e. pengadaan TORA; dan
f. kegiatan usaha yang telah terbangun dan memiliki perizinan di dalam
Kawasan Hutan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja, Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan dapat
dilakukan pada Kawasan HPK dan/atau Kawasan Hutan Produksi
Tetap.
3) Pasal 277
(1) Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 272 dilakukan berdasarkan permohonan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi
dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis, serta pernyataan
Komitmen.
4) Pasal 283
(1) Berdasarkan permohonan dan persyaratan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 279 dan Pasal 280, Direktur yang membidangi
Pengukuhan Kawasan Hutan dalam jangka waktu paling lama 24 (dua

53
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

puluh empat) hari kerja melakukan verifikasi terhadap pernyataan


Komitmen serta persyaratan administrasi dan teknis.
(2) Berdasarkan hasil verifikasi:
a. apabila memenuhi ketentuan teknis, Direktur Jenderal dalam jangka
waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja membentuk Tim Terpadu;
atau
b. apabila tidak memenuhi ketentuan teknis, Direktur Jenderal atas nama
Menteri menyampaikan penolakan kepada pemohon.

5. Peraturan Menteri Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar


Proyek Strategis Nasional
1) Pasal 1
(1) Ayat 1 Menetapkan perubahan daftar Proyek Strategis Nasional
(2) Ayat 2 Daftar Proyek Strategis Nasional merupakan daftar Proyek Strategis
Nasional sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
2) Pasal 2
Perubahan daftar Proyek Strategis Nasional stercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Koordinator ini.

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023.

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengan Tahun 2009-2029.

8. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031.

54
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

4.3.2. Status Kawasan Hutan yang Dimohon dan Kondisi Lapangan


1. Berdasarkan Proses Verbal Van Grensregeling dan Peta Grensprojectkaart
Kehutanan Semarang tanggal 10 Maret 1931 yang disahkan tanggal 24 Juni
1931, areal yang dimohon merupakan Kawasan Hutan Tetap.
2. Berdasarkan Peta Grensprojectkaart Kehutanan Kedungjati tanggal 15 Juli 1931
yang disahkan tanggal 10 September 1931, areal yang dimohon merupakan
Kawasan Hutan Tetap.
3. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Repubtik Indonesia Nomor
SK.5135/Menhut VII/KUH/2014 tanggal 16 Juni 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan pada Bagian Hutan Semarang Barat seluas 13.962 Ha di
Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten
Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, areal yang dimohon merupakan Kawasan
Hutan Produksi Tetap
4. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031,
areal yang dimohon merupakan Kawasan Budidaya.
5. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek
Strategis Nasional, Pembangunan Bendungan Jragung di Provinsi Jawa Tengah
termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
6. Terdapat Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) an. PT. PLN (Persero)
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.416/MenLHK/Setjen/PLA.9/7/2021 tentang Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pembangunan Jalur Transmisi Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Tanjungjati-TX (Unggaran-Pedan) atas nama
PT. PLN (Persero).
7. Terdapat perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan
LMDH WanaJati Mulyo berdasarkan PKS Nomor 11/PKS/SMG/DIVRE
JATENG/2021 tanggal 1 Februari 2021 yang telah diadendum sesuai Nomor
137/PKS-AGROFORESTRY/SMG/DIVRE JATENG/2021 tanggal1 Juli 2021.
8. Sebagian lokasi penelitian berada dalam Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial
Revisi VI sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.4028/MENLHKPKTL/REN/PLA.OV/2021 tanggal 25 Mei 2021 dan masuk
usulan pada PIAPS Revisi V.

55
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

9. Terdapat Naskah Kesepakatan Kerjasama Kemitraan Kehutanan antara Perum


Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo tentang Perhutanan Sosial diwilayah
Perum Perhutani KPH Semarang Nomor 04/NKK/SMG/2018 dan Nomor
1/NKK/LMDH-WJ/2018 tanggal 17 Agustus 2018.
10. Telah terdapat aktivitas pembukaan lahan berupa akses jalan, jembatan darurat,
direksi kit, camp pekerja, dan pembangunan talud permanen.

4.3.3. Kajian Yuridis Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan


4.3.3.1. Permohonan
Air merupakan unsur penting bagi ketersediaan pangan, kesehatan dan
kelangsungan hidup. Bendungan merupakan salah satu bentuk bangunan dalam
upaya melakukan konservasi sumber daya air. Pemerintah Republik Indonesia melalui
kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat saat ini telah menggalakan
pembangunan bendungan di seluruh Indonesia dalam rangka mendukung ketahanan
pangan negara melalui penyediaan jaringan Irigasi. Salah satu proyek pembangunan
bendungan yang kini sedang berjalan adalah pembangunan Bendungan Jragung di
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Manfaat dari pembangunan Bendungan
Jragung adalah sebagai penyedia sumber air baku, memenuhi kebutuhan air irigasi,
mereduksi banjir dan untuk pariwisata di Kabupaten Semarang. Pembangunan
Bendungan Jragung termasuk dalam Proyek Strategis Nasional berdasarkan
Lampiran Nomor 139 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Areal yang dimohon dalam rangka
persetujuan pelepasan Kawasan Hutan untuk pembangunan Bendungan Jragung
sebagian merupakan Kawasan Hutan Produksi Tetap dan sebagian Hutan Produksi
Terbatas. Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan
Bendungan Jragung diajukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melalui surat Nomor PS.03.01-Mn/1419 tanggal 20 Agustus 2021 kepada Menteri LHK
perihal permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan pada Proyek Strategis
Nasional (PSN) untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang
Provinsi Jawa Tengah, dilengkapi dengan:
a. Pernyataan Komitmen sesuai surat Nomor 05/SP/M/2021 tanggal 20 Agustus
2021 yang menyantakan kesanggupan :
a) Menyelesaikan persetujuan Lingkungan berupa Analisa mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) atau Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL);

56
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

b) Menyelesaikan tata batas areal Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan;


c) Menyelesaikan pembayaran provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana
reboisasi (DR) untuk Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan yang
berasaldari Kawasan Hutan ProduksiTetap dan/atau yang berasaldari
Kawasan HPK;
d) Mengamankan kawasan hutan yang akan dilepaskan.
b. Persyaratan Administrasi dan Persyaratan teknis antara lain
a) Proposal Teknis Rencana Pemanfaatan dan Penggunaan Bendungan
Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah;
b) Peta Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan skala 1:50.000
dengan informasi luas kawasan hutan dan file elektronik (softcopy) dalam
format shapefile (shp) dengan koordinat system geografis atau UTM Datum
WGS 84;
c) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
d) Pertimbangan Gubernur sesuai surat Nomor 552/0013170 tanggal 30
September 2021 perihal Pertimbangan Pelepasan Kawasan Hutan untuk
Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang;
e) Pertimbangan Teknis Direksi Perum Perhutani Nomor
0293/044.3/Sekper/2021 tanggal 21 September 2021 perihal Pertimbangan
Teknis Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan
Bendungan Jragung atas nama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali
– Juana pada Wilayah Areal Kerja Perum Perhutani KPH Semarang, Divisi
Regional Jawa Tengah.
f) Peta citra penginderaan jauh dengan resolusi paling sedikit 5 m liputan 1
tahun terakhir dilampiri dengan file elektronik (softcopy) dengan koordinat
system UTM Datum WGS 84;
g) Pakta lntegritas Nomor HK.02.01-Da/1055 tanggal 20 Agustus 2021 yang
menyatakan:
(1) Sanggup untuk memenuhi semua kewajiban;
(2) Semua dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah sah;
(3) Tidak melakukan kegiatan di Iapangan sebelum ada persetujuan;
(4) Bersikap transparan, jujur, objektif dan akuntabel;
(5) Tidak memberi, menerima, menjanjikan hadiah/hiburan dalam
bentukapapun yang berkaitan dengan permohonan;
(6) Dalam hal melanggar pernyataan sebagaimana dimaksud pada angka 1
(satu) sampai dengan angka 5 (lima), bersedia menanggung
konsekuensi hukum.

57
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Hal tersebut diatas sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta
Penggunaan Kawasan Hutan
Pasal 334 ayat (2) bahwa dalam hal usulan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
scara parsial dalam rangka kegiatan Proyek Strategis Nasional, program pemulihan
ekonomi nasional, pengadaan tanah untuk bencana alam, TORA yang ditetapkan
Pemerintah dan penyelesaian Pelepasan Kawasan Hutan untuk pemukiman, dapat
diusulkan oleh Menteri atau menteri/pimpinan lembaga yang ditetapkan sebagai
pelaksana.
Tindak lanjut terhadap hal tersebut di atas, Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan membentuk Tim Terpadu permohonan persetujuan
pelepasan Kawasan hutan sesuai Keputusan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/
10/2021 tanggal 26 Oktober 2021 tentang Pembentukan Tim Terpadu Dalam Rangka
Penelitian Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi tetap (HP)
Seluas + 360,23 (Tiga Ratus enam Puluh dan Dua Puluh Tiga Perseratus) Hektar dan
Hutan Produksi Terbatas (HPT) Seluas + 268,96 (Dua Ratus Enam Puluh Delapan
dan Sembilan Puluh Enam Perseratus) Hektar untuk Pembangunan Bendungan
Jragung atas Nama Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak di
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat kami sampaikan bahwa permohonan
persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk Pembangunan Bendungan Jragung atas
Nama Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak di Kabupaten
Semarang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dalam
peraturan perundang-undangan antara lain dalam Pasal 57 Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, dan Pasal 280, Pasal
281 ayat (1) dan Pasal 282 ayat (1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta
Penggunaan Kawasan Hutan.

4.3.3.2. Kajian Hukum Kawasan hutan Dimohon Persetujuan Pelepasan


Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional merupakan upaya dalam mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan menitikberatkan pada pembangunan
fisik dan nonfisik yang mempunyai peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan

58
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

ekonomi masyarakat melalui pendekatan pembangunan infrastruktur kewilayahan.


Selain berperan dalam mendukung berbagai bidang pembangunan, Proyek Strategis
Nasional juga berperan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai
industri barang dan jasa serta menciptakan ruang pekerjaan bagi masyarakat luas
guna mendukung peningkatan perekonomian dan kesejahteraan nasional.
Pembangunan Bendungan Jragung merupakan kepentingan pembangunan di
luar kegiatan kehutanan. Pembangunan Bendungan Jragung telah memperoleh
Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah dari Gubernur Provinsi Jawa Tengah sesuai
Keputusan Gubernur Nomor 590/46 Tahun 2020 tanggal 1 September 2020 tentang
Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan Jragung
Kabupaten Semarang. Kawasan hutan yang dimohon berada pada Kawasan Hutan
Produksi Tetap (HP) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Repubtik Indonesia
Nomor SK.5135/Menhut VII/KUH/2014 tanggal 16 Juni 2014 tentang Penetapan
Kawasan Hutan pada Bagian Hutan Semarang Barat seluas 13.962 ha di Kabupaten
Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan, Provinsi
Jawa Tengah, namun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, pembangunan Bendungan Jragung di
Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN)
sehingga permohonan pelepasan kawasan hutan dapat dilakukan pada Kawasan
Hutan Produksi Tetap (HP).
Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan dan Pasal 273 ayat (1) dan ayat (3)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 tanggal
1 April 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan
Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan.
Pasal 273 ayat (1)
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan secara parsial untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan Kehutanan dilakukan pada Kawasan HPK.
Pasal 273 ayat (3)
Dalam hal Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk kegiatan:
a. Proyek Strategis Nasional;
b. Pemulihan ekonomi nasional;
c. pengadaan tanah untuk Ketahanan Pangan (Food Estate) dan energi;

59
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

d. pengadaan tanah untuk bencana alam;


e. pengadaan TORA; dan
f. kegiatan usaha yang telah terbangun dan memiliki perizinan di dalam Kawasan
Hutan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan dapat dilakukan pada Kawasan HPK dan/atau
Kawasan Hutan Produksi Tetap.

1) Penggantian Nilai Investasi


Terkait tanaman yang telah ada maka pemohon tidak perlu memberikan
penggantian nilai investasi hal ini sesuai dengan Pasal 281 ayat (1) huruf f, Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021 bahwa dalam hal ini
pemohon membuat surat Pernyataan Komitmen yang menyatakan kesanggupan
salah satunya adalah menyelesaikan pembayaran penggantian nilai investasi bagi
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan yang berada di wilayah kerja badan usaha
milik pemerintah di bidang Kehutanan, kecuali Persetujuan Pelepasan Kawasan
Hutan untuk pemerintah atau Proyek Strategis Nasional yang besifat nonkomersial.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas dengan tidak adanya penggantian nilai
investasi oleh pemohon persetujuan pelepasan kawasan hutan adalah salah satu
upaya pemerintah untuk mempermudah atau mendukung pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional sebagai salah satu upaya pemulihan perekonomian nasional.
Kemudahan Proyek Strategis Nasional dimaksud akan memberikan kepastian dalam
keberlanjutan penyelesaian Proyek Strategis Nasional. Selain itu, kemudahan dalam
tahapan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional memberikan kepastian pembagian
risiko dan pembagian tugas dalam setiap tahapan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.

2) Kajian Lingkungan Hidup strategis


Di dalam persyaratan administrasi dan teknis permohonan Persetujuan
Pelepasan Kawasan Hutan salah satunya adalah perlunya disusun kajian lingkungan
hidup strategis atau KLHS. KLHS sangat penting karena menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program. Apabila prinsip-
prinsip Pembangunan berkelanjutan telah dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam
pengambilan keputusan pembangunan maka diharapkan kemungkinan terjadinya
dampak negatif suatu Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap Lingkungan
Hidup dapat dihindari. Keterkaitan KLHS dengan instrumen pencegahan lainnya yakni
tata ruang, baku mutu Lingkungan Hidup, kriteria baku kerusakan Lingkungan Hidup,
60
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi Lingkungan Hidup, peraturan


perundang-undangan berbasis Lingkungan Hidup, anggaran berbasis Lingkungan
Hidup, analisis risiko Lingkungan Hidup, audit Lingkungan Hidup, dan instrumen lain
sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, bersifat saling
melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan
perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. KLHS
membantu dalam proses penyusunan dan evaluasi rencana pembangunan meliputi
rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, RPJP nasional, RPJP daerah,
RPJM nasional, dan RPJM daerah. Bahwa pembangunan Bendungan Jragung telah
menjadi bagian dari Kebijakan, Rencana, dan Program yang tertuang di dalam:
a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029.
b. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Semarang 2011-2031.

3) Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Pembangunan


Jalur Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Tanjungjati-
TX (Unggaran-Pedan) atas nama PT. PLN (Persero)
Terhadap adanya IPPKH atas nama PT. PLN (Persero) berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.416/MenLHK/Setjen/
PLA.9/7/2021 tentang Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan
Pembangunan Jalur Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV
Tanjungjati-TX (Unggaran-Pedan) atas nama PT. PLN (Persero), dapat disampaikan
bahwa keberadaan IPPKH tersebut diawali oleh Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal an. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
74/1/IPPKH/PMDN/2017 tanggal 25 Juli 2017 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK 1032/MENLHK/
SETJEN/PLA.0/12/2019 tanggal 3 Desember 2019.
Sesuai Pasal 409 ayat (1) PermenLHK Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan disebutkan bahwa dalam
hal terdapat Kawasan Hutan yang telah diterbitkan Persetujuan Penggunaan
Kawasan Hutan akan digunakan untuk kegiatan proyek strategis nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah baik seluruhnya maupun sebagian, areal Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan dapat dilakukan pencabutan atau pengurangan. Namun
demikian terhadap keberadaan IPPKH atas nama PT. PLN (Persero) tersebut juga

61
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

berpotensi memberikan PNBP Penggunaan Kawasan Hutan serta PNBP Kompensasi


kepada Negara hal dimaksud merupakan kewajiban sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 dan PermenLHK Nomor 7 Tahun 2021.
Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan aspek lain antara lain efektifitas
pengelolaan.

