Anda di halaman 1dari 6

06

M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB
MP
TN

geografi
SESI 6
INDUSTRI

A. Pengertian Industri
a. Semua kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif.
b. Semua kegiatan yang bersifat mengubah atau mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi.

B. Syarat Berdirinya Industri


a. Tersedia modal
b. Tersedia bahan mentah
c. Tersedia tenaga kerja
d. Tersedia energi
e. Tersedia pasar (konsumen)
f. Tersedia alat transportasi dan komunikasi
g. Stabilitas politik dan keamanan terjamin
h. Melaksanakan AMDAL

C. Faktor yang Menentukan Lokasi Industri


a. Dekat dengan bahan mentah atau baku
b. Dekat tenaga kerja
c. Dekat energi
d. Dekat pasar

1
e. Transportasi lancar
f. Air cukup
g. Lahan luas dan datar
h. Ada manajemen yang handal
i. Ada kebijakan pemerintah

D. Substitusi Industri
Substitusi industri adalah kebijakan substitusi impor dengan cara memproduksi barang-
barang yang diimpor.

a. Manfaat Substitusi Impor (SI)


1. Mengurangi ketergantungan pada impor
2. Memperkuat sektor industri
3. Memperkuat kesempatan kerja sehingga tenaga kerja yang melimpah di sektor
pertanian dapat diserap oleh sektor industri tanpa mengurangi pengeluaran sektor
pertanian
4. Menghemat devisa

b. Kelemahan Substitusi Impor


1. Menguntungkan perusahaan asing yang menanam modal di sektor industri SI
2. Menimbulkan gejala monopoli (pembatasan produsen)

E. Klasifikasi Industri
a. Aneka industri : makanan, minuman, dan kerajinan.
Industri logam : besi, baja, timah, dan mesin.
Industri kimia : pupuk, obat, semen, ban, kertas, dan cat.
Industri kecil/tekstil : batik, pemintalan, rajutan, dan konveksi.
b.Berdasarkan bahan mentah
1. Industri agraris: bahan mentahnya hasil pertanian.
Contoh: minyak goreng, teh, gula, kopi, dan tekstil.
2. Industri non-agraris: bahan mentahnya dari hasil pertambangan.
Contoh: besi, baja, semen, dan minyak bumi.
c.Berdasarkan proses produksi
1. Industri hulu: mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Contoh: kertas, koran, kain, lembaran karet, lembaran besi, dan aluminium.
2. Industri hilir: mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi.
Contoh: kertas koran menjadi koran, lembaran karet menjadi ban, dan
aluminium menjadi alat-alat dapur.

2
d.Berdasarkan hasil produksi
1. Industri berat: menghasilkan mesin-mesin dan alat-alat produksi.
Contoh: baja, mesin-mesin pabrik, dan kendaraan.
2. Industri ringan: menghasilkan barang jadi yang langsung dipakai masyarakat.
Contoh: makanan, minuman, obat-obatan, hasil kerajinan, dan tekstil.
e. Berdasarkan asal modal
1. Industri PMDN: modal dari penanaman modal dalam negeri (pemerintah dan
pengusaha swasta nasional)
2. Industri PMA: modalnya dari penanam modal asing.
3. Industri patungan: modalnya dari swasta nasional dan modal asing.
f.Berdasarkan pasarnya
1. Industri lokal: pasarnya di negeri saja karena mudah rusak.
Contoh: kue basah, ikan segar, dan daging segar.
2. Industri dasar: pasarnya di dalam dan di luar negeri.
Contoh: tekstil, mebel, dan pesawat.
g.Berdasarkan produktivitas perdagangan
1. Industri primer: menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut.
Contoh: anyaman bambu, kerajinan tanah liat, dan kulit.
2. Industri sekunder: menghasilkan barang-barang yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut.
Contoh: benang, kain, terigu, karton, kawat, coklat, pipa, besi, dan plastik.
3. Industri tertier: bergerak di bidang jasa, pelayanan, atau fasilitas.
Contoh: transportasi, keuangan, pendidikan, kesehatan, dan asuransi.
h.Jenis-Jenis industri lain
1. Industri campuran: menghasilkan lebih dari satu macam barang karena saling
membutuhkan.
2. Industri trafik: semua bahan mentahnya dari impor.
Contoh: wol, anggur, dan bir.
3. Industri ekstraktif: bahan mentahnya langsung diambil dari alam.
Contoh: ikan asin, bandeng, udang, anyaman bambu dan rotan, buah, bunga
hias, besi, serta emas.

