Anda di halaman 1dari 22

KECAMATAN KARAWACI

KANTOR KECAMATAN KARAWACI

Kantor Kecamatan Karawaci[1]

Kecamatan Karawaci terbentuk berdasarkan Perda Nomor 16 tahun 2000. Namun nama
Karawaci sendiri telah lebih dulu populer sejak Agustus 1996 dengan adanya Walmart,
pengecer terbesar dari Amerika Serikat yang membuka cabang pertamanya di Indonesia
di Lippo Village, yaitu Lippo Karawaci.[2] Karawaci kini
tumbuh menjadi daerah yang padat penduduknya. Hal ini terjadi kare-
na banyaknya pusat bisnis yang bermunculan, sehingga mengundang
pendatang untuk mengadu nasib di Karawaci. Kecamatan Karawaci
berbatasan dengan Kecamatan Jatiuwung di sebelah barat. Sebelah ti-

[1] http://probenteng.com/wp-content/uploads/2015/10/kec- karawaci.jpg


[2] Lippo Karawaci sendiri bukan berada di wilayah Kota Tangerang akan tetapi di
Kecamatan Kelapa
Dua Kabupaten Tangerang.

46 | Melacak Asal Muasal Kampung

mur berbatasan dengan Kecamatan Batu Ceper dan Kecamatan Tang-


erang. Sementara sebelah selatan menghadap ke Kecamatan Cibodas
dan bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Neglasari.3 Dari segi
wilayah kerja, Kecamatan Karawaci memiliki jumlah kelurahan paling
banyak. Di kecamatan lain hanya 6-10 kelurahan, sedangkan di Kara-
waci terdapat 16 kelurahan.
Kecamatan Karawaci terdiri dari: (1) Kelurahan Karawaci; (2)
Kelurahan Bojong Jaya; (3) Kelurahan Karawaci Baru; (4) Kelurahan
Nusa Jaya; (5) Kelurahan Cimone; (6) Kelurahan Cimone Jaya; (7) Ke-
lurahan Pabuaran; (8) Kelurahan Sumur Pacing; (9) Kelurahan Bugel;
(10) Kelurahan Marga Sari; (11) Kelurahan Pabuaran Tumpeng; (12)
Kelurahan Nambo Jaya; (13) Kelurahan Gerendeng; (14) Kelurahan
Suka Jadi; (15) Kelurahan Pasar Baru; (16) Kelurahan Koang Jaya.[4]

[3] Pemerintah Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 16
Tahun 2000
Tentang Pombentukan 7 (Tujuh) Kecamatan, (Pomda Kota Tangerang, 2000), h. 6
[4] Ibid

47 | Kota Tangerang

Asal Muasal Karawaci

Karawaci merupakan salah satu tempat bersejarah di Kota Tang-


erang. Tempat ini menjadi saksi perjuangan prajurit Banten,
dari pager endeng (gerendeng), pasukan kurawa cai (Karawa-
ci), hingga kisah pemilik dan pekerja perkebunan karet di Karawaci.
Selain menjadi nama kelurahan, Karawaci juga menjadi nama ke-
camatan. Sesuai amanat Perda No. 16 Tahun 2000, Kecamatan Kara-
waci juga berkedudukan di Kelurahan Karawaci. Hal ini menjadikan
Kelurahan Karawaci menjadi lebih dikenal. Karena selain ada kantor
kelurahan, di Karawaci ada juga kantor kecamatan. Karawaci hari ini
dengan segala pertumbuhan ekonomi dan lonjakan penduduknya sa-
ngat berbeda dengan Karawaci 50 tahun yang lalu. Dahulu Karawaci
adalah perkebunan karet yang menyuplai kebutuhan karet untuk pe-
merintahan kolonial di Batavia.
"Rumah Perkebunan Karet di Karawaci oleh Tangerang Walibatu
(Warga Peduli Bangunan Tua), berpendapat bahwa dari sisi arsi-
tektur, bangunan ini merupakan bagian dari jejak sejarah arsitektur
di Indonesia. Rumah utama bergaya arsitektur Cina, sedang rumah
lain bergaya indis (gabungan unsur Eropa dan tropis). Mona Lo-
handa dalam buku The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942, meng-
ungkapkan rumah ini dibangun pada awal abad ke-18 oleh Let-
nan Cina Oey Djie San yang menguasai perkebunan di Karawaci,
Cilongok. Selain itu, rumah ini merupakan landhuis terakhir yang
masih bersisa di sekitar Jakarta, dan kondisinya terbilang utuh.[5]

Dari informasi Walibatu yang mengutip pendapat Mona Lohanda


di atas, diketahui bahwa perkebunan karet memiliki sumbangan besar
bagi perkembangan ekonomi Karawaci saat itu.

[5] https://tehicho.wordpress.com/2008/12/11/tangerang-terancam-amnesia-sejarah-
siaran-pers-
pembongkaran-gedung-tua-karawaci/Ahad, 23 Oktober 2016 jam 19.47

48 | Melacak Asal Muasal Kampung

Selain perkebunan karet, dahulu di Karawaci juga dijumpai rawa-


-rawa. Memang Tangerang dahulunya banyak rawa-rawa, tidak terke-
cuali Karawaci. Dari rawa-rawa inilah ternyata asal muasal Karawaci,
seperti diutarakan oleh Idham (67):
"Menurut cerita orang tua dahulu, perempuan Cina sering lewat rumah
penduduk menuju ke rawa, sering ditanya oleh para lelaki, "Mau kemana
Ci", atau karena Enci-nya sering melalui jalur ke rawa selalu ditanya, "Ke
rawa Ci?". Dari dialek yang sering kali muncul, lama-lama daerah yang
sering dilalui si Enci disebut Karawaci. Akhirnya karena peluluhan bahasa
dari Ke rawa Ci? Menjadi Karawaci."6

Namun dalam keterangan yang lain, asal nama Karawaci terkait de-
ngan perjuangan prajurit Banten dalam mempertahankan Tangerang
dari serangan kolonial Belanda. Seperti dikisahkan oleh Harrys (60)
berikut ini:
"Dahulu daerah Karawaci adalah pertahaan prajurit Parahiyang dalam
melawan kolonial Belanda. Jika Belanda benteng berada di Benteng Ma-
kassar pada bagian timur, maka kaum pribumi membuat benteng di ba-
gian barat dengan pager ending (Gerendeng), di sepanjang Kali Cisada-
ne. Salah satu tugas prajurit adalah menjadi kurawa cai. Kurawa artinya
pasukan (tentara. pen), sedangkan cai berarti air. Dari kurawa cai inilah
muasal nama Karawaci diambil7

Sebelum orang Cina masuk ke Tangerang, Karawaci belum dikenal.


Karawaci baru dikenal sejak 1407, bersamaan dengan orang Tionghoa
generasi pertama yang kemudian diberi sebidang tanah di pantai utara
Jawa, sebelah timur Sungai Cisadane, yang sekarang disebut Kampung
Teluk Naga. Kemudian dari Teluk Naga, kaum Tionghoa menyebar ke
daerah lain, termasuk ke Karawaci yang terletak di bibir Sungai Cisa-
dane.

7
Idham Mahdi, Wawancara Pribadi, Rabu, 17 Januari 2018
Harrys Yasin, Ibid

Kota Tangerang

49

"Daerah muara sungai Cisadane yang sekarang diberi nama Teluk


Naga disebutkan dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul "Tina La-
yang Parahyang" (Catatan dari Parahyangan). Kitab tersebut memu-
at cerita tentang kedatangan orang Tionghoa untuk pertama kali ke
Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu itu pusat pemerintahan bera-
da di sekitar pusat Kota Tangerang saat ini. Kepala pemerintahan saat
itu adalah Sanghyang Anggalarang selaku wakil dari Sanghyang Ba-
nyak Citra dari Kerajaan Parahyangan. Rombongan orang Tionghoa
tersebut kemudian diberi sebidang tanah di pantai utara Jawa, sebelah
timur Sungai Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk Naga."9

Gelombang kedua kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang di-


perkirakan terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa di
Batavia tahun 1740. VOC yang berhasil memadamkan pemberontak-
an tersebut mengirimkan orang-orang Tionghoa ke daerah Tangerang
untuk bertani. Belanda mendirikan permukiman bagi orang Tionghoa
berupa pondok-pondok yang sampai sekarang masih dikenal dengan
nama Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, dan sebagainya.
Di sekitar Tegal Pasir (Kali Pasir) Belanda mendirikan perkampungan
Tionghoa yang dikenal dengan nama Petak Sembilan. Perkampungan
ini kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan telah men-
jadi bagian dari Kota Tangerang. Daerah ini terletak di sebelah timur
Sungai Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang.9
Jika di sekitar Tegal Pasir (Kali Pasir) Belanda mendirikan perkam-
pungan Tionghoa yang dikenal dengan nama Petak Sembilan, maka
tidak menutup kemungkinan jika orang Tionghoa juga bermukim dan
berkembang menjadi perkampungan yang sekarang dikenal sebagai
Karawaci. Karena posisi Karawaci hanya berada di sebelah barat Petak
Sembilan. Kali Cisadane adalah pembatas antara Petak Sembilan dan
Karawaci.

http://bantenprov.go.id/read/kota-tangerang.html, diunduh 22 Januari 2016, pukul


16.30
http://bantenprov.go.id/read/kota-tangerang.html

50 | Melacak Asal Muasal Kampung

Tanah Gocap dan Tanah Cepek


Masyarakat yang tinggal di daerah sedimentasi Ciliwung dan Ci-
sadane tentu cukup akrab dengan istilah ini. Istilah ini mengacu pada
bahasa Cina peranakan atau Cina Benteng yang tinggal di sekitar dae-
rah tersebut. Tanah Gocap dan Tanah Cepek masuk dalam Kelurahan
Karawaci Kota Tangerang. Gocap artinya lima puluh dan cepek artinya
seratus. Jadi, inilah Karawaci yang sebenarnya, bukan Lippo Karawaci
dengan mal dan Hypermart-nya di seberang jalan tol Jakarta-Merak. 10
Tanah Gocap dan Tanah Cepek adalah wilayah pecinan, komunitas
orang-orang Tionghoa yang sudah ada semenjak zaman penjajahan da-
hulu. Mereka datang dari Cina daratan, mendarat di Teluk Naga, dan
menyebar di aliran sedimentasi Sungai Cisadane, kemudian kawin-
-mawin dengan penduduk pribumi di tempat ini. Di sini banyak wihara
dan kelenteng yang berdiri." Walaupun warga Tanah Cepek dan Gocap
masih melanjutkan generasi leluhur dengan bersembahyang dan memi-
liki nama Mandarin, tidak sedikit dari mereka yang sudah menjadi mu-
alaf dan berbahasa Betawi jauh lebih lancar dibanding bahasa leluhur
mereka. Penanda Tanah Gocap adalah Rumah Duka Boen Tek Bio, yang
berdiri tepat di pinggir aliran Sungai Cisadane. Menariknya adalah ada-
nya kompleks pekuburan Cina yang berdiri di samping Rumah Duka
Boen Tek Bio ini. Tepat di sebelah barat rumah duka, adalah Tanah Go-
cap. Kemudian, tepat di sisi barat Jalan Imam Bonjol, yang memisahkan
Tanah Gocap, adalah Tanah Cepek. Kedua tempat ini memang meru-
pakan pekuburan Cina dengan banyaknya nisan yang tersebar, bahkan
hingga ke tepian jalan.
"Orang tua saya ternyata mengetahui sejarah Tanah Gocap dan Ta-
nah Cepek. Mengapa kedua tempat tersebut diberi nama demiki-
an? Menurut mereka, konon, pada zaman dahulu kala, ketika wila-
yah ini belum menjadi kota seperti sekarang, masih berupa hutan,
harga tanah di tempat ini sebesar Rp 50 atau gocap. Sementara di

10 http://lomardasika.blogspot.co.id/2011/05/main-main-ke-tanah-gocap-dan-tanah.
html , diunduh
Senin, 04 Januari 2017 jam 20.30
11

http://lomardasika.blogspot.co.id/2011/05/main-main-ke-tanah-gocap-dan-tanah. html

51 | Kota Tangerang

sisi seberang Jalan Imam Bonjol seharga Rp 100 alias cepek.12

Mencermati keterangan di atas, maka jelaslah bahwa nama Tanah


Cepek dan Gocap karena diambil dari harga tanah di kawasan ini yang
seharga Rp 50 dan Rp 100. Harga itu tentu bukan harga cepe dan gocap
sekarang ini, melainkan harga pada zamannya. Zaman di mana komu-
nitas Cina sudah mulai dapat membeli milik-milik pribumi. Bisa jadi
harga cepe dan gocap saat itu memiliki nilai yang sangat tinggi. Berikut
ini kampung yang ada di Kelurahan Kawaraci:

Kampung Karawaci Lebak


Menurut Idham (67), "Disebut Karawaci Lebak oleh karena letak kam-
pung ini berada lebih rendah (lebak) sehingga dikenal dengan Karawaci Le-
bak.13 Dengan demikian diketahui bahwa Karawaci Lebak berasal dari letak
geografis kampung yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah lain.
Dahulu kampung ini adalah kawasan yang subur dengan tumbuhan pa-
lawija karena berada di pesisir Kali Cisadane. Singkong dan ubi jalar adalah
primadona petani. Tanah yang luas di kampung ini juga milik tuan tanah
Cina, sehingga banyak orang pribumi yang hanya menjadi penggarap.14

Kampung Karawaci Hilir


Asal nama Kampung Karawaci Hilir diambil dari letak geografisnya.
Nama itu, menurut Idham, muncul karena letak kampung berada di sebelah
bawah dan di bibir sungai Cisadane. 15 Apa yang diutarakan oleh Idham sesuai
dengan kaidah toponimi berikut ini:
Kampung-kampung bernama sama ataupun bagian-bagian dari
desa, selain dipakai sebutan-sebutan kaler (utara), wetan (timur),
kidul (selatan), dan kulon (barat), di wilayah gunung sering dipa-
kai: tonggoh (letak lebih tinggi), tengah (letak di tengah) dan lan-

http://lomardasika.blogspot.co.id/2011/05/main-main-ke-tanah-gocap-dan-tan-ah.html
Idham, Wawancara Pribadi, Ibid
lbid
lbid

52 | Melacak Asal Muasal Kampung

deuh (letak lebih bawah), hilir (aliran sebelah bawah), girang (aliran
di sebelah atas), peuntas (di seberang sungai), lebih lanjut singkur
(sendiri, kemudian), joglo (terpencil), dan seterusnya.16

Berdasarkan kedua informasi tersebut, jelas bahwa Kampung Kara-


waci Hilir berada di aliran sebelah bawah. Karenanya, pada zaman da-
hulu kampung ini menjadi tempat tengkulak dari etnis Cina mengepul
beraneka sayuran yang ditanam di pinggir kali Cisadane.

16

Geri Kushermawan, Toponimi Jawa Barat

Kota Tangerang | 53

Asal Muasal Bojong Jaya

Bojong Jaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Karawaci,


Kota Tangerang. Nama Bojong Jaya tidak hanya ada di Karawa-
ci, tetapi juga di Kunciran, Kecamatan Pinang. Kata "Bojong"
mempunyai arti menjorok ke sudut (ujung).17
"Di Indonesia setidaknya ada 14 tempat menggunakan kata tan-
jung, seperti Babakan Tanjung, Bojong Tanjung, Curug Tanjung,
dan seterusnya. Ada 96 tempat yang memakai kata ranca, seper-
ti: Rancabadak, Rancabango, Rancabaraya, dan seterusnya. Sedi-
kitnya ada 80 nama tempat memakai kata bojong, seperti Bojong,
Bobojong, Bojongasem, dan seterusnya. Serta ada beberapa nama
geografi yang berciri bumi berair, tetapi sedikit dipakai, seperti an-
col yang artinya tanjung atau bojong (Ancol), empang artinya situ
(Empang bagus, Empang pojok), rawa artinya situ (Rawa pojok,
Rawa tengah), beber artinya air atau sungai yang lajunya sedikit
tertahan karena kontur lahannya sedikit meninggi (Cibeber), teluk
artinya bagian air yang menjorok ke darat (Teluk buyung), bantar
artinya bagian sungai yang dangkal dan rata (Bantar gedang, Ban-
tar sari), dan dano artinya situ (Dano, Babakan dano)."10

Melihat penjelasan di atas, bojong adalah semacam tanjung, yaitu


tanah yang menjorok ke laut atau sungai. Secara geografis, dulu darat-
an di daerah ini menjorok ke sungai, sehingga orang menyebutnya de-
ngan Bojong. Kondisi menjoroknya daratan ke bibir sungai mungkin
saat ini tidak terlihat, karena sudah menjadi permukiman yang padat
penduduk. Namun puluhan tahun yang lalu Bojong adalah kampung
yang berada di bibir sungai. Kelurahan Bojong Jaya masuk ke dalam
wilayah Kecamatan Karawaci. Dengan mayoritas penduduknya orang

18
2016

17
2016, 17.55
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101018194735AAQwlgw, Rabu 26
Oktober

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3638/Bojong-Kampung, Rabu, 26
Oktober

54 | Melacak Asal Muasal Kampung

Betawi dan Sunda yang telah lama tinggal di situ secara turun temu-
run.
Bagi masyarakat di Kampung Bojong, agama Islam bukan sekadar
sebagai religi, tetapi juga kultur. Pola kehidupan religi ke-Islaman dan
tradisi yang menyertainya bagi masyarakat Bojong merupakan daya
ikat sosial yang kuat, sekaligus menjadi unsur pemersatu yang mem-
buat masyarakat Betawi hidup bagaikan suatu keluarga besar, yang ti-
dak terhalang oleh perbedaan tingkat social dan ekonomi.
Sebelum tahun 1993-an, Bojong Jaya hanyalah kampung di Ke-
lurahan Karawaci. Ketika terbit Perda Nomor 16 tahun 2000 tentang
Pemekaran tujuh kecamatan, barulah Kampung Bojong Jaya menjadi
kelurahan hasil pemekaran dari Kelurahan Karawaci.

Kota Tangerang | 55

Asal Muasal Karawaci Baru

Karawaci Baru adalah kelurahan hasil pemekaran dari Kelu-


rahan Karawaci. Secara geografis, Kelurahan Karawaci Baru
berbatasan dengan Kelurahan Cibodas di sebelah timur ser-
ta Nusa Jaya di sebelah barat. Pada bagian utara berbatasan dengan
Kelurahan Cimone dan bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan
Cibodas.19 Djunaedi (79) menuturkan, :
"Di zaman kolonial, Karawaci Baru, masih dalam wilayah Karawa-
ci, merupakan kawasan perkebunan karet yang luas, dan menjadi
wilayah luar dari Tangerang Kota. Banyak petani dan pekebun yang
bercocok tanam, selain berkebun karet. Sejauh mata memandang
kawasan ini hanyalah kebun karet.20

Berdasarkan informasi tersebut, tergambar bahwa Karawaci Baru


adalah daerah perkebunan karet yang subur, sekaligus tempat tinggal
para petani karet untuk menyuplai kebutuhan karet Kota Batavia.
Karawaci Baru merupakan hasil pemekaran wilayah Kelurahan Ka-
rawaci saat perubahan Kotif Tangerang menjadi Kota Tangerang. Ka-
rawaci Baru hadir sesuai dengan amanat Perda Nomor 16 tahun 2000.
Penambahan kata "baru" setelah "Karawaci" mencerminkan bahwa
kelurahan ini merupakan hasil pemekaran Karawaci. Selain itu, men-
jadi harapan agar kelurahan yang baru dibentuk ini akan membawa
suasana baru dan kemajuan seperti kelurahan lain di Kota Tangerang.
Karawaci Baru menjadi spesial karena di kelurahan ini terletak pu-
sat pelayanan publik Kecamatan Karawaci. Pusat kegiatan penyeleng-
garaan pemerintahan Kecamatan Karawaci berkedudukan di Kelurah-
an Karawaci Baru."21

Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016,


Tangerang :
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2017, h. 3-4
KH. Edi Djunaedi Nawawi, Wawancara Pribadi
Pemerintah Daerah Kota Tangerang, Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 16 Tahun
2000
Tentang Pembentukan 7 (Tujuh) Kecamatan, (Pemda Kota Tangerang, 2000), h. 6

19

20
21

56 | Melacak Asal Muasal Kampung

Asal Muasal Nusa Jaya

Nusa Jaya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Karawaci.


Nusa jaya merupakan Kelurahan hasil pemekaran Kelurahan
Karawaci Baru. Sebelum tahun 2000, Kelurahan Nusa Jaya
belum dikenal karena masih menjadi bagian dari Kelurahan Karawaci.
Nusa Jaya lahir sebagai implementasi Perda No. 16 tahun 2000 terkait
pembentukan tujuh kecamatan di Kota Tangerang.
Nusa Jaya merupakan kelurahan terluas keempat di Karawaci de-
ngan luas mencapai 1,17 kilometer persegi dengan jumlah penduduk
mencapai 14.487 jiwa. Secara geografis, Nusa Jaya berbatasan dengan
Kelurahan Karawaci Baru di bagian timur, berhadapan dengan Kelu-
rahan Bojong Jaya di sisi barat, berbatasan dengan Kelurahan Cimone
Jaya di sisi utara, sedangkan Kecamatan Cibodas berada di sisi selatan
Nusa Jaya.22
Meskipun terbilang kelurahan baru, Nusa Jaya memiliki kampung
yang sudah ada sejak zaman colonial, yaitu Kampung Kandang Kam-
bing.

Kampung Kandang Kambing


Kampung Kandang Kambing terletak di RW 012, Kelurahan Nusa
Jaya. Penamaan kampung itu memiliki asal-usul yang melekat dengan
para angon (gembala) kambing. Konon, pada zaman kolonial, tempat
itu menjadi area penggembalaan kambing yang cukup besar. Karena-
nya, tempat tersebut terkenal sebagai Kampung Kandang Kambing.
Sebagaimana disebutkan oleh @Tangerangonline, riwayat Kampung
Kandang Kambing adalah sebagai berikut:
"Berdasarkan cerita Pamali, warga asli Kampung Kandang Kambing, bah-
wa dahulu tempat itu menjadi tempat favorit bagi para penggembala. Di-
karenakan tempat yang subur akan rumput dan ilalang, hal itulah yang

22 Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016,


Tangerang : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2017, h. 26

Kota Tangerang | 57

menjadikan tempat favorit bagi mereka yang ingin mengangon kambing.


Selain itu, dikisahkan dirinya, tempat tersebut sempat menjadi tempat ber-
istirahatnya para tentara Belanda. Sebelum para gembala kambing datang
ke tempat itu. Bahwa lahan yang luas tersebut dikuasai tentara Belanda
yang sempat menjajah di daerah Kelurahan Nusa Jaya ini terlebih dahulu.
Seiring berjalannya waktu, setelah tempat itu dikuasai tentara Belanda,
para penggembala kambing yang mengetahui tempat itu dipenuhi rumput
dan ilalang. Mereka berdatangan ke tempat tersebut, sehingga tempat itu
dipenuhi kambing. Kemudian, ketika para penjajah itu pergi, sebelumnya
mereka memberikan lahan itu ke seorang gembala yang bernama Naen."23

Semenjak tahun 1980-an, lahan yang luas itu dijual oleh keturunan Naen,
sehingga menjadi permukiman padat penduduk hingga kini. Bahkan, sam-
pai-sampai tidak ada lagi orang yang mengangon kambing di wilayah itu.
Rumput dan lahan yang bisa untuk menggembala mulai hilang, berganti
dengan permukiman penduduk. Tahun 1990-an, nama kampung ini pernah
akan diubah. Namun karena keturunan Naen masih ada di sini, nama Kam-
pung Kandang Kambing tetap dipertahankan hingga saat ini. 24

https://tangerangonline.id/2016/12/28/kampung-kandang-kambing-di-karawaci-
dahulunya-
tempat-gembala/
24

23

Ibid

58 | Melacak Asal Muasal Kampung

Asal Muasal Cimone

Pada tahun 1990-an, Cimone adalah daerah yang terkenal di Tang-


erang. Bagi pengguna bus, Terminal Cimone adalah tempat pertama
yang diinjak sebelum memasuki Kota Tangerang. Para pendatang dari
segala penjuru yang datang ke Tangerang akan singgah dulu ke Ci-
mone. Namun dengan penataan ulang kota, Terminal Cimone dipin-
dahkan ke Terminal Poris Plawad Cipondoh, sehingga keberadaanya
hanya sebagai terminal dalam kota.

Keramaian Terminal Cimone tinggal kenangan25

Cimone adalah kelurahan yang ada di Kecamatan Karawaci. Ten-


tang luasnya kelurahan Cimone, Djunaedi menuturkan:
"Cimone itu luas, dari Pabuaran sampai lewat jembatan sampai
Remaja Kuring. Sampai daerah yang sekarang Taman Cibodas itu

25 http://s220.photobucket.com/user/azimutyo/media/ANGKOT/270820081811-jpg.html

Kota Tangerang | 59

masuk wilayah Cimone. Dahulunya kebun, Istana Nelayan juga be-


lum ada, masih dalam bentuk kebon, blong. Mulai sekarang, pom
bensin, ujung Pabuaran sampai ke Rumah sakit Annisa. RS Annisa
dulu kan belum ada, masih blong."25

Dari informasi Djunaedi, tergambar bahwa dahulunya Cimone


adalah daratan yang luas dan masih berupa kebun kosong. Rumah
penduduk pun masih terbilang sedikit. Adapun tentang nama Cimo-
ne, Djunaedi menjelaskan:
"Bisa jadi nama mone berasal dari jambu moneng atau mede. Ka-
rena itu jadi nyambung tetanggaan. Itu Mede dengan Kelurahan
Cimone Baru itu tetanggaan. Yang saya tahu di sepanjang kalau
tembus ke sana itu Pabuaran Kenaiban itu pohon itu melulu (baca:
pohon mede) sampai ke rumah sakit Pratiwi. Yang deket Masjid Al
Hidayah dulu juga banyak pohon itu. Di daerah itu mah dulunya
banyak pohon mede dan saya tahu itu mah. Mede sama Cimone
memang tetanggaan. Sekarang yang RS Pratiwi dulu pohon mede.
Di situ ada Musala As Shafat, di situ ada pohon mede. Musala itu
kepunyaan Rumah Sakit Pratiwi."27

Sebutan buah mede berbeda-beda di setiap daerah. Ada yang me-


nyebut biji jambu monyet, biji mede, biji mone, biji moneng, dan lain
sebagainya. Maka bisa jadi nama mone berasal dari jambu moneng
atau mede. Dengan begitu, Cimone artinya air atau sungai yang ada
pohon medenya.
Namun dalam versi yang lain, asal nama Cimone berasal dari nama
seorang perempuan baik hati, yang selalu memberikan air kepada
orang yang melintasi kampungnya. Hal ini seperti dituturkan oleh
Ahmad (63):

26
27

KH. Edi Djunaedi Nawawi, Wawancara Pribadi


KH. Edi Djunaedi Nawawi, Wawancara Pribadi.

60 | Melacak Asal Muasal Kampung

"Jadi awalnya, dahulu di kampung ini penduduknya ada yang suka


ngasih air setiap ada tamu, orang lewat. Namanya Nyai atau Ibu
Mone. Sekalipun musim kemarau, Nyai Mone tetap bisa memberi-
kan air kepada orang yang melintasi daerahnya. Hal ini membukti-
kan bahwa air di kampung ini membawa keberkahan, tidak pernah
kering, airnya bening. Menurut cerita, airnya tidak habis-habis.
Karena kebaikan hatinya inilah, maka Nyai Mone banyak dikenal
orang. Dari air yang diberikan oleh Nyai Mone inilah nama Cimo-
ne berasal, yang berarti air Ibu Mone.28

Kampung Cimone
Dahulu Kampung Cimone adalah kampung yang hijau dengan
persawahan. Banyak pohon ambon tumbuh di sisi kampung. Tahun
1980-an masih dibanyak dijumpai padi yang menguning di setiap sisi
kampung. Kampung Cimone berbatasan dengan Kampung Gebang
di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan Kampung Ran-
ca Dulang, di sebelah timur bersebelahan dengan Kampung Pabuaran
dan di sebelah selatan bersebelahan dengan Kampung Cibodas Kecil.
Di Kampung ini pula terdapat SD Cimone dan Balai Desa Cimone.
Dahulu, penanda Kampung Cimone adalah makam Buyut Mone,
sosok perempuan yang baik hati. Ahmad (63) menuturkan keberada-
an Buyut Mone:
"Dahulu di kampung ini ada petilasan batu hitam dan besar yang
menjadi penanda makamnya Buyut Mone. Menurut cerita, dahulu
banyak orang yang menziarahinya, untuk mendapatkan keberka-
han air Buyut Mone. Namun petilasannya hilang tiba-tiba. Untuk
mengenang keberadaan Buyut Mone, akhirnya oleh para tetua
kampung dibuatkan musala. Kini petilasan itu sudah menjadi Mu-
sala Nurul Hikmah." 29

28
29
H. Ahmad bin H. Aliyasa, Wawancara Pribadi, Rabu, 17 Januari 2018
H. Ahmad bin H. Aliyasa, Wawancara Pribadi, Rabu, 17 Januari 2018

Kota Tangerang | 61

Penuturan Ahmad semakin menguatkan bahwa nama Kampung


Cimone berasal dari sosok Buyut Mone, seorang pengelana yang me-
ninggalkan jejak perjalanannya di kampung ini. Kisah kebaikan Buyut
Mone ternyata sampai pula ke Bandung, "Tahun 1945 ada pejuang di
Bandung yang menceritakan kalo di Cimone itu airnya bersih, mak-
mur, dan gak ada keringnya."50

30 Ibid.

62 | Melacak Asal Muasal Kampung

Asal Muasal Cimone Jaya

Cimone Jaya merupakan kelurahan yang baru. Dahulunya


adalah Cimone yang dimekarkan sesuai dengan amanat Per-
da Nomor 16 tahun 2000 dan masuk ke wilayah Kecamatan
Karawaci. Penambahan Jaya di belakang kata Cimone pastinya agar
kelurahan yang baru dibentuk ini memiliki kejayaan dan membawa
kemakmuran bagi warganya, seperti kelurahan sebelumnya, Cimone.
Dahulunya Cimone dan Cimone Jaya adalah daerah yang sama di
mana pohon mede tumbuh hampir di seluruh sudut kampung. Seperti
disebutkan Djunaedi, "Itu Mede dengan kelurahan Cimone Baru itu
tetanggaan. Yang saya tahu di sepanjang kalau tembus ke sana itu Pa-
buaran Kenaiban itu pohon itu melulu (baca: pohon mede) sampai ke
rumah sakit Pratiwi."31
Kelurahan Cimone Jaya berbatasan dengan Kelurahan Pabuaran di
bagian utara, berdampingan dengan Kelurahan Nusa Jaya di selatan,
berbatasan dengan Kelurahan Cimone di bagian timur, dan bersebe-
lahan dengan Kelurahan Karawaci di sebelah barat.32 Cimone Jaya juga
tercatat sebagai kelurahan terpadat ketiga di Karawaci setelah saudara
kandungnya, Kelurahan Cimone dan Kelurahan Bugel. Dengan luas
hanya 0,89 kilometer persegi dan penduduk mencapai 15.862 jiwa, Ci-
mone Jaya menjadi kelurahan yang diminati untuk hunian dan meng-
adu nasib di Kota Tangerang.

31
32

KH. Edi Djunaedi Nawawi, Ibid


Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016,
Tangerang :
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2017, h. 26

Kota Tangerang | 63

Asal Muasal Pabuaran

Pabuaran adalah kawasan permukiman baru di zaman kolonial,


saat Tangerang tempo dulu membangun kotanya. Oleh karena
itu, sebagai kampung, Pabuaran sudah dikenal sejak era coloni-
al. Djunaedi menyebutkan:
"Pabuaran dulu itu luar kota, yang namanya kota itu Pos Geren-
deng, ke sana banyak kebon-kebon, akhirnya orang sini banyak yang
babuara ke situ, bikin kebon di situ, bertani segala apa di situ. Kalo
Cimone justru sudah ada di situ. Kalo Pabuaran itu orang yang
babuara. Kalau orang babuara (bikin lahan baru)."33

Dari informasi tersebut, Pabuaran adalah daerah baru bagi ma-


syarakat di sekitar Tangerang. Karena Tangerang kota (dahulu) sudah
tidak dapat menampung lonjakan penduduk, akhirnya sebagian ma-
syarakat memutuskan untuk babuara membuka lahan baru dan me-
netap di daerah tersebut. Oleh karena itu, daerah itu disebut dengan
Pabuaran.
Kini Pabuaran tidak lagi menjadi bagian luar dari "kota tua Tang-
erang", akan tetapi menjadi bagian penting dalam pertumbuhan Kota
Tangerang. Pabuaran saat ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Ka-
rawaci. Dahulu, Pabuaran adalah tanah bulakan yang disulap menjadi
lahan pertanian dan mengundang orang untuk membuka lahan baru.
Kini, Pabuaran telah menjadi permukiman yang padat penduduk dan
mengundang para pendatang untuk mengadu nasib di gemerlapnya
Kota Tangerang.

Kampung Pabuaran Sibang


Asal kampung Pabuaran Sibang tidak dapat dipisahkan dari Kam-
pung Pabuaran. Pabuaran Sibang berasal dari orang yang membentuk
kampung baru di kawasan ini. Adapun mereka berasal dari Subang.

33

KH. Edi Djunaedi Nawawi, lbid

64 | Melacak Asal Muasal Kampung

Mereka adalah prajurit hasil rekrutmen dari Priayangan yang men-


dapat tugas di Tangerang. Dahulu namanya Paburan Subang, untuk
mengecoh musuh diganti dengan Pabuaran Sibang.34

34 Harrys Yasin, Ibid

Kota Tangerang | 65

Asal Muasal Pabuaran Tumpeng

Sama halnya kelurahan Pabuaran, Pabuaran Tumpeng juga ma-


suk ke dalam wilayah Kecamatan Karawaci. Asal nama Pabuaran
juga berasal dari kegiatan masyarakat tempo dulu yang ber-babu-
ara, membuka lahan baru karena Tangerang sebagai kota sudah tidak
mampu menampung penduduk. Adapun muasal nama "Tumpeng" di
belakang Pabuaran, Djunaedi menjelaskannya sebagai berikut:
"Kalau asal Pabuaran Tumpeng, karena ada seorang penyebar aga-
ma Islam, dan di situ ada makam keramat. Itu orang Tangerang
kalau ziarah ke situ. Si kuncennya itu suka minta tumpeng, "Kalau
mau ke sini bawa tumpeng". Saya juga ngalamin bawa tumpeng. Di
situ ada dua keramat dekat Panarub (sekarang) dan dua-duanya ha-
rus membawa tumpeng sebagai syaratnya."35

Dengan demikian diketahui bahwa nama Pabuaran Tumpeng ber-


kaitan dengan tradisi masyarakat dulu yang harus menyediaan sesa-
jen dalam bentuk tumpeng jika ingin menziarahi makam keramat di
wilayah itu. Kebiasan membawa tumpeng adalah kesepakatan antara
kuncen dan sang peziarah. Hal ini penting agar proses ziarahnya ber-
jalan dengan baik.

Pabuaran Kenaiban
Di kelurahan Pabuaran Tumpeng, ada juga kampung yang berna-
ma Pabuaran Kenaiban. Berikut ini asal nama Pabuaran Kenaiban se-
bagaimana disebutkan oleh Djunaedi,
"Kalau Pabuaran Kenaiban itu tokoh yang pertama di situ adalah KH. Ali.
dan Kh. Ali itu naib. Kalau Pabuaran Tumpeng di sono, kalau Paburan
Kenaiban itu Kh. Ali. Disebut Pabuaran Kenaiban karena banyak naib di
situ. KH. Ali itu naib, ayahnya KH Masduki juga naib, anaknya Kh Mas-
duki juga naib, jadi di situ banyak naib, karyawan Departemen Agama.

35 Ibid

66 | Melacak Asal Muasal Kampung

Kenaiban itu nongolnya di Mede."36

Dari informasi tersebut diketahui bahwa asal nama Pabuaran Ke-


naiban adalah karena di kampung ini banyak warga yang menjadi
naib (penghulu atau Kepala KUA) dan menjadi pegawai Kementerian
Agama. Maka untuk mencirikan banyaknya naib, kampung tersebut
dinamakan Pabuaran Kenaiban. Lokasinya kini ada di samping pom
bensin hingga Blok Mede.

36 Ibid

Kota Tangerang | 67

Asal Muasal Sumur Pacing

Sumur Pacing merupakan kelurahan hasil pemekaran Kecamatan


saja. Sumur Pacing sebagai nama kampung dijelaskan oleh Djunaedi,
"Konon, dulu yang sekarang Al Hidayah ada sumur siuk, jadi su-
murnya gak pake timba, penampungan air. Orang sini menyebutnya
sumur siuk, gak usah pake timba cukup disiuk aja. Padahal seta-
hu saya itu sebenarnya dari sawah, tapi kalau dulu sawah belum
tercemar. Saya aja berani minum air sawah. Dulu aja saya minum
dari air Kali Cisadane. Ditaruh dalam beberapa hari makin bagus,
langsung diminum. Termasuk juga dulu di Masjid Muawanah ada
gentong di situnya ada gayung. Yang saya heran itu air Cisadane,
gak ada rasa jijik, meski air kali.37

Dari sini tergambar bahwa dulu daerah ini adalah persawahan yang
memiliki sumur siuk, yakni sumur yang tidak menggunakan timba,
melainkan cukup diciduk saja. Di sekitar sumur itu kemungkinan juga
tumbuh pohon pacing. Kini sumur itu adalah kawasan Al Hidayah.
Selain itu, di Masjid Muawanah ada gentong yang digunakan orang
untuk mengambil minum secara langsung. Karena ada pohon pacing
di dekat sumur, daerah ini disebut Sumur Pacing.
Coctus spesiosus SMITH yang dikenal dengan nama dagang pacing,
memiliki nama yang berbeda-beda di beberapa daerah di Indonesia.
Di Sumatera, tanaman ini dikenal dengan tiga nama, yaitu Tabar-tabar
di daerah Batak, Kelacing di Bangka, dan Galoba Utan di Melayu. Di
Jawa, Pacing dikenal dengan dua macam nama, yaitu Pacing di Jawa
Tengah dan di Sunda serta Binto di Madura. Di Sulawesi, tanaman pa-
cing juga dikenal dengan tiga macam nama, yaitu Lingkuas in talun,
Tampung tawara di Makassar, dan Tepu Tawa di Bugis. Di Maluku,

37

Karawaci. Lokasi Sumur Pacing adalah dari Kenaiban terus ke


dalam di sekitar Al Hidayah atau melalui jalur RS Pratiwi lurus

Ibia

68 | Melacak Asal Muasal Kampung

Tanaman Pacing (Costus speciosus SMITH)

tanaman pacing dikenal dengan dua nama, yaitu Muri-muri di Ternate


dan Tubu-tubu di Ambon.
Tanaman Pacing (Costus speciosus SMITH) atau disebut juga de-
ngan Coctus sericeous BI merupakan tanaman yang berkhasiat. Rim-
pang Costus specionus dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi
diare, kencing nanah, sipilis, trachoma, dan bahan baku kontrasepsi.
Sementara obat herbal dari tanaman pacing dapat digunakan untuk
penderita disentri dan luka bekas gigitan serangga.38

8 H.M. Hembing Wijayakusuma, dkk, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta,


Pustaka Kartini.
1993, h. 72

Kota Tangerang | 69

Asal Muasal Bugel

Bugel merupakan salah satu kelurahan di Karawaci bagian pa-


ling Barat. Perumahan Bugel Mas Indah adalah penanda ka-
wasan Bugel.
"Perumahan Bugel Mas Indah yang pada dahulunya merupakan
perumahan yang mirip seperti sebuah desa yang memiliki banyak
tanah merah yang sangat luas sehingga tidak terlihat seperti pe-
rumahan, tetapi saat ini justru terlihat bagaikan perumahan yang
bersih. Perubahan ini sangat mengagumkan yang dahulunya dili-
hat seperti sebuah pedesaan. Perubahan ini merupakan perubahan
yang sangat pesat. Untuk melakukan perubahan itu, semua butuh
waktu yang sangat lama dan proses yang sangat panjang, terutama
pada tempat tinggal saya pada RT 06 / RW 04. Di tempat merupa-
kan RT yang memiliki tanah merah yang luas."39

Berdasarkan keterangan di atas, Bugel pada masa silam merupakan


perkebunan yang luas. Karena akan dibangun perumahan, perkebun-
an itu ada yang digali. Dari penggalian itu diketahui bahwa kandungan
tanah di Bugel adalah tanah merah.
Soal nama Bugel, Djunaedi menyebutkan bahwa, "Bugel itu nama
kampung lama. Ada Kiai Tamin, KH. Amin Khairun, kiai sepuh ya
memang salafi saja. Terus ada Galeong itu daerah kampung lama.
Dulu itu kampung kecil cemplak-cemplok gitu."40
Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa nama Bugel memang sudah
dikenal sejak lama dengan nama demikian. Lebih lanjut, Syairofi (76)
menjelaskan asal nama Bugel sebagai berikut:
"Katanya dulu ada cerita ngedebug angel. Anggel itu kan bantal. Jadi
orang-orang yang dulu itu istilahnya kerjanya kurang giat. Jadi ke-
banyakan kurang semangat makanya ke-anggel itu selalu berleha-

http://devimart.blogspot.co.id/2013/11/perumahan-bugel-mas-indah.html, rabu, 26
oktober 2016, 17.42

KH. Edi Djunaedi, Ibid

70 | Melacak Asal Muasal Kampung

-leha aja, kerjanya kurang giat. Karena memang dahulu kebanyak-


an orang sini tukang emas, suka bikin gelang, bikin cincin, bikin
kalung, hampir satu kampung ini tukang emas semua. Walaupum
bikinnya sedikit tapi nilainya mahal. Jadi seolah-olah mereka ker-
janya kurang giat. Sebab biar kerja sebentar sudah menghasilkan
uang. Karena rata-rata tukang emas, jadi cukup untuk membiayai
anak dan istrinya. Tidak terlalu diporsir cara kerjanya. Jadi nama
Bugel merupakan singkatan dari ngedebug anggel.41

Berdasarkan informasi tersebut, nama Kampung Bugel terkait de-


ngan etos kerja orang kampung ini pada zaman dahulu. Karena ba-
nyak yang berbisnis emas, mereka terlihat seakan bermalas-malasan.
Mereka sering beristirahat sehingga ngedebug anggel, bunyi bantal
orang yang bangun tidur. Dari ngedebug anggel inilah Bugel berasal.
Dahulu bugel adalah daerah persawahan dan tanah darat. Namun
sekarang sudah tidak ada persawahan karena sudah menjadi peru-
mahan. Sawah ada di sebelah timur Kampung Bugel dengan masa pa-
nen mencapai dua kali dalam setahun.42

41 H. Syairofi bin H. Sarfudi, Wawancara Pribadi, Rabu, 27 September 2017


42 Ibid

Kota Tangerang | 71

Asal Muasal Margasari

Margasari masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karawaci


sebagai hasil pemekaran Kampung Bugel. Menurut Perda
Nomor 16 Tahun 2000, Karawaci meliputi 16 kelurahan,
salah satunya Margasari. Mengenai asal muasal Kelurahan Margasari,
Syairofi menjelaskan sebagai berikut:
"Margasari dulu mah kagak ada. Ini kampung masuk Desa Bugel.
Zaman Jepang Bugel masuk ke wilayah Curug. Baru-baru ini aja
masuk ke kota. Dulunya juga bukan Margasari, tapi Kampung Gélo.
Orang pahamnya ini kampung Gelo atau Kampung Gila padahal
mah Kampung Gélo, dari nama buah elo. Karena khawatir jadi ke-
lanjutan jadi Kampung Gila, biar enak akhirnya diganti jadi Marga-
sari (marga: garis, sari: inti), yang artinya garis tengah."43

Berdasarkan hal tersebut, nama Margasari diambil dari perubah-


an nama Kampung Gelo, yang memiliki konotasi negatif. Margasari
berarti garis tengah karena memang letak kampung ini juga berada di
pertengahan Kampung Bugel. Kini Margasari berbatasan dengan Ke-
lurahan Pabuaran Tumpeng di bagian utara dan Kelurahan Cimone
di sisi selatan. Sementara bagian timur berhadapan dengan Kelurah-
an Bugel dan bagian barat berhadapan dengan Kelurahan Pabuaran.44
Dengan luas wilayah mencapai 1,05 kilometer persegi, daerah ini me-
miliki jumlah penduduk mencapai 17.946 jiwa.
Adapun kampung yang dapat dilacak di kelurahan Margasari ada-
lah sebagai berikut.

Kampung Gelo
Kampung Gélo adalah asal dari Kelurahan Margasari. Dari Kam-
pung Gélo, kelurahan Margasari berkembang. Menurut penuturan

43
44

lbic
Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016, h. 3-4

72 | Melacak Asal Muasal Kampung

Syairofi, Kampung Gélo adalah sebagai berikut:


"Karena dahulu di kampung ini banyak ditumbuhi buah élo. Buah-
nya ijo kecil-kecil. Karena banyak buah elo itu orang-orang mena-
makan kampung ini Kampung élo, lama kelamaan menjadi Kam-
pung Gélo. Bukan Gelo, tapi Gélo, pake "é" pepet.45

Buah elo atau buah ara.46

Tanaman elo atau loa (orang jawa sering menyebutnya dengan lo-
wing) sering ditemukan di hutan-hutan tropis, rawa-rawa dan pinggir-
an sungai. Buah tanaman liar yang bernama latin Ficus Glomerata ini
kalau dilihat mirip dengan buah tin atau ara. Loa atau elo merupakan
jenis spesies tanaman yang masuk dalam keluarga Moraceae. Dikenal
juga sebagai Cluster Fig Tree atau Goolar (gular). Selain dapat diman-
faatkan sebagai tanaman rindang, loa atau elo juga kerap dijadikan se-
bagai bakalan bonsai. Bonsai loa memiliki kriteria sebagai bonsai yang
baik, bahkan berharga cukup mahal sampai jutaan rupiah.47

45
46
47

H. Syairofi bin H. Sarfudi, lbid


http://www.warungbibit.com/2017/01/buah-elo-loa-lowa-yang-unik-hampir.html
lbid

Kota Tangerang | 73

Meskipun jika dibandingkan dengan buah tin daunnya tidaklah


sama, namun loa atau elo mempunyai kemiripan dengan buah tin.
Loa mempunyai beberapa keunikan, baik dari sisi buah maupun pe-
nampilan cabang dan rantingnya. Pohon loa mempunyai batang yang
besar. Bahkan di alam bebas, lingkar batangnya bisa sampai 5 meter.
Bagian batang utama mengeluarkan akar gantung dan dari akar ter-
sebutlah muncul buah loa atau elo yang mempunyai rasa manis asam
dan sangat cocok untuk dijadikan rujak. Karena akarnya bisa tumbuh
dengan cepat, tanaman loa atau elo ini sangat cocok dimanfaatkan se-
bagai penahan longsor.

Kampung Ranca Dulang


Rancadulang adalah nama kampung yang berada di wilayah Kelu-
rahan Margasari. Di Kampung Rancadulang terdapat dua rukun warga
dan enam rukun tetangga. Daerah ini terbagi menjadi empat wilayah:
Rancadulang Wetan, Rancadulang Tengah, Rancadulang Kulon, dan
Rancadulang Kaler. Perbatasan wilayah Rancadulang sebelah timur
ialah Kampung Mumunggang, sebelah selatan ada Kampung Gelo
atau Margasari, sebelah barat ada Kampung Gebang/Bugel Indah, dan
sebelah utara Kampung Cimone. Di kampung Rancadulang terdapat
satu masjid dan enam musala. 48
Penduduk Rancadulang terdiri dari berbagai suku dan etnis. Ada
Batak, Jawa, Sunda, dan sebagainya. Penduduk asli Rancadulang ber-
suku Sunda dan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh orang tua
adalah Sunda kasar. Sebagian orang dewasa dan anak-anak sekarang
pun masih berkomunikasi dengan bahasa Sunda dan sebagian meng-
gunakan bahasa Indonesia. 49
Menurut Khaerudin, nama Rancadulang, terdiri dari dua suku kata.
Ranca berarti rawa dan dulang berarti tutup makanan. Konon menurut
orang tua, di kampung ini banyak rawa. Ketika rawa itu banjir, ada sa-

48 Khaerudin Ibnu Muhammad Zen dalam http://ahmadbuhori.blogspot.


co.id/2009/12/sejarah-
singkat-kprancadulang.html, Ahad, 23 Oktober 2016
49 Ibid

74 | Melacak Asal Muasal Kampung

jian makanan yang berjalan di atas air dan ditutupi oleh dulang (nama
penutup makanan di dapur). Jadi kampung ini dinamakan kampung
Rancadulang.50 Kini, keluasan, keindahan sawah, ladang, kebun, la-
pangan, rawa, empang, serta kesejukan Kampung Rancadulang hanya
tinggal kenangan.

Kampung Galeong
Selain Kampung Rancadulang, di Margasari ada pula kampung
Galeong. Menurut Djunaedi, Kampung Galeong termasuk daerah
kampung lama. "Dulu itu kampung kecil cemplak-cemplok begitu,"
ujarnya.51 Adapun asal nama Galeong dapat dijelaskan sebagai berikut:
"Suling adalah waditra, jenis alat tiup terbuat dari bahan bambu
berlubang (4,5,6) yang dimainkan dengan cara ditiup. Suling diper-
gunakan untuk membawakan melodi lagu, baik untuk mengiringi vo-
kal (tembang, kawih), maupun untuk dimainkan mandiri (tunggalan,
landangan). Suling alat tiup yang berlubang empat banyak terdapat di
Pulau Jawa. Di Jawa Barat terdapat suling berlubang empat, antara lain
suling degung, bersurupan pelog, suling salendro, dan suling berlu-
bang empat madenda. Di Jawa Tengah pun ada suling yang berlubang
empat, yaitu suling salendro. Suling yang berlubang enam di Banten
disebut galeong. Sebelum istilah suling ada di Jawa Barat, ada yang di-
sebut bangsi. Kata bangsi berubah menjadi bangsing."52
Dengan demikian, nama galeong adalah sebutan lain untuk suling
yang berlubang enam. Jika di Jawa Barat suling jenis ini disebut bangsi
atau bangsing, di kawasan Banten jenis suling ini disebut galeong. Ga-
leong menjadi nama kampung karena kemungkinan dulu kampung ini
merupakan daerah yang memproduksi galeong atau pernah ada peni-
up galeong yang andal. Alasan ini dikemukakan karena biasanya nama
kampung terkait dengan aktivitas manusia di zamannya.

50
51
52

lbid
KH. Edi Djunaedi, Wawancara Pribadi
https://sanggarwaringin.wordpress.com/2012/02/26/waditra/, diunduh 28 Nopember 2016

Kota Tangerang | 75

Asal Muasal Nambo Jaya

Nambo Jaya adalah salah satu dari 16 kelurahan yang ada di


Kecamatan Karawaci. Menurut Djunaedi, sejak dahulu kam-
pung itu sudah bernama Nambo.
"Seinget bapak, yang bapak tahu, dulu situ di sebelah kiri hanya
hanya ada dua rumah, sedangkan di sebelah kanan ada tiga empat ru-
mahlah yang ada di situ. Sekarang Pondok Arum atau apalah belum
ada. Nambo dulunya itu sawah. Itu adanya sekitar tahun 1990-an tapi
dari dulu disebutnya sudah Nambo. Gak tahu kenapa disebutnya begi-
tu, padahal dahulunya mah rumahnya bisa dihitung. Sampai ke deket
Panarub itu blong sawah semua. Di sebelah barat Pabuaran tumpeng,
Benoa itu dahulunya sawah semua, pemborong aja yang kasih nama
Benoa. Jadi Tangerang itu sebenarnya mulai ramainya sejak zaman Pak
Zakaria Mahmud. Setelah ada jembatan-jembatan itu maka pada tum-
buhlah itu kampung-kampung.53
Dari penuturan tersebut, kampung ini mulai ramai sejak zaman
Zakaria Mahmud membangun jembatan baru yang menghubungkan
Tangerang sebagai pusat kota dengan Tangerang sisi barat. Setelah
ada jembatan itu, kampung-kampung baru mulai muncul. Berikut ini
jembatan yang dibangun pada era Walikota Zakaria Mahmud dan M.
Thamrin,
"Jembatan di Tangerang kota itu hanya ada satu. Dari dulu dise-
butnya jempatan Mesjid Agung aja. Itulah-satu-satunya jembatan
menuju kota dan batas kota Tangerang, sekarang mah dua kiri dan
kanan. Yang jembatan asli peninggalan Belanda adalah yang berada
di sisi selatan sedangkan sisi utaranya dibangun pada masa Waliko-
ta M. Thamrin atas bantuan pemerintah pusat, jadi akhirnya jadi
dua jembatan sepasang, sebab orang dari mana aja menuju ke situ
karena jalan masuk ke dalam kota. Sedangkan Zakaria Mamud jika
tidak salah beliau membagun lima jembatan. Pertama membuat

[53] KH. Edi Djunaedi Nawawi, Ibid.

76 | Melacak Asal Muasal Kampung

Jembatan Satria, Jembatan Sangego, Jembatan Pintu Sepuluh. Jem-


batan Unis yang menuju langsung ke Tanah Cepe, Jembatan Pa-
narub yang dulunya yang sekarang Argo Pantes menuju ke Shinta
Plaza yang banyak pohon hias."54

Adapun menurut T. Bachtiar, penamaan daerah Nambo adalah se-


bagai berikut:
"Nambo berarti dasar sungai tua yang sudah ditinggalkan. Artinya,
sungainya sudah berpindah aliran. Jadi nama tempat yang mema-
kai kata nambo, pastilah daerahnya lebih rendah dari tempat di
sekitarnya. Kalau paham akan artinya, sangat wajar bila kawasan
yang memakai kata nambo akan tergenang bila terjadi hujan lebat
karena memang asalnya berupa dasar sungai. Namun ada kesalah-
an penamaan oleh orang yang tidak mengetahui arti kata nambo
sehingga nambo digunakan juga untuk menamai sungai yang me-
lewati kawasan nambo, maka sungai itu disebut Ci Nambo. Pada-
hal, sungai yang masih normal menjalankan fungsinya tidak bisa
disebut nambo."55

Informasi di atas menguak bahwa nama Nambo berarti dasar su-


ngai tua yang sudah ditinggalkan. Di masa lampau kawasan ini adalah
sungai, tetapi karena perubahan geografis, sungainya berpindah alir-
an. Jadi nama tempat yang memakai kata nambo, pastilah lebih ren-
dah dari tempat di sekitarnya. Maka sangat wajar jika kawasan yang
memakai kata nambo akan tergenang saat terjadi hujan lebat karena
memang asalnya berupa dasar sungai. Kata "jaya" di belakang nama
Nambo mencerminkan harapan agar kampung ini membawa kejayaan
dan kemakmuran bagi rakyat dan penguasanya.

54 Ibid
55 T. Bachtiar, Jangan Sembarangan Mengubah Nama Tempat, dalam
http://gerikushermawan.
blogspot.co.id/2009/11/toponimi-daerah-jawa-barat.html, diunduh Sabtu, 16 Desember
2016, pukul
20.04

Kota Tangerang | 77

Asal Muasal Gerendeng

Gerendeng yang berada di sedimentasi Kali Cisadane ini dulu-


nya berada di luar kota, saat Tangerang berada di bawah ke-
kuasaan kolonial. Gerendeng telah menjadi salah satu tujuan
para pendatang karena berada di jalur sungai yang ramai sejak 1407,
bersamaan dengan Cina daratan yang datang ke Batavia.
"Daerah muara sungai Cisadane yang sekarang diberi nama Te-
luk Naga disebutkan dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul "Tina
Layang Parahyang“ (Catatan dari Parahyangan). Kitab tersebut me-
muat cerita tentang kedatangan orang Tionghoa untuk pertama kali
ke Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu itu pusat pemerintahan
berada di sekitar pusat Kota Tangerang saat ini.
Sesuai dengan rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia, gerendeng
berarti menggerutu, merengut, atau bicara dalam hati karena tidak
puas."56 Ternyata sikap seperti ini yang menjadi asal nama Kampung
Gerendeng seperti yang dijelaskan oleh Djunaedi,
"Kalau masyarakat ngomongnya orang gerendeng itu orangnya ce-
rewet, gitu-gitu, karena suka gerendeng. Dan itu watak orang di
sini sebab apa? Dulunya sering bentrok dengan orang Cina, orang
situ ribut sama orang Cina, orang Cina mah diem bae, orang itu
garandeng bae, di situ diketahui masih ada lokasi yang separo orang
pribumi dan separuhnya orang Cina."57

Dengan demikian jelas bahwa asal nama Kampung Gerendeng


karena sebagian masyarakatnya dahulu suka "gerendeng", tidak suka
terhadap para pendatang. Namun terkait perjalanan sejarah kolonial
Belanda di Tangerang, Kampung Gerendeng menyimpan kisah patri-
otik seperti yang diceritakan oleh Harrys (60):
"Kampung Gerendeng ternyata menyimpan kisah perjuangan pra-

56 http://kamusonline.xyz/search/gerendeng/, diunggah 11 April 2016. Jam 12.19


57 KH. Edi Djunaedi Nawawi, Ibid

78 | Melacak Asal Muasal Kampung

jurit Priyangan dalam mempertahankan wilayahnya di Tangerang.


Di sepanjang kampung ini pula didirikan pagar endeng (pagar dari
bamboo, pen). Tempat para pejuang berkumpul dan memperta-
hankan diri dari serangan. Dari keberadaan pagar endeng berasal.
Dan orang Sunda menyingkat kata menjadi Gerendeng"58

Gerendeng hari ini berbeda dengan Gerendeng masa lalu. Kini


seluruh elemen masyarakatnya sudah membaur, bahkan antara pen-
datang dan pribumi sudah banyak yang kawin-mawin. Sehingga Ge-
rendeng berubah menjadi salah satu kawasan multikultural, yang di
dalamnya hidup secara berdampingan etnis yang berbeda.

Blok Mede
Daerah Blok Mede berada di Kelurahan Gerendeng. Dahulu di
kampung ini banyak ditemukan pohon mede.
"Sebelum Pabuaran Tumpeng itu kan ada gang Mede, sekarang na-
manya Jalan Mad Raji. Sebab dulu itu disebut mede, pas sebelah
sana Panarub, dulu jalanannya kecil di situ ada pohon mede besar,
saya mengalamin juga hingga tahun 1970 pohon mede itu masih
berdiri kokoh dan dari dulu memang sudah ada, maka daerah itu
disebut kampung Mede. Kelurahannya separuh Gerendeng sebelah
jalan Cimone."59

Oleh karena banyak pohon mede yang tumbuh di kawasan ini, da-
erah ini disebut Blok Mede. Keberadaan pohon mede yang menjadi
penanda kampung masih ditemukan di akhir tahun 1970. Bagi para
orang tua tentu masih bisa mengingat kerindangan pohon-pohon
mede yang tumbuh di daerah Blok Mede.

58
59

Harrys Yasin, Ibid


KH. Edi Djunaedi, Wawancara Pribadi

Kota Tangerang | 79

Gerendeng Tegal
Gerendeng Tegal terletak di kelurahan Gerendeng. Gerendeng Te-
gal ada di deket Panarub RW 11.
"Disebut Gerendeng Tegal sebab dulunya di situ tegalan semua,
kebon. Di daerah ini banyak tegalan-tegal. Di antara tegalan-tegalan
itulah ada rumah satu-dua, ada tegalan lagi ada rumah satu dan sete-
rusnya. Jadi Jalan Otista sebrang timur adalah Gerendeng, seberang-
nya bagian barat adalah Gerendeng Tegal. Dapat dibayangkan karena
dahalunya rumahnya hanya satu dua, satu dua saja. Karena beranak
pinak lama-lama daerah itu menjadi padat penduduk.60
Mencermati keterangan di atas dapat dilacak bahwa asal Geren-
deng Tegal adalah karena secara geografis di kampung ini banyak
tegalan dan kebun. Penduduknya pun saat itu masih sedikit. Namun
karena beranak pinak lama-lama daerah itu menjadi padat penduduk.
Kini Gerendeng Tegal telah tumbuh menjadi permukiman yang padat.

60 KH. Edi Djunaedi Nawawi, Wawancara Pribadi

80 | Melacak Asal Muasal Kampung

Asal Muasal Sukajadi

Salah satu dari 16 kelurahan yang ada di Karawaci adalah Suka-


Sjadi. Sukajadi merupakan kelurahan hasil pemekaran dari Ke-
lurahan Gerendeng pada 2000. Sukajadi baru dikenal sebagai
nama kampung pada 1950-an.
"Nama daerah Suka Sari, Suka Suka Bakti, Sukarasa, Sukajadi itu
adalah nama baru pada zaman Amin Abdullah Bupati Tangerang. Ka-
rena pada saat itu banyak kampung-kampung baru seperti Suka Bakti
itu pan gak ada sebelum zaman beliau. Beliau menjabat Bupati kira-
-kira tahun 1952-1955. Nah nama Suka Bakti, Sukajadi, Sukarasa itu
nama-nama baru semua. Dulu Suka Bakti, Suka Rasa, kavling dulu-
nya kebon singkong, kepunyaan LP (Lembaga Pemasyarakatan), dan
termasuk pinggir kota. Jadi nyambung ke sini (Gedung MUI). Pasar
Anyar belum ada.61
Kini kelurahan sukajadi berbatasan dengan Kelurahan Gerendeng
di sebelah utara dan Kelurahan Karawaci di sebelah selatan. Sedang-
kan di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pabuaran dan di
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tangerang.62

61
62

KH. Edi Djunaedi, Wawancara Pribadi


Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016, h. 3-4

Kota Tangerang | 81

Asal Muasal Pasar Baru

Ingat Pasar Baru berarti ingat pula dengan Pasar Lama. Pasar Baru
muncul karena Pasar Lama sudah tidak dapat menampung penju-
al dan pembeli. Namun berbeda dengan Pasar Lama, Pasar Baru
tidak hanya menjadi pasar, tetapi berkembang menjadi permukiman
dan akhirnya menjadi nama kelurahan di Karawaci. Dulu lokasi Pasar
Baru berada di kantor polisi. Lokasinya berada di gedung Cisadane
sekarang, sehingga disebut Pasar Baru asrama polisi.63
"Pasar baru itu Prapatan Panarub. RS Hermina itu juga masih Pasar
Baru kini. Karena Pasar Lama dah mulai sumpek, baru ada pasar
baru. Dahulunya hanya tukang ikan begitu-begitu doang. Karena
sudah ada Pasar Baru, maka pasar yang di sini disebut Pasar Anyar.
Pasar Lama itu yang di depan Pendopo Kabupaten, Kali Pasir ujung
utara Jalan Kisamaun. Jadi pas ada Pasar Anyar, seolah-olah pasar
itu tutup, terus yang ada sekarang ini adalah toko-toko kebanyak-
an. Sebab dahulunya Pasar Lama itu tanahnya bukan tanah peme-
rintah, tapi tanah Cina, masih tanah pribadi jadi banyak yang dijual
dan penjadi pertokoan."64

Pasar Baru muncul karena Pasar Lama yang ada umumnya milik
masyarakat sehingga sulit untuk dikendalikan jenis komoditas yang
diperjualbelikan. Masyarakat menentukan sendiri jenis barang yang
hendak dijual. Oleh karena itulah, pemerintah membuka Pasar Baru.
"Sampai tahun 1965 itu dari prapatan Pasar Baru sampai ke Pana-
rub sampai terus ke arah Mauk itu belum ada listrik. Yang sekarang
Jalan Pribadi juga belum ada listrik. Ada-adanya listrik baru tahun
1980, zaman Pak Soeharto. Pak Soeharto terus membangun jaring-
an listrik terus ke Mauk, dan ke mana-mana. Listrik yang ada di
Tangerang kota hanya sampai Pasar Baru, sebab di situ ada kantor

63

64

KH. Edi Djunaedi Nawawi, lbid


Ibid

82 | Melacak Asal Muasal Kampung

polisi sehingga masih dapet aliran listik, sedangkan ke arah Mauk


masih gelap. Sebab di jalur itu penduduknya masih sedikit hanya
1 dua kepala keluarga saja. Itu yang namanya Panarub dulunya sa-
wah, hanya di Kampung Mede saja ada orang sedikit, blong hanya
persawahan milik pribadi masyarakat."55

Dari keterangan di atas diketahui bahwa Pasar Baru telah dibangun


sejak 1965. Setelah jaringan listrik dibangun sampai Mauk dan se-
kitarnya, Pasar Baru mulai berkembang. Pedagang mulai banyak dan
permukiman di sekitarnya mulai menggeliat. Persawahan di sekitar
Panarub dan Rumah Sakit Hermina sekarang mulai berganti dengan
rumah-rumah.
"Zaman Zakaria Mahmud di Pasar Baru ini orang gak boleh dagang
yang sekarang RS Hermina, dipindah ke Pasar Ramadhani yang de-
pan Panarub. Kenapa disebut Ramadhani, karena itu pasar dires-
mikannya pada bulan Ramadan, sekitar tahun 1992 sampai tahun
1995 saat Zakaria Mahmud menjadi Walikota Kotif Tangerang,
terus jadi Walikota pertama. Sebab di perempatan itu sudah tidak
ada orang yang berdagang. Sehingga sekarang lokasinya sekarang
berhadapan dengan Panarub berhadapan dengan Gang Mede.66

Sebagai daerah, Pasar Baru sudah dikenal sejak lama sebagai salah
satu pusat pertukaran uang di Kota Tangerang. Pasar Baru juga men-
jadi pusat interaksi antarsuku yang ada di Tangerang. Baru sejak 1992,
Pasar Baru menata wilayah menjadi kelurahan. Saat itu masih masuk
dalam Kotif Tangerang. Selanjutnya pada 2000, Pasar Baru resmi men-
jadi kelurahan dan masuk wilayah Kecamatan Karawaci berdasarkan
amanat Perda Kota Tangerang Nomor 16 Tahun 2000.

65
66

lbid
lbid

Kota Tangerang | 83
Asal Muasal Koang Jaya

Sebelum tahun 1993-an, Koang Jaya merupakan kampung yang


hijau sama seperti Gerendeng, Blok Mede, dan wilayah lain di
Tangerang. Pada 2000, dengan terbitnya Peraturan Daerah ten-
tang pemekaran wilayah 7 kecamatan, Koang Jaya resmi menjadi kelu-
rahan hasil pemekaran dari Kelurahan Pasar Baru dan menjadi bagian
yang integral di Kecamatan Karawaci.
Kin Koang Jaya berbatasan dengan Kecamatan Periuk di bagian
utara dan bersebelahan dengan Kelurahan Pasar Baru di bagian selat-
an. Sementara di sisi timur berbatasan dengan Pabuaran Tumpeng dan
sisi barat berhadapan dengan Kecamatan Periuk.67
Asal muasal nama Koang Jaya agak sulit dilacak. Salah satu proses
penamaannya bahkan terdengar "unik". Berikut penuturan Djuanedi:
"Tentang asal Koang Jaya ada cerita rakyat yang melatarbelakangi-
nya. Ceritanya mah lucu. Konon cerita, ada orang nganjang (nginep)
di rumah pacarnya. Saat mengobrol dengan sang pacar, si perem-
puan ingin buang angin. Takut kentut di depan pacarnya, kemudi-
an ia mencari tempat aman untuk membuang angin. Akhirnya ia
kentut di dalam rumah. Karena takut kedengeran juga, dia kentut
di atas dandang. Enggak tahunya masih kedengeran juga, bunyinya
"koang". Akhirnya daerah ini disebut Koang, karena suaranya yang
nyaring. Sampai saat ini masih diyakini oleh masyarakat. Dan saya
mengetahui informasi ini dari seorang tokoh masyarakat".6a

Berdasarkan mitos di atas, Koang Jaya berasal dari suara "buang


angin" seorang gadis yang malu dengan kekasihnya. Adapun penam-
bahan kata "Jaya" merupakan wujud harapan masyarakat Koang akan
kejayaan di segala bidang.

67

68

Koorditor Statistik Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karawaci Dalam Angka 2016, h. 3-4
KH. Edi Djunaedi, Ibid

84 | Melacak Asal Muasal Kampung

Anda mungkin juga menyukai