Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“POLA HIDUP SEHAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7

Firma
Konstansius Wiwid Ardi Pribadi
Fenny Wulandary
Vera Rosety Yusanti
Nurfithriani
Elfrida Hotmawaty Sinambela
Rahmawati
Titi Herawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“POLA HIDUP SEHAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS”

A. PENGANTAR
Materi : Penyakit Diabetes Melitus
Pokok Bahasan : Pola Hidup sehat pada penderita diabetes Melitus
Hari/tanggal : 29 Desember 2023

Waktu pertemuan : 35 menit


Tempat : Posyandu RW 12 kelurahan Roban
Sasaran : Masyarakat

B. LATAR BELAKANG
Penyakit Kencing Manis/Diabetes Melitus adalah ketidakmampuan tubuh untuk
mengubah makanan menjadi energi karena gangguan metabolisme yang terjadi dalam
tubuh.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu
resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya
peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen
diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan
diabetes (Mogensen, 2017).

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan masyarakat terutama penderita diabetes
Melitus dapat menerapkan Pola hidup Sehat
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 35 menit, masyarakat dapat
menjelaskan kembali tentang :
a. Definisi Diabetes Melitus
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
c. Penyebab Diabetes Melitus
d. Gejala Diabetes Melitus
e. Pola Hidup Sehat bagi penderita Diabetes seperti :
1) Diet Nutrisi (Perencanaan Makan)
2) Aktivitas Fisik/olahraga
3) Obat-obatan
4) Monitor Kadar Gula Darah
5) Edukasi/ konsultasi dengan dokter untuk mengetahui pola hidup sehat

D. MATERI
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit endokrin yang paling banyak ditemukan, secara
harfiah diabetes artinya “mengalirkan”, yang menunjukkan pengeluaran urin dalam
jumlah besar pada penyakit ini. Melitus artinya “manis” maka masyarakat lebih
mengenal dengan kencing manis.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2018, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
(gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau keduanya.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia (gula darah yang tinggi) saat puasa dan postprandial (setelah makan).
Nilai normal kadar gula darah :
a. Gula darah sewaktu : 70-200mg/dl
b. Gula darah puasa : 70-110 mg/dl
c. Gula darah 2 jam PP (2 jam setelah makan) : 100-140 mg/d

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologi menurut ADA 2019, yaitu;
a. Diabetes Melitus Tipe 1 (insulin dependen diabetes mellitus)
Merupakan tipe diabetes melitus dengan gejala yang tiba-tiba dan muncul
seringkali pada usia remaja. DM tipe 1 ini kebanyakan karena kelainan bawaan
b. Diabetes Melitus Tipe 2 (non-insulin dependen diabetes mellitus)
Merupakan tipe diabetes melitus yang muncul pada puncak 50 sampai 60
tahun, ditandai dengan onset yang bertahap dan beberapa gejala gangguan
metabolik yang dapat dikontrol dengan diet. 90% pengidap diabetes melitus
mengalami diabetes melitus tipe 2. Masalah dasar pada pasien diabetes melitus
tipe 2 bukan kekurangan insulin tetapi penurunan kepekaan sel-sel sasaran
terhadap keberadaan insulin. Pada awal penyakit, terjadi penurunan kepekaan
terhadap insulin yang diatasi oleh peningkatan sekresi insulin. Meskipun sekresi
insulin bisa normal atau sedikit meningkat namun, timbul gejala insufisiensi
insulin karena jumlah insulin tetap kurang memadai dibanding dengan jumlah
glukosa. Obesitas adalah faktor resiko terbesar, banyak pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 yang mengalami sindrom metabolik dengan gambaran obesitas,
lingkar pinggang besar (bentuk apel), kadar trigliserida yang tinggi, kadar HDL
rendah, kadar glukosa tinggi dan tekanan darah tinggi.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe lain dapat diakibatkan karena defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindroma genetik
yang berkaitan dengan DM.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Merupakan tipe diabetes melitus yang onsetnya diketahui ketika dalam masa
kehamilan.
3. Penyebab :
a. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang
merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
1) Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukanny
a tipeantigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu
tertentuFaktor imunologiPada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun
sehingga antibodyterarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya
jaringan tersebutseolah-olah sebagai jeringan abnormal
2) Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal
yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dangangguan
sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinyaresistensi
insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelopok etnik tertentu

4. Tanda dan gejala :


a. Sering merasa haus
b. Sering kencing terutama malam hari
c. Pandangan menjadi kabur
d. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
e. Penurunan berat badan
f. Kulit terasa kering dan gatal
g. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
h. Infeksi yang sering kambuh
5. Pola Hidup sehat bagi penderita diabetes Melitus
a. Diet Nutrisi (Perencanaan Makan) Untuk Diabetes Melitus
Penderita diabetes tidak harus merasa kekurangan dan terkekang dalam
masalah makan. Penderita bisa belajar menyeimbangkan makanan dan
membuat pilihan makanan yang sehat namun tidak menyampingkan makanan
kesukaan. Dikutip dari Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat, Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik
dengan karekteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Untuk dapat mengendalikan kadar gula darah,
penderita diabetes harus melakukan 5 pilar penatalaksanaan diabetes, yaitu:
edukasi, penatalaksanaan diet, aktivitas fisik, obat-obatan, pemantauan kadar
gula secara mandiri. Diet diabetes melitus disebut juga terapi gizi medis.
Tujuannya adalah membantu penyandang diabetes memperbaiki kebiasaan
makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi. Pada penyandang
diabetes perlu mematuhi 3 J : keteraturan Jadwal makan, Jenis, dan Jumlah
makanan yang dikonsumsi. Adapun jenis makanan yang dianjurkan adalah:

1) Sumber Karbohidrat: nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu.


2) Sumber Protein: daging rendah lemak, ikan, ayam tanpa kulit, kacang-
kacangan, tahu dan tempe
3) Sumber Lemak: konsumsi makanan mengandung lemak dalam jumlah
terbatas. Makanan yang diolah dengan cara dipanggang, dikukus, ditumis,
direbus.
4) Vitamin dan Mineral dipenuhi melalui konsumsi cukup banyak sayuran
dan buah-buahan

Sementara jenis makanan yang tidak dianjurkan sebagai berikut:


1) Bahan makanan yang mengadung kolestreol seperti jeroan, otak, dan
daging berlemak
2) Makanan siap saji, goreng-gorengan
3) Gula, madu, sirup, selai, jeli, dodol, kue-kue manis, buah yang diawetkan,
minuman soda, alkohol, es krim.
4) Sumber natrium seperti garam dapur, penyedap makanan.
5) Bahan pengawet, ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan

PENGATURAN MAKANAN

BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI


MAKANAN
SUMBER Semua sumber
KARBOHIDRAT karbohidrat dibatasi:
nasi, bubur, roti,
mie, kentang,
singkong, ubi, sagu,
gandum, pasta,
jagung, talas,
havermout, sereal,
ketan, macaroni
SUMBER Ayam tanpa kulit, hewani tinggi lemak Keju, abon,
PROTEIN ikan, telur rendah jenuh (kornet, sosis, dendeng, susu full
HEWANI kolesterol atau putih sarden, otak, jeroan, cream,
telur, daging tidak kuning telur)
berlemak
SUMBER tempe, tahu, kacang bayam, buncis, daun
PROTEIN hijau, kacang merah, melinjo, labu siam,
NABATI kacang tanah, daun singkong, daun
kacang kedelai k etela, jagung
muda, kapri, kacang
panjang, pare,
wortel, daun katuk
SAYURAN Sayur tinggi serat: nanas, anggur,
kangkung, daun mangga, sirsak,
kacang, oyong, pisang, alpukat,
ketimun, tomat, labu sawo, semangka,
air, kembang kol, nangka masak
lobak, sawi, selada,
seledri, terong
BUAH- jeruk, apel, pepaya, Buah-buahan yang
BUAHAN jambu air, salak, manis dan
belimbing (se suai diawetkan: durian,
kebutuhan) nangka, alpukat,
kurma, manisan
buah.
MINUMAN Minuman yang
mengandung
alkohol, susu kental
manis, soft drink,
es krim, yoghurt,
susu

LAIN-LAIN makanan yang Gula pasir, gula


digoreng dan yang mer ah, gula batu,
menggunakan madu Makanan/
santan kental, kecap, minuman yang
saus tir am manis: cake, kue-
kue manis, dodol,
tarcis, sirup, selai
manis, c oklat,
permen, tape,
mayonaise,

b. Aktivitas Fisik (Olahraga)


Pada diabetes tipe 2, latihan jasmani dapat memperbaiki kendali
glukosa secara menyeluruh, aktivitas fisik juga terbukti menurunkan
konsentrasi HbA1c, yang cukup menjadi pedoman untuk penurunan risiko
komplikasi diabetes dan kematian. Selain mengurangi risiko, aktivitas fisik
akan memberikan pengaruh yang baik pada lemak tubuh, tekanan darah arteri,
sensitibitas barorefleks, vasodilatasi pembuluh yang endothelium-dependent,
aliran darah pada kuli, hipertrigliseridemi, dan fibrinolysis. Angka kesakitan
dan ematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah dibanding mereka yang
santai.
Pada diabetes tipe 1, latihan jasmani akan menyulitkan pengaturan
meabolik, hingga kendali gula darah bukan merupakan tujuan dari latihan
jasmani.tetapi latihan endurance ternyata terbukti akan memperbaiki fungsi
endotel vascular. Dari penelitian epidemiologi retro dan prospektif, juga
terbukti bahwa latihan jasmani yang teratur akan mencegah komplikasi makro
dan mikro vascular serta meningkatkan harapan hidup.
Prinsip latihan jasmani bagi diabetes, persis sama dengan prinsip
latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti : frekuensi,
intensitas, durasi dan jenis
1) Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan
teratur 3-5 kali perminggu.
2) Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)
3) Durasi : 30-60 menit
4) Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
c. Obat – Obatan
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan
diet dan aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurun gula darah.
Obat-obatan tersebut harus dikonsumsi secara teratur, sesuai anjuran dokter.
Selain itu, obat-obatan tersebut juga harus diminum seimbang dengan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Obat-obatan ini akan selalu diperlukan oleh pasien
DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah.
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Insulin Secretagogue
Sulfonilurea : meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Merupakan obat pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurangm namun masih boleh diberikan kepada
pasien dengan berat badan lebih. Contohnya glibenklamid. Kontra
indikasi : pasien usia lanjut, pasien insufisiensi ginjal, ibu hamil dan
menyusui, ketoasidosis.
Glinid : bekerja cepat, merupakan prandial glucose regulator.
Penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama.obat ini
berisiko terjadinya hipoglikemia. Contohnya : repaglinid, nateglinid.
b) Insulin sensitizers
Thiazolindindion. Mensensitisasi insulin dengan jalan
meningkatkan efek insulin endogen pada target organ (otot skelet dan
hepar). Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan glukosa di perifer
meningkat. Agonis PPARγ yang ada di otot skelet, hepar dan jaringan
lemak.
c) Glukoneogenesis inhibitor
Metformin. Bekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan
juga memperbaiki uptake glukosa perifer. Terutama dipakai pada
penyandang diabetes gemuk. Kontraindikasi pada pasien dengan
gangguan ginjal dan hepar dan pasien dengan kecendrungan
hipoksemia.
d) Inhibitor absorbsi glukosa
Glukosidase inhibitor (acarbose). Bekerja menghambat absorbsi
glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan. Obat ini tidak menimbulkan efek
hipoglikemi. Hal-hal yang harus diperhatikan :
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan decara
bertahap sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai
dosis maksimal.sulfonilurea generasi I dan II 15-30 menit sebelum
makan. Glimepirid sebelum/sesaat sebelum makan. Repaglinid,
Nateglinid sesaat/sebelum makan. Metformin sesaat/pada
saat/sebelum makan. Penghambat glukosidase α bersama makan
suapan pertama. Thiazolidindion tidak bergantung jadwal makan.
2) Insulin
a) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan sekresi
insulin prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pada
sekresi insulin yang fisiologis.
b) Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basa,
insulin prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan
timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi
nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan.
c) Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi
terhadap defisiensi yang terjadi.
d) Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin kerja
cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah
(intermediate acting) atau insuli campuran tetap (premixed insulin)
Insulin diperlukan dalam keadaan : penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan
asidosis laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang
hampir maksimal, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA,
stroke), kehamilan dengan DM/DM Gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan, gangguan fungsi hepar atau ginjal yang
berat, kontraindikasi atau alergi OHO.
3) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah untuk
kemudian diinaikan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah. Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak dipakai adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (kerja menengah atau kerja lama) yang
divberikan pada malam hari atau menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa yag baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah
adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan
evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar gula darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti ini kadar gula darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan insulin.

d. Monitor Kadar Gula Darah


Pada pasien diabetes diperlukan pemantauan kadar gula darah, dan bila
memungkinkan pematauan dilakukan secara mandiri. Cara ini memungkinkan
deteksi dan pencegahan secara dini terhadap peningkatan atau penurunan kadar
glukosa darah. Pemantauan secara mandiri dengan benar akan mengurangi
komplikasi yang ditimbulkan dari DM tipe 2. Pemantauan kadar glukosa
sendiri (PKGS) sudah banyak dikembangkan dalam upaya pengendalian
diabetes mellitus.
Hasil PKGS dapat mengindikasikan pada kondisi-kondisi berikut:
pertama mencapai dan memelihara glikemik PKGS memberikan informasi
kepada dokter dan perawat mengenai kendali glikemik dari hari kehari, agar
dapat memberi naseha yang tepat; kedua mencegah dan mendeteksi
hipoglikemik; ketiga mencegah hiperglikemik berat; keempat menyesuaikan
dengan perubahan gaya hidup, terutama berkaitan dengan masa sakit, latihan
jasmani, aau akivitas lainnya seperti berkendaraan; dan kelima menentukan
kebutuhan untuk memulai terapi insulin pada pasien diabetes mellitus
gestastional.
Pemantuan pengendalian gula darah juga diketahui melalui tes
hemoglobin terglikosilasi. Di dalam sel darah merah terdapat rantai molekul
protein yang disebut hemoglobin. Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah komponen
kecil hemoglobin yang terikat gula. HbA1c juga disebut sebagai hemoglobin
glikosilasi aau glucosylated.
Mengukur HbA1c dapat dikeahui seberapa inggi glukosa darah rata-rata
selama 8-12 minggu terakhir. Nilai HbA1c non-diabetes normal adalah3,5-
5,5% dan pemeriksaan HbA1c pada penderita DM adalah satu cara terbaik
untuk memeriksa diabetes yang terkendali.Pemeriksaan HbA1c dianjurkan
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Kadar HbA1c memiliki nilai normal
kurang dari 6,5 menunjukkan pengendalian yang baik terhadap pengobatan
diabetes mellitus.

e. Edukasi
Edukasi dalam penangan DM meliputi pemahaman pasien DM tentang:
Penyakit DM. Peran dokter sangat penting untuk memantau sekaligus
mengetahui kondisi terkini kadar glukosa. Edukasi dan promosi kesehatan
perlu dilakukan pada diabetes mellitus tipe 2 karena penatalaksanaan yang
bersifat komprehensif, meminum obat secara teratur, serta kontrol rutin secara
berkala merupakan kunci untuk menjaga gula darah pasien tetap stabil
sehingga menurunkan risiko komplikasi.
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan dengan
mengedukasi pola makan sehat, olahraga teratur, dan saran menurunkan berat
badan bagi mereka yang overweight dan obesitas. Memperbaiki faktor risiko
yang dapat dimodifikasi merupakan kunci pencegahan DM tipe 2.
Pasien perlu diedukasi bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan
penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan namun dengan perubahan gaya
hidup dan pengobatan teratur. Pasien juga perlu diedukasi mengenai
gejala hipoglikemia dan penanganannya. DM tipe 2 dapat dikontrol sehingga
tidak menyebabkan komplikasi seperti retinopati diabetik, sindrom koroner
akut dan stroke.
Pasien perlu diedukasi untuk menghindari gula dan asupan lemak
jenuh, alkohol dan untuk berhenti merokok. Pasien perlu menjaga berat
badannya di kisaran indeks massa tubuh (IMT) normal serta berolahraga secara
teratur, setidaknya 30 menit selama 3 kali seminggu.
Pasien perlu dimotivasi untuk minum obat secara terus-menerus walau
tidak merasa sakit, kontrol rutin setiap 3-6 bulan, dan melakukan pemeriksaan
kaki dan mata secara berkala.

E. MEDIA
 Materi SAP
 Leafleat
F. METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

G. SETTING TEMPAT
1. Setting Tempat

c
Keterangan :

: Masyarakat

: Leader

: Co. Leader

: Fasilitator
c
H. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan
 Memberi salam Menjawab salam 5 menit
 Memberi pertanyaan apersepsi Memberi salam
 Menjelaskan tujuan penyuluhan Menyimak
 Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan
Menjelaskan materi penyuluhan secara Menyimak dan 20 menit
berurutan dan teratur. Memperhatikan
Materi :

 Definisi Diabetes Melitus


 Gejala Diabetes Melitus
 Lima Pilar Diabetes Melitus:
a. Edukasi
b. Diet Nutrisi (Perencanaan
Makan)
c. Aktivitas Fisik
d. Obat-obatan
e. Monitor Kadar Gula Darah

3 Evaluasi
 Menyimpulkan inti penyuluhan Memperhatikan 5 menit
 Menyampaikan secara singkat materi Dan Menjawab
penyuluhan
 Memberi kesempatan kepada ibu-ibu
untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada ibu-ibu
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

4 Penutup :
 Menyimpulkan materi penyuluhan Menyimak dan 5 menit
yang telah disampaikan Mendengarkan
 Menyampaikan terima kasih atas Menjawab
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam Menjawab salam

I. EVALUASI
a. Apa itu Diebetes Melitus?
b. Klasifikasi Diabetes Melitus?
c. Penyebab Diabetes Melitus?
d. Bagaimana Gejala dari Diabetes Melitus?
e. Sebutkan pola hidup sehat pada penderita Diabetes Melitus:
1) Menjelaskan Edukasi
2) Menjelaskan Diet Nutrisi (Perencanaan Makan)
3) Menjelaskan Aktivitas Fisik
4) Menjelaskan Obat-obatan
5) Menjelaskan Monitor Kadar Gula Darah

J. REFERENSI
1. Soeparman dkk, 2017, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
2. http://us.geocities.com/mauzurahm., Penyakit Kencing Manis,
Oleh : Mohamed Yosri Mohamed Yong
3. http://www.interna.fk.ui.ac.id/referensi/pedoman/001PD.htm#, 2018, Konsensus
Pengelolaan Diabete Melitus Di Indonesia. Universitas Indonesia, Jakarta.
4. http://www.scribd.com/Lima-Pilar-Penanganan-Diabetes-Melitus
apa itu diabetes  Sering haus
 Rasa lapar terus menerus
melitus ?
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit
dimana kadar glukosa di dalam
darahtinggi karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau menggunakan  Infeksi yang sering kambuh
insulin secara efektif.

 Sering buang air kecil (terutama


Siapa beresiko tinggi
malam hari)
diabetes?

 Riwayat keluarga
 Obesitas  Penglihatan kabur
 Usia siatas 45 tahun  Kulit terasa kering dan gatal
 Gaya hidup tidak sehat
 Hipertensi
 Berat badan berkurang drastis
 Gangguan kolesterol tinggi
 Cepat merasa lelah dan mengantuk

Tanda dan gejalanya


adalah… Komplikasinya adalah...
 Hipotensi
 Luka yang sukar sembuh
Bagaimana kadar APAITUDIABETES
gula dalam darah
dapat stabil?
 Perencanaan makan yang baik
 Impotensi (batasi gula, lemak, dan konsumsi
sayur)
 Minum obat secara teratur sesuai
program
 Olahraga yang teratur Disusun oleh :
 Kontrol gula darah teratur
 Kebutaan KELOMPOK 7
 Pencegahan komplikasi
 Penyakit jantung

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
 Gangguan pada pembuluh darah otak
TAHUN 2023
 Terganggunya fungsi ginjal

Anda mungkin juga menyukai