Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Kesimpulan.................................................................................. 9
2. Saran............................................................................................ ........ 9
PENDAHULUAN
Setelah kedatangan agama dan kebudayaan Hindu Buddha, terjadi perkembangan dan
perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang politik.
Sistem pemerintahan masyarakat Indonesia mengalami perubahan dari system kesukuan
menjadi kerajaan. Pada system kerajaan, kepala pemerintahan tidak dipegang oleh kepala
suku bergelar datu/datuk atau ratu/raka,tetapi dipegang oleh seorang raja menggunakan
gelar prabu, raja, atau maharaja. Dalam system ini, raja dianggap keturunan dewa yang harus
disembah oleh bawahan dan rakyatnya. Oleh karena itu raja memilki hak untuk
menyelenggarakan pemerintahan secara mutlak dan turun – temurun. System pemerintahan
kerajaan digunakan di wilayah Kalimantan, Jawa dan Sumatra. Selanjutnya, di daerah tersebut
bermunculan kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha.
1.3 TUJUAN
KAJIAN TEORI
1. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai
Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Letak geografis
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi
tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping
pertanian.
Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:
• Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum
dipengaruhi oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa
pada masa kekuasaan Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara,
kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya
pengaruh Hindu, ia megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat
dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
• Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang
cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas
lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini
pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin
memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan
untuk menentukan batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana
ditemukan tapak kaki kuda, maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-
kuda itu diikuti oleh prajurit kerajaan Kutai.
• Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke
puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman
mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai
adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam
yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari
dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam
agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan
masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin
hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang
dijelaskan dalam yupa, bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada
kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–
tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.Sejak muncul dan
berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu
dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal.
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah
memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
Agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja
Aswawarman. Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa
tertinggiTetapi di luar golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai
masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah
menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk
menjalankan kepercayaan aslinya.Dewa Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang
memiliki kekuatan untuk meleburkan alam semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa
dibuktikan dengan adanya tempat suci yang bernama Waprakeswara yang digunakan untuk
memuja Dewa Syiwa. Di Kerajaan Kutai, agama Hindu Syiwa menjadi agama resmi,
walaupun hanya berkembang di lingkungan istana. Sedangkan, rakyat Kutai masih pada
kepercayaan kaharingan.
· Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.
· Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dankemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan
mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.
· Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit
keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin
spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan
kesimpulan itu.
2. KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara
adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan
putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketiga (395-434 m).
Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Kota
itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar
11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000
ekor sapi kepada kaum Brahmana.
Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan
dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam
tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa
II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman
terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk
Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara
tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa
Jawa Barat pada masa silam.
d. Wisnuwarman (434-455)
e. Indrawarman (455-515)
f. Candrawarman (515-535 M)
h. Kertawarman (561-628)
i. Sudhawarman (628-639)
j. Hariwangsawarman (639-640)
k. Nagajayawarman (640-666
l. Linggawarman (666-669)
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri
Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi
penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah
sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang
berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama
Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun,
cicit Manikmaya, untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena
Putera Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima
dari Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga,
Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah
dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima
tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan,
yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Citarum sebagai batas.
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya.
Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawaman telah memerintah
untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena
pembuatan kali ini merupakan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah–sawah
pertanian rakyat.
membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti
ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mencegah banjir serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan
Tarumanegara dengan dunia luar, juga perdagangan daerah disekitarnya. Akibatnya,
kehidupan perekonimian masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah teratur. Mata pencaharian
rakyat Tarumanegara di perkirakan :
Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan
brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan
kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih
terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap
penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kerajaan Kutai berada di kalimantan Timur, yaitu di sungai hulu Mahakam. Nama
kerajaan ini disesuaikan dengan nama tempat penemuan prasasti, yaitu didaerah Kutai.Kaltim
telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa
penemuan berupa batu bertulis atau Prasasti. Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang
disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk mengikat hewan Korban. Korban itu merupakan
pwersembahan rakyat kepada para Dewa yang dipujanya.
Dari apa yang telah kami uraikan dalam makalah di atas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa kerajaan Tarumanegara tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu–
Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan lain
sebagainya.
Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat berperan aktif. Hal ini terlihat dari
peninggalan–peninggalan yang tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan India.
Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun dalam perkembangannya
Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan kepribadian sendiri.
2. Saran
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada saat in.
Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa Indonesia
adalah negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,melestarikan dan tidak merusak
budaya yang ada itu juga merupakan bukti cinta kita terhadapan peninggalan budaya
diIndonesia. Melestarikan dan mengembangkan Budaya Indonesia adalah hal yang sangat
penting bagi kita anak Indonesia, supaya Budaya Indonesia tidak hilang dari Indonesia ini.
http://myblogberbagikaryatangan.blogspot.co.id/2015/02/contoh-makalah-tentang-kerajaan-
kutai.html
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/12/kerajaan-kutai.html
http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-kerajaan-kutai.html
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/05/letak-kerajaan-tarumanegara-lokasi.html
http://id.shvoong.com/humanities/history/2076524-sejarah-kerajaan
tarumanegara/#ixzz1NQjJJYyd
http://rudirosidin.blogspot.co.id/p/kerajaan-tarumanegara.html