4) Kecukupan Luas Kawasan Hutan


Berdasarkan Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan, mengatur:
(1) Menteri menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas Kawasan Hutan dan
penutupan Hutan berdasarkan kondisi fisik dan geografis pada luas DAS, pulau,
dan/atau provinsi dengan sebaran yang proporsional.
(2) Kawasan Hutan dan penutupan Hutan yang harus dipertahankan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memperhatikan sebaran yang proporsional dengan
mempertimbangkan:
a. biogeofisik;
b. daya dukung dan daya tampung lingkungan;
c. karakteristik DAS; dan
d. keanekaragaman flora dan fauna.
(3) Dalam rangka optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial dan budaya, dan
manfaat ekonomi dan produksi, Menteri menetapkan dan mempertahankan
fungsi Kawasan Hutan.
(4) Dalam rangka mempertahankan kecukupan luas Kawasan Hutan dan
penutupan Hutan serta fungsi Kawasan Hutan, Menteri dapat melakukan upaya
pemulihan lingkungan.
(5) Pemulihan lingkungan dalam rangka kecukupan luas Kawasan Hutan dan
penutupan Hutan dapat dilakukan dengan rehabilitasi Hutan termasuk
penerapan teknik konservasi tanah dan air di dalam dan di luar Kawasan Hutan.
(6) Penutupan Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penutupan di
dalam Kawasan Hutan dan di luar Kawasan Hutan.
(7) Dalam hal di wilayah provinsi atau kabupaten kota terdapat kawasan hutan dan
penutupan hutan yang fungsinya sangat penting bagi perlindungan lingkungan,
Pemerintah Daerah harus mempertahankan kecukupan luas Kawasan Hutan
dan penutupan Hutan sesuai dengan fungsinya.
(8) Pemerintah Daerah sesuai ketetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengatur penutupan Hutan di luar Kawasan Hutan untuk optimalisasi
manfaat lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya.
62
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

(9) Rehabilitasi Hutan termasuk penerapan teknik konservasi tanah dan air
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(10) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan pihak lain dapat memberikan insentif kepada pihak yang
dapat memulihkan, mempertahankan, dan/atau melestarikan Hutan di dalam
Kawasan Hutan dan di luar Kawasan Hutan.
(11) Kecukupan Kawasan Hutan dan penutupan Hutan yang ditetapkan oleh Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan arahan untuk
diintegrasikan ke dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Berdasarkan Pasal 294 huruf e dan g Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021,
mengatur:
e. Kawasan Hutan yang telah ditunjuk atau ditetapkan oleh Menteri sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan sebagai bagian dari kecukupan
luas Kawasan Hutan;
g. dalam hal suatu provinsi atau wilayah belum ditetapkan kecukupan luas Kawasan
Hutannya maka Kawasan Hutan yang dipakai adalah Kawasan Hutan sebelumnya

Pasal 273 ayat (7) dan ayat (8) PermenLHK Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan, serta Penggunaan Kawasan Hutan, disebutkan:
(7) Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan harus mempertahankan Kecukupan
Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan provinsi.
(8) Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung Kawasan Hutan tetap layak kelola.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan


Proyek Strategis Nasional yang ditujukan kepada antara lain Para Menteri Kabinet
Kerja, dimana dalam Diktum Kedua menyatakan melakukan penyelesaian masalah
dan hambatan dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional atau untuk memberikan
dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional antara lain
dengan mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang konkret dan
mendesak.

63
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Mengingat sampai saat ini belum terdapat Ketetapan Menteri tentang


Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan di Provinsi Jawa Tengah,
maka kawasan hutan yang digunakan adalah:
a. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober
2004;
b. Keputusan Menteri Kehutanan Repubtik Indonesia Nomor SK.5135/Menhut
VII/KUH/2014 tanggal 16 Juni 2014;
c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.9406/MenLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2019 tanggal 6 November 2019.
Sedangkan untuk mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan, maka diperlukan
kebijakan terhadap proses pemberian persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
Bendungan Jragung yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional, selain itu
dapat dilakukan upaya pemulihan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5) Perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan LMDH


Wana Jati Mulyo berdasarkan PKS Nomor 11/PKS/SMG/DIVRE JATENG/2021
tanggal 1 Februari 2021 yang telah diadendum sesuai Nomor 137/PKS-
AGROFORESTRY/SMG/DIVRE JATENG/2021 tanggal 1 Juli 2021 serta
terdapat Naskah Kesepakatan Kerjasama Kemitraan Kehutanan antara
Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo tentang Perhutanan Sosial
diwilayah Perum Perhutani KPH Semarang Nomor 04/NKK/SMG/2018 dan
Nomor 1/NKK/LMDH-WJ/2018 tanggal 17 Agustus 2018.
Bahwa perjanjian merupakan dokumen hukum yang dilindungi oleh Undang-
Undang, hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 1338 KUHPer yang berbunyi
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.” Perjanjian yang dibuat antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan
LMDH Wana Jati Mulyo, dibuat dalam rangka mencapai keberlangsungan fungsi dan
manfaat sumber daya hutan bersama masyarakat mencapai keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumber daya hutan sehingga dapat terwujud secara optimal, meningkatkan
pemberdayaan masyarakat setempat dengan membuka lapangan kerja melalui
kegiatan budidaya tanaman palawija di kawasan hutan dan mengurangi tingkat
kerawanan hutan, serta memperoleh nilai tambah dari kegiatan budidaya tanaman
palawija di kawasan hutan dengan pola PHBM dengan tetap memperhatikan kaidah-
kaidah pengelolaan hutan secara lestari.

64
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Dalam dokumen Perjanjian dimaksud telah diatur apabila terjadi perubahan


regulasi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
pelaksanaan kerjasama, pihak yang mengetahui memberitahukan pihak lainnya,
mengingat obyek lokasi akan digunakan sebagai pembangunan Bendungan Jragung
yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional, maka pihak Perum Perhutani
agar memberitahukan kepada LMDH Wana Jati Mulyo serta mencarikan solusi
bersama-sama dengan BBWS dan stakeholder lainnya dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Analisis Perhutanan Sosial


Terhadap lokasi usulan pelepasan kawasan hutan untuk Bendungan Jragung
yang masuk dalam PIAPS Revisi VI dan masuk dalam usulan PIAPS Revisi VII, perlu
adanya usulan dari Perum Perhutani kepada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
dan Tata Lingkungan, untuk mengeluarkan kawasan hutan yang dimohon dari usulan
PIAPS Revisi berikutnya, dengan pertimbangan bahwa surat Direksi Perum Perhutani
Nomor 258/042.1/SEKPER/2021 tanggal 23 Agustus 2021 merupakan produk hukum,
yang sudah berproses di Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan. Sehingga untuk memberikan kepastian terhadap permohonan
pembangunan Bendungan Jragung, maka kawasan hutan yang masuk PIAPS
Revisi VI agar dikeluarkan dari PIAPS Revisi berikutnya.

7) Kajian hukum terhadap aktifitas yang dilakukan di dalam kawasan hutan


dalam Pembangunan Bendungan Jragung sebelum ada persetujuan
pelepasan Kawasan hutan dari KLHK
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui surat Nomor
PS.03.01-Mn/1861 tanggal 30 September 2020 mengajukan Permohonan Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan untuk pembangunan Bendungan Jragung. Terhadap
permohonan tersebut, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat nomor
S.2129/MENLHK-PKTL/REN/PLA.0/12/2020 tanggal 11 Desember 2020 kepada
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyampaikan bahwa permohonan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Bendungan Jragung belum
dapat diproses lebih lanjut disebabkan antara lain sebagian areal permohonan Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Pembangunan Infrastruktur Bendungan
Jragung berada pada areal IPPKH untuk Pembangunan Tapak Tower dan Jalur
Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Tanjungjati-TX
(Ungaran-Pedan) a.n PT. PLN (Persero) seluas ± 15,56 ha berdasarkan Keputusan

65
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal a.n. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 74/1/IPPKH/PMDN/2017 tanggal 25 Juli 2017 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.1032/MENLHK/SETJEN/PLA.0/12/2019 tanggal 3 Desember 2019. Sebelum
dilakukan permohonan pinjam pakai oleh Kementerian PUPR, dalam hal ini UPT
Kementerian PUPR Wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu Balai Besar Wilayah Sungai
Pemali-Juana telah melakukan kontrak Tahun Jamak Bendungan Jragung untuk
pengerjaan proyek Pembangunan Bendungan Jragung dengan:
1. PT. Waskita Karya (Persero) TBK sesuai Kontrak Nomor KU.03.01/Ao.8.2/IX/01
tanggal 26 September 2020. (Bendungan Paket I);
2. PT. Wijaya Karya – PT. Basuki Rahmanta Putra (KSO) sesuai Kontrak Nomor
KU.03.01/Ao.8.2/XI/02 tanggal 6 November 2020. (Bendungan Paket II);
3. PT. Brantas Abipraya (Persero) – PT. Pelita Nusa Perkasa (KSO) sesuai Nomor
Kontrak KU.03.01/Ao.9.3/IX/03 tanggal 6 September 2020 (Bendungan Paket III);
Dari kontrak-kontrak tersebut ditindaklanjuti dengan:
1. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor 02/SPMK/Ao.8.2/2020 tanggal 14
Oktober 2020 tentang Paket Pekerjaan Pembangunan Bendungan Jragung Paket
I, Kab Semarang.
2. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor 03/SPMK/Ao.8.2/XI/2020 tanggal 10
November 2020 tentang Paket Pekerjaan Pembangunan Bendungan Jragung
Paket II, Kab Semarang.
3. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor 01/SPMK/Ao.8.2/X/2020 tanggal 14
Oktober 2020 tentang Paket Pekerjaan Pembangunan Bendungan Jragung Paket
III, Kab Semarang.

Dengan mendasarkan hal tersebut diatas perusahaan penerima kontrak telah


memulai kegiatan dalam rangka pembangunan Bendungan Jragung sesuai Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebagaimana tersebut diatas yang dimulai pada tahap
awal tanggal 14 Oktober 2020 yaitu dengan melakukan pekerjaan persiapan sebagai
unsur pendukung pembangunan bendungan. Dilihat dari tanggal penandatanganan
kontrak dan perintah mulai kerja pelaksanaan kegiatan tersebut diatas bahwa
kegiatan tersebut dilakukan sebelum terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berasal dari Denda Administratif di Bidang Kehutanan, dimana dalam
Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2021 mengatur:

66
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

Ayat (3) Setiap Orang yang melakukan kegiatan usaha pertambangan, perkebunan,
dan/atau kegiatan lain yang telah terbangun di dalam Kawasan Hutan yang dilakukan
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang
tidak memiliki Perrzinan di bidang kehutanan, dikenai Sanksi Administratif.
Ayat (4) Sanksi Administratif berupa:
a. Penghentian Sementara Kegiatan Usaha;
b. Denda Administratif;
c. pencabutan Perizinan Berusaha; dan/atau
d. paksaan pemerintah.

Bahwa Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana dalam hal ini adalah Unit
Pelaksana Teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang
bertindak sebagai pelaksana Pembangunan Bendungan Jragung, telah melakukan
kegiatan sebelum adanya persetujuan pelepasan kawasan hutan maka sebagai
penanggung jawab pelaksanaan kegiatan pembangunan Bendungan Jragung, agar
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana menghentikan sementara semua
kegiatan pembangunan sampai dengan persetujuan pelepasan Kawasan hutan telah
diterbitkan. Namun demikian sebagaimana disampaikan bahwa pembangunan
Bendungan Jragung merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional (PSN) serta telah
terdapat kontrak kerja diperlukan prinsip kehati-hatian serta mempertimbangkan
ketentuan Pasal 28 Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional mengatur:
(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib menyelesaikan
hambatan dan permasalahan dibidangnya dalam pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
(2) Dalam hal penyelesaian hambatan dan permasalahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bersifat mendesak untuk kepentingan dan kemanfaatan umum
serta pelayanan publik, menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
mengambil diskresi sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik,
berdasarkan alasan-alasan yang objektif, tidak menimbulkan konflik
kepentingan, dan dilakukan dengan iktikad baik serta memperhatikan ketentuan
peraturan perundangundangan di bidang administrasi pemerintahan.
(3) Pengambilan diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk dilakukan
dalam rangka penanganan dampak sosial yang timbul dalam pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.

67
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

(4) Dalam hal tertentu pengambilan diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan berdasarkan koordinasi dan pembahasan dengan
kementerian/lembaga dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Dalam hal pengambilan diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdapat
permasalahan hukum terkait dengan administrasi Pemerintahan,
penyelesaiannya dilakukan melalui ketentuan peraturan perundangundangan di
bidang administrasi Pemerintahan.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan


Proyek Strategis Nasional yang ditujukan kepada antara lain Para Menteri Kabinet
Kerja, dimana dalam Diktum Kedua menyatakan melakukan penyelesaian masalah
dan hambatan dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional atau untuk memberikan
dukungan dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional antara lain
dengan mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang konkret dan
mendesak, maka terhadap kegiatan yang sudah terbangun berdasarkan fakta
dilapangan diperlukan langkah strategis kebijakan dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.

68
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

V. KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Pembangunan Bendungan Jragung termasuk dalam Proyek Strategis Nasional
berdasarkan Lampiran Nomor 139 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011
sampai dengan 2031, kawasan hutan yang dimohon termasuk dalam pola ruang
kawasan budidaya.
3. Areal dimohon seluas ± 629,19 ha berada pada Kawasan Hutan Produksi
Terbatas seluas ± 268,96 ha dan Kawasan Hutan Produksi Tetap seluas
± 360,23 ha yang rencananya akan digunakan untuk area genangan dan
greenbelt seluas ± 512,92 ha, borrow area seluas ± 20,21 ha, spoil area, tapak
bendungan, dan bangunan pelengkap seluas ± 87,10 ha, serta jalan akses
seluas ± 8,96 ha (terletak di Desa Penawangan seluas ± 0,44 ha serta di Desa
Candirejo dan Desa Jatirunggo seluas ± 8,52 ha).
4. Geomorfologi berupa kaki gunung api dan perbukitan struktural lipatan dengan
jenis batuan beku dan gamping. Topografi berbukit hingga bergelombang
dengan ketinggian antara 60 m dpl s/d 120 m dpl dengan jenis tanah dominan
latosol merah kuning dan coklat tua serta mediteran coklat tua dengan tekstur
berpasir dan lempungan.
5. Sungai besar yang melintasi lokasi penelitian yaitu sungai Jragung, sungai
Lutung dan sungai Trimo (daerah tangkapan air dan wilayah
basin/pengendapan), berada pada DAS Jragung. Curah hujan rata-rata tahunan
di lokasi penelitian adalah 1.742 mm/tahun (tinggi) dengan rerata hari hujan
tahunan sebanyak 100 hari.
6. Berdasarkan citra satelit PlanetScope Resolusi 3 meter liputan tanggal
13 Oktober 2021, lokasi penelitian didominasi oleh tutupan lahan non tegakan
hutan (pertanian lahan kering), namun hasil kunjungan lapangan terdapat
tutupan lahan tanah terbuka hasil kegiatan penyiapan/penataan lahan yang
dilakukan oleh kontraktor pelaksana pembangunan bendungan. Tanah terbuka
tersebut berada pada rencana pembangunan area genangan dan greenbelt dan
spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap. Rencana jalan akses
berada pada alur jalan Perhutani dengan lebar jalan sekitar 6-8 meter.

69
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

7. Saat dilakukan peninjauan lapangan diperoleh informasi bahwa borrow area


yang akan diambil materialnya dari kawasan hutan seluas ± 20,21 ha. Kegiatan
pengambilan material direncanakan selama 3 (tiga) tahun dan setelah itu belum
ada informasi rencana pemanfaatan dan penggunaan lahan selanjutnya. Kondisi
penutupan lahan pada areal Borrow Area sebagian besar berupa
ladang/pertanian lahan kering.
8. Vegetasi secara umum didominasi tegakan jati pola agroforestry dengan
tanaman semusim dan jenis satwa yang terdapat pada lokasi penelitian meliputi
kelompok burung, mamalia dan reptilia, yang tidak termasuk flora dan fauna yang
dilindungi (P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018).
9. Terdapat tumpang tindih dengan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan atas
nama PT. PLN (Persero) seluas ± 1,46 ha dan tidak mendapat pertimbangan
Gubernur Nomor 522/0013170 tanggal 30 September 2021. Keberadaan PPKH
PT PLN memotong sebagian areal yang dimohon pada bagian utara seluas
± 6,52 ha, yang tersebar pada 3 (tiga) poligon.
10. Terdapat areal seluas ± 0,44 ha yang berupa jalan akses di Desa Penawangan
yang tidak termasuk dalam pertimbangan Gubernur Nomor 522/0013170 tanggal
30 September 2021.
11. Terdapat tumpang tindih dengan Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial
(PIAPS) Revisi VI seluas ± 53,04 ha yang belum ada izin perhutanan sosial yang
diterbitkan.
12. Pembangunan Bendungan Jragung memberikan dampak sosial pada
masyarakat di 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen, dan
Dusun Borangan yang berada dalam wilayah administrasi di Desa Candirejo,
Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
13. Dampak terhadap ke tiga dusun tersebut terbagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu
(1) dusun yang lokasinya berada di dalam areal terdampak baik rumah dan
lahannya (Dusun Kedungglatik); (2) dusun yang warganya memanfaatkan lahan
di areal yang terdampak (Dusun Sapen dan Dusun Borangan).
14. Masyarakat Dusun Kedungglatik mulai mendiami kawasan hutan pada petak 79a
RPH Borangan sejak terjadinya bencana banjir pada Tahun 1983, dengan
tempat tinggal berupa bangunan rumah semi permanen dengan dinding kayu
15. Mayoritas masyarakat ketiga dusun mengetahui bahwa lahan garapan mereka
adalah kawasan hutan dalam pengelolaan Perum Perhutani, dan akan
dilepaskan untuk kepentingan pembangunan Bendungan Jragung.

70
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

16. Terdapat Perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan
LMDH Wana Jati Mulyo, serta terdapat Naskah Kesepakatan Kerjasama
Kemitraan Kehutanan antara Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo.
17. Seluruh responden menyatakan tidak menolak dengan rencana pembangunan
Bendungan Jragung, namun warga yang memiliki lahan milik meminta ganti rugi
lahan dan menginginkan dapat segera terealisasi seiring dengan dimulai
pembangunan bendungan.
18. Terdapat aktifitas berupa pekerjaan penyiapan yang dilakukan di dalam kawasan
hutan sebelum adanya persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri LHK.
19. Permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk Pembangunan
Bendungan Jragung atas Nama Menteri Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat
yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

5.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan budaya, serta hukum
dan kelembagaan, maka permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan atas nama
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk pembangunan Bendungan
Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dapat diproses lebih lanjut
seluas ± 620,77 ha, dengan catatan:
1. Dalam hal kecukupan luas dan tutupan hutan provinsi Jawa Tengah tidak terpenuhi,
pemohon harus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.
2. Terhadap pekerjaan penyiapan yang sudah berjalan untuk dihentikan sementara
sampai mendapat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri LHK.
3. Terhadap lokasi borrow area, setelah dilakukan pengambilan material agar
dimanfaatkan untuk kepentingan umum (relokasi permukiman, fasos, fasum yang
terdampak pembangunan bendungan).

5.3. Saran
1. Untuk mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan sebagaimana
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan, maka diperlukan kebijakan
dari Menteri LHK terhadap proses persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
Bendungan Jragung yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional,
mengingat sampai saat ini belum terbit Keputusan Menteri tentang Kecukupan
Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan di Provinsi Jawa Tengah.

71
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

2. Terkait perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati
Mulyo yang terdampak pembangunan bendungan, pemohon perlu berkoordinasi
dengan pihak terkait untuk mencarikan lahan garapan baru pada petak lain
Hutan Pangkuan Desa Candirejo.
3. Terhadap lokasi usulan pelepasan kawasan hutan untuk Bendungan Jragung
yang masuk dalam indikatif PIAPS Revisi VI, menjadi bahan pertimbangan untuk
dikeluarkan dari PIAPS revisi selanjutnya dan pemohon perlu berkoordinasi
dengan instansi terkait.
4. Terhadap jalan akses seluas ± 8,52 ha (jalur Ngrapah) yang termasuk dalam
areal yang direkomendasikan, digunakan untuk umum dan pengelola
bendungan.
5. Terkait pemanfaatan kayu, pemohon agar berkoordinasi dengan Perum
Perhutani dan instansi terkait lainnya.

72
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi


Jawa Tengah. 2020. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun
2018-2023. Semarang.

Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana. 2019. Addendum Andal dan RKL-RPL
Rencana Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang dan
Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-
Juana, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Semarang.

BPS Kabupaten Semarang. 2021. Kabupaten Semarang dalam Angka 2021.


BPS Kabupaten Semarang. Provinsi Jawa Tengah.

BPS Kabupaten Semarang. 2020. Kecamatan Pringapus dalam Angka 2020.


BPS Kabupaten Semarang. Provinsi Jawa Tengah.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2021. Proposal Teknis Rencana Pemanfaatan dan
Penggunaan Bendungan Jragung Kab. Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Pemerintah Desa Candirejo. 2020. Peraturan Desa Candirejo Nomor 03 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Candirejo Tahun 2021-
2026. Pemerintah Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang

Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: CV. Alfabeta.

73
Tim Terpadu Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bandungan Jragung, 2021

LAMPIRAN

74
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
NOTULEN RAPAT
EKSPOSE AWAL DAN PERSIAPAN PENELITIAN TERPADU
PERMOHONAN PERSETUJUAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN
UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG
AN. MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DI KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

I. DASAR : Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor
UN.10/PKTL-KUH/PPFKH/PLA.2/11/2021 tanggal 3 November 2021.
II. PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Senin, 8 November 2021
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Media : Aplikasi Zoom Meeting
Meeting ID: 876 7197 8746; Password: 260227
Pimpinan Rapat : Plt. Kasubdit Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Acara : 1. Paparan permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
pembangunan Bendungan Jragung an. Menteri PUPR di Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah; dan
2. Pembahasan persiapan penelitian lapangan Tim Terpadu.

III. PESERTA RAPAT (Daftar Terlampir)

IV. HASIL RAPAT


1. Menteri PUPR melalui surat Nomor PS.03.01-Mn/1419 tanggal 20 Agustus 2021 mengajukan
permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk pembangunan Bendungan Jragung
seluas ± 630,04 ha yang berada pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) dan Kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
2. Menindaklanjuti permohonan tersebut butir 1, telah dibentuk Tim Terpadu sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/10/2021
tanggal 26 Oktober 2021 tentang Pembentukan Tim Terpadu dalam rangka Penelitian
Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Seluas ± 360,23 (Tiga
Ratus Enam Puluh dan Dua Puluh Tiga Perseratus) Hektar dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas
(HPT) Seluas ± 268,96 (Dua Ratus Enam Puluh Delapan dan Sembilan Puluh Enam Perseratus)
Hektar untuk Pembangunan Bendungan Jragung atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
3. Hasil telaah penutupan lahan berdasarkan penafsiran CSRT Tahun 2018 didominasi oleh hutan
tanaman (jati) seluas ± 581,03 ha (92,35%). Penutupan lahan lainnya berupa tubuh air seluas
± 39,33 ha (6,25%), pertanian lahan kering campur seluas ± 4,41 ha (0,70%),
bangunan/permukiman seluas ± 2,73 ha (0,43%), dan sawah seluas ± 1,69 ha (0,27%).
4. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana,
terdapat beberapa permasalahan pengadaan tanah untuk Bendungan Jragung yaitu:
a. Terdapat tanah masyarakat di atas tanah Perhutani sebanyak 36 bidang.
b. Terdapat tegakan tanaman di atas tanah Perhutani yang ditanami masyarakat sebanyak
31 orang penggarap dan 45 bangunan warga di atas tanah Perhutani.
c. Terdapat makam umum 285 unit (1.960 m2), 1 makam keramat (49 m2), masjid seluas
121 m2, fasum berupa 2 jembatan dan jalan milik desa (panjang 2,035 km) yang berada di
kawasan hutan.
d. Masyarakat menghendaki relokasi kampung dari Kedungglatik ke Candirejo sebanyak
103 KK (luas ± 7 ha). Tanah untuk relokasi saat ini belum tersedia.
e. Pemindahan 12 tapak SUTET, sebanyak 9 tapak di tanah Perhutani, 3 tapak di tanah warga.

/5. Berdasarkan ...


-2-

5. Berdasarkan Pertimbangan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/0013170 tanggal 30 September


2021 dan Pertimbangan Teknis Perum Perhutani Nomor 0293/044.3/SEKPER/2021 tanggal
21 September 2021, terdapat areal seluas ± 0,44 ha yang semula diperuntukkan sebagai jalan
akses, saat ini tidak akan lagi digunakan sebagai jalan akses.
6. Berdasarkan informasi dari Direktorat Rencana, Penggunaan dan Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan:
a. Terdapat tumpang tindih dengan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan an. PT. PLN
(Persero) sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.416/Menlhk/Setjen/PLA.0/7/2021 tanggal 26 Juli 2021, seluas ± 1,46 ha yang digunakan
untuk jalur transmisi SUTET (bukan tapak SUTET).
b. Jalan akses seluas ± 8,52 ha apabila tidak akan selamanya digunakan (misal untuk jalan
akses ), dapat dilakukan melalui mekanisme kerjasama dengan Perum Perhutani.
c. Permohonan kerjasama untuk jalan akses ± 8,52 ha sudah disampaikan oleh Perum
Perhutani, namun jalan tersebut belum terlingkup dalam dokumen AMDAL pembangunan
Bendungan Jragung.
7. Berdasarkan informasi dari Direktorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial:
a. Berada pada PIAPS Revisi VI sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor SK.4028/MENLHK-PKTL/REN/PLA.0/5/2021, seluas ± 53,04 ha.
b. Terdapat usulan PIAPS oleh LMDH Wana Jati Mulya dan LMDH Wono Arto pada Tahun 2018.
c. Berbatasan dengan IPHPS KTH Mekar Jaya sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.1990/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/3/2021 yang terletak di Desa
Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.
8. Mengacu ketentuan Pasal 273 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7
Tahun 2021:
a. Ayat (7), Persetujuan Pelepasan Kawasan hutan harus mempertahankan Kecukupan Luas
Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan provinsi.
b. Ayat (8), Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung Kawasan Hutan tetap layak kelola.
9. Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa Tengah (lampiran
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004 dan Peta
Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan sampai dengan Tahun 2018 (lampiran Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.9406/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2019
tanggal 6 November 2019), proporsi luas kawasan hutan (daratan) di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 19,7 % (kurang dari 30%).
10. Berdasarkan informasi dari Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan
Sektor, bahwa kegiatan Proyek Strategis Nasional Bendungan Jragung belum terlingkup dalam
KLHS RTRWP maupun KLHS RPJMD.
11. Pelaksanaan peninjauan lapangan penelitian Tim Terpadu akan dilaksanakan selama
6 (enam) hari terhitung tentatif mulai tanggal 15 s.d. 20 November 2021.
12. Kementerian PUPR agar menyediakan data-data dan dokumen-dokumen pendukung sebelum
pelaksanaan penelitian Tim Terpadu di lapangan.

Jakarta, 8 November 2021


Pimpinan Rapat,

Dr. FX. Herwirawan, S.Hut., M.Si.


NIP. 19700405 199603 1 001
NO. HADIR SEBAGAI

1 II PESERTA RAPAT

2 III TIM TERPADU

3 III/b PESERTA RAPAT

4 PESERTA RAPAT

5 PESERTA RAPAT

6 PESERTA RAPAT

7 TIM TERPADU 08112661113

PESERTA RAPAT

9 PESERTA RAPAT

KOORDINATOR TIM
10
TERPADU

SEKRETARIAT TIM
11
TERPADU

12 PESERTA RAPAT
NO. HADIR SEBAGAI

13 IV-3 PESERTA RAPAT

14 PESERTA RAPAT

15 PESERTA RAPAT

16 III PESERTA RAPAT

17 TIM TERPADU

18 PESERTA RAPAT

19 PESERTA RAPAT

20 PESERTA RAPAT

SEKRETARIAT TIM
III
TERPADU

22 PESERTA RAPAT

23 TIM TERPADU

24 III TIM TERPADU


NO. HADIR SEBAGAI

25 PESERTA RAPAT

26 TIM TERPADU

27 TIM TERPADU

28 III PESERTA RAPAT

29 PESERTA RAPAT

30 III B TIM TERPADU

31 PESERTA RAPAT

32 PESERTA RAPAT

33 PESERTA RAPAT

34 TIM TERPADU

SEKRETARIAT TIM
35 III
TERPADU

36 PESERTA RAPAT
NO. HADIR SEBAGAI

37 TIM TERPADU

38 IIIa PESERTA RAPAT

SEKRETARIAT TIM
39
TERPADU

40 KETUA TIM TERPADU


Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15

BERITA ACARA LAPORAN PENELTTIAN TIM TERPADU


DALAM RANGKA PERMOHONAN PERSETUJUAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN
UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG
ATAS NAMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DI KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Pada hari ini Senin tanggal tiga belas bulan Desember Tahun dua ribu dua puluh satu, Tim

Penelitian Terpadu yang bertanda tangan dibawah ini secara bersama-sama menyatakan:
1. Penelitian lapangan telah dilakukan tanggal 15 November sampai dengan 20 November
2021 sesuai Surat Perintah Tugas Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Nomor ST.100/PKTL/KUH/PLA.2lLtl202L tanggal 11 November 202L dalam
rangka penelitian permohonan persetujuan pelepasan kawasan Hutan Produksi Tetap
(HP) seluas L 360,23 ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas L 268,96

ha untuk Pembangunan Bendungan Jragung atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah;
2. Sehubungan dengan butir 1, Tim Terpadu telah melaksanakan rapat Pembahasan dan
Penyusunan Laporan tanggal 9 Desember sampai dengan 13 Desember 2A2l;
3. Hasil rapat dengan rekomendasi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan budaya, serta hukum dan
kelembagaan, maka permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan atas nama
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk pembangunan Bendungan
Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dapat diproses lebih lanjut
seluas + 620,77 ha, dengan catatan:
a. Dalam hal kecukupan luas dan tutupan hutan provinsi Jawa Tengah tidak terpenuhi,
pemohon harus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.
b. Terhadap pekerjaan penyiapan yang sudah berjalan untuk dihentikan sementara
sampai mendapat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
c. Terhadap lokasi Borrow Area, setelah dilakukan pengambilan material agar
dimanfaatkan untuk kepentingan umum (relokasi permukiman, fasos, fasum yang
terdampak pembangunan bendungan).
4. Hasil dan rekomendasi secara lengkap dituangkan dalam laporan Tim Terpadu dalam
rangka penelitian tim terpadu persetujuan pelepasan kawasan Hutan Produksi Tetap
(HP) dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) untuk Pembangunan Bendungan
Jragung atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak di
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, dokumen laporan terlampir.

n*;i,u\r
Demikian Serita Acara ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

No Nama Instansi / Lembaga Tanda Tangan


1. Dr. Edi Mirmanto, M.Sc Pusat Riset Biologi, Sadan Riset
(Ketua) dan Inovasi Nasional

2. Dr. Wahyu Wardhana, S.Hut., Fakultas Kehutanan, Universitas


M.Sc. Gadjah Mada

3. Dr. Neo Endra Lelana, S.Si., Pusat Standardisasi Instrumen


M.Si. Pengelolaan Hutan Berkelanjutan,
Sadan Standardisasi Instrumen
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
4. Elvida Yosefi Suryandari, Pusat Standardisasi Instrumen
S.Hut., M.SE. Ketahanan Bencana dan
Perubahan lklim, Sadan
Standardisasi Instrumen
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5. Aris Subekti, S.H. Biro Hukum, Sekretariat Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

6. Dwi Joko Waluyo, S.Hut. Direktorat Kesatuan Pengelolaan


Hutan Produksi, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Hutan
Lestari
7. Wahyudi Ardhyanto, S.Si., Direktorat Penyiapan Kawasan
S.T., M.T. Perhutanan Sosial, Direktorat
Jenderal Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan
8. Michael Edward, S.H., M.H. Sekretariat Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan

9. Bobby Rachmat Fitriyanto, Direktorat Rencana, Penggunaan,


S.Hut., M.Ling dan Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan, Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan dan
Tata Lingkungan
10. Indira Puspita, S.T. Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
No Nama Instansi / Lembaga Tanda Tangan
11. Prasetyo Adhi Chrisnarmoko, Dinas Pekerjaan Umum

(¼·
S.T., M.T., M.Sc. Kabupaten Semarang

12. Kelik Tricahyono, S.Hut. Balai Pemantapan Kawasan Hutan


Wilayah XI Yogyakarta

f4�
13. Iwan Nurhidayat Perum Perhutani
Lampiran 16
NOTULENSI RAPAT
PAPARAN HASIL PENELITIAN TERPADU PERMOHONAN PERSETUJUAN
PELEPASAN KAWASAN HUTAN UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG
ATAS NAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DI KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

I. DASAR
Surat Undangan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor
UN.110/PKTL/KUH/PLA.2/12/2021 tanggal 3 Desember 2021.

II. PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Desember 2021
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat/Media : Aplikasi Zoom Meeting ID: 848 5653 7677, Password: 103227
Pimpinan Rapat : Plt. Kasubdit Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Agenda : Paparan Hasil Penelitian Tim Terpadu Permohonan Persetujuan
Pelepasan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bendungan Jragung
an. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

III. PESERTA RAPAT (Daftar Hadir Terlampir)

IV. HASIL RAPAT


1. Pembangunan Bendungan Jragung merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN)
sesuai Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.
2. Penelitian Tim Terpadu dalam rangka persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk
pembangunan Bendungan Jragung an. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
seluas ± 629,19 ha di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah didasarkan atas
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.6423/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/10/2021 tanggal 26 Oktober 2021.
3. Berdasarkan rencana kegiatannya, lokasi penelitian seluas ± 629,19 ha terdiri dari area
genangan dan seluas ± 512,92 ha, seluas ± 20,21 ha, ,
tapak bendungan, dan bangunan pelengkap seluas ± 87,10 ha, serta jalan akses seluas
± 8,96 ha (terletak di Desa Penawangan seluas ± 0,44 ha serta di Desa Candirejo dan Desa
Jatirunggo seluas ± 8,52 ha).
4. Rekomendasi dan saran Tim Terpadu sebagai berikut:
a. Rekomendasi:
Berdasarkan hasil penelitian aspek biofisik, sosial ekonomi dan budaya, serta hukum dan
kelembagaan, Tim Terpadu merekomendasikan permohonan persetujuan pelepasan
kawasan hutan atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dapat
diproses lebih lanjut seluas ± 620,77 ha, dengan catatan:
1) Dalam hal kecukupan luas dan tutupan hutan provinsi Jawa Tengah tidak terpenuhi,
pemohon harus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.
2) Terhadap pekerjaan penyiapan yang sudah berjalan untuk dihentikan sementara
sampai mendapat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
-2-

3) Terhadap lokasi , setelah dilakukan pengambilan material agar


dimanfaatkan untuk kepentingan umum (relokasi permukiman, fasos, fasum yang
terdampak pembangunan bendungan).
b. Saran:
1) Untuk mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan sebagaimana diamanatkan
oleh peraturan perundang-undangan, maka diperlukan kebijakan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap proses persetujuan pelepasan kawasan
hutan untuk Bendungan Jragung yang merupakan kegiatan Proyek Strategis Nasional,
mengingat sampai saat ini belum terbit Keputusan Menteri tentang Kecukupan Luas
Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan di Provinsi Jawa Tengah.
2) Terkait perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani dengan LMDH Wana Jati Mulyo
yang terdampak pembangunan bendungan, pemohon perlu berkoordinasi dengan
pihak terkait untuk mencarikan lahan garapan baru pada petak lain Hutan Pangkuan
Desa Candirejo.
3) Terhadap lokasi usulan pelepasan kawasan hutan untuk Bendungan Jragung yang
masuk dalam indikatif PIAPS Revisi VI, menjadi bahan untuk dikeluarkan dari PIAPS
revisi selanjutnya dan pemohon perlu berkoordinasi dengan instansi terkait.
4) Terhadap jalan akses seluas ± 8,52 ha (jalur Ngrapah) yang termasuk dalam areal
yang direkomendasikan, digunakan untuk umum dan pengelola bendungan.
5) Terkait pemanfaatan kayu, pemohon agar berkoordinasi dengan Perum Perhutani dan
instansi terkait lainnya.
5. Dari areal yang dimohon seluas ± 629,19 ha, seluas ± 8,42 ha tidak direkomendasikan
dengan rincian sebagai berikut:
a. Jalan akses di Desa Penawangan seluas 0,44 ha yang tidak masuk dalam Pertimbangan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/0013170 tanggal 30 September 2021 karena
berdasarkan informasi dari pemohon jalan tersebut tidak akan lagi digunakan.
b. Areal yang tumpang tindih dengan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan
an. PT. PLN (Persero) sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK.416/Menlhk/Setjen/PLA.0/7/2021 tanggal 26 Juli 2021 seluas
± 1,46 ha yang digunakan untuk jalur transmisi SUTET (bukan tapak tower).
c. Areal yang terfragmentasi akibat adanya PPKH an. PT. PLN (Persero) seluas ± 6,52 ha.
6. Jalan akses seluas ± 8,52 ha merupakan alur perhutani dengan lebar 6-8 meter yang
penggunaannya sementara namun akan dilakukan kegiatan pelebaran jalan oleh
Kementerian PUPR sehingga tidak dapat ditempuh melalui mekanisme kerjasama. Pelebaran
jalan tersebut juga dapat membuka akses menuju Dusun Ngrapah yang selama ini terisolir.
Selanjutnya, jalan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan umum karena portal akan
dilokasikan di dekat tubuh bendungan.
7. Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan untuk pembangunan Bendungan
Jragung merupakan Proyek Strategis Nasional yang bersifat non komersil sehingga
dikecualikan dari kewajiban pembayaran penggantian nilai investasi, namun sebagai gantinya
Perum Perhutani dapat memanfaatkan tanaman yang ada pada areal Persetujuan Pelepasan
Kawasan Hutan. Dalam hal ini, Perum Perhutani menyampaikan harapannya agar kegiatan
pembersihan dan penyiapan lahan dapat dibiayai oleh pihak pemohon/Kementerian PUPR.
8. Kegiatan pekerjaan penyiapan pembangunan Bendungan Jragung didasarkan atas Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang dimulai pada tahap awal tanggal 14 Oktober 2020 sebelum
terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja serta Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif dan
Tata Cara Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Denda Administratif di Bidang
Kehutanan, dimana dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2021 mengatur:
-3-

a. Ayat (3), Setiap Orang yang melakukan kegiatan usaha pertambangan, perkebunan,
dan/atau kegiatan lain yang telah terbangun di dalam Kawasan Hutan yang dilakukan
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang
tidak memiliki Perizinan di bidang kehutanan, dikenai Sanksi Administratif.
b. Ayat (4), Sanksi Administratif berupa:
Penghentian Sementara Kegiatan Usaha;
Denda Administratif;
pencabutan Perizinan Berusaha; dan/atau
paksaan pemerintah.
9. Berkenaan dengan rekomendasi Tim Terpadu untuk penghentian sementara kegiatan sampai
mendapat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, mengacu ketentuan Pasal 67 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Kehutanan, pemegang Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan
dapat melaksanakan kegiatannya bersamaan dengan pelaksanaan tata batas Kawasan Hutan
yang dilepaskan.
10. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional yang ditujukan kepada antara lain Para Menteri Kabinet Kerja, Diktum
Kedua menyatakan melakukan penyelesaian masalah dan hambatan dalam pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional atau untuk memberikan dukungan dalam percepatan pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional antara lain dengan mengambil diskresi dalam rangka mengatasi
persoalan yang konkret dan mendesak, maka terhadap kegiatan yang sudah terbangun
berdasarkan fakta di lapangan diperlukan langkah strategis kebijakan dari Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

V. KESIMPULAN
1. Peserta rapat menyetujui bahwa pembangunan Bendungan Jragung merupakan Proyek
Strategis Nasional yang perlu didukung dan pelaksanaannya mengacu pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pada prinsipnya, para pihak dapat memahami dan menerima hasil penelitian dan
rekomendasi Tim Terpadu dalam rangka permohonan persetujuan pelepasan kawasan hutan
untuk pembangunan Bendungan Jragung an. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, namun diperlukan langkah strategis agar sanksi administratif berupa penghentian
sementara tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap proyek pembangunan.
3. Tim Terpadu akan melakukan finalisasi laporan berdasarkan masukan-masukan dari peserta
rapat untuk kemudian menyampaikan hasilnya kepada Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

Pimpinan Rapat,

Dr. FX. Herwirawan, S.Hut., M.Si.


NIP. 19700405 199603 1 001
DOKUMENTASI RAPAT
BSI IIId/Penata Tk. I

IV/a

III C
III c

IVb

IVa

IVb

IV/3

IV/a

IVa
Penata Tk I / III.d

IV b

IVa

PRB BRIN IV/d

IV/b

III b 08112661113

Penata TK I / IIId

IIIc/Penata

IV B

BSI KLHK IV/a


Lektor IIIc

Dit. PDLKWS KLHK

IV/a

III C
Lampiran 17
110°30'0"E 110°31'30"E 110°33'0"E
Kali Ngrajeg
Je m bo
lo

PETA

Kali
REKOMENDASI TIM TERPADU

Jrag
PERMOHONAN PERSETUJUAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN
lak

ng u
i Do
UNTUK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JRAGUNG
7°7'30"S

7°7'30"S
Kal

AN. MENTERI PEKERJAAN UMUM

Kali Jragung
DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kali Jragung
DI KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Kali Jragung
SKALA 1 : 25.000

Kali Jragung
gan
B oran 0 0,25 0,5 1 1,5 2 2,5 Km
Kali

U
Penawangan

Ka
Ka

li Lu
KETERANGAN :
l
iD

tu n
g
ol
ak

Lokasi yang direkomendasikan seluas ± 620,77 ha.


Lokasi yang tidak direkomendasikan seluas ± 8,42 ha.

Kampung/pemukiman
Jalan

Do
la k
e n Sungai/Anak Sungai/Tubuh Air
li ap
Ka
n li S
ga Ka

Kali Jrag
an apen

Ka
aw
S
FUNGSI KAWASAN HUTAN :

l
Kali

iJ
n

ra
Pe

gu
l i

un
Hutan Produksi Tetap

n
Ka HP

g
g
7°9'0"S

7°9'0"S
APL Areal Penggunaan Lain

Ka
l iJ
ra
gu
n g
DASAR :
- Surat Menteri PUPR Nomor PS.03.01-Mn/1419 tanggal 20 Agustus 2021 hal Permohonan
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan pada Proyek Strategis Nasional (PSN) untuk
Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
o m
Kali Tri

Kali Trimo
- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor. SK.6423/MENLHK-PKTL/KUH/
Pla.2/10/2021 tanggal 26 Oktober 2021 tentang Pembentukan Tim Terpadu dalam rangka
tung im
o Penelitian Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas
u Tr
Kali L li
Ka 360,23 ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 268,96 ha untuk Pembangun
o
Trim

Kal
i Tr
im an Bendungan Jragung an Menteri PUPR yang terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi
li

o
Ka

Jawa Tengah.
o
i Trim
Kal

SUMBER :
Ka
li
Tri
m

- Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000


o

Candirejo
- Peta Kawasan Hutan Provinsi Jawa tengah Skala 1 : 250.000
Ngrapah
(Lampiran Keputusan MenLHK No. 3590/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004)

Kali Jragung
Duren - Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengahi dengan tahun 2018 .
Sambirejo (lampiran Keputusan MenLHK Nomor SK. 8100/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2018
tanggal 23 November 2018).
- Hasil Tim Terpadu dalam rangka Penelitian Permohonan Persetujuan Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi Tetap (HP) Seluas ± 360,23 Hektar dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Ka
7°10'30"S

7°10'30"S
iJl
Ka

(HPT) Seluas ± 268,96 Hektar untuk Pembangunan Bendungan Jragung atas nama Menteri
ra
l
iJ

gu

Ka
ra

l iJ
g
gu

ra
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang terletak
n

gu
g

n g Sambiroto
di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Wonoreja Larangan n g
gu
Dawung ra Ka
li J li
Ka W
a tu 110°30'0"E 110°45'0"E
Kali Jragung
g
un

PETA SITUASI
ut

Demak
iLl
Ka

SEBAGIAN
g

Kal
Kali Jragun

iK
Rejosari lum
puk PROVINSI JAWA TENGAH
SKALA 1 : 500.000

Kawah
SEMARANG

7°0'0"S

7°0'0"S
puk
Kali Klum
Ka Soklatan
l iL
Kali K

ut
un
g
m puklu

Gelaskambang
Sengkrik
Getasan
Kali

Dawunggajah gu
n g
puk
K

Jra
lump

li
Ka
lum
iK
uk
Kal
7°12'0"S

7°12'0"S

Bajangan Krajankalikurma e dad


Kali G

7°15'0"S

7°15'0"S
Ka

Watugajah ad Ambarawa
li

d
Dawung Ge Areal yang dipetakan
Pu

li
Ka
rw

d a
o

Ged

110°30'0"E 110°45'0"E
Kali

Ka Watugajah Dua
KETUA TIM TERPADU
Ka

l iG
l

Kali Tuntang Kali Purwo


iG

ey
on
ey

ga
on

n
Kali K
ga
n

a
urma

rm
li Ku
Ka
Sugihwaras
Kandangan Dr. Edi Mirmanto, M. Sc.

110°30'0"E 110°31'30"E 110°33'0"E

Anda mungkin juga menyukai