Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA BERMAIN

TEBAK WARNA DAN GAMBAR


UNTUK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI RUANG KANTIL
RUMAH SAKIT UMUN DAERAH BANYUMAS

LABARYO SIHITE (I4B019030)


LAILA SULHAH FERNANDA (I4B019032)
DWI RETNEANINGTYAS (I4B019034)
TITIN KURNINGSIH (I4B019036)
SARTIKA OCTAVIANI M.N (I4B019038)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

Jenis Terapi Bermain : Terapi bermain tebak warna dan gambar


Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak yang dirawat di ruang
kanthil
Sasaran : Peserta dan orang tua peserta

Hari / Tanggal : Kamis, 28 November 2019


Waktu : 45 menit
Target : Sasaran pada terapi bermain ruang kanthil yakni:
1. Tidak memiliki keterbatasan fisik
2. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
3. Peserta berusia 3 – 5 tahun
Tempat : RSUD Banyumas Ruang Kantil

A. Latar Belakanng
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak
memperoleh pelajaran yang mendukung aspek perkembangan kognitif,
sosial, emosi dan perkembangan fisik, untuk meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan anak melalui berbagai permainan yang
dapat menumbuhkan potensi anak secara optimal. Bermain mendukung
tumbuhnya sikap kreatif,karena di dalam bermain anak dapat memilih
sendiri kegiatan yang mereka sukai. Perkembangan kemampuan anak
bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dan seni budaya (Hastuti, 2009).
Permainan mendukung tumbuhnya pikiran kreatif, karena di dalam
bermain anak memilih permainan sendiri yang mereka sukai, belajar
membuat identifikasi banyak hal. Salah satu permainan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kognitif anak yaitu dengan memanfaatkan
bola warna yang dapat dijadikan permainan seperti mengelompokkan bola
sesuai warnanya. Sesuai tahap perkembangan kognitif Piaget, anak usia 4-
5 tahun berada ada tahap pra operasional dimana dimana anak akan lebih
memahami terkait gambar dan warna atau simbol sehingga sangat baik
untuk meningkatkan kognitif anak (Budiningsih, 2004).
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan (Whaley, 2001).
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,
spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun
dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum (TU)
Setelah dilakukan terapi bermain selama 45 menit di harapkan peserta
mampu berpikir dalam memperoleh pengetahuan, kemampuan
memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan kognitif.
2. Tujuan Khusus (TK)
Setelah di lakukan terapi bermain selama 45 menit anak mampu:
a) Mampu melakukan terapi bermain secara mandiri
b) Mampu berpikir membandingkan dan membedakan bentuk, warna,
ukuran, konsep matematika sederhana maupun konsep sains
sederhana.
c) Mampu bersosialisasi dengan perawat baru
d) Mampu menunjukkan ekpresi non verbal dengan tertawa,
tersenyum dan saling bercanda.

3. Metode dan Media


1. Metode
a. Mengelompokkan warna bola
b. Menebak gambar
2. Media
a. Bola berwarna
b. Kertas bergambar
c. Musik
d. Reward

C. SETTING RUANGAN
Notulen

Anak Anak

Moderator

Fasilitator 1
Fasilitator 2

Observer 2 Anak

D. PENGORGANISASIAN
a. Moderator : Dwi Retnaningtyas
b. Fasilitator 1 : Titin Kurningsih
c. Fasilitator 2 : Sartika Octaviani M. N
d. Observer : Labaryo Sihite
e. Notulen : Laila Sulhah Fernanda

E. KEGIATAN BERMAIN
No Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan
a. Memberi salam a. Membalas salam 10 menit
b. Perkenalan b. Mendengarkan
c. Memperkenalkan anak satu c. Saling berkenalan
persatu dan anak berkenalan d. Menjawab
dengan teman lainya
c. Menjelaskan tujuan
dan cara bermain
d. Kontrak waktu
dengan anak
2 Kegiatan Bermain
a. Mengatur anak-anak untuk Mengikuti terapi 30 menit
duduk melingkar diantara bermain
observer, fasilitator dan
notulen (seperti pada setting
ruangan)
b. Memutar bola diiringi musik
dalam lingkaran dengan cara
dioper
c. Anak yang membawa bola saat
music berhenti akan menebak
gambar yang diberikan
d. Ulang pemutaran bola dan
musik sampai semua anak yang
mengikuti terapi mendapat
giliran menebak gambar
e. Kegiatan diulang kembali
tetapi anak akan menebak
warna yang diberikan
f. Ulang pemutaran bola dan
musik sampai semua anak yang
mengikuti terapi mendapat
giliran menebak warna
g. Menanyakan perasaaan anak
h. Memberikan apresiasi pada
anak
3 Penutup
a. Menyimpulkan permainanan a. Selesai bermain
b. Menanyakan perasaan anak
c. Membagiakan hadiah pada b. Mengungkapkan
pada semua anak yang bermain perasaan
c. Menerima hadiah
d. Menjawab salam
d. Memberikan salam penutup

F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap

 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

 Kelompok dapat bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 Anak dapat mengembangkan kemampuan kogtifif dengan
menebak gambar dan bola
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai

Lampiran 1. Materi
A. Pengertian
 Tumbuh kembang anak usia pra-sekolah akhir (3-5 tahun) merupakan
pertumbuhan dimana anak berada pada fase inisiatif kontra masa bersalah
(initiative vs guilty). Sedangkan menurut Sigmund Freud anak berada pada
fase phalik, yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin
perempuan dan laki-laki
 Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari.
 Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untuk memperoleh kesenangan
 Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir

B. Fungsi Bermain
 Menurut Wong (1996), fungsi bermain bagi anak meliputi:
1. Perkembangan sensori motorik
o Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi.

Komponen yang paling baik untuk semua umur terutama bayi.


Anak mengeksplorasi alam sekitarnya:
 Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, dan visual
 Toddler dan pra-sekolah melalui gerakan tubuh yang lebih
terkoordinasi
 Sekolah dan remaja memodifikasi gerakan tubuh lebih
terkoordinasi dan rumit, contohnya berlari dan bersepeda
2. Perkembangan intelektual / kognitif
o Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar
mengenal objek dan bagaimana menggunakannya
o Anak belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan
bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak
membandingkan antara fantasi dan realita
3. Sosialisasi
o Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas sosialiasi
anak, sehingga anak cepat mengatasi persoalan yang akan timbul
dalam hubungan sosial.
o Dengan sosialisasi, akan berkembang nilai-nilai normal dan etik.
Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung jawab atas
kehendaknya
o Bayi
 Perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran orang lain
dimana kontak sosial pertama anak adalah figur ibu
o Sampai usia 1 tahun
 Bayi memeriksa bayi lain, memeriksa objek di lingkungan
o Usia Toddler
 Permainan pura-pura dengan ibu dan anak, dokter dan
pasien, penjual dan pembeli. Kemudian meluas teman
sementara dan teman sepermainannya
o Usia Pra-Sekolah
 Sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri
yang ada pada setiap bermainnya
o Usia Sekolah
 `Teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan
menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan
etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya
4. Kreativitas
o Melalui bermain, anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru
dalam bermain. Kalau anak merasa puas dari kreatifitas baru, maka
anak akan mencoba pada situasi yang lain
5. Nilai terapeutik
o Untuk melepaskan stres dan ketegangan
6. Kesadaran diri
o Anak akan sadar tentang kemampuan dan kelemahannya serta
tingkah lakunya
7. Nilai moral
o Belajar salah / benar dari kultur, rumah, sekolah, dan interaksi.
Contoh bila ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus
mematuhi kode perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur,
kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan orang lain

C. Perkembangan Psikososial Anak


 Teori mengenai perkembangan psikososial dikemukakan oleh Erick
Ericson (1963)
 Tahapan perkembangan pada anak pra-sekolah menurut Ericson
adalah Inisiatif versus Rasa Bersalah (umur 3-6 tahun)
 Tahap ini anak mulai belajar untuk mengendalikan diri dan memanipulasi
lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak sudah mulai
diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan
 Contoh: anak ikut serta merapikan tempat tidur, bagi anak wanita bisa
membantu ibu di dapur. Dalam hal ini anak sudah mulai memperluas
lingkup pergaulannya, ia menjadi aktif di luar rumah, kemampuan
berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan
saudara kandung cenderung untuk selalu menang sendiri
 Peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada hubungan yang
harmonis antara ayah, ibu, dan anak yang tujuan akhirnya adalah untuk
memantapkan identitas diri anak
 Orang tua dapat melatih diri anak untuk mengintegrasikan peran-peran
sosial dan tanggung jawab sosial
 Terkadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih
disebabkan karena keterbatasan kemampuannya
D. Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap Perkembangan Anak
o Aktifitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, tentunya permainan
anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah, demikian juga sebaliknya
o Orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Status Kesehatan Anak
o Untuk melakukan aktifitas bermain diperlukan energi, walaupun
demikian bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sakit
o Kebutuhan bermain anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja
pada orang dewasa, yang penting pada saat kondisi anak sedang
menurun atau sakit bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan
perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan
anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat
di rumah sakit
3. Jenis Kelamin
o Dalam melaksanakan aktifitas bermain, tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan
o Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreatifitas
dan kemampuan sosial anak
o Ada pendapat lain bahwa permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri, sehingga sebagian alat
permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh
anak laki-laki
o Ada tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan, dan hal ini dipelajari melalui media permainan
4. Lingkungan yang Mendukung
o Terselenggaranya aktifitas bermain yang baik untuk perkembangan
anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya, dan
lingkungan fisik rumah
o Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan
jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreatifitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat
sendiri dari / atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan
anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan
keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana
anak di didik melalui permainan
o Lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak
anak untuk melakukan aktifitas fisik dan motorik
o Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan
anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan,
mondar-mandir, berlari melompat, dan bermain dengan teman
sekelompoknya
5. Alat dan Jenis Permainan
o Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk
anak, pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak
o Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu
sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia
anak
o Alat permainan tidak harus yang dibeli di toko atau mainan jadi
o Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi
akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan
koordinasi alat gerak
o Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan
dalam norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain

E. Terapi Bermain Menggolongkan Benda


Carol Seefeldt dan Wasik (2008) anak usia tiga sampai lima tahun
belajar menggolongkan lewat hal-hal sebagai berikut:
a) Menyortir alat pemainan diruang kelas ke dalam kategori-kategori yang
sesuai.
b) Memberi anak-anak benda kedalam berbagai bentuk dan warna serta
membimbing mereka untuk menyortir benda-benda tersebut ke dalam
kelompok yang sama.
c) Memberi anak-anak koleksi barang-barang, seperti kancing, manik-manik,
kerang.minat anak untuk menyortir mereka ke dalam kelompokkelompok
dan menjelaskan alas an dari keputusankeputusan mereka.
d) Minat anak untuk menyortir diri mereka sendiri ke dalam kelompok
kesukaan mereka.
e) Menggunakan benda-benda umum di ruang kelas, suruh anak menyortir ke
dalam kelompok-kelompok yang sama dan berbeda.

F. Terapi bermain tebak gambar antara lain:


Dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dalam
memperoleh pengetahuan, kamampuan memecahkan masalah, mengembangkan
kemampuan logika akan ruang dan waktu dan kemampuan berpikir teliti. Saat
anak mampu berpikir logis diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik
terhadap informasi (dalam hal ini gambar yang disajikan), mampu
membandingkan dan membedakan. Pada akhirnya anak akan belajar memahami
isi gambar yang ditampilkan Anak dapat memahami berbagai konsep pengetahuan
dari gambar yang ditampilkan. Konsep bentuk, warna dan ukuran, konsep
matematika sederhana maupun konsep sains sederhana. Mengetahui manfaat dan
proses terjadinya sesuatu atau cara pembuatannya. Melatih kemampuan dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan sederhana. Dari kemampuan ini tumbuh
kemampuan penalaran dalam bahasa lisan sedehana.

G. DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri, 2004, Belajar dan pembelajaran, Rineka Cipta,


Yogyakarta.
Erikson Erik, 1963, Childhood and society, Norton, New York.
Hastuti, 2009, Stimulasi psikososial pada anak kelompok bermain dan
pengaruhnya pada perkembangan motorik, kognitif, sosial emosi,
dan moral/karakter anak, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Vol. 2, No. 1, pp : 41-56.
Kaplan & Sadock, 2002, Sinopsis psikiatri jilid 2, Ed 7, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Whaley and Wong, 2000, Nursing care infants and children, Fourth
Edition,Mosby Year Book,Toronto Canada.
Wong, 1996, Nursing Care of Infant and Children, Fifth Edition, Mosby
Year Book, Missouri.
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?
r=tpost/xview&id=249900128n

Anda mungkin juga menyukai