Anda di halaman 1dari 7

NAMA : INDRIANI SHATYA ANDARA

KELAS : X MIA 5

TUGAS : BIOLOGI
Pengertian Daur Biogeokimia

Daur biogeokimia atau daur organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
berasal dari komponen abiotik menuju ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik. Medium penyaluran terdiri dari organisme yang dibantu oleh reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik. Beberapa jenis daur biogeokimia antara lain daur fosfor, daur air, daur
belerang, daur karbon, daur oksigen dan daur nitrogen.

Biogeokimia ialah suatu pertukaran atau terjadinya perubahan yang berlangsung terus menerus
antara komponen abiotik dengan komponen biotik.

Fungsi daur biogeokimia

Fungsi dari daur biogeokimia yaitu untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi, sebab materi
hasil dari daur biogeokimia ini dapat digunakan oleh semua komponen yang ada di bumi baik
biotik maupun abiotik.

Macam-macam daur biogeokimia:

1. Daur fosfor

Fosfor merupakan salah satu jenis elemen yang penting dalam kehidupan, sebab semua makhluk
hidup membutuhkan fosfor yang berbentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), yang berguna untuk
sumber energi metabolisme pada sel. Fosfor berbentuk ion yaitu ion fosfat atau (PO43-), ion ini
terdapat dalam bebatuan. Akibat dari terjadinya erosi dan pelapukan kemungkinan fosfat akan
terbawa ke arah sungai bahkan sampai ke laut dan membentuk sedimen. Sedimen yang
mengandung fosfat bisa naik ke atas permukaan disebabkan terjadinya geseran gerak dasar bumi.
Tumbuhan mengambil fosfat yang masih berbentuk larutan yang berada di dalam tanah.

Sumber fosfor yang terdapat di bumi yaitu dari bebatuan, tanaman, tanah dan bahan organik.
Daur fosfor yang berupa hasil pelapukan bebatuan dinamakan input, sedangkan outputnya yaitu
berupa fiksasi mineral dan pelindikan yang dapat dihasilkan oleh output fosfor.

Fosfor dibagi menjadi dua senyawa yaitu fosfat organik antara lain tumbuhan dan hewan, dan
senyawa fosfat anorganik yaitu air dan tanah.
Tahapan Siklus Fosfor:

1. Fosfor berasal dari batuan litosfer yang mencakup gumpalan mineral lainnya.
2. Hujan dan pelapukan menyebabkan batuan mengalami erosi dan melepaskan ion fosfat dan
mineral lainnya. Fosfat anorganik ini kemudian terdistribusi di tanah dan air.
3. Tanaman mengambil fosfat anorganik dari tanah. Tanaman kemudian dapat dikonsumsi oleh
hewan. Proses ini disebut tahap asimilasi.
4. Begitu berada di tumbuhan, hewan, atau organisme lainnya fosfat dimasukkan ke dalam
molekul organik seperti DNA.
5. Lalu, terjadi proses dekomposisi yaitu ketika tanaman atau hewan mati, itu membusuk, dan
fosfat organik dikembalikan ke tanah.
6. Di dalam tanah, bentuk organik fosfat dapat tersedia bagi tanaman oleh bakteri yang memecah
bahan organik menjadi bentuk anorganik fosfor. Proses ini dikenal sebagai mineralisasi.
7. Fosfor dalam tanah dapat berakhir di saluran air dan akhirnya lautan dan terjadilah proses
sedimentasi dari waktu ke waktu.
8. Tanah dan air akan berakhir di sedimen dan batuan, yang kembali akan melepaskan fosfor
melalui pelapukan. Dengan demikian, siklus fosfor dimulai lagi.

2. Daur air
Daur air ialah sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air yang di bumi di mana air mampu
berpindah-pindah dari daratan, lalu ke udara lalu ke daratan lagi, dan air pun mampu tersimpan
di dasar permukaan dengan 3 fase yaitu cair yang berbentuk air, padat yang berbentuk es, dan
gas yang berbentuk udara.

Uap air terdapat di atmosfer, uap air berasal dari air laut dan air daratan yang menguap karena
akibat terkenanya panas yang berasal dari matahari. Namun pada umumnya uap air yang ada di
atmosfer hanya terdapat di uapan air laut, sebab luas laut mencapai ¾ luas permukaan bumi.
Terkondensasinya uap air di atmosfer akan mengubah menjadi awan, yang akhirnya awan-awan
tersebut akan berubah menjadi hujan, air hujan yang telah turun di muka bumi akan masuk
kedalam tanah, dan pada akhirnya air tanah ini akan terbentuk menjadi air tanah dan air tanah di
permukaan.

Air yang ada di dalam tanah akan diserap oleh tumbuhan melalui pembuluh yang ada dalam
tubuh, lalu transpirasi uap air akan dilepaskan oleh tanaman atau tumbuhan ke atas atmosfer.
Transpirasi penguapan dalam ekosistem darat bisa mencapai 90% yang dilakukan oleh
tumbuhan.

Air tanah yang ada di permukaan bumi mengalir ke arah sungai, lalu bermuara ke laut dan ke
danau. Daur ulang yang terjadi ini disebut dengan siklus panjang namun siklus ini berawal dari
terjadinya proses evapotranspirasi dan transpirasi pada air yang dikuti oleh presipitasi atau proses
terjadinya air yang turun ke muka bumi disebut siklus pendek.

Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan penting dalam siklus
hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong siklus air, memanaskan air dalam
samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air menguap sebagai uap air ke udara. 90% air yang
menguap berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap air.
Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman dan menguap dari tanah
yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.

Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik sampai ke
atmosfer. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin rendah. Nantinya suhu
dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi awan. Untuk kasus tertentu, uap
air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut.

Arus udara (angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi
terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai
presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi
sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju
padat) dapat mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt
(salju yang mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah
sebagai hujan, di mana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan.
3. Daur sulfur/belerang

Sulfur hanya ada dalam sulfur anorganik, sulfur akan direduksi menjdi sulfida oleh bakteri yang
berbentuk sulfur dioksida atau berbentuk hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida mampu
memusnahkan mahluk hidup yang berada di perairan yang akhirnya akan menghasilkan bahan
organik yang telah mati akibat pengurai. Tumbuhan pun dapat menyerap sulfur yang berbentuk
sulfat (SO42-).

Bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang atau sulfur yaitu Desulfibrio dan
Desulfomaculum berperan untuk mereduksi sulfat menjadi sulfida yang berbentuk (H2S) atau
hidrogen sulfida, sulfida bermanfaat untuk bakteri fotoautotrof anaerob seperti halnya
Chromatium yang melepaskan sulfur serta oksigen.

Proses terjadinya sulfur:

Sulfur terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan bakar fosil batu bara atau terjadi
akibat adanya aktivitas gunung berapi, lalu asapnya itu akan naik ke atmosfer, atau udara sulfur
oksida itu akan berada di awan yang menjadi hidrolidid air membentuk H2SO4, awan akan
mengalami kondensasi yang akhirnya menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan asam.

Air hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat peting
untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO42-), sulfat ini yang mampu
berpindah dari bumi atau alam ke tubuh tumbuhan melalui penyerapan sulfat oleh akar. Sulfur
akan direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan berbentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida.

4. Daur karbon

Siklus karbon adalah suatu aliran karbon yang melewati semua bagian di dalam sistem planet
bumi baik berupa tumbuhan, hewan, hingga manusia dan proses terjadinya secara alami. Siklus
karbon juga dapat dikatakan sebagai siklus biogeokimia dan terjadi pertukaran karbon pada
biosfer, hidrosfer, geosfer, hingga atmosfer bumi. Selain itu, siklus karbon merupakan suatu
siklus penyimpanan dan juga perpindahan unsur karbon yang terjadi di antara udara, makhluk
hidup, tanah, dan air.

Siklus karbon dapat bermula dari unsur karbon di udara dalam bentuk karbondioksida yang
diserap oleh tumbuhan. Dalam proses fotosintesis, tumbuhan mengubah karbondioksida bersama
air menjadi karbohidrat (glukosa). Dalam proses selanjutnya, baik pada produsen maupun
konsumen, glukosa dibentuk menjadi persenyawaan lain. Pada akhirnya, karbondioksida akan
dilepas oleh konsumen ke udara pada waktu bernapas. Produsen dan konsumen yang telah mati
juga akan diurai oleh bakteri pengurai, sehingga dihasilkan karbondioksida yang juga
dikembalikan ke udara. Siklus karbon tidak hanya terjadi pada jaringan kehidupan di daratan,
tetapi juga terjadi di perairan. Di laut, fotosintesis terjadi di area yang tertembus sinar matahari.
Sebagian besar karbon ditemukan pada kerang dan binatang berkulit keras lainnya dalam bentuk
kalsium karbonat (CaCO³). Baca juga: Daftar Gugus Fungsi Senyawa Karbon Pada saat
organisme tersebut mati, kulitnya terbenam dalam lumpur dan pasir sehingga terpencil dari
kegiatan-kegiatan biologis. Melalui waktu yang panjang, beberapa deposit karbon tersebut
menjadi bagian dari terumbu karang atau batuan berkapur, sementara yang lainnya menjadi
bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil yang digunakan selanjutnya akan melepas karbon kembali
ke udara, dan siklus pun dimulai lagi.

5. Daur nitrogen

Siklus nitrogen adalah proses perubahan senyawa yang mengandung unsur nitrogen, kemudian
berubah menjadi bentuk kimiawi lain. Perubahan tersebut dapat terjadi secara biologis maupun
non-biologis. Siklus nitrogen sangat dibutuhkan dalam ekologi, karena jumlah ketersediaan
nitrogennya berpengaruh terhadap tingkat ekosistem, termasuk produksi primer dan
dekomposisi. Siklus nitrogen bisa tergantung pada aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan
bakar fosil, penggunaan pupuk nitrogen buatan, serta pelepasan nitrogen ke air limbah.
Proses terjadinya siklus nitrogen :

Siklus nitrogen meliputi sejumlah proses perubahan. Nitrogen yang berbentuk gas akan
mengalami fiksasi, yaitu diubah menjadi amonia dan nitrat. Proses fiksasi dilakukan oleh bakteri
dalam tanah dan bintil akar jenis tumbuhan tertentu, misalnya kacang-kacangan. Nitrat
selanjutnya diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Hewan memakan tumbuhan, dan menggunakan
sebagian senyawa nitrogen yang kompleks tersebut. Jika hewan mengeluarkan kotoran atau mati,
nitrogen yang terkandung dalam kotoran atau bangkainya diubah menjadi nitrit oleh bakteri
Nitrosomonas. Pegubahan itu dilakukan lewat proses bernama nitrifikasi, kemudian bakteri
Nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat. Air hujan melepaskan sebagian nitrat ini ke dalam
tanah sehingga dapat diserap oleh tumbuhan.

Sebagian lainnya dilepas ke atmosfer sebagai gas nitrogen oleh bakteri, dan beberapa jenis jamur
lewat proses denitrifikasi. Kilat dan halilintar akan mengubah gas nitrogen dalam atmosfer
menjadi nitrogen dioksida yang larut dalam air. Kemudian hujan akan menurunkan senyawa ini
ke Bumi sebagai asam nitrit lemah. Sebagian besar nitrogen yang penting bagi kehidupan
dihasilkan oleh bakteri pembuat nitrogen, yaitu bakteri Rhizobium yang hidup dalam tumbuhan
jenis Leguminosa, seperti kacang polong, kacang buncis, dan semanggi. Zat kimia dalam akar
tumbuhan leguminosa mendorong pembiakan bakteri ini. Lalu membentuk nodul atau bintil akar.
Bintil ini menyediakan nitrat yang dibutuhkan tanaman. Selain itu, juga ada bakteri dalam tanah
yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp yang bersifat aerob, dan
Clostridium sp yang bersifat anaerob. Adapun, ganggang Nostoc sp dan Anabaena sp juga
mampu mengikat nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai