Anda di halaman 1dari 24

DAMPAK DIGITALISASI KOMUNIKASI TERHADAP

TRANSFORMASI
SOSIAL MASYARAKAT DUSUN SUKA MULYA DESA PERMATA
JAYA
KABUPATEN KUBU RAYA: TINJAUAN KUALITATIF
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian

Disusun oleh:
Muhammad Soleh
(12105067)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS
USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
(IAIN) PONTIANAK 2023 M / 1444 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I........................................................................................................................................

PENDAHULUAN ...................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................................................

1.3 Rumusan Masalah Penelitian .............................................................................................

1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................................

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................................

BAB II ......................................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................................

2.1 Kajian Teori .......................................................................................................................

2.1 Metodologi Penelitian ........................................................................................................

BAB III.....................................................................................................................................

METODE PENELITIAN .........................................................................................................

3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................................

3.2 Hasil Penelitian...................................................................................................................

3.2.1 Lokasi ..............................................................................................................................

3.2.1 Waktu .................................................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

Judul penelitian yang penulis usulkan “Dampak Digitalisasi Komunikasi Terhadap


Transformasi Sosial masyarakat Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu
Raya:Tinjauan Kualitatif”. Penelitian semacam ini sangat sesuai dengan pendekatan
paradigma kontstrutiviksme. Paradigma konstruktivisme memandang ilmu sosial sebagai
analisis sistematis atas “socially meaningful action” melalui pengamatan langsung terhadap
aktor sosial dalam setting yang alamiah,agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana
aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial (Sugiyono, 2011).

Paradigma Konstruktivisme menekankan bahwa realitas sosial dibentuk melalui


interaksi dan pemahaman subjektif individu serta masyarakat. Oleh karena itu penelitian
kualitatif akan memungkinkan penulis untuk mengeksplorasi cara cara di mana masyarakat di
dusun Suka Mulya mengonstruksi pemahaman dan pengalaman mereka terkait dengan
digitalisasi komunikasi dan dampaknya terhadap transformasi sosial.

Maka dengan paradigma konstrutiviksme penelitian semacam ini sangat cocok dan
memudahkan penulis untuk memfokuskan data-data dan arah dari penelitian tersebut.

Penulis akan memastikan juga kerangka teoritis yang akan digunakan dalam
penelitian ini dapat mencakup teori teori yang terkait dengan konstruktivisme. Teori
komunikasi serta kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menganalisis
dampak digitalisasi komunikasi secara lebih mendalam.

Selain itu penulis yang merupakan penduduk asli di dusun suka Mulya akan lebih
mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat di dusun suka mu ya dengan hormat dan
memperoleh izin serta persetujuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penelitian penulis.
Hal ini akan membantu dalam mengumpulkan data kualitatif yang berkualitas dan
memastikan etika penelitian yang tepat.
1.1 Latar Belakang

Kerangka konseptual dasar penelitian ini mencakup ide-ide yang disajikan oleh
berbagai pakar terkait teknologi yang mendalami diskusi khalayak tertentu, yaitu partisipan
dan pengguna media baru. Harold A. Innis (1951, 2007) mengartikulasikan hubungan antara
teknologi, media, dan perubahan sosial, menjelaskan bagaimana media membentuk evolusi
kesadaran dan kesadaran masyarakat. Innis menelusuri perkembangan komunikasi manusia
dari tradisi budaya lisan yang bercirikan non-literasi hingga era media elektronik yang
mencakup bias spasial, pertimbangan temporal, dan monopoli pengetahuan. Selain itu, Innis
menguraikan interaksi antara media dan kapasitasnya untuk melakukan kontrol.

Memasuki Era digital ini kemajuan teknologi telah mengubah lanskap komunikasi
dan interaksi sosial secara dramatis. Digitalisasi komunikasi yang didorong oleh
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Telah menjadi kekuatan penting
dalam membentuk bagaimana masyarakat berkomunikasi, mengakses informasi dan
berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi dan politik.Di tengah
perubahan global ini Sukamulya di desa permata aja ya Kabupaten Kubu Raya tidak luput
dari dampak Transformasi sosial yang disebabkan oleh digitalisasi komunikasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dinamis dari nilai-nilai dan


praktik budaya memainkan peran penting dalam membina hubungan yang harmonis di antara
umat beragama yang berbeda. Dinamika ini tidak dapat dianggap sebagai warisan yang
diberikan tetapi memerlukan upaya berkelanjutan dari setiap generasi dalam suatu komunitas
untuk mempertahankan dan meningkatkannya (reproduksi). Tanpa kemampuan ini, praktik
hidup berdampingan secara damai dapat mengalami kemunduran dan melemahkan fondasi
yang menjunjung perdamaian (Ahnaf, 2020; Dieter, 2017; Duncan, 2016).

“Dalam ranah adat istiadat budaya, membina hubungan yang harmonis antar individu
dari latar belakang agama yang berbeda merupakan hasil dari proses konstruksi masyarakat
yang terjalin dengan siklus hidup produksi dan reproduksi selanjutnya. Keberlanjutan suatu
budaya di berbagai zaman bergantung pada kemampuan penganutnya untuk melanggengkan
dan menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial yang tidak bisa dihindari (Abdullah, 2006).
Sejumlah penelitian menyoroti migrasi penduduk dan industrialisasi sebagai katalis penting
dalam mendorong transformasi sosial (Kim, 2007; McGibbon, 2004).

Proses industrialisasi terlihat dari meningkatnya tren warga yang menjual tanahnya
untuk membiayai pendidikan perguruan tinggi anaknya. generasi muda, setelah lulus,
memasuki dunia kerja di kantor-kantor perusahaan dan pemerintahan, sehingga menyebabkan
pergeseran gaya hidup agraris ke perkotaan. Transisi ini menyebabkan sektor pertanian
tertinggal, sementara masyarakat perkotaan mempunyai ritme hidup yang berbeda.
Akibatnya, tradisi budaya dan agama, yang secara tradisional ditopang oleh budaya agraris
yang kuat, menghadapi penurunan dukungan (Kim, 2007)."

Di Indonesia, banyak kelompok agama radikal yang menganut narasi intoleran


terhadap agama lain yang menganut keyakinan agama tradisionalis (Yilmaz & Barton, 2021).
Kritik terhadap perspektif tersebut dapat dilihat dari berbagai penelitian yang mengeksplorasi
konsep-konsep seperti keterlibatan sipil dan modal sosial, seperti yang diungkapkan oleh
penulis seperti Francis Fukuyama (2000), Robert Putnam (2000), dan Ashutosh Varshney
(2002). Para sarjana ini menganjurkan hidup berdampingan secara damai di antara komunitas
dengan identitas agama dan etnis yang beragam, yang dapat dicapai melalui kekayaan dan
kedalaman ruang pertemuan, baik di lembaga formal seperti asosiasi pekerja atau di
lingkungan informal seperti kelompok hobi. Terlepas dari model spesifik yang diterapkan
untuk memahami anggota masyarakat yang beragama, teori ini menggarisbawahi peran
penting jaringan lintas kelompok untuk mencapai kedamaian batin dalam masyarakat
multietnis atau multireligius. Jaringan tersebut, baik formal maupun informal, membuka jalan
bagi partisipasi berbagai kelompok masyarakat, mendorong ruang sosial terbuka di mana
pertemuan dapat mengatasi persepsi hak milik eksklusif. Hal ini pada gilirannya
berkontribusi terhadap ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial dan
provokasi eksternal yang dapat memicu konflik.

Perkembangan media baru bergantung pada penjajaran perangkat lama dan


kontemporer. Waktu berkembang dengan dinamika inovasi dan perubahan yang melekat.
Marshall McLuhan (1964) secara konsisten menaruh perhatian pada gagasan "kebaruan"
dalam media, dan memandangnya sebagai perpanjangan dari kemampuan manusia.
Perspektif McLuhan menekankan bahwa media, apapun bentuknya, dirancang untuk
memfasilitasi dan menyederhanakan tugas-tugas manusia, mewakili pemahaman mendasar
tentang tujuannya.
Kajian media baru pada dekade awal cenderung berfokus pada penanganan isu
konvergensi teknologi dari sudut pandang sejarah. Bruce Owen (1999), seorang ekonom
yang berspesialisasi dalam komunikasi, mencontohkan pendekatan ini dengan berkonsentrasi
pada aspek teknologi pembangunan. Dalam karyanya, “The Internet Challenge to
Television,” Owen memperkenalkan teori konvergensi yang mengantisipasi penggabungan
berbagai bentuk media. Teori ini berpendapat bahwa digitalisasi media konvensional,
termasuk media cetak, telepon, film, televisi, dan komputer, akan mengarah pada
integrasinya di internet. Owen mencirikan dunia digital sebagai mode komunikasi yang
menipu dan penting bagi kelangsungan hidup entitas berpengaruh. Hal ini sejalan dengan
perspektif ekonom seperti Joseph Schumpeter, yang menggambarkan transisi ini sebagai
badai 'penghancuran kreatif', yang berarti penggantian elemen-elemen yang sudah usang
dengan elemen-elemen baru.

Mark Poster (1995), seorang peneliti di Universitas California, Irvine, mengalihkan


perhatian pada implikasi teknologi komunikasi. Ia menegaskan, kemajuan media elektronik
seperti internet memunculkan fenomena yang dikenal dengan virtual reality. Poster tersebut
berpendapat bahwa perkembangan ini membawa masyarakat ke era postmodern, yang
disebutnya sebagai Era Media Kedua. Internet muncul sebagai media alternatif, mengatasi
tantangan yang ditimbulkan oleh model penyiaran tradisional. Sistem komunikasi baru ini,
yang ditandai dengan peningkatan teknis yang memfasilitasi pertukaran informasi pada
tingkat individu dan institusi, memungkinkan keterlibatan produsen, distributor, dan
konsumen secara bersamaan.

Integrasi teknologi komunikasi dan informasi telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini telah menjadi bagian integral dari proses pengembangan
budaya yang dilakukan oleh manusia, sebuah fenomena yang diidentifikasi oleh Jenkins
(2006) sebagai konvergensi budaya. Domain ini berfungsi sebagai titik fokus di mana media
tradisional dan modern, media akar rumput, dan perusahaan media saling bersinggungan,
sehingga menciptakan interaksi dinamis di mana pengaruh produser media dan kekuatan
konsumen media berinteraksi dengan cara yang tidak dapat diprediksi. Jenkins memandang
hal ini sebagai zona konvergensi untuk tiga konsep utama: konvergensi media, budaya
partisipatif, dan kecerdasan kolektif.

Digitalisasi komunikasi melibatkan penggunaan berbagai teknologi seperti internet


media social, ponsel cerdas dan platfrom daring yang memungkinkan individu berinteraksi
dan berbagi informasi dengan lebih cepat murah dan efisien. Seiring dengan penggunaan
teknologi ini di dusun Suka Mulya masyarakat mengalami perubahan dalam pola interaksi
cara mengakses pengetahuan budaya informasi dan bahkan dalam cara berfikir dan
merasakan dunia sekitarnya.

Ahli komunikasi Douglas Kellner (2006) menggarisbawahi bahwa digitalisasi


komunikasi telah menjadi pendorong utama dalam pembentukan budaya, identitas, dan
pemikiran sosial dalam masyarakat kontemporer. Menurutnya, perkembangan teknologi
komunikasi digital tidak hanya memengaruhi bagaimana kita berkomunikasi, tetapi juga
bagaimana kita memahami dunia dan diri kita sendiri. Dalam konteks penelitian ini,
pandangan Kellner dapat membantu dalam memahami dampak digitalisasi komunikasi
terhadap transformasi sosial di Dusun Suka Mulya.

Pada dusun suka Mulia sendiri adalah contoh perubahan nyata yang signifikan dalam
masyarakat pedesaan akibat digitalisasi komunikasi. Teknologi tersebut telah memungkinkan
akses lebih cepat dan mudah terhadap informasi, peluang pendidikan, pekerjaan, hiburan,
serta interaksi dengan individu di luar desa. Transformasi sosial yang dihasilkan oleh
digitalisasi komunikasi menjadi isu yang menarik untuk diteliti mengingat dampaknya yang
luas pada aspek aspek kehidupan masyarakat Termasuk budaya, ekonomi, politik, dan relasi
sosial

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjawab pertanyaan


pertanyaan tersebut. Creswell (2016:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu
atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.

Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendalami pemahaman masyarakat


tentang digitalisasi komunikasi dan dampaknya terhadap Transformasi sosial. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan warga wawasan yang berharga tentang perubahan
sosial di tingkat lokal dan berkontribusi pada pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana
teknologi digital membentuk kehidupan masyarakat di dusun suka Mulya dan daerah sejenis
lainnya.
1.2 Identifikasi Masalah

Kemajuan digitalisasi memegang posisi krusial dalam kemajuan suatu bangsa. Hal ini
memicu transformasi signifikan di seluruh negara, industri, dan organisasi, serta mengalami
perkembangan pesat dan positif dalam peralihan global menuju transformasi digital. Menurut
Sukmana sebagaimana dikutip dalam Erwin (2020), digitalisasi melibatkan konversi konten
dari format cetak, audio, atau video ke dalam bentuk digital, yang berfungsi sebagai sarana
untuk menghubungkan masyarakat dan komunitas, meningkatkan standar hidup, dan
mendorong peluang pembangunan bagi negara (Latif , dkk., 2018).

Pemanfaatan digitalisasi merupakan faktor penting dalam kegiatan ekonomi dan


sosial, baik di negara maju maupun berkembang (Habibi & Zabardast, 2020). Hal ini
menyederhanakan pertukaran informasi, memainkan peran penting dalam meningkatkan
ketersediaan informasi, mendorong bentuk-bentuk komunikasi baru, dan meningkatkan
efisiensi dalam kegiatan ekonomi. Selain itu, digitalisasi berkontribusi terhadap pengurangan
biaya komunikasi dan koordinasi antar perusahaan, sehingga secara langsung atau tidak
langsung meningkatkan produktivitas industri yang memproduksi barang dan jasa.
Digitalisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja perekonomian dengan memfasilitasi
penyebaran informasi pasar, membantu pencarian kerja, dan mendukung arus informasi
(Kurniawati, 2020).

Digitalisasi telah mendapatkan momentum yang luar biasa, merevolusi pendekatan


global terhadap pekerjaan, bisnis, dan komunikasi. Hal ini menghasilkan proses yang
disederhanakan melalui kemajuan teknologi (Myovela, dkk., 2020). Memenuhi kebutuhan
individu, digitalisasi menyederhanakan operasi bisnis, mengoptimalkan proses pengambilan
keputusan, dan mendorong inovasi untuk mencapai nilai tambah.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Dampak digitalisasi terhadap perekonomian suatu negara mempunyai banyak aspek.


Salah satu faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat
digitalisasinya. Peran digitalisasi sangat besar dalam meningkatkan produktivitas dan
efisiensi kegiatan produksi. Peningkatan output ekonomi akibat digitalisasi memainkan peran
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, terdapat penurunan digitalisasi di
Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya selama bertahun-tahun.
Studi empiris menunjukkan bahwa digitalisasi berkembang menjadi sektor penting
dan inovatif yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, menjadi menarik untuk mengkaji lebih dalam pengaruh digitalisasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya.
Selain itu, faktor-faktor seperti investasi, keterbukaan perdagangan, dan inflasi juga
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya
Kabupaten Kubu Raya.

1.4 Tujuan Penelitian

- Transisi dari tantangan ke tujuan


- Menyelidiki masalah terkait dalam penelitian ini
- Dampak Era Digitalisasi Terhadap Media
- Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Masyarakat
- Menjelajahi sejauh mana
- Penerapan Pemahaman Hukum
- Peran Media Sosial dalam Masyaraka

1.5 Manfaat Penelitian


1. Teoritis
1) Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian lain yang membahas isu-isu terkait
jejaring sosial dan media baru yang saat ini diadopsi oleh masyarakat umum.
2) Antisipasinya, temuan investigasi ini dapat memberikan kontribusi besar pada ranah
komunikasi melalui media sosial, menawarkan perspektif baru.
2. Praktis
1) Memberi wawasan kepada pada masyarakat tentang dampak digitalisasi
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Hasil Konribusi
No Penelitian/Tahun Judul Uraian Metode
Penelitian
Kajian ini berkaitan dengan
aktivitas perdagangan dalam
Beberapa hasil
Digitalisasi konteks saat ini. Suatu proses
kontribusi yang
Jual mengubah aktivitas jual beli
dapatdari penelitian
Beli Di modal tradisional atau
tersebut termasuk:
konvensional menjadi digital.
Masyarakat: Perubahan Struktur
1 Karena pesatnya Kualitatif
2021 Prespektif Ekonomi,Transformasi
perkembangan teknologi
Teori inilah yang akhirnya merubah Pola Konsumsi,
Perubahan eksistensi jual beli yang Dan Perubahan Sosial
Sosial awalnya hanya transaksi
Budaya
langsung antara penjual dan
pembeli, kini

penjual dan pembeli hanya


berdagang secara virtual atau
online dengan menggunakan
platform tertentu.

Menganalisis revolusi Hasil penelitian ini


2 2020 REVOLUSI Kualitatif
komunikasi dan dapat
memberikan
wawasan mendalam
tentang
perubahan sosial, dampak tantangan dan

KOMUNIKASI pandemi Covid-19 terhadap perubahan

DAN masyarakat. yang dihadapi


PERUBAHAN Penelitian ini menggunakan mahasiswa selama
pendekatan teoritis terhadap Pendekata pandemi COVID-
SOSIAL
revolusi komunikasi. n 19, serta
(DAMPAK
Informan survei yang fenomeno memberikan dasar
PANDEMI
berjumlah orang ini logi . bagi
COVID-19
merupakan mahasiswa pengembangan
PADA
Jurusan kebijakan
MAHASISWA) Komunikasi Islam IAIN pendidikan dan
Bukittinggi. dukungan
mahasiswa
yang lebih baik di
masa mendatang.
Menjelaskan secara rinci Dampak media
dampak media sosial sosial dapat
terhadap perubahan sosial bervariasi
Dampak Media metode
kewarganegaraan ekonomi. tergantung pada
Sosial Bagi Keberadaan media sosial kualitatif faktor- faktor

Perubahan memang turut deskriptif kontekstual dan

Sosial mempengaruhi aspek eksplanat lingkungan lokal.


3 2022 kehidupan masyarakat, oris Oleh karena itu,
Ekonomi
khususnya di Kabupaten dengan hasil
Masyarakat di Pandeglang. kontribusi
teknik in
Kabupaten Selain itu, mayoritas warga penelitian yang
depth
dari latar belakang berbeda lebih spesifik dapat
Pandeglang interview
menggunakan jejaring memberikan
sosial untuk berbagai pemahaman yang
aktivitas sehari- hari. lebih mendalam
Dampaknya selama ini adalah mengenai peran
perubahan kewarganegaraan media
yang mendasar berkat sosial dalam
perubahan sosial
ekonomi di
Kabupaten
Pandeglang.

hadirnya media sosial.

Perubahan sosial ekonomi ini


disebabkan oleh adanya
adaptasi kebiasaan baru
dengan hadirnya jejaring
sosial sehingga memunculkan
paradigma baru dalam segala
aspek kehidupan
bermasyarakat.
2.1 Kajian Teori

Teori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi dari masyarakat tradisional atau
terbelakang ke masyarakat modern. Modernisasi merupakan proses perubahan terhadap
sistem ekonomi, sosial dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari
abad ke-17 sampai ke-19 yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.

Teori modernisasi dapat digunakan untuk memahami bagaimana adopsi teknologi,


khususnya digitalisasi komunikasi, dapat menjadi faktor pendorong transformasi sosial di
masyarakat.

Huntington (1976), mengatakan bahwa teori modernisasi melihat modern dan


tradisional sebagai konsep yang pada dasarnya bertentangan (asimetris).

McClelland sebagai seorang ahli psikologi sosial adalah bahwa modernisasi


memberikan kesempatan untuk setiap individu mempercepat proses pembangunan yang
berpedoman dengan menjadi wiraswasta. Harapan inilah yang berupaya mendorong agar
masyarakat menjadi mandiri dan berdaya.

Bert. F. Hoselit Menurut Bert dalam teori modernisasi adalah bahwa kehidupan
manusia berlandaskan pada pedoman hidup. Selain itu kesadaran terhadap faktor ekonomi
dan non ekonomi menjadi senjata dalam perkembangan manusia secara utuh. Dengan
demikian dapat menjadi harapan dalam pertumbuhan taraf hidup.

Alex memunculkan teori modernisasi yang dilatarbelakangi atas pandangan terhadap


pekerjaan serta aspek lingkungan material masyarakat. Oleh sebab itu, pembangunan
merupakan ciri utama dari teorinya. Guna meraih kemajuan yang cepat tanpa adanya gesekan
terhadap kebutuhan utama masyarakat.

2. Teori Diffusi Inovasi

Teori ini berkaitan dengan penyebaran inovasi atau teknologi baru di masyarakat.
Dapat digunakan untuk menganalisis bagaimana digitalisasi komunikasi diterima dan
disebarkan.Teori difusi inovasi merupakan teori yang membahas tentang bagaimana ide atau
gagasan baru dan teknologi tersebar dalam suatu kebudayaan. Teori difusi inovasi merupakan
perpaduan dari kata difusi dan inovasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata difusi memiliki arti berupa penyebaran
atau perembesan sesuatu berupa kebudayaan, teknologi, atau ide dari suatu pihak ke pihak
lain, sedangkan inovasi memiliki arti sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru,
yakni sebuah pembaruan.Teori difusi inovasi dipopulerkan pada tahun 1964 oleh Everett
Rogers. Dalam buku ciptaannya yang berjudul “Difussion of Innovations” ia menjelaskan
bahwa difusi merupakan proses ketika sebuah inovasi dikomunikasikan melalui beberapa
saluran dengan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Teori yang dikemukakan Rogers tersebut yakin bahwa inovasi yang terdifusi ke
seluruh masyarakat dengan pola yang dapat diprediksi. Rogers juga mendefinisikan difusi
inovasi sebagai sebuah proses yang mengkomunikasikan informasi tentang ide baru yang
dipandang secara subjektif. Makna inovasi demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui
sebuah proses konstruksi sosial.Sementara itu, difusi telah diperkenalkan lebih dulu oleh
seorang sosiolog Prancis, Gabriel Tarde pada tahun 1903. Dalam bukunya “The Laws of
Imitation” ia memperkenalkan pada publik Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion
Curve). Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa difusi inovasi merupakan proses sosial
dalam mengkomunikasikan informasi mengenai ide-ide baru yang awalnya dipandang secara
subjektif, namun perlahan-lahan mulai dikembangkan melalui proses konstruksi sosial
sehingga dapat dipandang secara objektif.

3. Teori Ekologi Media

Teori ekologi adalah studi tentang bagaimana media, teknologi dan proses
komunikasi memengaruhi lingkungan manusia. Teori ekologi media berpusat pada prinsip
bahwa masyarakat tidak bisa terlepas dari pengaruh teknologi dan bahwa teknologi akan
tetap menjadi fokus bagi sebagian besar masyarakat. Konsep dasar teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1964.

McLuhan terkenal sebagai pencetus frasa, "media adalah pesan" (medium is the
message), yang merupakan frasa diyakini berarti bahwa media yang dipilih untuk
menyampaikan pesan adalah sama pentingnya (jika tidak lebih penting) dari pesan itu
sendiri.[2] Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh mentornya, ekonom berkebangsaan
Canada, Harold Adams Innis (1951)

Dalam perspektif teori ini, pesan bukanlah hal yang mempengaruhi kesadaran kita,
melainkan media. Medialah yang lebih banyak memengaruhi alam bawah sadar kita. Media
yang membentuk pesan, bukan sebaliknya. Ini berarti media elektronik telah mengubah
masyarakat secara radikal. Masyarakat sangat bergantung pada teknologi yang menggunakan
media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat didasarkan pada kemampuannya untuk
menghadapi teknologi tersebut.

Teori ini dapat digunakan untuk memahami hubungan kompleks antara masyarakat
dan teknologi komunikasi digital. Ini melibatkan analisis lingkungan komunikasi yang
melibatkan berbagai elemen. Aspek-aspek seperti aksesibilitas teknologi, interaksi
antarindividu, dan perubahan dalam pola komunikasi dapat dieksplorasi dengan
menggunakan teori ini.

4. Teori Konvergensi Media

Pengertian Convergence atau konvergensi secara harfiah adalah dua benda


atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik; pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang
amat dekat.

Secara umum, konvergensi diartikan sebagai proses yang datang bersamaan


atau menyatu dalam suatu tujuan atau fokus yang sama, atau lebih singkatnya lagi dua hal
atau lebih yang datang bersamaan. Namun, adanya perbedaan persfektif dalam memandang
konvergensi menyebabkan definisi konvergensi juga semakin beragam.

European Commission, beranggapan bahwa konvergensi merupakan perpaduan antara


peralatan konsumen berupa telepon, televisi, dan computer pribadi (personal computer/PC).
Menurut Jenkins konvergensi adalah aliran konten ke berbagai platform media, kerja sama
antara berbagai industri media, serta perilaku migrasi audiensi yang senantiasa mencari
pengalaman entertainment dari konten media yang mereka konsumsi. konvergensi media
adalah suatu proses dimana teknologi baru diakomodasi melalui industri media dan
komunikasi serta kultur.

Jenkins menekankan bahwa konvergensi media bukan hanya sekedar proses teknologi
yang mampu menggabungkan beberapa fungsi media kedalam satu device. Konvergensi
media menurut Jenkins lebih mewakili perubahan kultural dimana para konsumen media
semakin terdorong untuk mencari informasi baru dan berusaha menghubungkan konten-
konten media yang sebelumnya tersebar.

Sementara itu, Burnett and Marshall mendefinisikan konvergensi sebagai


penggabungan industri media, telekomunikasi, dan komputer menjadi sebuah bentuk yang
bersatu dan berfungsi sebagai media komunikasi dalam bentuk digital. Senada dengan dua
definisi diatas, Key Concepts in Journalism Sudies menegaskan konvergensi media adalah
pertukaran media diantara semua media yang berbeda karakteristik dan platform-nya.

Sementara dari perspektif teknologi, konvergensi dalam teknologi dipahami secara


umum sebagai kemampuan jaringan platform berbedabeda yaitu penyiaran, satelit, kabel,
telekomunikasi dalam mengantarkan jenis layanan yang sama. Sedangkan pengertian media
adalah alat yang digunakan oleh komunikator (penyampai) pesan atau informasi yang ia
ketahui kepada komunikan

(pendengar/khalayak).

Teori konvergensi media dapat membantu menjelaskan bagaimana teknologi


komunikasi digital membawa perubahan dalam cara berbagai bentuk media (teks, suara,
gambar) saling berinteraksi dan menggabungkan ke dalam platform digital.

Penelitian dapat melibatkan analisis terhadap bagaimana media tradisional dan media
digital berinteraksi dan berubah dalam konteks masyarakat Dusun Suka Mulya.

5. Teori Perubahan Sosial

Teori perubahan sosial memberikan kerangka kerja untuk memahami transformasi


yang terjadi dalam masyarakat akibat adopsi teknologi baru. Perubahan merupakan proses
yang terus menerus terjadi dalam setiap masyarakat.

Proses perubahan itu ada yang berjalan sedemikian rupa sehingga tidak terasa oleh
mayarakat pendukungnya. Gerak perubahan yang sedemikian itu disebut evolusi. Sosiologi
mempunyai gambaran adanya perubahan evolusi masyarakat dari masyarakat sederhana ke
dalam masyarakat modern.

Proses gerak perubahan tersebut ada dalam satu rentang tujuan ke dalam masyarakat
modern. Berangkat dari pemikiran teori evolusi Comte tentang perubahan sosial. Titik tolak
pemikiran Comte adalah pandangannya tentang masyarakat dengan memanfaatkan konsep-
konsep biologi, yang dapat diringkas (Martindale dalam Sihabudin, 2011, 17-18) yakni.
Pertama, masyarakat berkembang secara linier (searah), yakni dari primitif ke arah
masyarakat yang lebih maju. Kedua, proses evolusi yang dialami masyarakat mengakibatkan
perubahan-perubahan yang berdampak terhadap perubahan nilai-nilai dan berbagai anggapan
yang dianut masyarakat. Ketiga pandangan subjektif tentang nilai dibaurkan dengan tujuan
akhir perubahan sosial.

Hal ini terjadi karena masyarakat modern merupakan bentuk masyarakat yang dicita-
citakan memiliki label yang baik dan lebih sempurna, seperti kemajuan, kemanusiaan, dan
sivilisasi. Keempat,perubahan sosial yang terjadi dari masyarakat sederhana ke arah
masyarakat modern berlangsung lambat, tanpa menghancurkan fondasi yang membangun
masyarakat, sehingga memerlukan, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

Berkaitan tersebut, bahwa perubahan sosial sudah diperkenalkan oleh beberapa ahli
teoritisi sosiologi klasik diantaranya, Karl Marx, Max Weber, Emile Durkhein, dan George
Simmel. Keempatnya membahas masalah kemunculan dari pengaruh modernitas. Menurut
Marx, bahwa modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis, ia mengakui kemajuan yang
ditimbulkan oleh transisi masyarakat sebelumnya ke masyarakat kaptalisme. Namun dalam
karya-karyanya, sebagian besar perhatiannnya ditujukan untuk mengkritik sistem ekonomi
kapitalis dan kecacatannya berkaitan alienasi
dan eksploitasi.

Menurut Weber, masalah kehidupan modern yang paling menentukan adalah


perkembangan rasionalitas formal. Rasional formal yang dimaksudkan Weber, meliputi
proses berfikir aktor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal ini pilihan
dibuat dengan merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang diterapkan secara
universal. Ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar, terutama struktur birokrasi
dan ekonomi.

2.2 Metodologi Penelitian

Paradigma penelitian ini menggunakan perspektif positivistik, yakni pendekatan


penelitian yang berbasiskan pada pengetahuan yang diperoleh dari verifikasi positif‘ atas
pengalaman yang teramati dengan prapossisi seperti adanya realitas objektif, orang-orang
dapat mengetahui realita yang terjadi, dan simbol-simbol dapat secara akurat digambarkan
dan dijelaskan.

A. Jenis dan Metode Penelitian

Kategori penelitian ini melibatkan penyelidikan deskriptif, yang bertujuan untuk


menjelaskan perilaku individu yang menggunakan perangkat komunikasi dan telekomunikasi
melalui ukuran seperti proporsi dan karakteristik. Metodologi penelitian yang dipilih adalah
penelitian kuantitatif, dengan mengintegrasikan berbagai jenis data sekunder.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Kajian ini mencakup pemeriksaan komprehensif di Indonesia, dengan penekanan


khusus pada ketersediaan data dari sumber seperti Badan Pusat Statistik. Pendataannya
disesuaikan dengan wilayah seperti Kubu Raya.

C. Interpretasi data

Data yang diperoleh diteliti untuk menghasilkan prediksi masa depan dengan
memanfaatkan informasi dari periode masa lalu. Analisis ini memberikan wawasan mengenai
realitas perubahan di masa lalu, masa kini, dan antisipasi perubahan di masa depan.

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif melibatkan penyelidikan suatu masalah dengan
menggunakan isu-isu yang ada sebagai landasan pengumpulan data. Peneliti kemudian
mengidentifikasi variabel dan mengukurnya untuk dianalisis menggunakan prosedur statistik
yang relevan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menarik kesimpulan dan
menggeneralisasi teori (Smith & Hasan, 2020). Penelitian survei, yang dilakukan pada
populasi besar atau kecil, melibatkan studi data yang dikumpulkan dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut. Survei biasanya dilakukan untuk membuat generalisasi dari
pengamatan yang mungkin tidak mendalam. Kekuatan generalisasi bergantung pada
keterwakilan sampel.

Metode survei yang digunakan dalam penelitian ini berupaya untuk menjelaskan peristiwa
atau kejadian terkait dengan kondisi efektivitas transformasi digital saat ini terhadap perilaku
remaja, khususnya masyarakat Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu
Raya. Tujuannya adalah untuk memahami nilai-nilai variabel independen atau dependen.
terkait dengan hadirnya transformasi digital dalam perilaku masyarakat Dusun Suka Mulya
Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya. dengan menjalin hubungan antar berbagai
variabel. Metode penelitian survei ini mencakup pengumpulan informasi yang beragam dan
relevan terkait dengan permasalahan yang diangkat penulis, termasuk data yang bersumber
dari laporan dan literatur.

3.1 Jenis Penelitian


Penulis bermaksud menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini,
khususnya menggunakan studi komunikasi etnografi. Metode ini memungkinkan penulis
tidak hanya mendeskripsikan tetapi juga menjelaskan dan menjalin hubungan berdasarkan
temuan data. Etnografi komunikasi, salah satu cabang antropologi yang diprakarsai oleh Dell
Hymes pada tahun 1962, mengeksplorasi fenomena sosiokultural yang berkaitan dengan pola
atau metode komunikasi dalam suatu masyarakat tertentu.
Etnografi komunikasi, suatu metode penerapan sederhana dalam pola komunikasi
suatu kelompok, mengkaji berbagai aspek seperti pola yang digunakan, interpretasi kegiatan
komunikasi, waktu dan lokasi kegiatan tersebut, peran komunikasi dalam pembangunan
komunitas, dan keragaman kode yang digunakan. oleh kelompok. Menurut Donal Carbaugh,
etnografi menghadirkan tantangan terkait identitas bersama, mengungkap makna bersama
dalam pertunjukan publik, dan menavigasi paradoks kelompok.
Etnografi komunikasi terutama berfokus pada perilaku komunikatif dalam suatu
komunitas, yang sangat dipengaruhi oleh unsur sosiokultural seperti aturan interaksi dan
budaya. Berbeda dengan memandang komunikasi hanya sebagai alat penyebaran informasi,
teori etnografi lebih mengutamakan kondisi budaya dan kecenderungan individu. Dalam
tradisi ini, komunikasi bukan hanya sekedar sarana penyampaian informasi tetapi merupakan
proses integral dalam produksi dan reproduksi budaya. Perspektif teoretis dalam kerangka ini
menekankan pola budaya dan menjelaskan bagaimana budaya membentuk dan dibentuk oleh
pola komunikasi.

3.2 Hasil Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini mengkaji dinamika hubungan


masyarakat antaragama yang bersumber dari perkembangan budaya. Dalam konteks ini,
kebudayaan diartikan sebagai perwujudan praktik kehidupan yang dibentuk oleh perjuangan
masyarakat, membentuk perspektif dan memberikan makna pada realitas dan perilaku suatu
komunitas. Menolak anggapan bahwa budaya adalah sebuah konsep tidak nyata atau
imajinatif yang diciptakan oleh suatu kelompok tertentu, konstruksi budaya diakui sebagai
elemen yang nyata dan berdampak secara faktual yang mempengaruhi beragam aspek
kehidupan individu dan kelompok masyarakat (Griswold, 2013).
1. Ciri Biografi dan Penggunaan Gadget
Di era digital saat ini, penggunaan teknologi gadget sudah menjadi hal yang sangat
diperlukan, dan usia menjadi faktor penentu prevalensinya. Misalnya saja, keterlibatan anak-
anak dengan gadget dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Sisi negatifnya, hal ini
dapat menghambat waktu belajar, waktu istirahat, dan berdampak pada kesehatan, khususnya
kesehatan mata. Di sisi lain, generasi muda, terutama generasi milenial, merasa sulit untuk
melepaskan diri dari gadget karena sudah menjadi kebutuhan. Selain penting, teknologi ini
memfasilitasi akses terhadap informasi melalui internet, menyederhanakan perdagangan, dan
menyediakan platform untuk ekspresi diri melalui media sosial.
Bahkan orang tua dan individu dalam usia produktif terpaksa menggunakan gadget
karena tuntutan pekerjaan, mengingat kebutuhan akan keterlibatan online, pengambilan
informasi, dan akuisisi data. Tren ini melampaui lingkungan profesional, karena banyak ibu
rumah tangga memanfaatkan gadget untuk penjualan online dan tujuan hiburan. Para lansia,
meskipun tidak secara universal menggunakan gadget, namun mereka menyaksikan
penggunaan gadget secara aktif, hal ini menyoroti dampak luas teknologi dari generasi ke
generasi. Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya mengalami
ketidakseimbangan gender yang mencolok dalam penggunaan gadget, terutama berpihak
pada perempuan, khususnya ibu rumah tangga. Sejauh mana gadget membina hubungan
harmonis antar pasangan berbeda-beda, bergantung pada kebijaksanaan masing-masing
pengguna dalam menggunakan teknologi untuk tujuan positif atau negatif.
2. Literasi Teknologi di Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya
Sebagian besar warga Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu
Raya menunjukkan pemahaman tentang teknologi gadget, memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber seperti teman, anak-anak, dan televisi. Pengguna gadget di desa ini
memanfaatkan teknologi untuk berbagai tujuan positif, termasuk memperoleh informasi,
mengikuti perkembangan berita, kegiatan pendidikan, tugas-tugas yang berhubungan dengan
pekerjaan, dan hiburan. Platform media sosial, khususnya, berfungsi sebagai alat yang
mempunyai banyak segi untuk menjual barang dan material, menawarkan jalan yang
menguntungkan dan praktis, terutama bagi ibu rumah tangga. Pemanfaatan gadget secara
proaktif ini melampaui batas desa, sehingga menarik pembeli baik lokal maupun dari luar
daerah. Komunitas pengguna gadget di Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten
Kubu Raya sudah familiar dengan teknologi tersebut dan menyadari relevansinya di era
digital saat ini, dimana tuntutan masyarakat memerlukan integrasi teknologi secara luas.
3. Pembelajaran
Optimalkan pemanfaatan teknologi yang ada, termasuk gadget yang diperuntukkan
bagi lansia, karena gadget tetap memiliki manfaat tidak hanya untuk hiburan tetapi juga untuk
membina komunikasi keluarga lintas jarak. Namun, kehati-hatian disarankan mengenai
penggunaan jangka panjang, terutama untuk menjaga kesehatan mata.
Di era digital saat ini, akses terhadap teknologi semakin luas dan memberikan manfaat
bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Dengan dukungan dari orang-orang
disekitarnya, penyandang disabilitas dapat aktif berinteraksi dengan gadget digital. Belajar
menggunakan gadget telah menjadi hal yang penting di era digital, dan masyarakat, seperti di
Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya sudah, menyadari kebutuhan
ini. Anak-anak dan remaja mahir belajar mandiri cara menggunakan gadget dan teknologi,
mengeksplorasi fungsionalitas online karena kemajuan teknologi.
Orang tua dan orang lanjut usia seringkali memperoleh ilmu dari generasi muda atau
teman, sehingga menimbulkan dampak positif dan negatif. Masyarakat cenderung
menggunakan teknologi dengan cara yang positif dan bermanfaat, meskipun penggunaan
gadget yang berlebihan pada anak-anak dan orang lanjut usia dapat menyebabkan masalah
kesehatan. Kemajuan teknologi dan media yang berkelanjutan tidak hanya mengubah
perilaku masyarakat tetapi juga berdampak pada pola konsumsi media massa. Media sosial,
khususnya, telah mengubah gaya hidup, memengaruhi budaya, etika, dan norma, terutama di
kalangan generasi milenial.
Penulis menyelidiki perilaku masyarakat di era digital dengan menggunakan kerangka
tiga dimensi yang digariskan oleh Dewi Hanggraeni (2011). Dimensinya meliputi:
1. Karakteristik Biografi:
Penggunaan teknologi di era digital sudah lazim terjadi di seluruh lapisan
masyarakat, tanpa memandang usia dan status perkawinan. Dusun Suka Mulya Desa Permata
Jaya Kabupaten Kubu Raya, apapun faktor demografinya, memanfaatkan berbagai gadget
tidak hanya untuk berkomunikasi namun juga untuk mengakses informasi. Gadget
memainkan peran penting dalam memenuhi beragam kebutuhan individu, meskipun beberapa
orang, khususnya orang tua, menyatakan keprihatinan tentang dampaknya terhadap fokus,
pola pikir, dan kesehatan mata anak-anak. Meskipun ada keberatan seperti itu, gadget sudah
menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk memudahkan penyelesaian tugas-tugas
seperti tugas akademik, pekerjaan kantor, ibadah, dan hiburan. Selain itu, sebagian
masyarakat, terutama kaum muda, memanfaatkan gadget untuk menghasilkan pendapatan.
Sifat gadget yang tersebar luas dalam kehidupan kontemporer telah menjadikannya lebih dari
sekadar alat komunikasi; mereka sekarang penting di era digital ini.

Di Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya, perempuan saat
ini lebih cenderung menggunakan gadget. Namun, keseimbangan gender diperkirakan akan
berubah seiring berjalannya waktu, sehingga penggunaan gadget menjadi lebih adil. Terlepas
dari gender atau status perkawinan, penting bagi setiap individu untuk menilai kembali
pendekatan mereka terhadap penggunaan gadget, mengingat dampaknya terhadap dinamika
keluarga. Penggunaan gadget yang bertanggung jawab berpotensi mencegah terjadinya
masalah seperti kecemburuan dan perselisihan rumah tangga. Memahami penggunaan gadget
yang benar semakin penting seiring kemajuan teknologi.
2. Kemampuan:
Kemahiran dalam penggunaan gadget berbeda-beda antar anggota masyarakat, ada
yang memperoleh keterampilan secara mandiri dan ada pula yang belajar dari anak atau
orang tuanya. Terkait dengan ciri-ciri biografi, penggunaan gadget di masa depan
diperkirakan akan meluas dan penting bagi semua orang. Kemahiran gadget dipandang
penting untuk komunikasi, hiburan, dan pencarian informasi yang efektif. Ibu rumah tangga,
misalnya, memanfaatkan teknologi untuk bisnis dan penghasilan tambahan, sementara ada
pula yang menggunakan gadget hanya untuk hiburan. Pegawai, termasuk PNS, wajib
menggunakan gadget untuk melakukan tugas-tugas pekerjaan, sehingga gadget menjadi alat
yang sangat diperlukan. Selain itu, gadget membantu siswa dalam hal-hal praktis, seperti
menyelesaikan tugas dan mengakses materi pendidikan.
Penulis menekankan pentingnya memahami dan menguasai teknologi gadget untuk
mengimbangi perkembangannya. Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan
masyarakat memerlukan pemahaman luas tentang penggunaan gadget agar tidak ketinggalan
informasi dan peluang.
Pandemi COVID-19 telah mempercepat penerapan gaya hidup digital, menekankan
efisiensi dan efektivitas biaya dalam bekerja melalui penggunaan alat-alat digital. Namun,
tantangan muncul karena beberapa individu, terutama anak-anak, menyalahgunakan
teknologi. Penelitian seperti yang dilakukan Eni Haryati pada tahun 2016 mengeksplorasi
perubahan perilaku masyarakat yang beralih dari pertanian ke industri. Memahami dan
beradaptasi terhadap perubahan perilaku ini sangat penting dalam menavigasi lanskap digital
yang terus berkembang.
Individu mempunyai kapasitas dan kemampuan yang disebut dengan kapabilitas
intelektual. Dalam konteks masyarakat saat ini, masyarakat sudah mempunyai kemampuan
memanfaatkan gadget untuk berbagai kebutuhan. Kemajuan teknologi ini tidak hanya terjadi
pada kelompok tertentu, bahkan ibu-ibu rumah tangga pun kini ikut berjualan gadget.
Teknologi ini memberikan peluang bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas fisik
dan lansia, untuk mendapatkan manfaat dan menghasilkan pendapatan tambahan melalui
penjualan online.
3. Pembelajaran.
Di era digital, penggunaan gadget banyak dianut oleh komunitas Dusun Suka Mulya
Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya. Penerimaan tersebut ditunjukkan dengan
pemahaman masyarakat dan pemanfaatan gadget secara efektif. Pembelajaran merupakan
bagian integral dalam penggunaan teknologi, dan individu, terutama orang tua, tidak serta
merta memerlukan pelatihan formal untuk menggunakan gadget. Hal ini memfasilitasi proses
pembelajaran bagi anak-anak dan orang-orang terdekatnya, sehingga integrasi teknologi ke
dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah diakses.
Dampak teknologi di era digital bisa positif atau negatif, tergantung penggunaan
individu. Jika digunakan secara positif, gadget berkontribusi terhadap profitabilitas bisnis,
menyederhanakan tugas kerja, membantu pendidikan, dan menyediakan akses terhadap
berita. Namun penggunaan gadget dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti paparan radiasi dan gangguan mata.
Pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan gadget mempunyai dampak negatif
yang minimal terhadap ibu rumah tangga, dan hanya berdampak kecil terhadap dinamika
rumah tangga. Ibu rumah tangga terkadang terlalu asyik menggunakan gadget sehingga
mengalihkan perhatian dari pengawasan anak. Penting bagi pengguna gadget, terutama orang
lanjut usia dan anak-anak, untuk menetapkan batasan waktu penggunaan untuk menghindari
akibat yang tidak diharapkan.

3.2.1 Lokasi
Dalam melaksanakan penelitian ini, Penulis memaksimalkan pencariaan data
melalui literatur terpercaya yang sudah teruji kebenarannya mealului buku maupun artikel
ilmiah. Lokasi penelitian Dusun Suka Mulya Desa Permata Jaya Kabupaten Kubu Raya
3.2.1 Waktu
Waktu penelitian selama peneliti melaksanakan pengumpulan data dan pembuatan
proposal dimulai sejak bulan September 2023 hingga sekarang.

NO TANGGAL/BULAN URAIAN KEGIATAN


1 September 2023 Penugasan
2 Oktober 2023 Konsultasi Judu
3 November 2023 Bimbingan Proposal
4 Desember 2023 Bimbingan Proposal
5 Januari 2024 Penyusunan dan pengumpulan

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Belajar.
Creswell J. W. (2016). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan
campuran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Duncan, C. R. (2016). Coexistence not Reconciliation: From Communal Violence to
Non-Violence in North Maluku, Eastern Indonesia. The Asia Pacific Journal of
Anthropology, 17(5), 460–474.
Eni Haryati (2016) Perubahan Perilaku Masyarakat Di Lingkungan Kawasan
Industry Studi Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fukuyama, F. (2000). Social Capital and Civil Society. International Monetary Fund.
Griswold, W. (2013). Cultures and Societies in a Changing World. SAGE
Publications, Inc.
Hanggraeni Dewi.(2012).Manajemen Sumber Daya Manusia,Lembaga Penerbit FE
UI.Jakarta
Huntington, S. P. (1976). No Easy Choice: Political Participation. Harvard
Innis, H. A., & Watson, A. J. (1950, 2007). Empire and communications. University of
Toronto: Dundurn Press Ltd.
Jenkins, H. (2006). Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New
York & London: New York University Press.
Kellner, Douglas. 2006. Media and Culture Studuies. Victoria: Blackwell
Kim, H.-J. (2007). Reformist Muslims in a Yogyakarta Village:The Islamic
Transformation of Contem- porary Socio-Religious Life.
Martindale: The Complete Drug Reference. 36th ed. London: Pharmaceutical Press
McLuhan, M. (1964). The Extensions Of Man. In Understanding Media.
Owen, B. M. (1999). The internet challenge to television. Harvard Univ. Press.
Poster, M. (1995). The second media age. John Wiley & Sons.
Publishing.
Putnam, R. D. (2000). Bowling alone: The collapse and revival of American
community. Simon & Schuster.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
University Press.
Varshney, A. (2002). Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslims in India.
Yale University Press
Yilmaz, I., & Barton, G. (2021). Populism, Violence, and Vigilantism in Indonesia:
Rizieq Shihab and His Far-Right Islamist Populism. European Center for Populism Studies
(ECPS).

Anda mungkin juga menyukai