Anda di halaman 1dari 41

MATERI PENGANTAR

ILMU DAKTILOSKOPI
[Document subtitle]

DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2022
DAKTILOSKOPI ILMU TENTANG SIDIK JARI

A. LATAR BELAKANG

Daktiloskopi berasal dari dua kata Yunani yaitu dactylos yang berarti jari
jemari atau garis jari dan scopein yang artinya mengamati atau meneliti.
Kemudian dari pengertian itu timbul istilah dalam bahasa inggris yang kita kenal
menjadi “Ilmu Sidik Jari”. Kedua ilmu itu ditetapkan pada objek yang sama, garis
papil, tetapi tujuan Daktiloskopi tersebut lebih dititikberatkan untuk keperluan
personal identifikasi. Daktiloskopi berarti mengamati sidik jari khususnya garis
yang terdapat pada ruas ujung jari, baik tangan dan kaki. Jadi, daktiloskopi
berarti ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali
atau untuk proses identifikasi orang.
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja
diambil,dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda
karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan/kaki. Kulit telapak adalah
kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai
kesemua ujung jari dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit sampai ke
ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang
keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah/alur yang membentuk lukisan
tertentu. Kulit tapak terdiri dari dua lapisan:

1. Lapisan dermal adalah kulit jangat/kulit yang sebenarnya. Kulit inilah yang
menentukan garis yang ada pada permukaan kulit telapak.
2. Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar/garis papilar. Garis inilah yang
menjadi Perhatian kita untuk menentukan bentuk pokok perumusan dan
perbandingan sidik jari.
Jenis sidik jari dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
 Visible impression adalah sidik jari yang dapat langsung dilihat
tanpa menggunakan alat bantu.
 Laten impression adalah sidik jari yang biasanya tidak dapat dilihat
langsung tetapi harus dengan menggunakan beberapa cara
pengembangan terlebih dahulu supaya dapat nampak lebih jelas.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 1 | P a g e


 Plastic impression adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang
lunak seperti sabun, gemuk, permen, coklat. Sedangkan untuk sidik jari
yang mengalami kerusakan atau cacat dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
a. Cacat sementara adalah cacat pada bagian kulit luar (epidermal) dan
garis yang cacat /rusak tersebut dapat sembuh kembali
seperti semula.
b. Cacat tetap adalah cacat yang disebabkan karena ikut rusaknya garis
yang sampai lapisan dermal. Sidik jari yang cacat tetap atau sementara
biasnya tidak akan mempengaruhi identifikasi terhadap jari kecuali
apabila sidik jari rusak sama sekali. Ada tiga dalil atau aksioma yang
melandasi daktiloskopi (ilmu sidik jari), yaitu:
 Sidik jari setiap orang tidak sama.
 Sidik jari manusia tidak berubah selama hidup.
 Sidik jari dapat dirumuskan dan diklasifikasikan secara matematis.
Ketiga dalil yang telah dicetuskan oleh Sir Francois Galton (1822-
1916) didasarkan pada hasil penelitian terhadap beribu-ribu sidik jari
manusia yang telah diteliti.

Identifikasi seseorang yang sering digunakan dan dapat dijamin kepastian


hukumnya adalah dengan cara mempelajari sidik jari yang disebut sebagai
Daktiloskopi. Daktiloskopi dilaksanakan atas dasar prinsip bahwa sidik jari tidak
sama pada setiap orang dan sidik jari tidak berubah selama hidup. Sejarah
perkembangan Daktiloskopi di Indonesia diawali dengan dikeluarkannya
Koninklijk Besluit 16 Januari 1911 Nomor 27 (I.S 1911 Nomor 234) tentang
penugasan kepada Kementerian Kehakiman untuk menerapkan Sistem
Identifikasi Sidik jari atau Daktiloskopi.

Pelaksanaan Sistem Daktiloskopi dimulai pada tanggal 12 November 1914


setelah dengan resmi dibuka sebuah kantor Daktiloskopi Departemen
Kehakiman yang dilakukan dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda (besluit van den Governeur-Generaal van Nederlandsch-Indie) tanggal
30 Maret 1920 Nomor 21 (I.S. 1920 Nomor 259) tentang Pembentukan Kantor
Pusat Daktiloskopi Departemen Kehakiman. Selain itu, dengan Keputusan

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 2 | P a g e


Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 28 Maret 1914 Nomor IT (I.S 1914
Nomor 322) tentang Reorganisasi Kepolisian di Batavia, Semarang, Surabaya,
termasuk Mester Cornelis, Kepolisian ditugasi mengambil fotografi dan
Daktiloskopi di bagian reserse.

Bedasarkan kegunaan dan pemanfaatan Daktiloskopi yang menjamin


kepastian hukum identitas seseorang, maka penyelenggaraan Daktiloskopi perlu
lebih diefektifkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu, penyelenggaraan
Daktiloskopi harus diatur dalam suatu Undang-Undang.

B. Keunikan Dan Sejarah Penggunaan Sidik Jari

Setiap manusia memiliki bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang
lain. Bahkan sekalipun mereka yang kembar identik, namun sidik jarinya tidaklah
sama. Keunikan ini membuat sidik jari berperan penting dalam proses
mengidentifikasi data diri seseorang.

Karena begitu pentingnya, manusia bahkan membuat ilmu khusus untuk


memperlajari tentang sidik jari dengan bernama Daktiloskopi. Keunikan sidik jari
ini baru ditemukan di akhir abad ke-19 M.

Sebelum ditemukan teknologi yang mutakhir, orang menganggap sidik jari


sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun disaat sidik

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 3 | P a g e


jari masih dianggap kurang menarik saat itu, Alquran sudah menuliskan pentingnya
arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

Keunikan sidik jari diperkenalkan pertama kali oleh Johann Christoph Andreas
Mayer (1747-1801) pada tahun 1788, seorang ahli anatomi Jerman. Pernyataan ini
diteruskan oleh Sir William James Herschel pada tahun 1858. Namun keduanya
hanya membahas tentang keunikan sidik jari, dan tidak mengkaji sidik jari sebagai
identitas.

Kajian bahwa sidik jari bisa dijadikan untuk mengidentifikasi seseorang


dilakukan oleh Sir Francis Golt pada tahun 1880. Menurutnya setiap sidik jari
manusia berbeda dan tidak ada yang sama. Setelah kajiannya, teknologi di dunia
mengalami perkembangan termasuk teknologi untuk mengkaji sidik jari.

Akhirnya sekitar tahun 60-an muncullah berbagai alat teknologi sidik jari
dengan sistem analisa elektronik. Alat ini digunakan pertama kali oleh Federal
Bureau Investigation (atau populer dengan sebutan FBI) di Amerika Serikat. FBI
menggunakannya untuk proses identifikasi kasus-kasus yang mereka kerjakan.
Dengan alat ini FBI dengan mudah menemukan data diri seseorang, bahkan bisa
untuk menemukan pelaku kejahatan.

Setelah itu, sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap
kriminalitas, tapi juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk mesin absensi,
teknologi akses kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi retail, sistem payment
dan masih banyak lagi.Seiring dengan itu, muncullah disiplin ilmu yang mempelajari
sidik jari, yaitu Daktiloskopi. Jauh sebelum penemuan ilmuwan barat tersebut,
Ilmuan Muslim Rashid al-Din Hamadani (1247-1318) sudah menjelaskan tidak ada
dua individu yang memiliki jari persis sama. Namun penemuan ini selalu dibantah
hingga akhirnya mereka sendiri yang melakukan penelitian dan mengklaim.

Terlepas dari semua itu, sejak diturunkan pada abad ke-7 Masehi, Alquran
sudah menjelaskan bahwa sidik jari merupakan bagian penting sebagai tanda
pengenal seseorang. Alquran dalam surat Al-Qiyamah ayat 3-4 menjelaskan
bagaimana mudahnya Allah SWT menghidupkan manusia setelah kematiannya.
Ayat ini juga menekankan tentang sidik jari dan membuatnya menjadi sebuah kajian
penting bagi Islam.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 4 | P a g e


“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-
jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4).

Penekanan ujung jari atau sidik jari ini tentu memiliki makna khusus, terlebih
hal ini dikatakan oleh Pencipta alam semesta. Setelah dikaji selama bertahun-tahun
serta didukung dengan teknologi, barulah diketahui tentang pentingnya bagian
tubuh yang satu ini. Layaknya barang yang memiliki kode unik, manusia pun
diberikan kode unik seperti sistem barcode sebagaimana yang digunakan sekarang
ini.

Sidik jari telah digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi positif orang
selama bertahun-tahun. Berikut adalah sejarah singkat sidik jari. Melihat sejumlah
cap-cap tangan di dalam gua-gua prasejarah, maka ditunjukkan bahwa minat
manusia terhadap tangan sudah ada sejak jaman batu. Demikian juga dengan
penemuan arkeologis berupa tangan-tangan yang dibuat dari batu, kayu dan gading
oleh peradaban-peradaban di masa lampau. Kaisar dari Cina menggunakan cap
jempolnya untuk menyegel dokumen pada tahun 3000 SM. Informasi tentang
aturan dan praktek pembacaan tangan telah ditemukan di dalam skrip-skrip vedic,
Injil dan tulisan di masa awal Semitic. Aristoteles (384-322 SM) menemukan sebuah
risalah pada palmistri (ilmu garis telapak tangan) di sebuah perubahan untuk dewa
Hermes. Dokter-dokter Yunani, Hypocrites dan Galen (130 SM – 200) adalah yang
banyak mengetahui seputar penggunaan palmistri sebagai bantuan
pengobatan. Julius Caesar (102 – 44 SM) menghakimi orang-orangnya dengan
palmistri.

Sayangnya praktek palmistri ditekan oleh pihak gereja katolik dan


menyebutnya sebagai praktek pemujaan setan. Minat banyak orang telah
dikekang, sehinga gereja mulai kehilangan pengaruhnya dalam pandangan
masyarakat umum. Orang-orang terkenal seperti Paracelsus (1493-1541) dan
Fludd (1574-1637) kembali mengangkat kehormatan palmistri melalui tulisan
mereka. Kemudian Dr. Carl Carus, dokter untuk Raja Saxony di abad ke-19
mencocokkan telapak tangan dengan kepribadian seseorang. Kemajuan dalam

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 5 | P a g e


ilmu genetika, psikologi dan forensik sudah mendorong palmistri ke dalam era
modern.

Dermatoglyphics adalah ilmu yang mempelajari kulit telapak tangan. Kata


tersebut terdiri dari dua kata, yakni “derma” artinya kulit dan “glyphs” artinya garis-
garis yang terukir. Apabila kita sekarang berbicara tentang Dermatoglyphs, maka
sebagian besar berhubungan dengan sidik jari, meskipun banyak garis-garis
lainnya pada telapak tangan.

Sidik jari kita dibentuk secara utuh dalam 16 minggu setelah pembetukan janin
dari embrio, dan 5 bulan penuh sebelum kita dilahirkan sidik jari tidak akan berubah
lagi dengan setiap sidik jari tersusun atas 50 sampai 100 garis. Para peneliti
menemukan epidermal ridge memiliki hubungan yang bersifat ilmiah dengan kode
genetik dari sel otak dan potensi inteligensia seseorang. Penelitian dimulai oleh
Govard Bidloo pada tahun 1685. Lalu, berturut-turut dilakukan oleh Marcello
Malpighi (1686), J.C.A. Mayer (1788), John E. Purkinje (1823), Dr. Henry Faulds’
(1880), Francis Galton (1892), Harris Hawthorne Wilder (1897), Noel Jaquin (1958).
“Tahun 1880 Dr Henry Faulds, seorang dokter Skotlandia di Tokyo, Jepang
menerbitkan sebuah artikel di jurnal ilmiah: "Nature"; di mana ia membahas sidik
jari sebagai alat identifikasi pribadi, dan penggunaan tinta printer sebagai metode
untuk memperoleh sidik jari tersebut”.
“Tahun 1882 Alphonse Bertillion Antropolog Prancis, menemukan metode dari
pengukuran tubuh untuk menghasilkan formula yang digunakan untuk
mengklasifikasikan individu. Rumus Bertillion ini melibatkan pengambil pengukuran
dari bagian tubuh orang, dan merekam pengukuran ini pada kartu. Metode
klasifikasi ini dikenal sebagai sitem Bertillion’.
“Tahun 1892 Sir Francis Galton Seorang Antropolog Inggris dan sepupu
Charles Darwin, menerbitkan buku pertama tentang sidik jari. Dalam bukunya,
Galton mengidentifikasi individualitas dan keunikan sidik jari. Karakteristik unik dari
sidik jari, seperti yang diidentifikasi oleh Galton,Sering disebut "galton detail".

Tahun 1901 Scotland Yard (Kepolisian Inggris) mengadopsi teknik sidik jari ke
dalam penyelidikan dan identifikasi para penjahat. Para peneliti medis yang
mempelajari pola-pola kulit (dermatoglyphics), sudah menemukan hubungan antara
kelainan-kelainan genetik dan tanda-tanda tidak umum pada tangan. Riset telah
menetapkan adanya mata rantai antara pola sidik jari yang spesifik dan penyakit
jantung. Dewasa ini palmistri telah diterima dengan baik di seluruh dunia. Peramal-

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 6 | P a g e


peramal profesional pembaca garis telapak tangan dapat ditemukan di seluruh
dunia. Begitu juga banyak buku yang ditulis mengenai palmistri yang bisa dijadikan
acuan.

 Tahun 1903 The William West – Will West

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 7 | P a g e


Ketika seorang pria bernama will west masuk kedalam penjara Leavenworth , Ia
melakukan metode bertilion seperti para tahanan yang lain. Ternyata setelah di
periksa ada satu tahanan yang memiliki nama,wajah,dan postur tubuh yang mirip
bahkan hampir sama dengan will west, dia bernama william west ketika itu metode
bertillion mulai di pertanyakan keakuratannya Sehingga penggunaan sidik jari
dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan individu mulai meningkat. Setelah
tahun 1903, banyak sistem penjara mulai menggunakan sidik jari sebagai sarana
utama identifikasi. Jadi bisa dibilang will west dan william west lah yang membuat
sistem sidik jari menjadi terkenal sampai sekarang Dr Henry Faulds dan Sir Francis
Galton lah yang memperkenalkan dan mempertegaskan adanya sistem sidik jari.

Beryl B. Hutchinson tahun 1967 menulis buku berjudul Your Life in Your
Hands, sebuah buku tentang analisis tangan. Terakhir, hasil penelitian Beverly C.
Jaegers (1974), sidik jari tercermin dalam karakteristik dan psikologi seseorang.
Hasil penelitian mereka telah dibuktikan di bidang antropologi dan kesehatan.

Sejarah dan Perkembangan Biometrik di Indonesia

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 8 | P a g e


Sejarah dan Perkembangan Biometrik di Indonesia

Biometrik di Indonesia

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar di berbagai sektor


kehidupan. Banyaknya kemudahan yang dirasakan masyarakat saat ini, tidak lepas
dari peran para peneliti yang terus mengembangkan ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi. Teknologi biometrik menjadi salah satu perwujudan dari adanya
kemajuan teknologi yang kini telah banyak digunakan di berbagai bidang, baik
swasta maupun pemerintahan.

Jika dilihat dari sejarahnya, sistem biometrik telah dikenal sejak lama oleh
masyarakat. Sebelum digunakan secara digital, biometrik telah digunakan secara
manual melalui tanda tangan dengan cap jempol. Setelahnya biometrik
berkembang dengan menggunakan komputerisasi yang lebih efisien.

Sejarah Biometrik

Pada era setelah perang dunia ke II penelitian militer Amerika menemukan


biometrik voice recognition yang digunakan untuk mengenali suara pilot pesawat
tempur pada saat itu. Kemudian Metode pengenalan sidik jari Automate Fingerprint
Identification System (AFIS) untuk mengenali dan menganalisa sidik jari tanpa
menggunakan sensor, ditemukan pada tahun 1960 oleh Federal Bureau of
Intelligence (USA). Saat itu teknologi biometrik masih mahal dan belum digunakan

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi 9 | P a g e


oleh banyak orang. Setelah sensor biometrik ditemukan pada tahun 1999 maka
peralatan biometrik menjadi murah dan mudah untuk digunakan oleh masyarakat
umum, contohnya penggunaan sistem absensi sidik jari yang sering terlihat di
perkantoran atau bahkan di sekolah-sekolah saat ini.

Teknologi sensor biometrik dari awal ditemukan hingga saat ini berkembang
sangat pesat, dari yang semula hanya bisa dikenali dengan ciri fisik dan suara,
hingga berkembang pada sensor cara berjalan, pengenalan retina mata, iris sampai
pengenalan pada tingkat kecil DNA manusia. Berdasarkan fungsinya, biometrik
dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu pengenalan fisik dan pengenalan
kebiasan.
Pengenalan fisik yang meliputi:

Fingerprint Recognition (pengenalan sidik jari)

1. Optical Recognition (pengenalan optik mata);


2. Facial Structure Recognition (pengenalan struktur wajah);
3. Hand Structure Recognition (pengenalan struktur tangan);

Pengenalan kebiasaan yang meliputi:

4. Voice Recognition (pengenalan suara);


5. Signature Recognition (pengenalan tanda tangan);
6. Keystroke Recognition (pengenalan penekanan tombol pada keyboard).

B. Bentuk Pokok Sidik Jari


Ada tiga bentuk sidik jari yaitu busur (arch), sangkutan (loop), dan lingkaran
(whorl). Bentuk pokok tersebut terbagi lagi menjadi beberapa sub-group yaitu
bentuk busur terbagi menjadi plain arch dan tented arch, bentuk sangkutan
terbagi menjadi Ulnar loop dan Radial loop, sedangkan bentuk lingkaran terbagi
menjadi Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan
Accidental whorl. Perbedaan utama dari ketiga bentuk pokok tersebut
terletakpada keberadaan core dan delta pada lukisan sidik jarinya

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi10 | P a g e


1. Arch (Busur)

Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang
dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain
dari lukisan itu, dengan bergelombang naik ditengah-tengah. Arch terdiri
dari:

1. Plain Arch (Busur Biasa) adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-
garis datang dari sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain,
dengan sedikit bergelombang naik ditengah. Diberi lambang pada
rumus sidik jari adalah dengan huruf A besar pada jari telunjuk
kanan/kiri dan a kecil pada jari yang lainnya

2. Tented arch (Tiang Busur/Busur Runcing) adalah bentuk pokok sidik


jari yang memiliki garis tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua
atau tiga ketentuan loop. Kalau pada bentuk busur biasa garis
papilernya atau garis hitam masuk satu sisi menuju ke sisi lainya
dengan melengkung, membusur atau membukit ditengahnya, Maka
pada bentuk busur runcing walaupun garis papilernya sama akan tetapi
dibagian tengahnya mungkin terdapat satu garis atau lebih yang
berbeda bentuk atau arah jalannya atau terdapat garis tunjang yang
menempel di garis lengkungnya. Diberi lambang pada rumus sidik jari
adalah dengan huruf T besar pada jari telunjuk kanan/kiri dan t kecil
pada jari lainnya.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi11 | P a g e


Gambar: Plain Arch (Busur Biasa) Gambar: Tented Arch (Busur Runcing)

2. Loop (Jerat/Sangkutan)

Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari
satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan
yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti kearah
sisi semula. Syarat-syarat:
 Ketentuan Loop:
1. Mempunyai sebuah delta;
2. Mempunyai sebuah core;
3. Ada garis melengkung yang cukup;
4. Mempunyai bilangan garis (Ridge Counting).

 Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Ulnar loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang


searah dengan kelingking, melengkung ditengah pokok lukisan
dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

Jari Kanan Jari Kiri

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi12 | P a g e


b. Radial loop garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang
searah dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan
kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.

JARI KIRI JARI KANAN

Jari Kiri (Ulnar Loop) Jari Kiri (Radial Loop)

3. Whorl (Lingkaran)

Whorl adalah bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu
garis melingkar di dalam pattern area, berjalan didepan kedua delta, gambar
contoh dari Whorl sebagai berikut:

WI WO WM

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi13 | P a g e


Bidang bentuk : adalah bagian dari sidik jari (bentuk jerat atau lingkaran) yang ada pola
bentuk garis-garis, bentuk delta dan pusat sidik jari. Bidang bentuk ini biasanya merupakan
bagian tengah yang dibatasi atau dikelilingi oleh garis pembentuk/garis bentuk sidik jari.

Gambar: Bidang bentuk dan garis pembentuk

Garis tebal menunjukkan jalannya garis pembentuk yang mengelilingi bidang bentuk

Garis bentuk : dua buah garis yang paling dalam yang mula-mula berjalan
sejajar kemudian berpisah dan melengkung, mengelilingi atau
seolah-olah mengelilingi bidang bentuk sidik jari. Kedua garis ini
setelah melengkung biasanya yang satu berjalan disebelah atas
dan yang satunya lagi berjalan di bawah, garis pembentuk tidak
selalu merupakan garis melengkung yang mulus dan berjalan
terus, namun adakalanya garis itu terputus-putus, maka harus
diambil garis sebelah luar berikutnya. Demikian pila bila garis
pembentuk itu bercabang atau membentuk semacam pulau.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi14 | P a g e


Garis perpisahan: sebuah garis khayal yang ditarik pada saat garis bentuk itu akan
mulai berpisah

Garis Pundak: sebuah garis Sangkutan/Jerat yang berjalan ke atas, kemudian


melengkung dan setelah melewati batas pundak garis tersebut
lurus kembali.

Batas Pundak dan Titik Pundak:


Adalah garis jerat yang melengkung ke dalam dimana kedua
garis lengkung itu saling bertemu, sedangkan Titik pundak
adalah titik yang berada tepat dibatas garis pundak.

4. Apendage (Garis tonggak/garis yang merusak)

Suatu garis atau lebih yang menempel tegak lurus pada lukisan sidik
jari dengan membentuk siku-siku atau mendekati, maka garis tersebut
dianggap merusak suatu garis lengkung bila menempelnya disebelah luar
garis lengkung baik pada garis Arch (busur), garis Loop (jerat) ataupun garis
Whorl (lingkaran).

Gambar: AT LT WT

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi15 | P a g e


Apendage yang merubah bentuk lukisan sidik jari
Central pocket Loop Whorl menjadi bentuk lukisan Loop

Gambar No. 1 adalah Central Pocket Loop yang


kena Apendage
Kearah depan delta kiri dan tidak ada satu
garispun yang bebas dari Apendage, maka
bentuk lukisan ini berubah menjadi bentuk Loop
Delta Kanan.

2 Gambar No.2 sama dengan No.1, yang kena


Apendage kearah di depannya delta kanan dan
tidak ada satu garispun yang bebas dari
Apendage. Maka bentuk lukisan tersebut berubah
menjadi bentuk Loop Delta Kiri

Gambar No.3 tersebut adalah juga Central


Pocket Whorl yang kena Apendage, tidak kearah
di depannya Delta Kiri atau Delta Kanan. Maka
bentuk lukisan sidik jari ini adalah tetap/tidak
berubah

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi16 | P a g e


Apendage/in the line of flow yang merubah bentuk lukisan sidik jari
Plain whorl menjadi bentuk lukisan sidik jari loop delta kanan

Gambar Plain Whorl ini terdapat Apendage yang menuju


1
kearah di depannya Delta Kiri, dan tidak ada satu garispun
yang melingkar di depannya delta. Maka bentuk lukisan ini
berubah menjadi bentuk Loop Delta.

Gambar B sama dengan gambar A terdapat juga


2
Apendage yang menuju kearah Delta sebelah kanan.
Maka bentuk lukisan sidik jari Plain whorl ini berubah
menjadi bentuk Arch.

3 Demikian pula gambar C sama dengan gambar B,


ditengahnya terdapat pula Apendage yang berdiri tegak,
maka bentuk lukisan ini berubah menjadi bentuk Tented
Arch

4 Gambar Lukisan sidik jari ini Plain Whorl terdapat


Avendage yang tidak menuju kea rah di depannya Delta
Kiri atau kanan. Maka bentuk lukisan Plain Whorl
tersebut tetap / tidak berubah

5. Garis berjalan membalik (garis jerat)


Perlu diperhatikan tentang garis jerat yang cukup. Garis jerat atau
garis berjalan membalik dianggap sempurna apabila garis tersebut
merupakan garis yang utuh yang masuk dari satu sisi, menaik dan

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi17 | P a g e


melengkung kemudian berjalan kembali ke arah/ke sisi asal garis itu mulai
masuk.
Garis berjalan membalik yang dianggap cukup ialah bila garis tersebut
mulai masuk, menaik dan melengkung kemudian membalik dan berjalan
kembali kea rah asal garis itu masuk namun tiba-tiba garis itu berhenti di
tengah jalan. Berhentinya garis tersebut paling tidak harus sampai melewati
garis khayal yang ditarik dari titik delta ke titik pusat barulah garis berbalik itu
disebut sebagai garis jerat yang cukup. Kalau berhentinya sebelum melewati
garis khayal, maka tidak dianggap sebagai garis jerat.

Loop (sangkutan/jerat): Garis berbalik cukup, menyentuh/melewati garis khayal

Belum memenuhi syarat untuk bisa menjadi Loop (sangkuta/jerat): Garis-


garis berbalik tidak cukup, tidak menyentuh/melewati garis khayal.

Penting sekali untuk dapat dengan tepat menentukan dan meletakkan titik delta dan
titik pusat karena kesalahan dalam hal tersebut bias mengakibatkan kesalahan
dalam menentukan klasifikasi bentuknya.

Jarak putih adalah jarak diantara dua buah garis atau titik. Hitungan pertama selalu
dimulai dari garis pertama dihadapan titik delta. Bila diantara titik delta dan garis
pertama itu terdapat garis yang menghubungkan keduanya dan tepat berada pada
jalan garis khayal, maka garis yang pertama itu tidak boleh dihitung. Hitungan harus

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi18 | P a g e


dimulai dari garis pertama berikutnya yang lepas atau tidak dihubungkan oleh garis
tersebut.

Keberadaan titik fokus didalam sidik jari akan berperan penting dalam
menentukan termasuk klasifikasi apa sidik jari tersebut. Dalam pengklasifikasian
dikenal dua jenis titik fokus yaitu core (titik pusat) yang merupakan titik fokus dalam
(inner terminus) dan delta (titik delta) yang merupakan titik fokus luar (outer
terminus). Tidak semua sidik jari memiliki titik fokus tergantung jenis/klasifikasi dari
sidik jarinya, yaitu bentuk pokok sidik jari Arch (Busur).
Core adalah titik tengah yang terdapat pada garis sidik jari loop yang terdalam dan
terjauh dari delta. Dapat dikatakan bahwa core merupakan titik tengah atau pusat
dari lukisan sidik jari.
Dalam menentukan letak core berlaku beberapa ketentuan dibawah ini:

C (I). Core ditempatkan pada bahu garis sangkutan/jerat (Loop) yang


posisinya terletak paling dalam terjauh dari delta

C (II). Apabila garis sangkutan/jerat (Loop) yang terdalam tidak berisi garis-
berakhir atau garis-pendek yang naik sampai setinggi bahu sangkutan
core ditempatkan pada bahu sangkutan yang posisinya terletak lebih
jauh dari posisi delta.

C (III). Apabila sangkutan terdalam berisi n (ganjil) buah garis-berakhir yang naik
sampai bahu sangkutan core ditempatkan pada ujung garis yang paling
tengah.

C (IV). Apabila sangkutan terdalam berisi n (genap) buah garis-berakhir yang


naik sampai ke bahu loop core ditempatkan pada ujung garis yang
posisinya paling tengah dan terletak paling jauh dari dari posisi delta.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi19 | P a g e


Penempatan Core Pada Interlocking Loop

Interlocking Loop disini artinya bentuk Loop yang saling mengunci satu dengan
yang lainnya atau dua buah lukisan Loop yang saling memotong, maka Core
ditempatkan pada garis bahu yang terjauh dari titik delta.
Contoh:

Bila Shoulder Line (Garis Bahu Loop) berada diatas atau dibawah titik pertemuan
dari kedua garis Loop tersebut, maka Core ditempatkan pada garis yang lebih jauh
letaknya dari delta.
Contoh:

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi20 | P a g e


Loop terdalam tepat bertemu pada suatu titik yang dilintasi oleh Shoulder Line
(Garis Bahu Loop), maka Core ditempatkan pada tepat titik pertemuan itu.
Contoh:

penempatan core pada loop yang kena apendage (garis merusak)

Apendage: Garis tambahan/sambungan, Jika garis tersebut berada disuatu garis


lukisan sidik jari, maka garis tersebut dapat merusak sebuah lukisan sidik jari. Core
ditempatkan pada ujung titik Apendage itu.
Contoh:

disepanjang bahu Loop terdalam terdapat Apendage, maka Core dipindahkan ke


bahu Loop yang berada diluarnya yang lebih jauh dari delta.
Contoh:

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi21 | P a g e


Core ditempatkan pada ujung Apendage, karena garis Apendage
menyentuh/melewati garis bahu Loop yang baru.
Contoh:

Core ditempatkan pada ujung titik Apendage, sebab garis Apendage tersebut tidak
menyentuh bahu Loop yang berikutnya.
Contoh:

Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan
aturan-aturan yang telah disebutkan diatas. Ada dua kasus yang pada umumnya
dapat mengaburkan dalam menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya
garis tambahan (appendage), munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik
jari bila Appendage tersebut muncul disuatu garis sidik jari yang letaknya berada

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi22 | P a g e


pada daerah melengkung antara bahu garis sangkutan. Kasus yang kedua adalah
adanya garis loop yang terdalam (garis sangkutan) yang saling memotong satu
sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua garis sangkutan yang saling
memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan dimana garis di
dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi bahu loop.

Delta (outer terminus) titik fokus luar. Delta dalam pengertian sehari-hari
adalah gugusan yang terdapat pada muara sungai air yang mengalir ke laut atau
danau selalu membawa Lumpur dan batu sehingga lama kelamaan terbentuk suatu
gugusan pulau yang disebut “delta”. Delta yang sebenarnya pada sidik jari adalah
titik/garis yang terdapat pada pusat perpisaan garis type lines. Delta merupakan titik
fokus yang terletak didepan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok
lukisan merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang
berjajar (paralel) dan memisah serta (cenderung) melingkupi pokok lukisan (pattern
area). Pokok lukisan adalah daerah/ruangan putih yang dikelilingi oleh garis type
lines yang mana ruangan tersebut merupakan tempat lukisan garis sidik jari. Pada
kenyataannya tidak semua sidik jari memiliki delta tetapi ada juga sidik jari yang
memilik lebih dari satu delta.

Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menentukan


posisi delta, yaitu:

a. Delta tidak boleh ditempatkan pada garis membelah yang tidak terbuka kearah
core;
b. Apabila harus memilih antara garis membelah dan kemungkinan delta, maka
garis membelah yang dipilih;
c. Apabila terdapat dua atau lebih garis-garis yang memenuhi syarat delta maka
pilih yang terdekat dengan core;
d. Delta tidak boleh ditempatkan di tengah-tengah garis yang berada di antara
garis pokok tetapi harus ditempatkan pada ujung garis yang terdekat
letaknya dengan pusat berpisahnya garis pokok.

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi23 | P a g e


Menghitung Garis (Ridge Counting) Ulnair Loop/Radial Loop

Ridge counting merupakan bilangan garis yang menyentuh atau melintasi garis
bayangan yang ditarik antara delta dan core (delta dan core tidak ikut masuk dalam
penghitungan bilangan garis). Garis-garis yang kelihatannya sangat halus (tipis)
dicelah-celah garis-garis yang tebal disebut insipientridge, dan garis ini tidak ikut
dihitung karena biasanya tidak selalu ada. Sedangkan, bagaimanapun kecilnya
ukuran sebuah titik(dot), garis pendek (short ridge) harus diperlakukan garis sidik
jari yang ikut dihitung, apabila sama tebalnya dengan garis-garis yang lain.

Jumlah 20 Garis dari Delta ke Core Jumlah 10 Garis dari Delta ke Core

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi24 | P a g e


Jumlah 6 Garis dari Delta ke Core Jumlah 16 Garis dari Delta ke Core

Whorl Mengikuti Jalannya / Tarikan Garis


Outer 4 Garis Keluar (WO)

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi25 | P a g e


Meeting 2 Garis Keluar (WM)

Meeting 2 Garis Ke Dalam (WM)

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi26 | P a g e


Inner 3 Garis Ke Dalam (WI)

Cara Mengikuti Jalannya Garis


Bentuk Lukisan Whorl/Ridge Tracing

1. Bila Garis Tidak Putus:

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi27 | P a g e


2. Bila Garis Putus-Putus

3. Bila Garis Membelah / Bercabang

Pelaksanaan Ridge Tracing Bentuk Whorl


Empat Garis Keluar dari Type Linnes Bawah Tiga Garis Keluar Dari Type
Linnes Bawah
Delta Kiri ke Delta Kanan Tabelnya = WO Delta Kiri ke Delta Kanan
Tabelnya = WO

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi28 | P a g e


Satu Garis ke Dalam Dari Type Linnes Bawah Delta Tidak Ada Hitungan Garis Dari
Type Lines Kiri Ke Kanan Tabelnya = WM Bawah
Delta Kiri Ke Delta Kanan Tabelnya= WM

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi29 | P a g e


Tiga Garis Kedalam Dari Type Lines Bawah Tidak ada Hitungan Garis
Tabelnya = WM Delta Kiri Ke Delta Kanan Tabelnya = WI

Pelaksanaan Ridge Tracing Bila Garisnya Putus-Putus

Dua Garis Kedalam Tabelnya = WM

Bila Garisnya Bercabang/Membelah Yang Arahnya Keatas,


Maka Yang Diikuti Garis Cabang Yang Bawah

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi30 | P a g e


Lima Garis Keluar Tabelnya = WO

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi31 | P a g e


Bila Yang Diikuti Bercabang/Membelah Arahnya Ke Bawah,
Maka Garis Yang Diikuti Tidak Berpindah (Tetap)

Satu Garis Kedalam Tabelnya = WM

Bentuk Lukisan sidik Jari TWT/Double Loop Bentuk Lukisan Sidik Jari
Whorl
Saku Sisi

Sembilan Belas Garis Kedalam


Dari Type Lines Delta Kiri
Tabelnya = WI

Bentuk Lukisan Sidik Jari Whorl Saku Tengah

Dua Puluh Tujuh Hitungan


Garis Kedalam Tabelnya = WI

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi32 | P a g e


4. Perumusan Sidik Jari (Classification Formula Dactiloscopy)
Rumus sidik jari merupakan salah satu cara identifikasi. Dalam dunia
kepolisian, rumus jari digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi
seseorang. Karena sidik jari merupakan bentuk yang unik dan berbeda pada
setiap orang, maka rumus sidik jari pun akan berbeda pada tiap orang.
Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan pembubuhan tanda
pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukkan interprestasi
mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, dan jalannya/tarikan garis.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan
mengidentifikasi/ merumus sidik jari:
1. Menentukan bentuk pokok lukisan pada masing-masing kolom sidik jari;
2. Penempatan Delta yang tepat;
3. Penempatan Core yang tepat;
4. Pelaksanaan Ridge Counting yang benar;
5. Pelaksanaan Ridge Tracing yang benar;
6. Tentukan Tabel-Tabel pada tiap-tiap kolom sidik jari.

C. Menulis Rumusan Sidik Jari dengan Sistem Henry

9) S 11 U OOO 2

M 12 U III 3

Keterangan:
1. Key (Rumus Penutup);
2. Major Division;
3. Primary (Classification);
4. Secondary;
5. Sub Secondary;
6. Final.

1. Key (Rumus Penutup)

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi33 | P a g e


Adalah: Rumusan dengan hitungan jerat (Loop) pertama dari sepuluh jari
baik Ulnar Loop, Radial Loop, atau Whorl kecuali jari kelingking (tidak
dihitung).

Contoh:
Key = 9

Diambil dari hitungan garis (Ridge Counting) Loop (Jerat) pertama jari
Jempol, apabila tidak ada di jari jempol maka diambil dari jari berikutnya
kecuali jari kelingking.

2. Major Division (Rumus depan)


Adalah: Rumusan dengan klasifikasi S, M dan L, tedapat di jari Jempol
kanan dan kiri yang terdiri dari pembilang dan penyebut dengan
menggunakan Hitungan Garis (Ridge Counting) apabila dijari jempol tersebut
berbentuk Loop (Jerat). Namun apabila di jari jempol tersebut terdapat huruf
a dan t kecil (berbentuk Arch), maka Major Division ditiadakan, kecuali huruf
r kecil (berbentuk Radial Loop).

Tabel Hitungan Garis (Ridge Counting) pada Major Division untuk jari jempol
kanan dan kiri:
1 - 11 = S
12 - 16 = M
17 keatas= L

Apabila jari jempol kiri hitungan garisnya 17 keatas, maka jempol kanan
symbol garisnya berubah menjadi:
1 - 17 = S
18 - 22 = M
23 keatas = L

3. Primary (Classification)
Adalah rumusan yang diambil dari teraan bentuk Whorl dengan menjumlah
nilai yang telah ditetapkan dalam setiap kotak.
a.
Nilai 16 Nilai 16 Nilai 8 Nilai 8 Nilai 4
Nilai 4 Nilai 2 Nilai 2 Nilai 1 Nilai 1

b. Pembilang: menjumlah nilai kontak genap = 31 + 1 = 32


c. Penyebut: menjumlah nilai kotak ganjil = 31 + 1 = 32

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi34 | P a g e


4. Secondary Classification
Adalah rumusan yang diambil dari bentukan jari telunjuk kanan dan kiri,
yang terdiri dari:
 Bentukan Setengah Lingkaran disebut Arch ditulis A
 Bentukan Busur runcing disebut Tented Arch ditulis T
 Bentukan Loop terbalik/tidak normal disebut Radial ditulis R
 Bentukan Loop Normal disebut Ulner ditulis U
 Bentukan Whorl/Lingkaran disebut Whorl ditulis W

5. Sub Secondary Classification yang terdiri dari jari telunjuk, tengah, dan
kelingking tangan kanan maupun kiri:

Jari Telunjuk :
1 - 9=I
10 atau lebih = O

Jari Tengah :
1 - 10 = I
11 atau lebih = O

Jari Manis :
1 - 13 = I
14 atau lebih = O

6. Final diambil hanya dari jari kelingking kanan dan kiri:


 Jika bentukannya Loop (Jerat) ditulis hitungan garisnya;
 Jika bentukannya Whorl (Lingkaran) maka ditulis belakangnya saja O,
I, atau M.

Menentukan bentukan jari yang buntung atau cacat

Pada kertas slip sidik jari ada kotak yang berjumlah 10 (sepuluh) buah
untuk penempatan teraan jari kanan maupun kiri, tapi kadang kala tidak ada
teraannya dan juga tidak ada keterangannya apakah buntung atau sakit pada
kotak tersebut, maka dapat dilihat dari pengambilan teraan empat jari
bersama. Kalau memang buntung, pasti pada teraan empat jari bersama
tidak ada teraannya, oleh karena itu bentukan yang ditentukan adalah
bentukan yang ada pada kotak atasnya atau sebaliknya.

Namun apabila bentuk atau tarikkan garisnya samar-samar, maka


bentukannya adalah yang sesuai dengan pola garis atau tarikkan garis itu

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi35 | P a g e


kecuali garis-garis sidik jari tersebut rusak atau cacat sedemikian rupa
sehingga sulit untuk menentukan hitungan ataupun tarikan garisnya, maka
bentukan ini ditentukan sebagai WM. Adapula kita dapat menentukan bentuk
sidik jari dengan cara expertis yaitu mempersamakan garis-garis yang
hitungan garisnya sebanyak 17 (tujuhbelas) garis yang digunakan untuk
keperluan identifikasi apabila garis tersebut tidak jelas.

Menyimpan arsip sidik jari yang telah dirumus

Untuk menyimpan data sidik jari, ada beberapa cara yang digunakan:
 Menggunakan kartu A
Kartu A ini adalah sebagai kartu kendali yang isinya memuat Nama dan
Rumusan Sidik Jari, gunanya sebagai pengendali untuk memudahkan
pencarian arsip kartu slip sidik jari yang berdasarkan Rumusan
Klasifikasi.

 Menggunakan kartu B
Kartu B ini adalah sebagai kartu kendali yang isinya memuat Nomor
Daktiloskopi dan Rumusan Sidik Jari, gunanya sebagai pengendali
untuk memudahkan pencarian arsip kartu slip sidik jari yang
berdasarkan Rumusan Klasifikasi. Kartu slip sidik jari disimpan
berdasarkan Rumusan Klasifikasi Berikut susunan arsip kartu slip
sidik jari yang berdasarkan Rumusan Klasifikasi yaitu:
a. Primary, klas 1/1 sampai dengan 32/32;
b. Secondary dimulai dahulu dengan huruf A,T,R,U,dan W;
c. Sub Secondary;
d. Final;
e. Major Division; dan
f. Key.

Kemudian bila ada huruf kecil didepan Secondary, maka diatur


berdasarkan huruf a, t, dan r. Jadi yang lebih dahulu diatur adalah yang ada

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi36 | P a g e


huruf a, kemudian t, dan selanjutnya huruf r. Hal ini juga berlaku bila huruf
kecilnya terdapat setelah Secondary.

SUSUNAN RUMUS KLASIFIKASI


 Klas pertama Primary dimulai dari 1/1 sampai dengan 32/32 = 1024
pecahan
1/1 - 1/2 - 1/3 - 1/4 - 1/5 - 1/6 - 1/7 - 1/8 - 1/9 - 1/10 sampai dengan 1/32
2/1 - 2/2 - 2/3 - 2/4 - 2/5 - 2/6 - 2/7 - 2/8 - 2/9 - 2/10 sampai dengan 2/32
3/1 - 3/2 - 3/3 - 3/5 - 3/5 - 3/6 - 3/7 - 3/8 - 3/9 - 3/10 sampai dengan 3/32
4/1 - 4/2 - 4/3 - 4/4 - 4/5 - 4/6 - 4/7 - 4/8 - 4/9 - 4/10 sampai dengan 4/32
5/1 - 5/2 - 5/3 - 5/4 - 5/5 - 5/6 - 5/7 - 5/8 - 5/9 - 5/10 sampai dengan 5/32
Dan seterusnya.

 Klas kedua Secondary dimulai dari A/A - T/T - R/R - U/U - W/W = 25
Pecahan
A/A - A/T - A/R - A/U - A/W = 5 Pecahan
T/A - T/T - T/R - T/U - T/W = 5 Pecahan
R/A - R/T - R/R - R/U - R/W = 5 Pecahan
U/A - U/T - U/R - U/U - U/W = 5 Pecahan
W/A - W/T - W/R - W/U - W/W= 5 Pecahan

 Klas ketiga Sub Secondary bentuk Loop (Jerat) dimulai dari III/III sampai
dengan OOO/OOO = 64 Pecahan
III/III - III/IIO - III/IOI - III/IOO - III/OII - III/OIO - III/OOI - III/OOO
IIO/III - IIO/IIO - IIO/IOI - IIO/IOO - IIO/OII - IIO/OIO - IIO/OOI - IIO/OOO
IOI/III - IOI/IIO - IOI/IOI - IOI/IOO - IOI/OII - IOI/OIO - IOI/OOI - IOI/OOO
IOO/III - IOO/IIO - IOO/IOI - IOO/IOO - IOO/OII - IOO/OIO - IOO/OOI -
IOO/OOO
OII/III - OII/IIO - OII/IOI - OII/IOO - OII/OII - OII/OIO - OII/OOI - OII/OOO
OIO/III - OIO/IIO - OIO/IOI - OIO/IOO - OIO/OII - OIO/OIO - OIO/OOI -
OIO/OOO

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi37 | P a g e


OOI/III - OOI/IIO - OOI/IOI - OOI/IOO - OOI/OII - OOI/OIO - OOI/OOI -
OOI/OOO
OOO/III- OOO/IIO -OOO/IOI -OOO/IOO -OOO/OII -OOO/OIO -OOO/OOI -
OOO/OOO

Susunan Rumus Kedua dengan Huruf-Huruf Kecil


aA - tA - rA - Aa - At - Ar - aAa - aAt - tAa - tAt - tAr - rAa - rAt - rAr
A
Aaa - Aat - Aar - Att - Atr - Arr - aAaa - aAat - aAtt - aAtr - aArr
A
tAaa - tAat - tAtt - tAtr - tArr - rAaa - rAat - rAtt - rAtr - rArr
A
Aaaa - Aaat - Aatr - Aarr - aAaaa - aAaat - aAaat - aAttr - aAarr
A
aAttt - aAttr - tArrr - tAaaa - tAaat - tAaar - tAaat - tAatr - tAaat
A
tAttt - tAttr - tArrr - rAaaa - rAaat - rAaar - rAaat - rAatr - rAaar - rAttt - rAttr
-rArrr
A
aT - tT - rT - Ta - Tt - Tr - aTa - aTt - aTr - tTa - tTt - tTr
A
rTa - rTt - rTr - Taa - Tat - Tar - Ttt - Ttr - Trr
A
aTaa - aTat - aTar - aTtt - aTtr - aTrr - tTaa - tTat - tTar - tTtt tTtr
A
tTrr - rTaa - rTat - rTar - rTtt - rTtr - rTrr
A
Taaa - Taat - Taar - Tatt - Tatr - Tarr - Tttt - Ttrt - Ttrr - Trrr
A
aTaaa - aTaat - aTaar - aTatr - aTart - aTarr - aTtaa - aTraa - aTrat - aTrar - aTttr
– aTtrr - aTrtt - aTrrr
A

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi38 | P a g e


tTaaa - tTaat - tTaar - tTatt - tTatr - tTarr - tTttt - tTttr - tTrrr
A
rTaaa – rTaat – rTatt – rTatr – rTarr – rTttt – rTttr – rTtrr – rTrrr
A ( Raaa....dst s/d rRrrr)

 Klas ketiga Sub Scondary bentuk Whorl (Lingkaran) dimulai dari III/III
sampai dengan OOO/OOO = 27 X 27 = 729 Pecahan
III - III - III - III - III - III - III - III - III - III - III - III - III - III -
III__ III IIM IIO IMI IMM IMO IOI IOM IOO MII MIM MIO MMI
MMM MMO
III - III - III - III - III - III - III - III - III - III - III
- III_ MOI MOM MOO OII OIM OIO OMI OMM
OMO OOI OOM OOO

IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM
- IIM III IIM IIO IMI IMM IMO IOI
IOM IOO MII MIM MIO MMI
IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM - IIM
- IIM MMM MMO MOI MOM MOO OII OIM OIO
OMI OMM
IIM - IIM - IIM - IIM OMO
OII OOM OOO

IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - II0
- IIO III IIM IIO IMI IMM IMO IOI IOM IOO MII
MIM MIO MMI
IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO - IIO
- IIO MMM MMO MOI MOM MOO OII OIM OIO OMI
OMM OMO
Dan seterusnya....

SUSUNAN RUMUS DEPAN


Rumus depan dari bentuk Loop (Jerat): S - M - L
S - M - L

S S S
S M L

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi39 | P a g e


M M M
S M L
L L L
S M L

Rumus depan dengan bentukan S M L


campuran Loop dan Whorl: I M O
I M O
S M L
S S S
I M O
M M M
I M O
L L L
I M O
I I I
S M L
M M M
S M M
O O O
S M L

Materi Pengantar Ilmu Daktiloskopi40 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai