b. REGULASI
Regulasi ketentuan dan tata cara perhitungan TKDN harus dilakukan sesuai
dengan peraturan, antara lain:
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2011 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 04 Tahun 2017 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Untuk
pembangkit Listrik Tenaga Surya
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk
Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk
Farmasi
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 22 Tahun 2020 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk
Elektronika dan Telematika
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi,
Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen
Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle)
Konsep Perhitungan TKDN dihitung terhadap Produk Dalam Negeri antara
lain :
TKDN Barang
TKDN Gabungan Barang
TKDN Jasa
TKDN Gabungan Barang & Jasa
Syarat Perusahaan / Produknya bias dihitung TKDN adalah:
Berinvestasi di Indonesia
Berlokasi di Indonesia
Berproduksi di Indonesia
Identifikasi Produk bisa diasumsikan seperti pada gambar berikut:
Pengadaan paket gabungan barang terdiri dari beberapa jenis produk, jenis
produk yang diikutsertakan bisa berupa gabungan:
Produk Lokal (Dalam Negeri)
Produk Impor (Luar Negeri)
Produk Lokal dan Produk Impor
Pelatihan Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) merupakan pelatihan untuk
mengenalkan pemahaman dan memberikan bagaimana melaksanakan proses Pengadaan Barang
dan/atau Jasa dengan memperhitungkan Komponen Dalam Negeri yang menjadi tujuan Kementrian
BUMN dalam mengangkat dan mensejahterakan barang dan jasa lokal. Tujuan tersebut
dimaksudkan untuk pelaku produksi dalam negeri atau lokal dapat meningkatkan kualitas barang
produksi dan dapat disetarakan dengan kualitas barang produksi dari luar negeri, serta
mensejahterakan pelaku UMKM di Indonesia.
Selain hal tersebut di atas, perlunya teknologi yang mengintegrasikan data antara Kementrian
Perindustrian dan PT Angkasa Pura I sangat dibutuhkan dikarenakan dalam pelaksanaan
perencanaan pekerjaan dan harga diharapkan dapat memudahkan Unit Teknis dan Unit HES untuk
mengkompilasi Rencana Anggaran Biaya dan Harga Estimasi Sendiri baik dalam pelaksanaan
pelelangan maupun pengadaan langsung. Pemanfaatan integrasi data dan didukung oleh teknologi
yang sesuai dapat memberikan keberhasilan suatu proses bisnis yang menentukan arah
perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antar instansi sehingga proses sinergitas tetap
terjaga untuk membangun bisnis yang kuat dan mampu beradaptasi dengan segala perubahan di
masa mendatang.