Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PERAN GURU DALAM MENGATASI BULLYING DI YPI

DARUSSA’ADAH COT TAROM

Diajukan Oleh:

M. RAUZAN

Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM ALMUSLIM ACEH


BIREUEN PROVINSI ACEH
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang memiliki seluruh

isi alam ini yang menjadi penguasa dipermukaan bumi juga di akhirat nantinya,

yang menjadi hakim seadil-adilnya memberikan balasan atas setiap ummat manusia

menurut amal perbuatannya masing-masing, selama menjalankan hidupnya di atas

muka bumi ini. Allah SWT bersifat Rahman dan Rahim, maka manusia selalu

mendapatkan taufiq dan hidayah-Nya sebagai orang yang beriman dan bertaqwa.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa ummatnya dari alam jahiliyah ke alam yang berilmu

pengetahuan.

Untuk memenuhi syarat mengikuti ujian tes pascasarjana oleh karena itu,

maka penulis membuat proposal / rencana penelitian yang berjudul “Peran Guru

Dalam Mengatasi Bullying Di Ypi Darussa’adah Cot Tarom”.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam proposal / rencana penelitian ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu prnulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kebaikan di masa yang akan dating. Semoga

proposal / rencana penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Landasan Teori ........................................................................................ 7

E. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 9

F. Kegunaan Penelitian................................................................................ 10

G. Metodologi Penelitian ............................................................................. 11

1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 11

2. Jenis Penelitian ................................................................................. 11

3. Metode Penelitian............................................................................. 11

4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 12

5. Objek Penelitian ............................................................................... 14

6. Sumber Data ...................................................................................... 14

7. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 15

8. Teknis Analisa Data .......................................................................... 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sosial dalam kehidupan manusia terjadi dalam beberapa fase dan

tindakan. Pada saat lahir manusia sebagai individu tumbuh dan berkembang lebih

banyak dalam lingkungan keluarga, dimana setiap hari melakukan interaksi hanya

dengan keluarga terutama dengan orang tua. Pada saat mulai tumbuh menjadi

remaja, manusia sebagai individu mulai melakukan aktivitas diluar lingkungan

keluarga dan pada fasenya manusia mulai mengenal lingkugan sosial yang lebih

luas.

Pada fase remaja manusia mulai mengenal dan membuat keterampilan baru.

Seiring tumbuh dan berkembang manusia sering melakukan dan menciptakan hal

baru, namun pada fase ini tidak banyak para remaja melakukan hal tidak baik akibat

dari pengaruh luar, seperti pengaruh dari teknologi atau pengaruh dari sesama

teman. Remaja yang mudah terpengaruh biasanya kurangnya pengawasan dari

orang tua sehingga mereka banyak mencari kesenangan dari luar. Akibat dari itu

remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologi seperti kenakalan dan perilaku-

perilaku beresiko lainnya seperti perilaku bullying.

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan menyakiti korban

baik itu secara fisik maupun mental. Anak sebagai korban bullying akan mengalami

gangguan pada psikologi dan fisiknya, selain itu anak akan lebih sering kesepian

1
dan mengalami kesulitan dalam mendapatkan teman, sedangkan anak sebagai

pelaku bullying cenderung memiliki nilai rendah.1

Namun, jauh sebelum itu, al-Qur'an telah menjelaskan pelarangan bullying.

Hal itu dapat dilihat dalam Q.S. al-Hujurat [49]: 11.

ۤ ۤ
‫يٰٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُ ْوا ََل يَ ْس َخ ْر قَ ْوٌم ِم ْن قَ ْوٍم َع ٰٰٓسى اَ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا َخْي ًرا ِمْن ُه ْم َوََل نِ َساءٌ ِم ْن نِ َسا ٍء‬

ُ ُ ‫س ِاَل ْس ُم الْ ُف ُس ْو‬ ‫ئ‬


ْ ِِۗ ‫َع ٰٰٓسى اَ ْن يَّ ُك َّن َخْي را ِمْن ه ََّّۚن وََل تَ ْل ِمزٰٓوا اَنْ ُفس ُكم وََل تَنَاب زوا بِ ْاَلَلْ َق‬
ِ‫اب ب‬
َ ْ َُ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ً
ۤ َّۚ ِ
ِ ٰ
) ١١ : ‫ك ُه ُم الظل ُم ْون (ااحجرت‬ ٰ َّ ِ
َ َ ْ َُ ْ ْ َ َ ‫بَ ْع َد ْاَليْ َم‬
‫ى‬ِٕ ‫ل‬ ‫و‬ُ‫ا‬ ‫ف‬ ‫ب‬‫ت‬ ‫ي‬ ‫م‬‫ل‬ ‫ن‬‫م‬‫و‬ ‫ان‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok


kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula
perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena)
boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”. (Q.S. al-Hujurat : 11).2
Ayat tersebut jelas melarang kita mengolok-olok, menghina, apalagi

menyakiti secara fisik kepada sesama, karena bisa jadi orang yang diolok-olok atau

dihina lebih mulia dari yang mengolok-olok. Dalam tinjauan apapun, penghinaan

adalah perbuatan tercela karena menyakiti hati orang lain. Apalagi dilakukan di

Sufriani dan Eva Purnama Sari, Jurnal Idea Nursing, “Faktor yang Mempengaruhi
1

Bullying pada Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh”, (Vol 8
(3), 2017), hal. 1-2.
2
https://www.merdeka.com/quran/al-hujurat/ayat-11 diakses pada tanggal 22 Mei
2023

2
hadapan publik. Demikian halnya bullying di dunia nyata dan maya yang berisi

umpatan, ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah, atau serangan fisik kepada

pihak lain adalah perilaku yang keji.

Jadi, hukum bullying adalah haram, karena termasuk sikap dan perilaku

menyakiti orang lain yang dapat merusak nama baik (citra) atau harkat

kemanusiaan. Dengan alasan apapun, bullying tetap dilarang oleh Islam. Bagi para

pelaku yang terlanjur melakukannya harus meminta maaf kepada korban agar

dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Ada beberapa faktor yang dapat menjadikan seorang anak sebagai pelaku

bullying dan ada juga beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi

korban bullying. Salah satu penyebab seorang anak menjadi pelaku bullying adalah

pola asuh orang tua. Pola asuh yaitu bagaimana cara orang tua mendisiplinkan anak

serta pengaruh yang didapat dari luar. Sedangkan penyebab seorang anak menjadi

korban bullying adalah kurangnya interaksi yang dibangun oleh orang tua sehingga

seorang anak tidak memiliki tingkat kepercayaan diri maka dengan mudah

diganggu oleh teman-temannya.

Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan

dan kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau secara berkelompok. Bullying

biasanya terjadi pada santri di dayah yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti

seorang santri yang terlalu dekat sama guru sehingga menimbulkan rasa iri pada

santri lain. Saat ini bullying sering terjadi didayah baik itu bullying fisik atau

bullying verbal. Pada tahap pertama di dayah bullying yang sering terjadi yaitu

3
bullying verbal, bullying yang dilakukan secara kata kata seperti celaan dan

perkataan kasar.

Dayah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal dibawah naungan

dinas pendidikan, dimana para santri dan guru dapat melalukan proses kegiatan

belajar mengajar dengan tenang dan aman tanpa ada gangguan dari luar. Kondisi

yang kondusif dapat meningkatkan kemampuan belajar dengan baik. Dayah yang

seharusnya menjadi tempat atau wajah para pelajar untuk meningkatkan

kemampuannya, tetapi pada kenyataan sekarang dayah juga menjadi sebuah tempat

dimana tindakan bullying terjadi. Sering kali perilaku bullying luput dari pandangan

orang tua dan guru, dikarenakan ketika sesama santri saling mengejek dan

menggangu, para guru serta orang tua menganggap hal tersebut hal biasa.

Tindakan bullying bukan hanya tindakan pada kekerasan fisik, bullying

secara verbal banyak terjadi dan dialami oleh para santri di dayah, sehingga

mempengaruhi kosentrasi belajar santri. Di kutip dari halaman web KPAI (Komisi

Perlindungan Anak Indonesia), kasus tindakan bullying selama 5 tahun belakang

semenjak dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 tingkat anak yang menjadi

korban bullying yaitu mencapai 480 orang, sedangkan yang menjadi pelaku

bullying mencapai 437 orang.

Dampak dari tindakan bullying yang di alami oleh seorang korban bullying

yaitu seperti kecemasan, merasa kesepian, rendah diri, tingkat kompetensi sosial

yang rendah dan penggunaan alkohol.3 Selain itu dampak dari bullying yaitu

3
Andri Priyatna, Lets End Bullying,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2010), hal.4.

4
biasanya korban akan menunjukkan sikap menghindar apabila ditanya, sulit untuk

melakukan komunikasi dan lebih sering mengurung dan menempatkan diri

ditempat yang sepi.

Berbicara tentang bullying di dayah tidak terlepas dari peran guru di dayah

tersebut. Para guru wajib mengetahui tindakan yang dilakukan oleh para santrinya.

Berkaitan hal itu peran seorang guru juga sangat diperlukan didalamnya. Tidak

hanya sebatas kewajiban untuk mentransfer ilmu kepada santri, seorang guru juga

mempunyai peran penting yaitu sebagai Murabby (pendidik, pemerhati, pengawas),

Mu’alim (pengajar) dan Mu’addib (penanam nilai).4

Seorang guru merupakan orang tua kedua bagi santri. Apabila terjadi suatu

tindakan yang tidak baik pada santrinya, seorang guru harus mampu mengatasi serta

memberi solusi yang baik untuk menyelesaikannya. Seperti tindakan bullying yang

sering dialami oleh para santri di dayah membutuhkan perhatian lebih dari guru.

Namun tidak banyak pihak dayah yang menutup rapat tentang tindakan bullying

yang terjadi di dayah dengan tujuan untuk menjaga nama baik dayah. Disinilah

peran penting seorang guru dalam menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual bagi

peserta didiknya. Adapun peran guru dalam mencegah tindakan bullying bisa

dilakukan melalui memberikan nasehat serta menanamkan nilai-nilai Islami

kedalam diri setiap peserta didik agar tidak terulang kembali.

4
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. 6, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 29.

5
YPI Darussa’adah Cot Tarom merupakan sebuah dayah yang berada di

kecamatan Jeumpa, kabupaten Bireuen yang sudah terakreditasi B. Berdasarkan

dari hasil wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada salah seorang

guru yang berada di dayah tersebut. Pada observasi awal pernah terjadi tindakan

bullying yang dilakukan oleh santri yang mengakibatkan korban harus dilarikan ke

rumah sakit. Setelah kejadian itu, korban tidak bermondok lagi di dayah tersebut.

Adapun demikian, penulis hanya meneliti pada santriwan semata. Berdasarkan

uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang lebih

mendalam dengan judul “Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying Di YPI

Darussa’adah Cot Tarom”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumusan

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Biografi YPI Darussa’adah Cot Tarom?

2. Bagaimana Kajian Teoritis Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying?

3. Bagaimana Peran Guru dalam Mengatasi Bullying di YPI Darussa’adah Cot

Tarom?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memgetahui peran Guru

dalam mengatasi aksi bullying di YPI Darussa’adah Cot Tarom. Sedangkan secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui bagaimana biografi YPI Darussa’adah Cot Tarom.

6
2. Untuk mengetahui bagaimana Kajian Teoritis Peran Guru Dalam Mengatasi

Bullying.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran Guru dalam Mengatasi bullying di YPI

Darussa’adah Cot Tarom.

D. Landasan Teori

1. Definisi bullying

Bullying merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari

kata “bull” yang berarti benteng. Secara etimologi kata bully berarti penggertak,

orang yang menggangu yang lemah.5 Menurut Ken Rigby bullying adalah sebuah

hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi yang menyebabkan

seseorang menderita. Aksi ini dilakukan oleh seseorang atau sekelompok yang lebih

kuat, tidak bertanggung jawab, dilakukan secara berulang dan dilakukan dengan

perasaan senang.6

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara menyakiti fisik

maupun mental korban. Anak sebagai korban bullying akan mengalami gangguan

pada psikologi dan fisiknya, anak akan lebih sering mengalami kesepian dan

mengalami kesulitan dalam mendapatkan teman, sedangkan anak sebagai pelaku

bullying cenderung memiliki nilai yang rendah.7

5
Widia Ayu Sapitri, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, (Semarang: Guepedia,
2020),hal. 11.
6
Ponny Retno Astuti, Meredam bullying, 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
pada Anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hal. 3
7
Sufriani dan Eva Purnama Sari, “Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada Anak
Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh”, Jurnal Idea Nursing, Vol
8(3), 2017, hal. 1-2

7
2. Bullying dalam perspektif islam

Bullying adalah suatu kedzaliman terhadap orang lain. Beberapa ayat Al-

Qur’an telah dijelaskan bahwa tindakan kekerasan dan tindakan negatif lainnya

tidak boleh dilakukan. Seperti dalam surat Al-Ahzab ayat 58 yang berbunyi:

‫احتَ َملُ ْوا بُ ْهتَانًا َّواِثْ ًما ُّمبِْي نًا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ


ْ ‫َوالَّذيْ َن يُ ْؤذُ ْو َن الْ ُم ْؤمنْي َن َوالْ ُم ْؤمنٰت بِغَْي ِر َما ا ْكتَ َسبُ ْوا فَ َقد‬

)٨٥ : ‫(اَلحزاب‬

Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan

perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh,

mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (Q.S. Al-

Ahzab : 58).8

Dari ayat diatas, sangat jelas dikatakan bahwasannya Islam sangat melarang

tindakan bullying tersebut. Karena tindakan bullying adalah tindakan yang buruk

dan negatif. Sehingga Allah menurunkan ayat yang melarang perbuatan buruk dan

negatif untuk dilakukan oleh manusia. Karena perbuatan bullying memiliki dampak

yang begitu besar bagi korban maupun pelaku. Menyakiti orang lain, mengolok-

olok dengan panggilan yang buruk adalah sebagian kecil dari bentuk tindakan

bullying. Dapat diartikan bahwa keburukan yang sangat kecil sudah dilarang untuk

8
https://www.merdeka.com/quran/al-ahzab/ayat 58 diakses pada tanggal 25 Mei 2023

8
tidak melakukannya apalagi dengan keburukan yang besar jelas sangat dilarang

dalam Islam.9

E. Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan telaah dari beberapa karya tulis, terdapat beberapa karya

ilmiah yang mendukung, yakni:

1. Skripsi Zona Abdul Azis Alfalah dengan judul “Peran Guru Dalam

Mengatasi Bullying Di MI Negeri Trobayan Kalijambe Sragen”. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi tersebut menjelaskan

tentang peran guru dalam mengatasi bullying serta kesulitan apa yang

dialami dalam mengatasi bullying. Perbedaan dengan penelitian Zona Abdul

Azis Alfalah adalah terletak pada peran guru, sedangkan pada penelitian ini

yang ingin dilihat adalah peran guru dalam mengatasi terjadinya tindakan

bullying serta untuk mengetahui solusi yang akan diambil oleh pihak dayah

untuk mengatasi tindakan bullying yang terjadi. Kemudian yang

membedakan lagi adalah penelitian terdahulu dilakukan pada tingkat MIN,

sedangkan penelitian ini dilakukan dilakukan pada tingkat dayah.10

2. Skripsi Amir Khalis dengan judul, “Peran Guru Bimbingan Konseling

Dalam Mengantisipasi Bullying Verbal Di SMPN 1 Darussalam Aceh

9
Tegar Wahyu Saputra, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah
Tindakan Bullying pada Siswa MTs Attaraqie Kota Malang, (Skripsi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang,
2018), hal. 29-30.
10
Zona Abdul Azis Alfalah, “Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying Di MI Negeri
Trobayan Kalijambe Sragen”, (Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pengetahuan, Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2017). hal: 8.

9
Besar”. Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh. Skripsi tersebut

membahas tentang peran guru Bimbingan Konseling dalam mengantisipasi

bullying verbal, usaha yang dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling

dalam mengantisipasi bullying verbal dan hambatan guru bimbingan

konseling dalam mengantisipasi bullying verbal, sedangkan pada penelitian

ini yang ingin dilihat adalah peran guru dalam mengatasi terjadinya

tindakan bullying serta untuk mengetahui solusi yang akan diambil oleh

pihak dayah untuk mengatasi tindakan bullying yang terjadi.11

F. Kegunaan Penelitian

Kegunanaan penelitian ini untuk pribadi peneliti yaitu, dapat mengasah

kemampuan dalam membuat karya tulis ilmiah dan dapat mengetahui hal-hal apa

saja yang harus dilakukan agar sesuai dengan metode karya tulis ilmiah sehingga

dapat menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yang baik dan benar.

Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu, aspek

teoritis dan praktis. Pertama, secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaaat kepada para pembaca seperti siswa (santri),

mahasiswa, guru, dan peneliti sendiri, selaian itu diharapkan juga dapat menjadi

masukan bagi setiap guru diseluruh dayah, khususnya di Ypi Darussa’adah Cot

Tarom. Kedua, manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan

11
Amir Khalis, “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengantisipasi Bullying
Verbal Di SMPN 1Darussalam Aceh Besar”, (Skirpsi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Banda Aceh, 2017). Hal: 18.

10
pengetahuan bagi semua guru untuk mencegah terjadinya aksi bullying di kalangan

santri Ypi Darussa’adah Cot Tarom.

G. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di YPI Darussa’adah Cot Tarom

yang terletak di jalan Desa Geudong Tampu, Kec. jeumpa, Kab. Bireuen, Prov.

Aceh. Dan untuk waktu penelitian adalah pada tanggal 16 Mei 2023 s/d 15 Juni

2023.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field

research yaitu suatu penelitian dengan datang ke lokasi penelitian untuk

melakukan pengamatan serta wawancara dengan pihak dayah yang dianggap

dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang

dibahas. Selanjutnya mendeskripsikan keadaan atau fenomena yang diteliti

dengan kata-kata, sehingga persoalan yang diteliti dapat tergambar dengan

jelas.

Penelitian ini juga bisa disebut penelitian kasus atau study kasus (case

study) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam pendekatan studi kasus

(case study) peneliti ingin meneliti tentang “Peran guru dalam mengatasi

Bullying di YPI Darussa’adah Cot Tarom”.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah aspek yang sangat penting dan besar

pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk

11
mengumpulkan data. Sebab data yang di peroleh dalam suatu penelitian

merupakan gambaran dari objek penelitian. Adapun pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan penelitian dengan mengumpulkan jumlah data lapangan,

mengolah, merumuskan, menganalisis dan menarik kesimpulan dari data

tersebut.12

Data penelitian yang akan diperoleh adalah menggunakan field

research (penelitian lapangan), yaitu dimana penelitian mengumpulkan data-

data dilapangan dan keterangan langsung dari responden melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Selanjutya peneliti akan menganalisa data

tersebut secara objektif. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada guru

dalam mengatasi Bullying di YPI Darussa’adah Cot Tarom.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah “Peran Guru Dalam

Mengatasi Bullying di YPI Darussa’adah Cot Tarom” Untuk lebih jelas tentang

ruang lingkup pembahasan Proposal dapat dilihat pada table berikut :

No. Ruang Lingkup Penelitian Hasil yang diharapkan

1. Latar Belakang Berdiri

Biografi YPI Darussa’adah 2. Visi & Misi


1.
Cot Tarom 3. Struktur Organisasi

4. Sarana dan Prasarana

12
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipt, 2014), hal. 106.

12
5. Keadaan Guru dan Santri

1. Definisi Bullying

2. Bullying Dalam Perspektif

Islam

Kajian Teoritis Peran Guru 3. Jenis-Jenis Bullying


2.
Dalam Mengatasi Bullying 4. Faktor penyebab dan dampak

terjadinya Bullying

5. Peran Guru dan Strategi Dalam

Mengantisipasi Bullying

1. Bentuk-Bentuk Bullying di

YPI Darussa’adah Cot Tarom

2. Faktor-Faktor Penyebab

Bullying di YPI Darussa’adah

Mendeskripsikan Peran Guru Cot Tarom

3. Dalam Mengatasi Bullying di 3. Langkah Guru dalam

YPI Darussa’adah Cot Tarom Mencegah dan Mengatasi

Bullying di YPI Darussa’adah

Cot Tarom

4. Solusi Pihak Dayah Dalam

Mengatasi Tindakan Bullying

13
di YPI Darussa’adah Cot

Tarom

5. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Dengan

demikian, objek penelitian secara umum merupakan suatu sasaran ilmiah

dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang

mempunyai nilai dan skor yang berbeda.13 Adapun yang menjadi objek

penelitian ini adalah, Ketua Umum, Guru, dan Santri di YPI Darussa’adah Cot

Tarom.

6. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan daftar rujukan atau pedoman yang digunakan

dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Adapun sumber data yang digunakan

meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data berupa teks hasil

wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informasi yang sedang

dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh

peneliti. Sumber data primer tersebut meliputi Ketua Umum, guru, santri YPI

Darussa’adah Cot Tarom dan pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan YPI

Darussa’adah Cot Tarom.

13
Kholid Albar, Metodologi Penelitian Bisnis, (Bangkalan: Guepedia, 2021), hal. 54

14
Data sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah tersedia

dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau

mendengarkan. Adapun yang menjadi sumber data sekunder yaitu : Buku,

jurnal-jurnal, skripsi-skripsi terdahulu, dan website-website.

7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengamat

(observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observed).14

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, maksudnya pertanyaan

datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang

diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara

disebut pewawancara (interview) dan yang memberikan wawancara disebut

(interviewe).15

14
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 104.
15
Ibid. hal. 105.

15
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.16

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa wawancara

adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan bila ingin

mengetahui responden secara lebih mendalam. Wawancara disebut juga

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab.

Adapun dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada Ketua Umum,

Guru yang mengatasi bullying dan Santri Ypi Darussa’adah Cot Tarom.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan “suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang dihimpun

dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah”.17

8. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah pengujian dan

analisis data. Analisis data yaitu penelaahan dan penguraian data hingga

menghasilkan simpulan. Analisis data merupakan proses mencari dan

menyusun atur secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pengamatan

16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 186.
17
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada Press,2009), hal.
221.

16
dan wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang

fokus dikaji dan menjadikan sebagai temuan untuk orang lain, mengedit,

mengklarifikasi, mereduksi, dan menyajikannya.18

Dalam menganalisis data ini digunakan teknik yang sesuai dengan data

yaitu data deskriptif. Dengan demikian, data yang telah terkumpul kemudian

disimpulkan dan ditafsirkan sehingga terdapat berbagai masalah yang tidak

dapat diuraikan dengan jelas dan tepat. Jadi, teknik analisis deskriptif kualitatif

penulis gunakan untuk menemukan, menafsirkan, dan menguraikan data yang

terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan stud dokumentasi.

a. Reduksi Data

Tahap reduksi yaitu menyederhanakan data yang banyak menjadi

sedikit. Reduksi intinya disini untuk membatasi keberagaman yang tak

terhingga menjadi terhingga. Penulis tahap reduksi melihat objek-objek

yang tampak kemudian menyelami dan merasakan di balik peristiwa

tersebut adanya sesuatu, eksistensialisme, rasa ada sisi yang muncul,

kemudian baru diadakan pilihan. Dengan demikian, adanya proses timbal

balik antara data yang ditemukan dengan kesadaran peneliti.19

Pada tahap ini juga dilakukan telaah seluruh data yang telah

terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari

objek yang diteliti “data yang terdapat di lapangan langsung diketik atau

18
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,
(Jakarta : PT Raja Gravindo Persada, 2013), hal. 141
19
Mhd Halkis, Konstelasi Poiltik Indonesia:Pancasila dalam Analisis Fenomenologi
Hermeneutika, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017), hal. 11

17
ditulis rapi, terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data.”

Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari

catatan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

b. Display Data

Display data atau analisis data juga merupakan tahap teknik analisis

data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan saat data terkumpul dan

disusun secara rapi dan sistematis sehingga mudah dipahami, sehingga

menghasilklan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa

teks, matriks, bahan jaringan, maupun grafik. Melalui penyajian data

tersebut, maka nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Ketika aktivitas penyajian data sedang berlangsung, peneliti juga

berusaha untuk memahami dan mengkaji kembali pada tahapan sebelumnya

yakni untuk melakukan sinkronisasi terhadap apa yang ada pada reduksi

data, serta meninjau kembali terhadap sekumpulan data yang pernah

diperoleh. Tujuan dilakukan langkah mundur (step back) ini adalah untuk

menelaah kembali apakah sekumpulan data yang dihimpun melalui reduksi

masih kekurangan maupun tidak. Pada saat diketahui bahwa masih terdapat

kekurangan maka peneliti perlu meriset kembali data yang tidak

terkumpul.20

20
Chairul Saleh, dkk., Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Aparatur, (t.t.p, t.p:
2013), hal. 146

18
c. Verifikasi Data

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap terakhir

dalam teknik analisis data kualitatif yang dilakukan untuk melihat hasil

reduksi data tetap mengacu pada tujuan analisis data yang hendak dicapai.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk mengadakan

pengkajian terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan data

perbandingan dari teori yang relevan. “verifikasi dapat dilakukan dengan

singkat yaitu dengan mengumpulkan data baru.”

Aktivitas ini dimulai bersamaan dengan tahap penyajian data dan

reduksi data secara langsung, namun pematangannya baru dilakukan pada

saat penyajian data dianggap cukup untuk “sementara waktu”. Sama halnya

dengan aktivitas-aktivitas sebelumnya, ketika dalam proses penyusunan

penarikan kesimpulan ini, ternyata tidak didukung secara valid oleh data

yang telah tersajikan maka peneliti harus mengulangi aktivitas reduksi data.

Aktivitas analisi data tersebut dilakukan secara berulang-ulang hingga hasil

analisisnya memperoleh kesimpulan yang benar-benar valid. Menurut Miles

dan Huberman ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang

bersifat interaktif.21

21
Ibid

19

Anda mungkin juga menyukai