Anda di halaman 1dari 16

Naskah Drama (Legenda)

PUTRI KANDITA
(Pengganti Ratu Pantai Selatan)

Tokoh
1. Raja (rionaldy kalapati)
2. Istri 1 (sakina djafar)
3. Istri 2 (julianti mopangga)
4. Istri 3 (ramlawati anwar)
5. Istri 4 (apriani patras)
6. Putri Kandita (nurain mohamad)
7. Putri sinta anak istri 2 (laraswaty beu)
8. Putri kunti istri 2 (defhi anggraini machmud)
9. Patih (hasan kidu)
10. Tabib (Rahmat suma)
11. Pengawal 1 (Hasni montawali)
12. Penggawal 2 (trisitiyan tolah)
13. Dayang 1 (rahmawati suleman)
14. Dayang 2 (nurain harun)

Babak 1

Disuatu kerajaan hiduplah seorang raja yang sangat baik dan bijak sana,
iya selalu sopan dan adil terhadap isteri-isterinya

Raja : “Istri-istriku kemarilah, ada yang ingin aku sampaikan kepada


kalian semua”
Istri 2,3,4 : “ada apa paduka?”
Istri 3 : “ada berita apakah paduka, sehingga kami dikumpulkan
menjadi satu seperti ini?”
Istri 2 : “kalau firasat saya tidak salah adakah paduka ingin menikah
lagi?”
Istri 4 : “adakah seperti itu paduka?”
Raja : “hahaha,,, tidak demikian para istriku, aku sengaja mengumpulkan
kalian di sini karena ada berita bahagia yang sedang melanda kerajaan
kita”
Istri 2 : “berita apakah gerangan paduka?”
Raja : “aku akan segera memiliki keturunan dari istri pertama ku” Istri
2 : (kaget dan menjadi bermuka sinis terhadap istri 1)
Istri 4 : “benarkah demikian raja?”
Raja : “iya, aku tadi telah mendengar berita dari tabib yang telah
memeriksa istriku yang pertama, ia telah mengandung, sudah dua bulan
dan aku sangat gembira sekali”
Istri 1 : “semoga berita ini menjadi keberuntungan bagi kita semua
paduka, terutama bagi para rakyat kita”
Raja : “tentu saja istriku, dan tentunya untuk kalian semua kan istri-
istriku”(sambil memandang istri 2,3,4 bergantian)
Istri 2,3 : “tentu saja paduka”
(melihat istri 4 tidak menjawab raja mendekatinya)
Raja : “ada apakah gerangan istriku kenapa kau begitu terlihat
bersedih?”
Istri 4 : “tidak apa-apa paduka, saya hanya merasa senang dengan berita
ini, saya bersedih karena saya tidak bisa membahagiakan paduka seperti
yang telah dilakukan oleh istri pertama paduka”
Istri 1 : “jangan berpikir begitu, suatu saat pasti ada waktunya sendiri”
Raja : “yakinlah istriku (sambil memegang tangan istri 4) bagaimana
pun keadaanmu aku adalah raja dan suami kalian aku akan selalu
melindungi kalian, sudah janganlah bersedih”
Istri 4 : “iya paduka”
Raja : “bukankah seharusnya kita merayakan kabar bahagia ini dan
segera mengumumkannya kepada seluruh penghuni kerajaan dan rakyat
kita?”
Istri 2 : “saya akan segera menyiapkan perayaannya paduka, saya
mohon diri terlebih dulu”
Istri 3,4 : “saya akan membantu”
Istri 1 : “saya akan sangat senang bisa bekerja bersama”
Raja : “saya sangat bangga kepada kalian semua, baiklah segeralah
persiapkan pesta ini, ingat jangan kerjakan sendiri, di istana ini banyak
pembantu yang bisa membantu kalian mempersiapkan jangan sampai
istri-istriku terlalu banyak bekerja dan lelah, kalian harus bisa
memposisikan diri”
Istri 1,2,3,4 : “baik paduka”
Raja : “ya sudah, segeralah persiapkan pestanya, sementara aku akan
mengumumkan berita ini kepada seluruh rakyat”
(para istri meninggalkan panggung, raja tetap dipanggung)

Raja : (berbicara kepada diri sendiri) “perasaan apa yang sedang


melanda batinku ini, aku akan segera memiliki keturunan yang akan
memimpin kerajaan ku ini, dan aku bisa segera beristirahat dengan
tenang, tetapi kenapa? Sepertinya ada yang mengganjal dalam batinku?,
apa aku terlalu senang dengan keadaan ini?ah,, sudah lah mungkin cuma
terlalu khawatir dengan istriku yang pertama, mungkin aku takut kalau
kandungannya tidak dijaga dengan baik maka akan memberikan dampak
buruk terhadap keturunanku. Sudahlah aku akan segera mempunyai
keturunan apa lagi yang aku risaukan.”
(patih kerajaan memasuki panggung)
Patih : “adakah paduka memanggil saya”
Raja : (raja terkaget dari lamunannya) “ah, kamu sudah datang
ternyata”
Patih : “ada perintah apakah raja sehingga raja memanggil saya,
sepertinya raja begitu gelisah”
Raja : “kamu salah tafsir patih”
Patih : “maafkan kelancangan hamba paduka”
Raja : “sudahlah tidak apa-apa, aku memanggilmu kemari karena ada
kabar bahagia yang ingin aku sampaikan kepadamu dan kamu harus
menyampaikannya kepada seluruh penghuni istana dan seluruh
rakyatku”
Patih : “kabar apakah gerangan paduka?”
Raja : “istriku yang pertama tengah mengandung, dan kau tahu? Aku
akan segera memiliki keturunan”
Patih : “sungguh menggembirakan kabar ini paduka, hamba akan segara
menyebarkan berita ini”
Raja : “iya lakukan segera”
Patih : “hamba yakin semua akan merasa senang mendengar berita ini,
hamba mohon diri paduka, hamba sudah tidak sabar ingin menyebarkan
kabar ini”
Raja : “iya lakukan patih”
Patih : “hamba mohon diri paduka” (meninggalkan panggung) Raja :
“rakyat akan segera tahu kebahagiaan yang aku rasakan, ah kenapa
pikiranku selalu teringat istriku yang pertama, mungkin aku perlu
melihatnya” (keluar panggung)

(dilain sisi)
Istri 2 : (berbicara kepada istri 3,4, istri 1 tidak ada) “adakah kalian
merasakan apa yang aku rasakan?”
Istri 4 : “tentu saja saudaraku, aku sangat merasa sedih karena belum bias
memberikan raja keturunan”
Istri 3 : “iya”
Istri 2 : “bukan itu yang aku maksud” Istri
3,4 : “lalu apa?”
Istri 2 : “kenapa kalian tidak sadar juga, kapan terakhir kali padukan
menyentuh kalian?
Istri 4 : “sudah beberapa hari yang lalu”
Istri 2 : “jarang kan menyentuh kalian? yang padukan perdulikan hanya
istrinya yang pertama, jadi wajar kalau kita tidak segera memiliki
keturunan, kenapa kau menyalahkan dirimu sendiri dan bersedih karena
tidak memberika paduka keturunan, kalian tahu paduka memang tidak
pernah menganggap keberadaan kita, paduka sengaja jarang datang
kekamar kita karena hanya ingin memiliki keturunan dari istrinya yang
pertama saja”
Isrtri 4 : “jangan demikian saudaraku, paduka tahu apa yang harus ia
perbuat mungkin paduka memang sudah memiliki waktunya sendiri
untuk diri kita masing-masing, bukankah kita
seharusnya senang dengan kebahagiaan yang tengah dirasakan paduka”
Istri 3 : “iya”
Istri 2 : “kalian ini tolol banget, kalau sampai bayi itu lahir, maka paduka
akan bertambah mengacuhkan kita, bisa-bisa ia akan menendang kita dari
istana ini”
Istri 3 : “apakah benar demikian saudaraku”
Istri 4 : “paduka tidak akan melakukan hal sekejam itu saudaraku” Istri
3 : “iya”
Istri 2 : “kalau memang paduka tidak melakukannya maka istrinya yang
pertama akan melakukannya”
Istri 4 : “jangan berburuk sangka seperti itu saudaraku”
Istri 2 : “ahhh,,, terserah kalian saja, suatu saat nanti kalian akan tahu
kalau kita sengaja dijauhi paduka”
Istri 3 : “lalu kita harus bagaimana supaya paduka tidak menjauhi kita?”
Istri 2 : “pertanyaan bagus, tapi aku juga belum tahu jawabannya” Istri 4
: “sudahlah, sebaiknya kita ikut berbahagia dengan kebahagiaan paduka,
ayo kita bantu mempersiapkan pestanya” (hari itu seluruh kerajaan
berpesta dengan kabar bahagia itu, tidak hanya orang-orang
dalam istana, para rakyat pun bersuka cita menyambut
keturunan sang raja)

Babak 2
Raja tengah duduk dikursi singgasananya, tengah gelisah
menunggu tabib memeriksa keadaan istri pertamanya yang usia
kandungannya sudah sembilan bulan tapi tak kunjung
melahirkan)
Raja : “istri-istriku”
(tidak ada yang datang)
Raja : “kemana meraka ini, istri-istriku”
Istri 3,4 : “iya paduka”
Raja : “dari mana kalian, kenapa tidak segera datang ketika aku
memanggil”
Istri 4 : “maafkan kami paduka, kami ...”
Raja : “ah,, sudah lah, kemana istriku yang ke dua?” Istri 3 :
“kami kurang tahu paduka”
Raja : “ya sudah tak apa”
Istri 4 : “ada apakah paduka, sehingga paduka memanggil kami?” Raja :
“aku ingin kalian menemaniku, aku sangat khawatir sekali dengan
kandungan istri pertamaku, dari tadi tabib tidak keluar- keluar”
Istri 4 : “sepertinya tabib baru saja memeriksa istri pertama paduka,
paduka mungkin terlalu gelisah sehingga merasa sangat lama”
Istri 3 : “paduka tenang saja, semua pasti akan baik-baik saja paduka”
Raja : “iya, terima kasih kalian sudah menemaniku” (tabib
memasuki panggung, baru saja selesai memeriksa
kandungan istri 1)
Raja : “ah, itu tabib sudah keluar, bagaimana keadaanya tabib” Tabib
: “istri paduka baik-baik saja, tidak ada hal-hal yang perlu paduka
khawatirkan”
Raja : “keturunanku bagaimana?”
Tabib : “kandungan istri padukan sehat sekali mungkin dalam waktu
dekat beliau akan melahirkan”
Raja : “benarkah tabib, lalu apa yang harus saya lakukan, apa yang
harus saya persiapkan untuk menyambut kelahiran keturunanku, adakah
tabib bias memberitahu saya?”
Tabib : “paduka tidak perlu membingungkan masalah itu, paduka
istirahat saja karena paduka bukan hanya seorang suami tapi paduka juga
merupakan raja dari semua rakyat kerajaan ini, paduka juga harus
memperhatikan rakyat paduka”
Raja : “terima kasih tabib atas nasihatmu, besok kau harus datang
lagi karena aku ingin istriku kau rawat setiap hari” Tabib : “baiklah
paduka, besok hamba pasti akan datang lagi, sekarang hamba
mohon diri dulu paduka”
Raja : “iya, berhati-hatilah”
Istri 4 : “sudahlah paduka, saya akan membantu paduka menjaga isrti
pertama paduka, sesama istri paduka bukankah kami harus saling
menjaga?”
Raja : “iya, aku akan senang jika kau membantuku”
Istri 4 : “tentu saja dengan istri ke dua dan ke tiga, iya kan saudaraku?”
(bertanya kepada istri 3)
Istri 3 : “eh,,, emm,,” Istri
4 : “kenapa”
Istri 3 : “tidak apa-apa, iya tentu saja saya akan membantu degan senang
hati”
Raja : “saya akan menengok istri pertama dulu” (keluar panggung)
Istri 4 : “iya paduka silakan”
(istri 3,4 tetap di panggung)
Istri 4 : “ada apakah saudaraku kenapa kau seperti terlihat cemas?”
Istri 3 : “aku takut kalau apa yang dikatakan saudara kita istri kedua
paduka
benar”
Istri 4 : “maksud kamu, kalau kita akan diusir dari istana?” Istri 3 :
“iya”
Istri 4 : “sudahlah percayalah padaku itu tidak akan terjadi”

Babak 3
Putri raja dari istri pertamanya bernama Putri Kandita, ia sudah
beranjak remaja, sang ibu istri pertama raja meninggal ketika
melahirkan Putri Kadita.

Putri Kadita : “ayahanda adakah ayahanda kecewa dengan keberadaan


saya”
Raja : “kenapa engkau bertanya demikian anakku?”
Putri Kadita : “ayahanda tentu saja menginkan keturunan laki-laki, bukan
perempuan seperti saya”
Raja : “jangan bicara seperti itu, apapun keturunan yang saya dapatkan
saya akan menerimannya dengan suka cita”
Putri Kadita : “lalu bagaimana dengan pewaris tahta ayahanda kelak”
Raja : “sudah, jangan kau pikirkan masih ada banyak waktu untuk
memikirkan itu, istri kedua juga sedang hamil saya harus juga
menjaganya, jangan khawatir anakku, ayah tidak akan membeda-
bedakan siapa keturunanku, ayaha akan berlaku seadil-adilnya” Putri
Kadita : “terima kasih ayahanda, saya ingin meminta izin ayahanda”
Raja : “izin apa itu anakku”
Putri Kadita : “saya ingin berjalan-jalan keluar istana ayahanda, saya
ingin merasakan kehidupan rakyat diluar saja”
Raja : “itu berbahaya anakku”
Putri Kadita : “ayahanda boleh memerintah pengawal untuk
mengawasi saya, tapi saya ingin diawasi dari jauh saja, saya ingin
bergumul dengan rakyat ayahanda”
Raja : “baiklah jika itu keinginanmu, tapi kamu harus berjanji untuk
menjaga diri, dan jangan membahayakan dirimu sendiri, jika ada yang
mencurigakan disekitarmu kamu harus segera memanggil pengawal”
Putri Kadita : “baik ayahanda, segera laksanakan” (dengan berlagak
gaya patih saat hormat)
Raja : “kamu ini bisa saja”
Putri Kadita : “saya pergi dulu ya ayahanda” Raja :
“iya”
(dilain sisi sudah 9 bulan usia kandungan istri 2 dan dia bingung
dengan sendirinya)
Istri 2 : (berbicara kepada diri sendiri) “apa yang harus saya perbuat
agar Dewi Kadita bisa diusir dari istana ini, dan nantinya
keturunankulah yang akan menjadi satu-satunya pewaris kerajaan, apa
ya yang harus aku lakukan??” (mondar-mandir) Raja : “istriku dimana
kamu?” (raja memasuki panggung)
Istri 2 : “aduuhh,,, raja,, aduuuhh,,” Raja :
“ada apakah istriku”
Istri 2 : “sepertinya saya mau melahirkan raja” Raja :
“pengawaaaaal... “
Pengawal : “ada paduka”
Raja : “segera panggilkan tabib” Pengawal
: “baik paduka”
(hari itu juga istri 2 melahirkan bayi laki-laki, betapa bahagianya
raja)
Raja : “terima kasih istriku kau telah memberiku keturunan laki- laki”
Istri 2 : “lalu bagaiman dengan Dewi Kadita paduka” Raja :
“kenapa? Apakah ada yang salah dengan dia” Istri 2 : “tidak
ada paduka”
Raja : “saya akan menjaga keturunanku dengan baik dan akan berlaku
seadiladilnya”
Istri 2 : “iya paduka” (istri 2 tetap saja tidak tenang dengan
keberadaan Dewi Kadita, ia berpikir akan lebih baik jika Dewi
Kadita diusir dari istana agar kelak anaknyalah satu-satunya
pewaris dari kerajaan)

Malam itu istri 2 tengah menjalankan siasat buruknya untuk


mengeluarkan Dewi Kadita dari istana, ia telah memerintahkan
seorang dukun untuk mengubah kecantikan Dewi Kadita menjadi
seorang yang sangat buruk rupa dengan penyakit kulit disekujur
tubunya.
Raja : “anakku ada apa dengan tubuhmu?
Putri Kadita : “tidak tahu paduka, ketika bangun tidur tubuhku menjadi
seperti ini”
Istri 2 : “paduka janga menyentuhnya”
Raja : “tapi dia anakku”
Istri 3 : “belum pernah ada kejadian seperti ini di dalam istana, semenjak
istri pertama paduka meninggal”
Raja : “apa yang harus saya lakukan”
Istri 4 : “kita perlu memanggil tabib paduka”
Istri 2 : “kalau kau memanggil tabib maka kewibaan paduka akan
tercoreng”
Istri 3 : “kenap bisa seperti itu”
Istri 2 : “rakyat akan bertanya-tanya bagaimana bisa anak seorang raja
menderita penyakit yang sangat menjijikkan, mereka akan meragukan
kewibaan raja” (raja bertambah bingung)
Raja : “lalu apa yang harus saya lakukan”
Istri 2 : “demi kebaikan kita semua paduka, demi rakyat dan seluruh
penghuni kerajaan ini, akan lebih baik jika Dewi Kadita diusir keluar
istana”
Raja : “jangan”
Istri 2 : “apakah paduka tidak memikirkan nasib rakyat, nasib semua
penguhuni kerajaan, sebentar lagi penyakit itu akan cepat menular dan
berita tentang penyakit itu juga akan tersebar, apakah paduka tidak
memikirkan nasib rakyat paduka?”
Raja : “apakah harus seperti itu istriku”
Istri 2 : “iya! dengan mengusir Dewi Kadita maka paduka akan aman”
Putri Kadita : “ayahanda bantu anakmu ini”
(raja semakin bingung)
Istri 3 : “mungkin untuk sementara apa yang disampaikan istri
kedua benar paduka, paduka bisa mengasingkan Dewi Kadita untuk
sementara sampai penyakitnya hilang”
Istri 2 : “penyakit seperti itu tidak akan bisa hilang”
Istri 4 : “kenapa kamu berbicara seperti itu”
Istri 2 : “tidak apa-apa itu hanya perkiraanku saja”
(maka diusirlah Dewi Kadita keluar istana)

Setelah bayi pertama lahir dari istri 2 raja, istri 2 melahirkan lagi
tapi kali ini melahirkan seorang perempuan. Sudah lama Putri
Kandita diusir dari istana, raja sudah mulai lupa dengan Dewi
Kadita dan dia sibuk dengan mengajar anak laki-lakinya yang
akan menjadi pewarisnya.Terdengar desas-desus bahwa Dewi
Kadita putus asa dengan hidupnya karena sang raja sudah tak
menghiraukannya dan penyakit yang dideritanya tak kunjung
hilang, Dewi Kadita pergi kesebuah tebing ia menangis sejadi-
jadinya disana tiba-tiba datang seorang dewa
Babak 4 Terjadi hanya siluet (dibelakang kain putih)
Dewa : “hai anakku, aku mendengar rintihanmu, jika kau benar- benar
menginginkan penyakit itu hilang darimu aku bisa melakukannya
dengan mudah asal kau mau menjadi penguasa daerah di bawah tebing
ini, LAUT SELATAN, apakah kau bersedia)
(Dewi Kadita yang sudah putus asa dengan hidupnya menerima
saja)
Dewa : “baiklah, terjunlah kau dari tebing ini ke laut itu kau akan
mendapat segala yang aku inginkan disana”
Dewi Kadita : “aaaa,,,,,” (terjun ke laut). (bayangan disiluet
berlahan mengecul dan muncul bayangan lagi sesosok ratu
dengan dayang-dayangnya)
Jadilah Dewi Kadita penguasa laut selatan dan berita ini
terdengar keseluruh rakyat kerajaan
dan sampai ditelinga istri 2 raja
Istri 2 : “apa yang harus saya lakukan, saya tidak akan membiarkankan
Dewi Kadita menang dengan dia menjadi ratu dikerajaan lain, saya tidak
akan terima, lalu apa yang harus saya lakukan”
Anak 2 istri 2 : “ibunda,, saya baru saja selesai belajar menenun dengan
saudarasaudara ibu istri 3,4, sekarang saya ingin bermain dengan
ibunda”
(melihat anak perempuannya istri 2 itu langsung mendapatkan ide
untuk mengalahkan Dewi Kadita agar ia memang benar-benar
terbuang dari kerajan manapun)
Istri 2 : “anak ku, aku ingin mengajakmu jalan-jalan”
Anak : “kemana bu, tapi sekarang kan sudah agak gelap ibunda” Istri
2 : “sudah tidak apa-apa, ayo ikut ibu”
Anak : “iya ibunda” (dengan wajah berseri-seri)
(istri 2 dan anaknya berada dibelakang kain putih dan menjadi
siluet)
Anak : “ibunda kenapa kita berdiri ditebing ini bu, saya takut ibunda”
Istri 2 : “jangan takut anak ku, kau mau jadi seorang ratu”
Anak : “ratu kerajaan ya bu, seperti ayahanda?”
Istri 2 : “iya anakku kerajaanmu terletak dibawah sana dilaut lepas yang
sangat luas”
Anak : “tapi aku tidak mau terjun bu, jurangnya dalam”
Istri 2 : “sudah terjunlah untukku, setelah itu aku yang akan
menggantikanmu sebagai ratu karena tentu saja karena kau masih kecil,
ayo terjun cepat”
(istri 2 mendorong anaknya kelaut)
Anak : “ibuuuuuuu,,,,,,”
Tidak terjadi apa-apa, sang ibu pulang untuk menunggu kabar
bahwa penguasa laut selatan sudah berganti dan ia akan segera
menyusul anak perempuannya. Keesokan harinya ketika sang
raja tengah bercengkrama dengan istri 2,3,4 ada seorang
pengawal membawa jasat seseorang.
Raja : “kenapa lancang sekali kamu masuk tanpa seizinku” Pengawal :
“maaf raja, hamba hanya ingin mengembalikan apa yang tengah
hilangdari paduka”
Pengawal itu meletakkan jasat anak perempuan istri 2 dihadapan
raja
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai