TERAPI BERMAIN
DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KABUPATEN
MALANG
Oleh :
1. Dhea Merchelina (2330012)
2. Dwi Ade Irmawati (2330016)
3. Risnawati Landari (2330036)
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Bermain pada Anak Usia 2-5 Tahun di
Ruang Empu Tantular RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang
Kelompok 09
Anggota Kelompok :
1. Dhea Merchelina (2330012)
2. Dwi Ade Irmawati (2330016)
3. Risnawati Landari (2330036)
Program Studi : Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas Profesi Ners yang dilaksanakan pada
tanggal 15 Januari – 03 Maret 2024 telah disetujui dan di sahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Malang, 2024
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.
Kesimpulan : Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia
akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti
permainan stimulasi kognitif yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu :
a. Mengenal gambar bangun datar
b. Mengenal warna
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Penanggung jawab : All
Team Moderator : All
Team
Observer : All
Team Pemimpin bermain :
All Team
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)
Keterangan :
: Pemimpin bermain
: Moderator
: Observer
: Fasilitator
: Anak
3. Kegiatan Bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1 Pembukaan (5 menit) a. Salam pembukaan - Memperhatikan
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan - Menjawab salam
2 Kegiatan bermain a. Menyiapkan mainan - Mengikuti
(25 menit) b. Bermain menebak - Menanggapi
gambar bangun datar dan - Mengikuti
warna dengan melibatkan
anak
c. Meminta respon dan
tanggapan anak.
d. Meminta anak menempelkan
gambar yangsesuai
e. Memberikan Reinfocement
positif jika anak bisa mengikuti
permainan
3 Evaluasi (10 menit) a. Mengakhiri permainan - Memperhatikan
b. Melakukan evaluasi - Menanggapi
E. Evaluasi
1. Pembagian tugas dalam tim
Penanggung jawab : All
Team Moderator : All
Team
Observer : All
Team Pimpinan bermain : All
Team Fasilitator : All
Team
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa
rasa takut. Apakah anak mau mengenal gambar bangun datar dan warna yang
disebutkan perawat.
TERAPI BERMAIN
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untukmemperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan
lingkungan (Cindy Smith).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam
mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami
dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang
berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.
C. Jenis Permainan
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1
tahun.Contoh : petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler
danprasekolah.
Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah.
Contoh: bermain polisidan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia
sekolahdan remaja.
Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau
hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
D. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain
terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk
permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi
dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada
disekitarnya, dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh
keterampilan tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang,
misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan
oleh anak balita todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan
yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung,
biasanya dilakukan oleh anak
todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang
saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki
tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan
adolescent.
F. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan
fisiknya. Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra
sekolah melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan
membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan).
Perkembangan ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda
disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut.
Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan
semua media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan
tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,
dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai
harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat
menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaanyang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.