Anda di halaman 1dari 30

HOUSE KEEPPING & CONTAMINATION CONTROL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Safety, Health, and Environment

Oleh:
Kelompok 5

PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2023
DATA DIRI ANGGOTA KELOMPOK 5

Halif Wirasanjaya Manggala Ryan Yuda Perdana Kevin Palimbong Rachmat Hidayat
236104002 236101037 236101004 236102024

Tristanto Gallungan Arya Reza Pangestu Afriza ikhsan azhari Panky Guntur Triadji
236101029 236101045 236102009 236101013

Christian serang pairunan Muhammad Akbar Rofi’i Alfa Adi Nugroho Davva Moreno Ananda Aguino
236101053 236101062 236102001 236102055

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah Safety, Health, and Environment yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Samarinda, 20 Agustus 2023

Kelompok 5

3
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
DATA DIRI ANGGOTA KELOMPOK………………………………... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iv
BAB I: HOUSE KEEPING
1.1 Pengertian House Keeping …………………………………..…………. 1
1.2 Tujuan House Keeping …………………………………………………
1.4 Area Kerja……...…………………………………………………..........
1.5 Material dan Penyimpanan………………………………………………
BAB II: CONTAMINATION CONTROL
2.1 Pengertian Contamination Control………………....................................
2.2 Latar Belakang Contamination Control
2.2.1 Costumer…………………….……………….……………………...
2.2.2 Trend Industri……………………………….……………………….
2.2.3 Fluida………………………………………………………………..
2.3 Jenis-Jenis Contaminant…………...……..………………………….......
2.4 Layout Tempat Perbaikan ……………………………………….……...
2.5 Proses Pembuatan dan Perbaikan………………………………………..
2.6 Oli Baru………………………………………………………………….
2.7 Kondisi daerah Beroprasi………………………………………………..
2.8 Proses Maintenance dan Servise………………………………………...
2.9 Dampak Contaminant…………………………………………………...
2.10 Pengukur Contaminant……………………………………………....
2.11 Proses Pengimplementasian Contaminant Control………………….
2.12 Contoh Form Contamination Control dan Job Safety Analysis……..

4
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Refrensi dan Pembagian Tugas………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

5
BAB I
House Keeping

1.1 Pengertian House Keeping


Housekeeping berasal dari kata house yang berarti rumah atau tempat tinggal dan
keeping (to keep) yang berarti memelihara, merawat atau mengatur adalah pengertian
secara etimologi kata. Maka, bisa diartikan housekeeping adalah pemeliharaan dan
perawatan tempat tinggal meliputi semua perabot yang ada. Dalam bahasa Indonesia,
housekeeping bisa dikaitkan dengan manajemen tata graha.

1.2 Tujuan House Keeping


1.Menciptakan area yang bersih, sehat, dan rapi.
2.Mengurangi resiko kecelakaan kerja akibat perabot yang berantakan seperti
tersandung, terpeleset, terbentur dan jatuh.
3.Memaksimalkan fungsi ruangan.
4.Aliran material jelas dan terkontrol.
5.Pengendalian material dan alat lebih mudah.
6.Efisiensi dalam perawatan serta pemeliharaan peralatan kerja.
7.Produktivitas lebih tinggi.
8.Kinerja pekerja membaik.
9.Keuntungan nilai komersial meningkat.
10.Menaikkan citra perusahaan (company image).

1.3 Area Kerja


1.Akses pergerakan yang aman untuk semua pekerja.
2.Lantai aman dari cairan atau material yang bisa membuat lantai licin. Apabila
lokasi basah, perhatikan berapa kali dibersihkan dalam satu waktu tertentu.
3.Kebersihan jalan akses untuk material dan pekerja.

6
4.Menyediakan tempat untuk sisa bongkaran dari lokasi proyek dan
membersihkan dari area proyek.

1.4 Material dan Penyimpanan


1.Barang pertama masuk adalah yang pertama digunakan.
2.Menyediakan tempat untuk material siap pakai dan yang tidak digunakan.
3.Gudang material rutin dibersihkan.
4.Material ringan yang mudah tertiup angin disimpan pada tempat tertutup dan aman.
5.Menempatkan material sesuai jenis material seperti cairan, padat atau gas

Penerapan housekeeping akan terlaksana dengan maksimal apabila pekerja


memiliki kesadaran yang tinggi. Mandor sebagai safety inspector harus
menyelenggarakan toolbox meeting secara rutin untuk mensosialisasikan poin-poin
penting housekeeping kepada para pekerja. Menerapkan sistem housekeeping di lokasi
proyek konstruksi diharapkan mampu menciptakan area kerja yang nyaman dan aman
untuk semua.
Manajemen konstruksi menyediakan prosedur kerja dan sosialisasi kepada pekerja.
Pastikan seluruh pekerja memahami arus pergerakan material secara sistematis juga
tata letak area kerja. Menyediakan alat pelindung diri (APD) dan memasang rambu yang
berkaitan dengan K3 yah, Sababat Warunk3. Setelah sistem housekeeping terlaksana,
lakukan inspeksi dan evaluasi secara berkala agar sistem bekerja lebih baik.

7
BAB II
CONTAMINATION CONTROL

Bagian ini membahas tentang tema-tema penting yang terkait dengan tema
utama, rumusan masalah, dan tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada BAB I
Pendahuluan. Paparan tema harus disusun secara sistematis berdasarkan urutan yang
disebutkan pada penulisan rumusan masalah dan tujuan penulisan. Dalam
pembahasan, mahasiswa WAJIB menyisipkan kutipan dari referensi yang telah
direkomendasikan oleh dosen pengampu mata kuliah. Kutipan ini harus muncul
dalam daftar pustaka, dan sebaliknya.
Panjang pembahasan tidak dibatasi. Pembahasan dan seluruh isi BAB II
diketik dengan format margin 4 cm (kiri), 4 cm (atas), 3 cm (kanan), dan 3 cm
(bawah). font yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12 pt. dengan spasi
ukuran 1.5. Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada dalam BAB II Pembahasan
wajib diketik cetak tebal (bold).

2.1 Pengertian Contamination Control


Contaminant merupakan berbagai macam material asing didalam sistem yang
bukan merupakan bagian dari sistem tersebut yang dapat mengakibatkan keuasan dini
bahkan kerusakan.
Contamination control merupakan program pengontrolan masuknya contaminant
ke sistem yang harus dimengerti, disadari dan diterapkan oleh dealer, factory dan customer
untuk menjaga agar produk Unit mempunyai ketangguhan dan dapat menghasilkan nilai
tambah dan keuntungan sebesar-besarnya bagi pengguna.

2.2 Latar Belakang Contamination Control


Program contamination control ada karena dilatarbelakangi oleh berbagai aspek,
diantaranya:

8
1. Costumer
Adanya contamination control diawali dari keinginan caterpillar untuk
memenuhi kebutuhan costumer. Pada umumnya costumer membutuhkan
power machine lebih besar, daya yang diaplikasikan untuk kerja lebih tinggi
dan waktu siklus (cycle time) lebih cepat. Costumer mengharapkan sesuatu
yang lebih dari peralatan Caterpillar. Sesuai dengan kenaikan cost dan bisnis
yang lebih kompetitif, peralatan Caterpillar harus memberikan performa yang
bagus agar dapat seproduktif mungkin.
2. Trend Industri
Karena tuntutan Costumer, Caterpillar sebagai produsen mulai menggunakan
system machine yang lebih canggih, termasuk elektro hidrolik, sistem
bertekanan tinggi, dan clearance yang lebih rapat. Sistem machine yang
canggih ini memungkinkan Caterpillar untuk membuat machine yang lebih
produktif dan lebih handal.
3. Fluida lebih sensitif terhadap contaminant
Penggunaan sistem yang canggih seperti elektro hidrolik, clearence yang
rapat, dan presurre yang tinggi menyebabkan fluida dan komponen lainnya
lebih sensitif terhadap contaminant. Umur fluida dan komponen akan lebih
pendek jika contaminant masuk ke dalam sistem. Karena presurre yang
dibutuhkan tinggi maka diperlukan filter yang baik untuk menyaring
contaminant.

2.3 Jenis-Jenis Contaminant


Contoh jenis-jenis contaminant salah satunya adalah panas, air, udara, kotoran,
partikel bekas proses pengelasan, cat, gemuk (grase), serpihan atau lembaran plastic,
partikel akibat keasusan logam, debu rokok, judo, material yang timbul dari oksidasi oli,
kimiawi, dsb.
yang masih bisa dilihat oleh mata yaitu sekitar 40 mikron misalnya weld splatter
(sisa pengelasan), shot blast (sisa penyemprotan sand blasting), paint chip (cat yang

9
mengelupas), machine chip (sisa permesinan), dust on TV (debu) dan jenis contaminant
yang tidak bisa dilihat oleh mata yaitu dibawah 40 mikron misalnya logam yang aus, silica,
serbuk batu, serbuk batu bara, debu. Clearance dari komponen-komponen alat-alat berat
Caterpillar berkisar antara 2-30 micron. Clearance ini begitu kecil apabila dibandingkan
dengan ukuran rambut manusia yang berukuran 80 mikron dan clearance sebesar ini
cendrung tidak terlihat karena kemampuan mata manusia untuk melihat hanya terbatas
hingga 40 mikron. Satu mikron sama dengan sepersejuta meter.

2.4 Layout Tempat Perbaikan


Layout tempat perawatan dan perbaikan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
masuknya contaminant kedalam sistem.

2.5 Proses Pembuatan dan Perbaikan


Proses pembuatan komponen dan perakitan merupakan salah satu sumber
masuknya contaminant kedalam sistem. Untuk mengetahui tingkat kebocoran setelah
proses perakitan, factory biasanya menambahkan semacam zat pewarna pada oli atau fluida
lainnya sehinga apabila unit telah dikirim ke customer perlu dilakukan penggantian oli awal

10
(initial oil change) yang biasanya berkisar antara 50 hingga 250 jam tergantung dari petunjuk
masing-masing Operation & Maintenance Manual masing-masing unit.

2.6 Oli Bar


Oli baru, tidak dapat dianggap sudah sangat bersih karena contaminant dapat
masuk selama proses produksi atau penyimpanan. Pada gambar dibawah terlihat oli baru
dengan kotoran yang menempel disekeliling drum disertai dengan pompa tangan yang tidak
dilengkapi dengan filter yang dapat menyaring contaminant yang terdapat di dalam oli.
Kondisi seperti ini sangat memudahkan masuknya contaminant kedalam sistem dan akan
mempercepat proses keausan komponen

11
2.7. Kondisi Daerah Beroperasi

Kondisi daerah operasi yang tidak bisa dihindari selalu berhubungan dengan kotoran dan
debu memungkinkan masuknya contaminant kedalam sistem. Oleh sebab itu sangat penting
dilakukan pengecekan kebocoran baik itu oli, udara atau air.

•Cylinder wiper seal Terletak pada cylinder hidrolik, akan menjadi sumber
contaminant jika terdapat kebocoran.
•Reservoir vent port Lubang pernapasan pada tangki jika tidak tertutup,
contaminant akan masuk kedalam sistem.
•Kualitas maintenance yang buruk Prosedur perawatan yang salah akan menjadi
sumber contaminant bagi sistem.

2.8 Proses Maintenance dan Servise


Proses maintenance dan service yang mengabaikan faktor kebersihan dan dilakukan
ditempat yang tidak sesuai dapat menimbulkan masuknya contaminant kedalam system.
Contaminant dapat timbul di dalam sistem itu sendiri karena adanya gesekan dari
komponen yang bergerak saat mesin beroperasi.

12
2.9 Dampak Contaminant
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila mengabaikan proses contamination control adalah
sebagai berikut:
1. Pendeknya umur komponen dan fluida (semakin cepatnya masa penggantian oli).
2. Menurunkan produktivitas alat, contohnya operasi yang tidak handal, perfoma
yang lambat.
3. Dapat menimbulkan kerusakan yang parah sehingga downtime dan biaya
perbaikan tinggi, contohnya erratic steering dan cylinder drift.
4. Meningkatnya biaya warranty.
5. Meningkatnya redo job.
6. Terjadinya problem yang berulang ulang dan meningkatkan jumlah kerusakan .
7. Menurunkan kepercayaan costumer yang akan berdampak hilangnya prospek
penjualan.

Tidak hanya Caterpillar saja yang berhati-hati terhadap contaminant tetapi ada banyak
perusahaan yang juga peduli. Perusahaan Timken Bearing Company pernah

13
melakukan riset terhadap umur pakai bearing. Dari hasil riset umur pakai dari bearing yang
seharusnya 12.000 jam menjadi 8000 jam setelah bearing dimasuki contaminant sebesar 20
– 30 mikron.

2.10 Pengukur Contaminant


Standar Caterpillar dalam pengukuran tingkat contaminant pada suatu sistem dilakukan
dengan dua metode yaitu:
1. Analisis spektrografi Proses ini adalah proses pengukuran jumlah partikel pada
sampel oli menggunakan peralatan pada lab SOS yang dapat mengukur partikel
minimal sebesar 10-15 micron. PENGENDALIAN KONTAMINASI Alat ini
mengidentifikasi jenis-jenis partikel yang terkandung dalam fluida seperti metal atau
logam campuran.
2. Partikel counter Metode ini adalah pengukuran partikel dengan menggunakan
Pamas S2 Particle Analyzer sebesar 1-200 micron. Pengukuran tingkat contaminant
yang dilakukan mengacu pada standar internasional ISO 4406 dengan 28 tingkat
pengkodean. Standar kode ISO yang dipaka berupa nilai tertentu seperti 17/13
16/13 dan lain sebagainya. Maksud dari pengkodean ini dijabarkan dengan
mengasumsikan nitai pertama pada kode dengan huruf X dan nulai kedua dengan
huruf Y sehingga nilai baku pengkodean ini adalah X/Y dimana:
a. X adalah jumlah partikel yang lebih besar dari 6 micron
b. Yadalah jumlah partikel yang lebih besar dari 14 micron. b. Y adalah jumlah
partikel yang lebih besar dari 14 micron.

14
Dari tabel diatas terlihat bahwa jika standar ISO code adalah 16/13 maka jumlah partikel
yang lebih besar dari 6 micron berjumlah 320-640 partikel/mL dan jumlah partikel yang
lebih besar dari 14 mikron adalah 40-80 partikel/ml. Standar minimal jumlah partikel pada
sistem yang diperbolehkan Caterpillar adalah: • Sistem Hidraulik (Implement & Kemudi) •
Kendaraan Dengan Transmisi Elektronik.. Kendaraan Dengan Transmisi Mekanis Oli yang
akan disikan ke sistem......... ISO 18/15 ISO 18/15 ISO 21/17 ISO 16/13

Setengah sendok teh debu yang menceman 55 gallon oli sudah mencapai batas maksimal
contaminant yang diperbolehkan untuk alat-alat berat Caterpillar. Dari ilustrasi diatas
terlihat Jelas betapa pentingnya kesadaran kita untuk menjaga supaya contaminant jangan
sampai mencemari sistem.
15
2.11 Proses Pengimplementasian Contaminant Control
Proses pengimplementa sian contamination control dlakukan pada berbagai hal seperti:
1. Pengelolaan fasilitas kerja (House Keeping) Pengelolaan lingkungan kerja
dilakukan dengan:
a. Menjaga daerah kerja selalu bersih dan tertata rapi sebelum, selama
proses setelah melakukan pekerjaan.
b. Membersihkan lantai setiap hari. Dan
c. Menjaga lantai tetap bebas dari kotoran, tumpahantumpahan oli dan
fluida lainnya dengan melakukan pembersihan secepat mungkin.
d. Menjaga tempat penyimpanan komponen dan meja kerja dari kotoran
dan debu. e. Hindari menggunakan lantai dalam menyimpan barang.

Kondisi pengelolaan tempat kerja seperti pada gambar di atas tidak direkomendasikan
karena komponen berserakan, serta tempat penyimpanan sementara dan meja kerja tidak
sesuai standar.

16
Gambar diatas merupakan kondisi yang direkomendasikan dimana penempatan komponen
dan pengelolan ruang kerja terlihat teratur. Pengisian, pemindahan dan penyimpanan oli
Proses pengisian, pemindahan dan penyimpanan oli harus mengikuti prosedur.

3. Penggantian Filter

Filter pada umumnya diganti setiap 250-500 jam (berdasarkan rekomendasi OM&M). juga
dapat diganti dengan memeriksa sampel oli apakah perlu penggantian filter lebih dini.

17
Filter harus dalam keadaan terbungkus hingga pada saat pemasangan dilakukan. Caterpillar
TIDAK merekomendasikan mengisi filter baru dengan fluida pada saat pemasangan, karena
hal ini akan menyebabkan masuknya contaminant ke dalam sistem. Gantilah seluruh elemen
filter dalam keadaan kering termasuk pada fuel filter.

Pada saat penggantian filter, Caterpillar menganjurkan untuk menggunakan high efficiency
filter untuk mencegah contaminant masuk ke dalam sistem. Filter ini dapat digunakan lebih
dari 250 jam dibandingkan dengan menggunakan standar filter. Periksalah filter yang sudah
digunakan, dengan memotong house dari filter tersebut untuk mengetahui kandungan
partikel dalam filter. Filter dipotong dengan menggunakan Filter Cutting Tool (4C-5084)

4. Penanganan dan penyimpanan komponen Penanganan dan penyimpanan komponen


harus dilakukan sebaik mungkin untuk menjaga komponen dari contaminant dan karat.

a. Komponen baru harus tetap terbungkus dan tersimpan di dalam cabinet secara teratur
sesuai dengan part number-nya dan komponen lama yang akan dipakai ulang setelah
dibersihkan diberi cairan anti karat dan dibungkus dengan plastik khusus sebelum siap
dipasang.

18
b. Komponen yang dikembalikan ke part departement harus terbungkus dengan rapi
kembali.

c. Proses penyimpanan harus bersih, baik itu tempat penyimpanan dan media
penyimpannya.

19
5. Perbaikan dan perakitan komponen Prosedur dalam melakukan perbaikan dan perakitan
komponen adalah sebagai berikut:

a Gunakan 4C8765 absorbent pad untuk menyerap tumpahan oli, bukan serbuk gergaji.
Lakukan penggantian absorbent pad jika seluruh permukaan telah penuh menyerap oli.
b. Pertahankan kebersihan selama proses pekerjaan berlangsung. c. Gunakan sikat berputar
untuk membersihkan cylinder lineryang telah di-honing.
d. Tempat melakukan proses welding, disassembly dan assembly harus terpisah satu sama
lain.
e Mesin glass bead dan gerinda tidak boleh berada di assembly area.
f. Jangan melakukan pembersihan komponen di assembly area. g. Jaga bagian dalam fuel
injection pump tetap tertutup.

6. Kepedulian terhadap proses maintenance dan operasi Kepedulian operator dan teknisi
terhadap contamination controlsangat diperlukan dalam menjalankan proses perawatan
dan pengoperasian sesuai dengan prosedur. Kepedulian tersebut dapat diwujudkan sebagai
berikut: Melakukan inspeksi harian sesuai dengan prosedur maintenance yang benar sama
lain
20
7. Field service Ruangan field service harus ditata sedemikian rupa untuk tetap
mempertahankan kebersihan ruangan sekitar dengan cara:

a Jaga komponen terbungkus Gambar 25 hingga siap untuk dipasang, gambar diatas
menunjukkan komponen berserakan memudahkan contaminant masuk.
b. Stock high effisiensi filter harus tersedia di mobil field service.
c. Yakinkan oli yang bersih diisikan ke lub truck.
d. Biasakan memotong filter dan memeriksa kondisinya setelah melakukan perawatan atau
perbaikan.

21
8. Particle Counter Particle counter merupakan metode perhitungan jumlah partikel yang
terkandung didalam di guna mendeteksi kebersihan oli dan membandingkan dengan hasil
analisa SOS di lab. Pemeriksaan kebersihan oli ini dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu:
a. Memeriksa kebersihan sistem setelah melakukan perbaikan dilapangan atau
setelah melakukan penambahan perlengkapan
b. Memeriksa kebersihan sistem sebelum serta setelah perawatan atau perbaikan
c. Memeriksa kebersihan sistem pada unit sebelum dan setelah digunakan

9. Schedule oli sampling (SOS) Schedule oil sampling merupakan suatu program yang dibuat
Caterpillar untuk membantu customer dalam mengetahui kerusakan alat secara dini dengan
mengambil sampel oli, coolant dan fuel guna mengurangi biaya perbaikan dan downtime.
Hal utama yang harus diperhatikan selama melakukan pengambilan sampel oli adalah:
a. Melakukan pengambilan oli yang representative untuk memudahkan proses
pemeriksaan material yang terdapat pada sistem akibat keausan dan material asing
yang masuk kedalam sistem.
b. Melakukan pengambilan sampel tepat waktu dan secara berkala sangat penting
untuk mengetahui problem secara dini dan mempertimbangkan waktu yang optimal
untuk melakukan perbaikan.
c. Menjaga masuknya contaminantselama proses pengambilan sampe

22
a. Metode sampling valve Metode sampling valve merupakan metode pengambilan sampel
oli dari sampling valve yang dipasang pada sistem yang bertekanan. Prosedur pengambilan
sampel oli menggunakan metode ini adalah:
- Menggunakan sampling bottle (169-8373), sampling probe & tubing (177-9343)
dan probe holder (162-8873).
- Selalu lakukan pengambilan sampel mulai dari sistem yang paling bersih terlebih
dahulu seperti hidrolik, transmisi dan engine serta lakukan pengambilan sampel.
- Menggunakan sampling bottle (169-8373), sampling probe & tubing (177-9343)
dan probe holder (162-8873).
- Selalu lakukan pengambilan sampel mulai dari sistem yang paling bersih terlebih
dahulu seperti hidrolik, transmisi dan engine serta lakukan pengambilan sampel.
sewaktu oli masih panas.
- Jangan menggunakan sampling probe yang sama untuk setiap jenis oli dan tubing
harus selalu baru untuk masing-masing pengambilan. Isi label botol SOS dengan
lengkap sebelum memulai pengambilan sampel.

Operasikan alat selama lima belas menit sehinga oli mengalir kesemua tempat pada sistem
dan turunkan RPM engine ke bw idle, buka dust cup sampling valve dan bersihkan
sekelilingnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang betul-betul mewakili
kondisi sebenamya. Tekan probe ke sampling valve dan tampung sekitar 100 ml oli ke
tempat oli bekas seperti gambar diatas, Apabia oli tidak keluar pada kondisi bw idle maka
dibutuhkan orang lain untuk menaikkan sedikit putaran engine hingga of keluar. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan oli betul-betul terbebas dari contaminant yang mengendap
pada valve dan mendapatkan sampel yang representative Tekan probe ke sampling valve
dan isikan oli kedalam sampling bottle sebanyak kurang lebih botol untuk pembilasan.

23
CONTAMINATION CONTROL Tekan kembali probe pada sampling valve dan isi botol hingga
a. Tiga perempat bagian, jangan sampai penuh dan jangan biarkan masuknya debu atau
kotoran ke dalam botol atau tutupnya.
- Lepas tubing dan pasang tutup botol, kemudian pasang label yang disiapkan
sebelumnya.
b. Metode pengambilan sampel menggunakan vacuum extraction Prosedur pengambilan
sampel menggunakan metode ini adalah:
-Pengambilan sampel dengan menggunakan sebuah Vacuum Pump (1U6718) dan
tubing (4C-4056) Direkomendasikan untuk menggunakan Tube Cutter (1U7648),
yang dapat dipergunakan untuk melakukan pemotongan tube dengan sebelah
tangan.
-Gunakan metode ini pada sistem yang tidak dilengkapi sampling valve. Gunakan
tubing baru setiap melakukan pengambilan sampel guna mencegah contaminant
Gunakan vacuum pump tersendiri untuk masing-masing sistem. Isi label terlebih
dahulu sebelum mengambil sampel.

24
Operasikan alat selama lima belas menit lalu matikan dan potong selang sepanjang minimal
setengah kedalaman oli pada dipstick. - Masukkan selang pada kepala vacuum pump dan
kencangkan retaining nut Jarak ujung selang dari base vacuum pump sepanjang empat
sentimeter.

Masukkan selang pada pipa dipstick dan pasang botol sampel.

25
Tarik handle vacuum pump untuk menghasilkan kevakuman, tahan handle dan jangan
diputar karena oli dapat masuk kedalam ruangan pompa dan memungkinkan contaminant
masuk. Jika oli masuk kedalam ruang pompa, maka pompa harus dibersihkan sebelum
melakukan pengambilan sampel selanjutnya. Isi botol hingga tiga perempat. Lepas selang
dan pasang tutup botol beserta label yang telah disiapkan sebelumnya.

Pemasangan Sampling Valve Apabila pada alat tidak terdapat sampling valve dapat
dilakukan pemasangan dengan petunjuk sebagai berikut:
a. Pasang sampling valve di setiap sistem yang bertekanan pada posisi yang mudah
dijangkau dengan aman
b. Idealnya pasang sampling valve pada tempat yang dapat dijangkau dari
permukaan tanah atau pada tempat pijakan diluar rangka utama alat.
c. Setiap sampling valve hanya boleh dipasang pada daerah yang bertekanan 50-500
psi dan idealnya pada tempat yang bertekanan 50-150 psi.
d. Pemasangan samping valve harus pada tempat dimana oli mengalir bukan
ditempat yang buntu atau di ujung saluran karena pada daerah ini biasanya
terdapat endapan kotoran.
e. Idealnya sampling valve ditempatkan sebelum filter dan setelah pompa yang
biasanya pada filter base

26
2.12 Contoh Form Contamination Control dan Job Safety Analysis

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bagian ini berisi ringkasan dan simpulan dari seluruh pembahasan yang telah
dipaparkan di BAB II. Dalam kesimpulan tidak perlu memasukkan kutipan apapun.
Panjang kesimpulan dibatasi maksimal sebanyak 2 lembar. Kesimpulan dan seluruh
isi BAB III Penutup diketik dengan format margin 4 cm (kiri), 4 cm (atas), 3 cm
(kanan), dan 3 cm (bawah). font yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12
pt. dengan spasi ukuran 1.5. Judul BAB dan setiap sub-judul yang ada dalam BAB III
Penutup wajib diketik cetak tebal (bold).

Sekiranya ada kesalahan dalam penulisan kata seperti nama, gelar, dan jabatan
mohon di maafkan, karena sesungguhnya manusia tak luput dari yang namanya
kesalahan. Sekian dari Kelompok 5, terimakasih.

28
3.2 Refrensi dan Pembagian Tugas

*Materi House Keeping di ambil dari google.


*Materi CC di ambil dari buku Trakindo yang berjudul “Contamnation Control, Buku
Panduan Siswa”.

Leader : Halif Wirasanjaya Manggala


Makalah : Ryan Yuda Perdana
PPT : Davva Moreno Ananda Aguino
Moderator : Davva Moreno Ananda Aguino

*Contamination Controlss
1. Penjelasan (halif)
2. Latar belakang contaminant (halif)
3. Jenis-jenis contaminant (halif)
4. Dampak contaminant (rahmat)
5. Sumber contaminant (kevin, panky, tanto)
6. Pengukuran contaminant (arya reza, ryan yuda)
7. Proses pengimplementasian contaminant control (akbar, christian)

*House Keeping
1. Alfa Adi
2. Afriza
3. Rahmat
4. Daffa

29
DAFTAR PUSTAKA

Semua rujukan-rujukan yang diacu di dalam isi makalah harus didaftarkan di bagian
Daftar Pustaka. Isi daftar pustaka minimal harus memuat pustaka-pustaka acuan yang
berasal dari sumber yang direkomendassikan oleh dosen pengampu mata kuliah.
Sangat dianjurkan untuk menggunakan sumber acuan atau literatur yang diterbitkan
selama 10 tahun terakhir.
Penulisan Daftar Pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi manajemen referensi
seperti Mendeley atau References Ms. Word. Bentuk font yang digunakan adalah
Times New Roman ukuran 12 pt. Spasi untuk daftar referensi adalah 1 spasi. Daftar
pustaka ditulis dengan model paragraf Hanging

30

Anda mungkin juga menyukai