F. Orientasi Lokasi Industri


a. Industri Berlokasi Dekat Bahan Baku.
1. Contohnya industri semen, batu bara, dan kayu lapis. Faktor penyebab:
• Butuh bahan baku banyak.
• Indeks material (IM) lebih besar dari satu.
• Ongkos angkut bahan baku lebih mahal dibandingkan ongkos angkut barang jadi.

3
2.Contoh industri susu, gula, dan gas. Faktor penyebab:
• Butuh bahan baku banyak.
• Indeks material labih besar dari satu.
• Ongkos angkut bahan baku lebih mahal dibandingkan ongkos angkut barang
jadi.
• Bahan baku cepat rusak.

Berat Bahan Baku
Indeks Material =
Barang-barang Jadi

b. Industri Berlokasi Dekat Pasar


Contohnya makanan, keramik, kaca, dan pakaian. Faktor penyebab:
1. Bahan baku sedikit dan ada di mana-mana.
2. Indeks material lebih kecil dari satu.
3. Ongkos angkut barang jadi lebih mahal dibandingkan ongkos angkut bahan baku.
4. Barang jadinya cepat rusak.

c. Industri Berlokasi di Dekat Tenaga Kerja


Industri berlokasi di dekat tenaga kerja disebut juga industri padat karya. Contohnya,
tekstil, garmen, sepatu, rokok, batik, jamu, elektronik, mie, ukir-ukiran, dan pahatan. Faktor
penyebabnya, yaitu kebutuhan tenaga kerja yang banyak, baik tenaga ahli atau terampil
maupun tenaga kasar.

d. Industri Berlokasi Dekat Energi


Contohnya industri peleburan bauksit menjadi alumunium, peleburan besi, dan nikel
menjadi baja. Faktor penyebabnya, industri ini membutuhkan energi yang cukup
banyak.

G. Teori Lokasi Industri


a. Teori Susut Ongkos
1. Semakin besar susutnya, lokasi pabrik semakin mendekati bahan baku.
2. Semakin besar ongkos transportasinya, lokasi pabrik semakin mendekati pasar.

b. Teori Lokasi Industri Alfred Weber


Lokasi industri berada di tempat-tempat yang ongkos transportasinya paling
murah.

4
1. Teori lokasi industri
• Unit fasilitas homogen dalam iklim, topografi dan penduduknya, kondisi pasar
dalam persaingan sempurna.
• Bahan baku terdapat di daerah tertentu.
• Pasar terdapat di daerah tertentu.
• Tenaga kerja berada di daerah tertentu.
• Alat transportasi hanya satu jenis.
• Lokasi pabrik hanya di satu tempat.
• Biaya transportasi tergantung pada bobot produk dan jarak.

2. Menurut Weber, biaya produksi dipengaruhi beberapa faktor


• Biaya transportasi bahan baku ke lokasi industri.
• Biaya transportasi produk jadi ke pasar.
• Biaya tenaga kerja (upah).
• Harga bahan baku.

3. Segitiga Lokasional Weber

LI
ABB ABB

P : Pasar
LI: Lokasi Industri
ABB: Asal Bahan Baku
• Jika IM > 1 maka mendekati bahan baku.
• Jika IM < 1 maka mendekati pasar.

Berat Bahan Baku


Indeks Material =
Barang-barang Jadi

5
c. Teori Tempat Sentral/Central Place Theory (W. Christaller)
Lokasi industri harus berada di tempat yang sentral, yaitu tempat yang banyak
penduduknya. Jadi, penduduk tersebut dapat berperan sebagai produsen dan
konsumen.
1. Teori Christaller
• Topografi wilayah seragam.
• Tingkat ekonomi penduduk homogen.

2. Syaratnya produsen
• Range: jangkauan pasar, jarak yang harus ditempuh penduduk untuk
memenuhi kebutuhannya.
• Threshold: jumlah minimal penduduk yang diperlukan bagi kelancaran suplai
barang.
Luasan pemasaran tergantung pada tingkat kepadatan penduduk. Makin tinggi
kepadatan penduduk, maka makin kecil wilayah pemasarannya.

d. Teori Lokasi Industri (Losch)


Lokasi industri dipilih berdasarkan permintaan terbesar sehingga dapat menjangkau
wilayah pemasaran yang luas. Losch memandang suatu permukaan lahan yang datar dan
homogen jika suplai oleh pusat (industri) akan menghasilkan volume penjualan yang
berbentuk kerucut. Artinya, semakin jauh dari pusar industri, volume penjualan barang
semakin tinggi sebagai akibat dari naiknya biaya transportasi yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai