Anda di halaman 1dari 3

.

Nilai-Nilai Teks Cerita Sejarah

1. Nilai Budaya

Nama Sungai Cisadane berasal dari bahasa sansekerta ‘sadane’ yang


berarti kerajaan dan bahasa Sunda ’ci’ yang berarti air. Jadi, Sungai
Cisadane diartikan sebagai air istana kerajaan.

di sekitar Sungai Cisadane adalah orang-orang Sunda.Sejarah Sungai


Cisadane sendiri, menurut Abah Mustayah, tidak bisa dilepaskan
dengan cerita babat tanah Banten, di mana berpindahnya agama Sunda
Wiwitan dari tanah Pajajaran ke tanah Banten, yang menjadi cikal bakal
masyarakat Baduy.

di Sungai Cisadane tersebut pernah ada misteri buaya putih. Munculnya


misteri buaya putih ini ketika menjelang banjir besar akibat luapan
sungai tersebut, yaitu sekitar tahun 1962. “Sebelum banjir itu buaya
putih muncul. Itu banjirnya luar biasa, Gerendeng itu tenggelam sampai
empat meter,” ungkapnya. Selain misteri buaya putih, kata Abah, juga
terdapat misteri kura-kura berukuran besar yang di punggungnya
terdapat tulisan huruf Cina. “Jadi ada buaya putih, ada kura-kura
raksasa yang ada tulisan huruf Cina. Itu di sekitar Pekong, yang biasa
buat perayaan Pe Chun,”.

2. Nilai Moral

Tidak terdapat nilai moral.

3. Nilai Agama
Jauh sebelum masyarakat Tionghoa datang ke Tangerang, di sekitar
Sungai Cisadane adalah orang-orang Sunda.Sejarah Sungai Cisadane
sendiri, menurut Abah Mustayah, tidak bisa dilepaskan dengan cerita
babat tanah Banten, di mana berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari
tanah Pajajaran ke tanah Banten, yang menjadi cikal bakal masyarakat
Baduy. “Semua ini ada kaitannya dengan Sungai Cisadane, karena ini
(Sungai Cisadane) kan perlintasan, pada zaman babat tanah Banten.
Berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari tanah Pajajaran ke Banten, ini
perlintasannya. Makanya, sebelum orang Tionghoa datang ke
Tangerang, di sekitarnya itu orang-orang Sunda.

4. Nilai Sosial

Dulu, Sungai Cisadane dimanfaatkan para pedagang Tionghoa untuk


berlayar masuk ke pedalaman ke daerah Tangerang.Menurut catatan
sejarah abad 16, banyak kapal dagang kecil memasuki muara Cisadane
di pesisir Laut Jawa untuk berlabuh ke Tangerang. Kala itu daerah
Mauk, Kedaung, Sewan, Kampung Melayu, dan Teluk Naga, masih
berupa rawa-rawa, sehingga muara Cisadane masih berada di dekat
Tangerang.

Aliran air Cisadane dimanfaatkan sebagai produksi air bersih yang


memasok Tangerang, pusat irigasi, serta pengendali banjir.

Pemanfaatan Sungai Cisadane, menjadi penyedia air bersih, mulai


dilakukan sejak tahun 1930-an oleh Hindia Belanda.

Selainsebagai pemasok kebutuhan air bersih, Sungai Cisadane juga


dimanfaatkan untuk perayaan festival lokal di Tangerang, yaitu Festival
Cisadane yang ada sejak 1995.

Sungai Cisadane juga memiliki potensi untuk menjadi tempat wisata.


5. Nilai Keindahan

Sungai Cisadane memiliki tebing sungai yang terjal dan dalam.


Namun, selepas Tangerang menuju muara, tebing Sungai Cisadane kian
rendah, dan aliran Sungai Cisadane mulai melebar. Aliran Sungai
Cisadane berasal dari anak-anak sungai yang berhulu di lereng Gunung
Pangrango dan Gunung Salak di Bogor.

Anda mungkin juga menyukai