Titin Setiartin R.
FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
email: setiar_tin@hotmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan transformasi teks cerita rakyat ke dalam
bentuk cerita bergambar sebagai model pembelajaran membaca apresiatif. Penelitian
pengembangan ini menggunakan strategi campuran kualitatif-kuantitatif desain
eksploratori sekuensial. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan uji validasi
pola matching pretest posttest. Hasil analisis uji-t antara tes awal and tes akhir kelas uji coba
terbatas, uji coba luas, dan uji validasi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hasil analisis perbedaan dua rerata terhadap data hasil uji coba pertama/terbatas diperoleh
nilai t sebesar 11,992 dengan besaran perbedaan antara nilai tes awal dan nilai tes akhir
sebesar 16,785 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran transformasi teks cerita yang dikembangkan mampu
meningkatkan kemampuan membaca apresiatif. Model pembelajaran transformasi teks
cerita efektif dan layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca apresiatif
siswa kelas XII SMK.
Abstract
This study aims to describe the transformation of folklore texts into illustrated stories
as a learning model of appreciative reading. This was a research and development study
using a qualitative-quantitative mixed strategy with a sequential exploratory design. The
data were qualitatively and quantitatively analyzed using a validation test by matching
the pretest and the posttest. The results of the analysis of the t-test for the pretest and the
posttest in the small-scale tryout, large-scale tryout, and validation test showed significant
differences. The results of the analysis of the difference between two means in the first or
small-scale tryout showed t =11.992 with a difference of 16.785 between the pretest score
and the posttest score and a significance value of 0.000. Therefore, it can be concluded
that the developed learning model using the transformation of story texts can improve
appreciative reading skills. The model is effective and appropriate to be used to improve
the appreciative reading skills of Grade XII students of the vocational high school.
389
390
Pengembangan model ini pun se- puan siswa dalam mentransformasi teks
suai dengan Visi, Misi, dan Tujuan cerita rakyat ke dalam cerita bergambar.
SMKN se-Kota Tasikmalaya yang pada Penerapan model pembelajaran meng-
dasarnya sama. Visi: menghasilkan lulus- gambarkan keefektifan, tingkat keberha-
an yang memiliki jati diri bangsa, mampu silan, dan keberterimaan penerapan mo-
mengembangkan keunggulan lokal dan del pembelajaran transformasi teks cerita
bersaing di pasar global. Misi : menghasil- rakyat. Di antaranya pembelajaran ko-
kan lulusan yang produktif, kreatif, dan operatif dan kolaboratif menggali infor-
mampu berkompetisi di pasar nasional masi, menyelesaikan masalah, berpikir
dan global; memiliki jati diri bangsa yang kritis, dan mengembangkan kreativitas
berkarakter unggul. Tujuan: membekali (Slavin, 2011: 25).Transformasi teks cerita
peserta didik untuk berkarier, mandiri rakyat dilakukan dalam kegiatan pembe-
yang mampu beradaptasi di lingkungan lajaran membaca apresiatif melalui aspek
kerja sesuai bidangnya dan mampu meng- menyimak dan membaca. Penerapan
hadapi perubahan yang terjadi di masya- Model ini pun mampu mengembangkan
rakat, serta menjadi tenaga kerja yang dan menciptakan berbagai ide siswa.
kompeten sesuai program keahlian pili- Siswa pun mampu menggali nilai-nilai
hannya. dalam cerita rakyat. Secara kreatif siswa
Penerapan model diselaraskan den- dapat mengekspresikan kembali gagasan,
gan variabel konteks, variabel proses, ide, dan nilai-nilai cerita rakyat. Transfor-
dan variabel produk berdasarkan analisis masi teks cerita rakyat dalam bentuk alih
variabel pembelajaran Gall et al. (2003). wacana sebagai kreasi dari cerita rakyat
Kajian variabel konteks difokuskan pada ke dalam bentuk cerita bergambar.
kajian desain model pembelajaran; kajian
variabel proses difokuskan pada kajian METODE
aktivitas guru dan siswa; dan variabel Pola pikir penelitian pengembangan
produk difokuskan pada kajian kemam- berdasarkan konsep (Joyce dan Weil,
menjadi salah satu pendekatan yang dapat kritis, dan pemahaman kreatif. Dalam
diterapkan sebagai pendekatan pembe- membaca keseluruhan aspek itu terproses
lajaran membaca apresiatif. Berdasarkan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
sudut pandang teori kreativitas bersastra, tahapan (1) persepsi, (2) rekognisi, (3)
model ini berorientasi pada teori membaca komprehensi, (4) interpretasi, (5) evaluasi,
sastra dan teori belajar mengajar membaca dan (6) kreasi atau utilisasi.
apresiatif yang berorientasi pada peranan Dapat disimpulkan bahwa proses
siswa. Secara kooperatif siswa melakukan membaca kritis kreatif adalah suatu pro-
pengkajian estetis, pemahaman kritis, dan ses membaca yang dilakukan seseorang
penuangan kreativitas imajinatif. yang tidak hanya melakukan analisis,
Kegiatan apresiasi sastra dengan mo- tetapi juga sintetis; bukan hanya mema-
del transformasi teks sastra adalah kegiat- hami apa yang tersurat, tetapi juga yang
an yang memberikan kesempatan kepada tersirat. Berdasarkan sudut pandang
siswa dengan bebas mengekspresikan pendekatan/kritik pragmatis, proses
apa yang dipahami, dimaknai, dan dikaji estetis-reseptif dan kritis-kreatif dalam
dari cerita sesuai dengan latar pengeta- membaca apresiatif adalah melakukan
huan, perasaan, dan pengalaman hidup- penggalian terhadap aspek ekstrinsik
nya masing-masing. Dengan demikian, dan aspek intrinsik sebuah karya sastra.
hakikat sastra sebagai karya imajinatif Hal ini, sesuai dengan yang dinyatakan
yang multimakna dapat diransformasi- Abrams (Pradopo, 202: 34) “Kritik prag-
kan siswa melalui proses estetis-reseptif matik (pragmatic criticism) memandang
dan kritis-kreatif. Kegiatan pembelajaran karya sastra sebagai suatu yang dibangun
menekankan pada kegiatan mentransfor- untuk mencapai (mendapatkan) efek-efek
masi bentuk teks cerita rakyat menjadi tertentu pada audience (pendengar, pem-
bentuk lain. Wujud akhir kegiatan trans- baca), baik berupa efek-efek kesenangan
formasi teks tersebut berupa cerita ber- estetik ataupun pendidikan, maupun
gambar. Sebagaimana model transformasi efek-efek yang lain.”
teks sastra yang berorientasi pada teori Peningkatan kemampuan membaca
Joyce dkk (2001: 19) termasuk ke dalam apresiatif sebagai pembuktian model
keluarga atau kelompok/rumpun The pembelajaran transformasi teks cerita
Information Processing Family Of Models. rakyat melalui penguatan bentuk cerita
Konsep pengolahan informasi (the infor- bergambar efektif digunakan dalam pem-
mation processing) termasuk ke dalam teori belajaran membaca apresiatif di kelas XII
belajar kognisi dikemukakan Slavin (2011: SMKN Kota Tasikmalaya. Hal ini, sesuai
217-218) bahwa poses kerja memori ketika dengan hasil uji validasi kelayakan model
menerima rangsangan akan memuncul- pembelajaran transformasi teks cerita
kan persepsi yang melibatkan penafsiran rakyat melalui penguatan bentuk cerita
pikiran, pengalaman, pengetahuan, moti- bergambar (TTCRPBCB). Uji validasi
vasi, dan minat, bahkan imajinasi. Infor- model menggambarkan tingkat kekuatan,
masi yang dipahami dan diberi perhatian keberhasilan, dan keefektifan model, se-
kemudian dipindahkan dan disimpan hingga menguatkan kelayakan pengem-
memori penyimpanan. Informasi yang bangan model pembelajaan TTCRPBCB.
tersimpan selanjutnya diolah dan ditang- Berdasarkan gambaran persentase
gapi, untuk menarik kesimpulan dalam kemampuan dalam tahapan apresiasi.
konteks verbal atau visual. Persentase yang paling tinggi terdapat
Konkretisasi pembaca proses memba- pada tahapan apresiasi informasi kemam-
caan apresiatif memadukan pemahaman puan akhir kelompok eksperimen per-
estetis, pemahaman reseptif, pemahanan tama 90%, dan kelompok eksperimen
kedua 92%. Tertinggi tahapan persepsi bangkan dengan waktu lebih panjang. Dalam
terdapat pada kelompok eksperimen mata pelajaran bahasa Indonesia ada kegiatan
pertama dan kedua sebesar 85%. Tahapan kerja praktik membuat komik.
konsepsi tertinggi 83 pada kelompok Secara singkat guru mengharapkan
eksperimen kedua. Tahapan apresiasi model ini akan menjadi salah satu solusi
evaluasi tertinggi 82% pada kelompok untuk mengatasi ketidaksenangan siswa
eksperimen kedua. Hal ini berarti uji vali- terhadap kegiatan membaca. Dari pene-
dasi kelompok eksperimen kedua meru- rapan model ini diharapkan mengubah
pakan kelas dengan perolehan persentase pandangan siswa terhadap pembelajaran
kemampuan membaca apresiasi tertinggi. bahasa Indonesia yang menjemukan. Se-
Dengan demikian, kemampuan membaca cara terbuka akan mencoba menerapkan
apresiatif mengalami peningkatan yang model ini. Hal ini, dikarenakan melihat
signifikan. antusias, minat, dan motivasi siswa lebih
Persentase secara klasikal terhadap meningkat. Selain itu, melihat pening-
keefektifan pengembangan model tergam- katan kemampuan membaca apresiatif
barkan dari kemampuan tahapan apre- dari hasi pascauji. Guru sangat senang
siasi informasi 92%. Kemampuan tahapan terhadap respons siswa dalam kegiatan
apresiasi persepsi 85%, Kemampuan apre- pembelajaran ini. Guru akan mencoba
siasi konsepsi 83%, Kemampuan apresiasi mengenalkan kepada guru bahasa Indo-
evaluasi, 85%. Berdasarkan persentase ke- nesia lainya untuk mencoba menerapkan
berhasilan penerapan model, dapat di- model pembelajaran TTCRPBCB.
ketahui pula tanggapan, pandangan, dan
kesan siswa terhadap keberterimaan Transformasi Teks Cerita Rakyat mela-
model yang dikembangkan. Ketika dita- lui Penguatan Bentuk Cerita Bergambar
nyakan kesan terhadap penerapan model; (Komik)
yang pertama kali siswa jawab kesannya Teks sastra adalah suatu jaringan yang
sangat baik, menyenangkan, mengesankan, terbangun dari berbagai sistem, kode, dan
kreatif karena ada kegiatan praktik meng- tradisi yang didedahkan oleh teks-teks
gambar untuk berimajinasi dari kegiatan sastra sebelumnya. Berbagai sistem, ide,
membaca. Selanjutnya siswa mengatakan dan tradisi dari teks-teks lain di luar sastra
sangat kreatif, tidak jemu lagi, selama ini ter- juga berandil dalam membangun makna
lalu sering guru menugaskan membaca baik sebuah teks. Hal senada diungkapkan
kelompok maupun perorangan di kelas atau oleh Segers (2000: 41), sebagai sebuah
titugaskan di rumah tetapi tetap saja jenuh, proses komunikasi, hubungan antara
malahan semakin menjemukan apalagi kalau teks dan pembaca memerankan dua
bacaannya tidak menarik. Ketika ditanyakan buah fungsi. Pertama, pembaca menan-
pendapat terhadap kegiatan membaca dai hubungan skema tekstual. Pembaca
apresiatif mengubah wujud teks cerita menyusun ikatan tidak sekehendak hati
ke dalam bentuk cerita bergambar, siswa berdasarkan pengalaman dan harapan
mengatakan akan lebih mengasah untuk miliknya. Namun, menandai berdasarkan
membuat komik karena pada kelas Multimedia kesesuaiannya dengan struktur tekstual.
ada kegiatan membuat animasi, jadi cocok dan Kedua, dunia teks literer diciptakan untuk
nyambung. Ketika dimintai harapan ke de- pembaca dari perspektif yang berubah-
pan dari kegiatan penerapan model pem- ubah. Pembaca memiliki tugas untuk
belajaran TTCRPBCB, mereka berharap menghubungkan perspektif itu agar
lebih dikembangkan lagi dan lebih kreatif lagi, cocok dengan struktur tekstual. Untuk
apalagi siswa sebagai kelas multimedia juga lebih memahami perspektif proses trans-
belajar animasi dan membuat komik. dikem- formasi teks, teori Riffaterre (1978: 47-80)
“Penciptaan Teks”, terjemahan Sayuti, da- Riffaterre (1978: 23) menyatakan bahwa
pat dijadikan dasar pembahasan tentang satu karya sastra bisa lahir dari karya sebe-
transformasi teks sastra. lumnya yang disebut hipogram. Sebuah
Sebagai lokus makna, teks dibangun karya sastra bisa merupakan variasi dan
oleh konversi dan ekspansi. Karena modifikasi karya sebelumnya. Pradopo
kehadiran ciri-ciri stilistik, seperti (2002: 228) menyatakan bahwa prinsip
tropes (“kiasan-kiasan”) hanya mem- dasar intertekstual karya hanya dapat
bedakan wacana puitik dari bahasa dipahami maknanya secara utuh apabila
non-sastrawi, baik konversi maupun dalam kaitannya dengan karya yang men-
ekspansi, keduanya menetapkan ke- jadi hipogramnya. Artinya, sebuah karya
sejajaran antara sebuah kata dan se- sastra yang mengandung intertekstualitas
buah sekuensi kata, yakni antara adalah bentuk respons seorang pembaca
sebuah leksem (yang selalu memiliki terhadap karya yang telah dibacanya.
kemungkinan untuk ditulis kembali Hal ini, menunjukkan bahwa interteks
sebagai sebuah kalimat matriks) dan memiliki hubungan dengan resepsi dan
sebuah sintagma. Jadi, teks diciptakan respons. Ratna (2007: 174) mengatakan,
secara terbatas. Artinya, sekuensi ver- “Fungsi hipogram merupakan petunjuk
bal yang membangun sajak disatukan, hubungan antarteks yang dimanfaatkan
baik secara formal maupun semantis. oleh pembaca, bukan penulis, sehingga
Ekspansi menetapkan ekuivalensi memungkinkan terjadinya perkembang-
ini dengan mengubah sebuah tanda, an makna”. Dikatakan Ratna (2007: 175)
yakni dengan menderivasikan sebuah bahwa hipogram merupakan landasan
kata ke dalam beberapa sekuens ver- untuk menciptakan karya-karya yang
bal dengan ciri-ciri pembatas kata baru, baik dengan cara menerima maupun
itu. Konversi meletakkan ekuivalensi menolak. Oleh karena itulah, membaca
dengan mengubah beberapa tanda ke karya yang hanya terdiri atas beberapa
dalam sebuah tanda “kolektif,” yakni halaman saja, maka ada kemungkinan
dengan memberikan komponen- akan menghasilkan analisis yang melebihi
komponen suatu sekuens dengan ciri- jumlah halaman yang dianalisis.
ciri karakteristik yang sama. Secara Transformasi lintas bentuk atau alih
partikular, konversi mempengaruhi wahana ini, meliputi perubahan tataran
sekuens yang dibangkitkan oleh ek- linguistik (kebahasaan) dan tataran kesas-
spansi. traan. Tataran kesastraan meliputi trans-
formasi media, isi cerita, tokoh, karakter
Sekaitan dengan ‘Penciptaan Teks’ tokoh, alur, dan latar. Transformasi ben-
konsep Riffaterre, penelitian transfor- tuk prosa ke dalam wujud komik mela-
masi yang dilakukan oleh Pradotokusumo lui dua proses tahapan yaitu (1) proses
(1986: 60) terhadap Kakawin Gajah Mada analisis struktural terhadap cerita rakyat
dapat juga dijadikan pegangan. Peneli- klasik dan (2) proses pemindahan bentuk
tian ini memunculkan teori penerapan tulisan ke dalam bentuk gambar (komik).
hipogram sebagai naskah asal. Teori Tahapan pertama berkaitan analisis struk-
penerapan hipogram yang digunakan tural unsur pembentuk cerita. Teori yang
Pradotokusumo dan Pudentia itu adalah menjadi dasar pada transformasi ini, pada
(1) ekspansi, (2) konversi, (3) modifikasi, tahapan modivikasi dan ekserp. Sejalan
dan (4) ekserp. Sebagaimana halnya Rif- dengan dua tahap (modivikasi dan es-
faterre yang membahas penciptaan teks kerp) ini diaplikasikan seperti berikut
melalui konversi dan ekspansi. ini.
Salah satu contoh kreatif produk Secara kreatif penerapan model ini lebih
transformasi teks dengan fitur-fitur panel ke arah kerja praktik.
yang disusun, dilengkapi, dan disempur- Siswa yang berminat untuk menekuni
nakan, oleh siswa kelas uji validasi 2 (kelas bidang keahlian membuat cerita bergam-
XII Kompetensi Keahlian Multi Media) bar atau komik, guru dan sekolah da-
kelompok “Winnie The Pooh”. (Sundus N., pat memfasilitasi sesuai dengan program
Cahya Amalia, Cucu Setiyaningsih, dan pembelajaran yang sudah terjadwal. Hal
Riska Santika). Berdasarkan hasil penilai- ini, relevan dengan penelitian tentang
an komikus dari indikator penilaian Components of Visual Literacy: Teaching Lo-
gambar memiliki nilai tertinggi. Selain itu, gos oleh Paul A. Alberto, Laura Fredrick,
kelompok ini berhasil menyempurnakan Melissa Hughes, Laura McIntosh, and
gambar secara digital. Kelompok Winnie David Cihak, 2007, Hammill Institute on
The Pooh mendapat skor 3 pada kesesuaian Disabilities. Hasil penelitian menunjuk-
alur gambar dengan alur cerita. Artinya kan bahwa gambar merupakan bagian
(1) alur komik menggambarkan secara dalam sastra untuk meningkatkan ke-
utuh tahapan alur cerita rakyat. Aspek mampuan literasi.
kedua skor 2. Artinya (2) mampu meng- Guru secara kreatif dapat menyeting
gambarkan beberapa karakter tokoh ruang kerja praktik agar membangkitkan
secara tepat. Aspek ketiga skor 3. Artinya imajinasi siswa. Dari kreativitas produk
(3) mampu menggambarkan seluruh set- kegiatan membaca, guru secara langsung
ing cerita. Aspek keempat skor 3. Artinya mengenalkan kepada siswa bahwa dari
(4) mampu menyusun deskripsi/narasi kegiatan membaca apresiatif akan meng-
secara tepat dan mampu membuat balon hasilkan suatu produk cerita bergambar
kata/dialog tokoh dengan tepat. Aspek (komik), tidak sebatas membaca (menga-
kelima skor 3. artinya (5) kualitas yang presiasi) teks cerita rakyat.
dihasilkan rapi, jelas, dan menarik dari
komposisi bentuk. Skor yang diperoleh UCAPAN TERIMA KASIH
93. (93%) sudah jauh melebihi target (23 Artikel ini merupakan intisari deser-
%) dari target 70 (70%). tasi yang berjudul Pengembangan Model
Pembelajaran Transformasi Teks Cerita
SIMPULAN Rakyat melalui Penguatan Bentuk Cerita Ber-
Hasil pengujian/analisis data tersebut gambar (TTCRPBCB) bagi Peningkatan Ke-
dapat disimpulkan bahwa, model pem- mampuan Membaca Apresiatif Siswa Kelas
belajaran TTCRPBCB yang digunakan XII SMKN Tasikmalaya Tahun 2012-2013,
mampu dan secara signifikan meningkat- pada program pascasarjana Universitas
kan kemampuan siswa dalam membaca Pendidikan Indonesia Bandung. Untuk
apresiatif. Tujuan utama (hasil pembela- itu, ucapan terima kasih dan rasa bangga
jaran) adalah peningkatan kemampuan disampaikan kepada para pembimbing
membaca apresiatif. Indikator pencapaian dan penguji: 1) Prof. Dr. Dadang Sunen-
hasil belajar difokuskan pada kemampuan dar, M.Hum. 2) Prof. Dr. Syamsuddin AR,
siswa mengapresiasi, dan menggali nilai- M.S., 3) Prof. Dr. Suminto A. Sayuti,4) Dr.
nilai kehidupan yang terdapat dalam Sumiyadi, M.Hum., 5) Dr. Vismaia S. Da-
cerita rakyat (nilai sosial, moral/agama, maianti, M.Pd. Sebagai wujud kelayakan
dan pendidikan). Pengembangan model pengembangan model pembelajaran ini,
pembelajaran didasarkan pada tujuan penelitian ini mendapat bantuan Hibah
pendidikan di SMK secara umum diarah- Bersaing. Penelitian diajukan untuk 2 peri-
kan pada kompetensi keahlian vokasional ode (tahun) 2016-2017. Untuk itu, Ucapan
dan kecakapan hidup dalam dunia kerja. terima kasih disampaikan kepada Direk-
torat Penelitian dan Pengabdian Kepada OECD. 2004. Learning for Tomorrow’s
Masyarakat Dirjen DIKTI Kementerian World: First Results from PISA 2003.
Pendidikan dan Kebudayaan sesuai den- Canada: OECD.
gan surat perjanjian Pelaksanaan Hibah OECD. 2007. PISA 2006: Sciences Compete-
Penelitian Nomor 095/UN.58.09/LT/2015 cies for Tomorrow’s World Volume 1
Tahun ke-1 dari Rencana 2 Tahun. Selan- Analisys. Canada: OECD.
jutnya ucapan terima kasih disampaikan OECD. 2010. PISA 2009. Results: What
kepada sejawat yang tidak dapat diurai- Students Know and Can Do Volume 1
kan satu persatu. Semoga tulisan ini dapat Canada: OECD.
bermanfaat untuk pengembangan ke- Pradotokusumo, PS.1986. Kakawin Gajah
mampuan mentransformasi teks sastra. Mada Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad
ke 20: Suntingan Naskah serta Telaah
DAFTRA PUSTAKA Struktur Tokoh dan Hubungan Antar-
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Teks. Bandung: Binacipta.
Belajar untuk Mengajar. Buku Dua Pradopo, Rachmat Djoko,. 2002. Kritik
Terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Pelajar. Gama Media.
Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembela- Ratna, Nyoman Kuta. 2011. Antropologi
jaran dan Pengajaran Bahasa. Terjemah- Sastra Peranan Unsur-unsur Kebudaya-
an: Noor Holis dan Yusi Avianto Pare- an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
-anom. Jakarta: Compliments of The Richard dan Rodgers 2001. Approach,
Public Affairs Section U.S.Embassy. Method, and Technique Teaching Langu-
Creswell, John W. 1994. Research Design: age. New York: Allynand Bacon.
Qualitative & Quantitative Approaches. Richard, Jack dan Theodore S. Rodger.
London-New Delhi: SAGE Publica- 1986. Approaches and Methods in Langu-
tions. age Teaching. London: Cambridge
Gall, M.D. et al. (2003) Educational Re- Language Teaching Library.
search: An Introduction. New York: Riffaterre, M. 1978. Semiotics of Poetry.
Allyn and Bacon. ‘Penciptaan Teks’ Diterjemahkan Oleh
Greene, J.C., Caracelli, V J., & Graham Suminto A. Sayuti. London : Rout-
W.F. 1989. Toward a Conceptual Fram- ledge & Kegan Paul.
work for Mixed-Methods Evaluation De- Santrock, John W. 2012. Psikologi Pendidik-
sign. Educational-Evaluation and Policy an. Educational Psychology. Buku 1.
Analysis. London-New Delhi: SAGE Jakarta: Salemba Humanika.
Publications. Segers, Rien T. Evaluasi Teks Sastra. 2000.
Joice, Bruce and Marsha Weil. 1986. Models Diterjemahkan oleh Suminto A. Sayu-
of Teaching. Third Edition. New Jersey: ti. Yogyakarta: AdiCinta.
Prentice-Hall. Inc.Englewood Cliffs Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan
Joyce, Bruce. et al. 2001. Models of Teaching. Teori dan Praktik. Jilid 2. Terjemahan.
New York: Allyn and Bacon. Jakarta: PT Indeks.
Moody, H. L. B. 1974. The Teaching of Litera- Valdes, M.J. 1987. Phenomenological Herme-
tur. London: Longman Group Ltd. neutical Hermeneutics and the Study
OECD. 2003. Literacy Skills for the World of of Literature. London: University of
Tomorrow: Further Results from PISA Toronto Press.
2000. Canada: OECD.