SUB POKOK BAHASAN : Terapi bermain mewarnai dan menempel gambar buah
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untuk memperoleh kesenangan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock,2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti permainan
stimulasi kognitif yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
1. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar buah, kemudian mewarnai gambar buah dan
menempel pada media yang telah disediakan.
2. Media
a) Kertas gambar
b) Kertas Tempel
Kriteria inklusi :
2. Anak kooperatif
Kriteria eksklusi :
4. Anak yang sedang dilakukan terapi tranfusi darah dan obat kemoterapi.
E. Kegiatan
1. Pengorganisasian
Leader : Della
Fasilitator : Nia
Observer : Nina
2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)
Keterangan :
: leader
: fasilitator
: observer
: anak-anak
3. Kegiatan bermain
F. Evaluasi
1. Persiapan
a. Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
b. Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
c. Ketepatan waktu
2. Proses.
a. Kemampuan leader memimpin permainan
b. Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
c. Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
3. Hasil
Kesan –kesan anak setelah melakukan terapi bermain.
LAMPIRAN MATERI
TERAPI BERMAIN
A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadari. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untuk memperoleh kesenangan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock, 2008).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-
psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan.
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.
C. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak
umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah.
Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh:
main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
D. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
E. KLASIFIKASI BERMAIN
Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon
yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua
berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain
dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak
melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
4. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
Menurut Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todlerdan pre school. Contoh : bermain
balok.
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu
sama lain kadang saling meminjamkan.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan ada
aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak
usia sekolah dan adolescent.
F. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi
dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan
tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini
diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna,
ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media,
puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya
menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam
kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal
tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Hurlock, E. B. 2008. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta
Markum, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta