Anda di halaman 1dari 2

Bentuk bangunan rumah tradisional yang dibangun oleh berbagai masyarakat bangsa

memiliki keunikan dan ciri khas yang pribadi dan tradisional. Rumah tradisional sebagai hasil
dari sistem kebudayaan terlahir dan dibentuk oleh kepercayaan kosmologi mitologi purba,
sehingga konsep kepercayaan menjadi salah satu dasar yang melandasi system dan pola
kehidupan masyarakat.

Konsep bangunan tradisional dipengaruhi oleh konsep budaya yang kental dan yang
dikaitkan dengan tubuh manusia terdiri dari Kepala, badan, kaki. Hal tersebut terjadi pada
semua bangunan arsitektur di Indonesia khususnya seperti di Pulau Sumatra, salah satunya
wilayah Aceh.

Kearifan lokal juga merupakan suatu keunggulan masyarakat setempat, yang berkaitan
dengan kondisi alam yang secara terus-menerus dijadikan pedoman dalam kehidupan.
Konsep kesemestaan yang menjadi roh kearifan lokal sering dipergunakan dalam arsitektur
tradisional dimana arsitektur tradisional selalu mempertimbangkan harmonisasi antara
makrokosmos (alam) dan mikrokosmos (rumah) sehingga kehidupan didalam alam semesta
dapat berlangsung dalam keadaan seimbang. Pada prinsipnya, konsep kearifan lokal adalah
konsep kesemestaan. Konsep kesemestaan dalam arsitektur adalah lebih pada bagaimana
manusia dengan pengetahuan akan semesta, memaknai nilai-nilai kesemestaannya dalam
karya arsitekturalnya.

Rumah tradisional Aceh sebagai salah satu hasil kebudayaan peradaban tinggi tentunya
merupakan bentuk pandangan kosmologi masyarakat Aceh mengenai falsafah kehidupan
untuk mendapatkan keselarasan hidup dengan alam. Rumah tradisional sebagai karya
manusia juga dijadikan sebagai perlambang suatu kedudukan pranata sosial penuh
kehormatan dalam masyarakat. Rumah tradisional Aceh berbentuk rumah panggung dan
terbagi atas tiga struktur utama, yaitu bagian atap yang disebut sebagai Kepala, bagian tengah
disebut badan dan bagian bawah rumah disebut kaki. Bentuk struktur utama bangunan rumah
tradisional Aceh tersebut tentunya terbentuk atas perlambang atau simbolisme dari kesatuan
ide-ide, gagasan-gagasan dan perilaku manusia penuh makna. Simbol-simbol yang melekat
pada rumah tradisional Aceh merupakan cerminan budaya yang mempunyai makna dan
fungsi.

Konsep rumah tradisional Aceh dipengaruhi oleh konsep budaya dan dikaitkan dengan
kerangka tubuh manusia yang terdiri dari kepala, badan, dan kaki. Maka zoning vertikal yang
dapat digambarkan dengan pembagian ruang publik dan semi publik pada bagian bawah atau
kolong rumah. Sementara ruang privat ditempatkan pada ruang bagian atas atau ruang utama
bangunan. Hal ini merupakan sebuah bentuk manifestasi dari bentuk ruamh tinggal yang
dikiaskan pada tubuh manusia.

Pengetahuan yang diperoleh bukan hanya menyangkut aspek tektonika saja melainkan juga
pengetahuan filosofi dan makna yang terkandung pada setiap aspek dan bagian-bagian pada
bangunan. Pemahaman tentang merencanakan kekokohan bangunan terhadap ketahanan atau
kekokohan hanya berdasarkan pengetahuan yang diturun secara turun temurun yang tidak
pernah dianalisi secara ilmiah. Rumah Aceh terbentuk secara tektonik dari kontruksi rangka
yang membentuk ruang. Bagian bawah rumah(kolong) dan badan rumah membentuk sosok
kotak segi empat dan bagian atas rumah (atap) menggambarkan unsur-unsur segitiga.
Elemen-elemen pembentuk rumah secara umum dibagi jadi tiga bagian yakni kolong sebgai
kaki bangunan, badang brumah dan bagian kepala (atap). Proporsi kaki (kolong dan atap
terlihat sangat dominan dibanding badan rumah. Posisi rumah (sisi terpendek) berorientasi ke
arah barat (kiblat), dipengaruhi oleh kpercayaan agama dan arah datangnya angin barat.

Sebuah bangunan dapat diibaratkan seperti susunan atap (kepala) yang disangga oleh dinding
(badan) dan bertumpu di atas pondasi (kaki). Apabila gempa terjadi, maka bumi akan
bergoyang dan bangunan juga akan ikut bergoyang pula, namun masing-masing bagian dari
bangunan akan bergoyang sesuai kekuatannya. Masing-masing bagian dari bangunan seperti
kepala, badan dan kaki memiliki berat, kekakuan yang berbeda-beda. Secara keseluruhan
gaya inersia bangunan akan sama dengan percepatan dikalikan massa bangunan tersebut,
akibatnya masing-masing komponen bangunan (atap, dinding, dan pondasi) akan
mempertahankan kekokohannya,

Sehingga dapat dikatakan bahwa analogi tubuh manusia, seperti kepala, badan, dan kaki tidak
hanya hasil interpretasi konsep budaya Aceh tetapi juga dapat dilihat dari sisi kekuatan dan
kekokohannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa bentuk rumah tradisional Aceh


dipengaruhi oleh kebudayaan dan kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat Aceh.
Di mana, bentuk rumah tradisional Aceh dipengaruhi oleh konsep kosmologi masyarakat
Aceh,

Anda mungkin juga menyukai