Anda di halaman 1dari 10

PERANCANGAN SISTEM CONVEYOR DALAM RANGKA MENINGKATKAN

PRODUKTIFITAS DALAM PERUSAHAAN

MATA KULIAH : MATERIAL HANDLING


DOSEN PENGAMPU : Healthy Prasetyo

DISUSUN OLEH :
Jasmine Raj Kaur 208150013

FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MEDAN AREA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan makalah dengan judul “Perancangan Sistem Conveyor

Dalam Rangka Meningkatkan Produktifitas Dalam Perusahaan”. Laporan ini dibuat untuk

memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Material Handling di Fakultas Teknik Program Studi

Teknik Industri di Universitas Medan Area. Dalam penyusunan laporan makalah ini, tentu tak

lepas dari pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat

dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Khususnya untuk dosen mata

kuliah Material Handling yaitu Ibu Healthy Prasetyo, ST, M.T. Terlepas dari semua itu, kami

meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun

tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik

dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi

para pembaca.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan ataupun pabrik yang memiliki kegiatan produksi pastilah dalam proses
produksinya melakukan kegiatan pengangkutan dan pemindahan bahan baku. Kegiatan
pengangkutan dan pemindahan bahan baku tersebut haruslah dimanajemen dan direncanakan
pada awal sebelum membangun perusahaan atau pabrik. Kegiatan pengangkutan dan
pemindahan baku di dalam perusahaan atau pabrik sering disebut dengan material handling.

Aktivitas di dalam pabrik dimulai dari penerimaan raw material dari supplier, disimpan,
dilakukan proses produksi tahap pertama (work in process), disimpan sementara, dilakukan
proses produksi tahap ke dua, menjadi barang jadi. Kemudian dilakukan pengetesan,
pengepakan dan diberi label.

Material handling yang dilakukan diharapkan dapat memperlancar proses produksi secara
efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya produksi dan waktu kegiatan produksi. Oleh
karena itu, kegiatan material handling haruslah direncanakan dan dianalisis dengan baik agar
perusahaan dan pabrik tidak mengalami kerugian. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang
pengertian material handling, peracangan material handling, perhitungan jarak dan
ongkos/biaya, dan peralatan yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan material handling?
2. Bagaimanakah perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau pabrik?
3. Peralatan apa sajakah yang digunakan dalam membuat sebuah rancangan system
material handling?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang dapat disusun dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Mengetahui pengertian material handling
2. Mengetahui perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau pabrik.
3. Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan perancangan material
handling dalam sebuah perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Material Handling

Menurut Rochman, et al. (2010), material handling bisa diartikan sebagai pergerakan,
penyimpanan, perlindungan, pengendalian material di seluruh proses manufaktur dan distribusi
termasuk penggunaan dan pembuangannya. Atau bisa didefinisikan sebagai penyediaan
material dalam jumlah, kondisi, posisi, waktu dan tempat yang tepat untuk mendapatkan
ongkos yang efisien.

Material handling bertujuan untuk memindahkan material pada tempat yang benar,
waktu yang tepat, jumlah dan urutan yang tepat pula sesuai kondisi yang diharapkan demi
meminimasi biaya produksi. Biaya material handling ini dapat mencakup lebih dari 50% biaya
produksi. Material handling pada sebuah pabrik memerlukan tenaga kerja sekitar 25% dari
seluruh tenaga kerja, menggunakan ruangan sekitar 55% dari seluruh ruangan yang ada, dan
87% dari waktu produksi (Purnomo, 2004).

Purwaningsih dan Purnawan (2007) juga menyatakan bahwa material handling adalah suatu
kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang
meliputi penanganan, pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari
bahan atau material dengan segala bentuknya. Kegiatan material handling dalam perusahaan
melewati tiga tahapan pengembangan, yaitu:
1. Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih sederhana, dengan
fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja diberikan pada keterkaitan antara-
antara keadaan yang terpisah.
2. Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang yang
menyeluruh.
3. Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan distribusi
secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk pemindahan bahan dari semua
sumber pasokan, seluruh pemindahan dalam pabrik, dan distribusi barang jadi ke
pelanggan.

2.2 Perencanaan Material Handling

Perencanaan material handling di dalam perusahaan atau pabrik haruslah


menyesuaikan dengan tata letak ataupun layout dari perusahaan karena tata letak yang baik
dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Jika sistem material handling
yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan mengganggu proses produksi
(Wignjosoebroto, 1996 dalam Susetyo, et al., 2010).

Rochman, et al. (2010) mengatakan bahwa tujuan utama perencanaan material


handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna meningkatkan efisiensi
perpindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya. Oleh karena itu, perlu
memperhatikan beberapa pertimbangan seperti karakteristik material, tingkat aliran material,
tipe tata letak pabrik dan peralatan yang sesuai. Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah
aliran material yang menyangkut jumlah material dan jarak perpindahan material.

Tabel 1. Karakteristik dari metode material handling

Menurut Herjanto (2008), perencanaan penanganan material adalah suatu komponen penting
dalam perencanaan fasilitas, terutama dalam kaitannya dengan desain tata letak. Ada beberapa
prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam perencanaan penanganan material, yaitu:
1. Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan dan
persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2. Sistem kegiatan penanganan dan dan penyimpanan hendaknya merupakan suatu sistem
operasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan, inspeksi, penyimpanan,
produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan, pengangkutan dan transportasi.
3. Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didesain sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan keterbatasannya, sehingga dapat
terjadi interaksi yang efektif dengan manusia yang menggunakan sistem.
4. Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan biaya per
unit angkut yang rendah.
5. Faktor pemakaian energi dari sistem penanganan material dan prosedurnya harus
diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6. Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7. Sedapat mungkin manfaatkan gaya berat untuk memindahkan material, dengan tetap
memperhatikan keterbatasan yang menyangkut faktor keselamatan tenaga kerja,
kerusakan maupun kehilangan produk.
8. Untuk meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin gunakan
komputerisasi dalam sistem penanganan material dan penyimpanan.
9. Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan dengan arus
fisik material.
10. Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
11. Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan sehingga terdapat
kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang digunakan.
12. Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk meningkatkan
efisiensi.
13. Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus memiliki dampak
minimal terhadap lingkungan.
14. Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi, mengurangi,
atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
15. Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bisa digunakan untuk berbagai
tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16. Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan keselamatan
yang berlaku.
17. Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan jadwal
perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka panjang untuk
penggantian peralatan dan metode yang using.

2.3 Perancangan Material Handling

Perancangan Material Handling yang akan dilakukan yaitu pergantian system material
handling yang semula adalah Lori menjadi Conveyor Gantung dan Conveyor Portable.
Perancangan ini dilakukan untuk menanggulangi permasalahan berupa proses pemindahan
barang yang tidak efektif. Frekuensi perpindahan mencapai 6 kali sehari menimbulkan
ketidakefisienan dalam hal kecepatan dan fleksibilitas, ditambah permasalahan pada tenaga
kerja angkut yang berjumlah 8-10 orang yang masing-masing berada di stasiun putaran dan di
gudang. Pada kondisi ideal, maksimal tenaga kerja pada tiap gudang untuk melakukan proses
pemindahan barang tidak diperkenankan melebihi 6 orang, karena sisa tenaga kerja sebenarnya
dapat dialokasikan pada pekerjaan produktif lainnya. Rencana pergantian ini dimaksudkan agar
mengurangi alokasi tenaga kerja pada stasiun puteran menuju gudang dan juga meningkatkan
produktivitas dengan adanya sistem pemindahan barang yang lebih terautomasi. Adanya risiko
bahaya juga akan menjadi pertimbangan untuk merancang sistem material handling conveyor
yang tepat, hal ini dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan juga nyaman
agar mengurangi risiko kegagalan dari segi manusia, proses dan juga mesin yang berada
disekitar area pabrik.

2.3.1 Perancangan Konveyor dan Gerakan Perpindahan Material Pada Konveyor

Belt conveyor banyak digunakan untuk pengangkutan baik di pabrik manufaktur maupun
industri pertambangan karena nilai ekonomis, kapasitas angkut, pengoperasian yang relatif
luas, serta terkait dengan ramah terhadap lingkungan. Conveyor dinilai memiliki kapasitas
angkut mencapai 500 ton/hari dimana dalam sekali pengangkatan memiliki kapasitas sebesar
24 ton. Perhitungan frekuensi conveyor dilakukan dengan membagi kapasitas angkut dengan
jam kerja operasional/hari conveyor selama 24 jam.

Pada identifikasi beban kerja penggunaan conveyor ini dapat diperoleh dengan pendekatan
tugas per tugas jabatan sesuai dengan keputusan me.nteri pendayagunaan aparatur negara
nomor KEP/75/M.PAN/7/2004.

Jumlah waktu kerja rata-rata per hari yang ditetapkan sebagai waktu efektif adalah 1440
menit. Jadi jumlah pekerja angkut yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengangkutan sak gula
adalah :
Penilaian risiko dengan FMEA didasari oleh identifikasi potensi bahaya terlebih dahulu. Pada
identifikasi potensi bahaya disini akan dikalasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu bahaya
keselamatan kerja dan kesehatan kerja (K3) dan bahaya proses.

2.3.2 Analisis dan Interpretasi Data

Pada bagian ini akan dilakukan analisis terkait analisis dan perancangan sistem material
handling conveyor. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan mengenai beberapa aspek
analisis seperti aspek teknis, beban kerja, risiko bahaya, dan juga total kebutuhan biaya material
handling. Secara umum penggunaan lori sangat efektif bila hanya digunakan dari kawasan
kebun hingga menuju proses gilingan, karena bahan baku tebu memiliki bentuk dan berat yang
sangat cocok bila diangkut dengan lori. Namun, pada konteks pengangkutan produk gula yang
sudah dikemas dari stasiun puteran menuju gudang sebenarnya dapat digantikan dengan sistem
material handling yang lebih terautomasi demi mengurangi permasalahan teknis dan juga
penghematan biaya dari segi tenaga kerja.

Disisi lain penggunaan conveyor dinilai cukup efektif dalam pengangkutan sak gula dari
stasiun puteran menuju gudang. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas angkut yang lebih besar
dari lori yang semula hanya 210 ton/hari yang jika menggunakan conveyor menjadi 500 ton
/hari. Selain itu, penggunaan conveyor juga dirasa dapat meningkatkan efisiensi dari segi jarak
tempuh dan juga tenaga kerja. Jarak yang semula 154 m jika menggunakan lori terpangkas
menjadi 126 m jika menggunakan conveyor. Sedangkan beban kerja ditujukan pada pekerja
angkut pada lori yang berjumlah 22 (dua puluh dua) orang menyatakan bahwa faktor dominan
yang ada pada pekerjaan ini lebih pada faktor physical demand pada pembobotan. Sama halnya
pada pemberian rating indicator yang menujukan rata-rata angka terbesar terletak pada beban
fisiknya. Disini sangat terlihat bahwa pekerja angkut yang melakukan pekerjaan secara
langsung menyatakan bahwa pekerjaan mengangkut sak gula ini sangat menguras energi fisik
dari pekerjanya. Dilihat dari pergerakan pengangkutan yang masih dilakukan secara manual
turut dan dilakukan secara berulang-ulang (repetitive). Pada beban kerja dengan menggunakan
conveyor, jumlah total pekerja sebanyak 22 orang bisa saja dialokasikan pada area gudang,
Namun, jika hal ini berlangsung dengan tempo waktu yang cukup lama kedepannya akan dapat
berakibat kerugian dari pihak perusahaan dalam segi finansial untuk pekerja angkut. Dengan
beban kerja yang tidak optimal dari berarti terdapat beberapa pekerja yang memiliki beban
kerja cukup rendah. Maka dari itu Setelah dilakukan perhitungan didapatkan jumlah pekerja
mencapai 9 orang. Jumlah ini dianggap merepresentasikan pekerjaan pada pengangkutan gula
di gudang dengan jumlah alokasi disamaratakan sebesar 3 orang ditiap jenis pekerjaan. Tahap
terakhir pada penelitian kali ini ialah bagaimana pergantian sistem material handling bisa
dikatakan cukup efisien dari segi biaya atau tidak. Pada biaya perawatan untuk lori diasumsikan
sebsar 20% sedangkan untuk perawatan conveyor sebesar 25%. Terjadi perbedaan prosentase
dikarenakan komponen dan operasional sistem material handling conveyor dinilai cukup
banyak dan butuh ketelitian dalam proses perawatannya. Jarak pada penggunaan lori sejauh
154 m sedangkan untuk conveyor sebesar 126 m. Hal ini dikarenakan dalam perancangan
conveyor tidak diperkenankan berada diatas jalan dan harus dibangun lebih dekat ketimbang
rel pada lori.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah bagaimana analisis
beban kerja membuktkan adanya perbedaan bekerja dengan menggunakan lori dan conveyor.
Sehingga total kebutuhkan pekerja dapat diturunkan yang semula 22 orang menjadi 9 orang
saja. Pada risiko penggunaan sistem material handling lori terdapat 7 (tujuh) risiko/potensi
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dan 7 (tujuh) risiko/potensi bahaya proses. Sedangkan
Pada risiko penggunaan sistem material handling conveyor, terdapat 5 (lima) risiko/potensi
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dan 6 (enam) risiko/potensi bahaya proses. Rancangan
material handling berupa Conveyor terbukti mampu meningkatkan produktifitas dan
profitabilitas pabrik dengan mengurangi tingkat inefisiensi baik dari segi tenaga kerja maupun
jumlah produksi.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa agar lebih mencari informasi dan materi mengenai material
handling dari beberapa sumber, sehingga mahasiswa lebih mudah memahami kegiatan
material handling dalam suatu pabrik.

Anda mungkin juga menyukai