Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN)

Sub pokok bahasan :Terapi bermain mengenal warna, huruf, mengenal


nama buah dan hewan.
Sasaran : Anak usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Hari, tanggal : Kamis, 29 November 2018
Jam : 08.30 – 09.10 WIB
Lama Waktu :1 x 40 menit
Tempat :Ruang Cempaka RSUD Dr.R.Goeteng Taroenadibrata

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 40 menit, anak dapat mengikuti
permainan stimulasi kognitif yang diberikan.
1
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 40 menit anak mampu :
a. Mengenal warna
b. Mengenal huruf
c. Mengenal nama buah dan hewan
d. Menebak gambar

C. Metode dan Media


1. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan
didiskripsikan.
2. Media
Kertas gambar
Kertas Tempel
Spidol /pensil warna/

D. Kegiatan
1. Pengorganisasian

Penanggung jawab :

Moderator : Triadi Singgih Pamungkas


Observer : Nur Mega Rahayu
Pemimpin bermain : Kurniawan Alim Prayoga
Fasilitator : 1. Putri Bela Rosa Inas
2. Ovantri Suginori

2
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

Keterangan :
: Pemimpin bermain

: Moderator

: Observer

:Anak

:Fasilitator

3
3. Kegiatan bermain

No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu


1. a. Menyiapkan ruangan. Ruangan, alat, anak dan
Persiapan 5 menit
b. Menyiapkan alat-alat. keluarga siap
c. Menyiapkan anak dan
keluarga

a. Membuka proses terapi a. Menjawab salam, 30 menit


2. 2.
Pelaksanaan/
bermain dengan b. Memperkenalkan
penyajian
mengucapkan salam, diri,
memperkenalkan diri. c. Memperhatikan
b. Menjelaskan pada keluarga d. Bermain bersama
tentang tujuan dan manfaat dengan antusias
bermain, menjelaskan cara e. Mengungkapkan
permainan. perasaannya
c. Mengajak anak bermain .
d. Mengevaluasi respon anak.
a. Menyimpulkan a. Menyimpulkan 5 menit
3. 3. Evaluasi/
b. Menjawab pertanyaan b. Memberi
penutup
c. Memberi salam pertanyaan
c. Menjawab salam

E. Evaluasi
1. Pembagian tugas dalam tim

Moderator : Triadi Singgih Pamungkas


Observer : Nur Mega Rahayu
Pemimpin bermain : Kurniawan Alim Prayoga
Fasilitator : 1. Putri Bela Rosa Inas
2. Ovantri Suginori

4
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat
tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama
gambar buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang
disebutkan perawat.

5
TERAPI BERMAIN

A. PENGERTIAN BERMAIN

Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun,
seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia prasekolah adalah masa
emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental
dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang
tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur lingkungannya.
Namun, anak juga dapat berperilakuburuk dengan berbohong, mencuri, bermain
curang, gagap, tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal
inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua sehingga saat anak dirawat
di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedurrumah sakit yang tidak
dipahaminya (Elfira, 2011).

B. KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain
sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.

6
C. JENIS PERMAINAN

1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.
Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi
dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah
dan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. CIRI-CIRI BERMAIN

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda


2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.

7
E. KLASIFIKASI BERMAIN

1. Menurut Isi

a. Social affective play


Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain
terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,
misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan
bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,
dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air
atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan
tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya
mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak

8
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

F. FUNGSI BERMAIN

1. Perkembangan Sensorik Motorik


Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya.
Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah
melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan
masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan
ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam
hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi
teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua
media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi.
Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial

9
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,
dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan
teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.


2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan
kognitif terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal
sementara anak wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.

10
H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company. Philadelpia. USA

Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta

Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto. Cana

12
13

Anda mungkin juga menyukai