Anda di halaman 1dari 9

JALAN TERAKHIR

Gambit Setyawan

Tokoh-tokoh :
MUHIDIN 35 Tahun (Kepala keluarga dan suami dari SITI, badan tegap berisi rambut
sedikit gondrong, pekerja keras)
SITI 31 Tahun (Perempuan hamil, istri dari MUHIDIN, tinggi , penyabar)
ARIF 29 Tahun (Tetangga dari MUHIDIN, rambut pendek, tegas)
MANDA 20 Tahun (Adik dari ARIF, Berjilbab, kurus, penyayang dan penyabar)

ADEGAN 1

SORE MENJELANG MALAM HARI DI SEBUAH RUMAH YANG SEDERHANA.


TERDENGAR SUARA RAMAINYA JALAN RAYA KENDARAAN. LAMPU PERLAHAN
MENYINARI PANGGUNG. SECARA REMANG-REMANG SETIAP SUDUT RUMAH
MULAI TERLIHAT. PERABOTAN-PERABOTAN TIDAK ADA YANG TERLIHAT
MEWAH. ADA RETAK DIBAGIAN TEMBOK DAN PADA BEBERAPA DINDING. PINTU
KAYU YANG HAMPIR KEROPOS. SEMUA TERLIHAT APA ADANYA DAN BEGITU
SAJA. BIAS CAHAYA LAMPU DARI DALAM KAMAR YANG TERLIHAT DI RUANG
TAMU. MUNCUL SEORANG WANITA DARI DALAM KAMAR DAN MENYALAKAN
LAMPU RUANG TAMU KEMUDIAN MEMATIKAN TELEVISI.

001. ARIF : Selamat sore. Saya Arif


002. SITI : Iya Arif sebentar (membukakan pintu)
003. ARIF : Ada titipan surat dari kantor pos untuk ibu, sepertinya surat ini
penting.
004. SITI : Oh iya.

1
005. ARIF : Pak Muhidin belum pulang bu ?
006. SITI : Mas Muhidin masih bekerja diluar kota. Lusa atau minggu depan
baru pulang.
007. ARIF : Hmm iya .. Manda akan sering datang kesini dan sepertinya
kurangilah aktivitasmu yang berat berat.
008. SITI : Iya Arif. Tadi pagi sudah cukup membantu. Persiapan ini sudah
cukup untuk kelahiran anak kami.
009. ARIF : Kalau begitu saya pamit dulu.
010. SITI : Terimakasih Arif

SITI MENUTUP PINTU DAN MEMBUKA SURAT ITU DI KURSI RUANG TAMU.
SITI MEMBUKA SURAT. SITI TERKEJUT SEAKAN AKAN TIDAK PERCAYA.
TERDENGAR SUARA SEPEDA MOTOR YANG TIDAK ASING DARI KEJAUHAN. SITI
BERGEGAS MERAPIKAN SURAT ITU DAN MENYEMBUNYIKANNYA.

011. MUHIDIN : Assalamualaikum


012. SITI : Waalaikumsalam, loh tumben sekali mas sudah pulang ?. tidak
mengabari rumah kalau mau pulang.
013. MUHIDIN : Iya, besok atasanku ada agenda di kantor, dan juga karena ada
masalah dengan lahan oleh warga setempat jadi pekerjaan
proyek dilanjutkan minggu depan
014. SITI : Masalah itu lagi. mas istirahat dulu, sebentar biar kusiapkan air
hangatnya untuk mandi.
015. MUHIDIN : (Memegang tangan Siti) Sudah mas katakan, jangan melakukan
aktivitas yang berlebih, saat ini sudah cukup besar, dik.
Mas khawatir.
016. SITI : Tidak apa mas. Aku masih sanggup
017. MUHIDIN : Aku bisa sendiri (sambil mencium siti)
018. SITI : Iya mas, akan kubuatkan teh saja.
019. MUHIDIN : Iya terimakasih

2
MUHIDIN MELEPAS SERAGAM KANTORNYA DAN MENUJU KE KAMAR
MANDI , SITI BERJALAN KE DAPUR DAN MEMASAK AIR DI POCI UNTUK
MEMBUAT TEH. MUHIDIN TERDIAM DI LORONG KAMAR MANDI SAMBIL
BERCERMIN.

020. SITI : Mas (memanggil muhidin tapi tidak ada tanggapan) Mas, jadi
masak air atau tidak ? Pancinya di dapur.
021. MUHIDIN : Hmmmm… Iya ?
022. SITI : Air mandinya bagaimana ?
023. MUHIDIN : Sepertinya belum terlalu dingin buat mandi. Tidak perlu air hangat.
024. SITI : Baik mas.

SITI MENYIAPKAN TEH DAN MEMANASKAN LAUK DARI MEJA MAKAN KE


ATAS KOMPOR. SETELAH MENYIAPKAN SEMUANYA, MUHIDIN KELUAR DARI
KAMAR MANDI.

025. SITI : Makananya sudah siap.


026. MUHIDIN : Iya.
027. SITI : Tadi pagi Manda dan Arif ke rumah.
028. MUHIDIN : Oh iya ? apa yang mereka lakukan.
029. SITI : Hanya menjenguk .
030. MUHIDIN : Maafkan mas, belum bisa meluangkan waktu.
031. SITI : Jika mas istirahat dari pekerjaan itu kita mendapatkan uang dari
mana ?
032. MUHIDIN : Hmmmmmm…
033. SITI : Sudah jangan dipikirkan mari lanjut makan
034. MUHIDIN : Iya.

MUHIDIN TERLIHAT TIDAK NAFSU MAKAN. SITI CURIGA ADA SESUATU


YANG TERJADI OLEH SUAMINYA.

3
035. SITI : Ada apa mas ?
036. MUHIDIN : Tidak, tidak…. Aku terdiam karena selalu merasa tidak ada yang
lebih enak dari masakanmu.
037. SITI : Hmmmmm.. hehe.. entah pujian atau gombalan itu sudah tidak
berlaku untukku mas. Kita sudah hidup bersama saat ini.
038. MUHIDIN : Hahah iya … aku ingin membelikan oleh oleh tadi pagi tapi
sepertinya harus kusisihkan untuk biaya kelahiran buah hati
kita ini. (sambil mengelus dan mencium perut istrinya.)
039. SITI : Lebih baik seperti itu mas, ditabung untuk biaya persalinan.
Kebutuhan sehari hari juga masih cukup kok.
040. MUHIDIN : Iya

SELESAI MEREKA MAKAN SITI MERAPIKAN DAN MEMBAWANYA KE


TEMPAT CUCIAN. MUHIDIN TERLIHAT GELISAH INGIN MENGATAKAN SESUATU
TAPI TIDAK BISA. MUHIDIN MASUK KE DALAM KAMAR DAN MENGENAKAN
CELANA PANJANG.

041. SITI : (melihat muhidin yang sepertinya akan pergi keluar) Mas mau
kemana ?
042. MUHIDIN : Pergi ke rumah Arif sebentar
043. SITI : Jangan lama lama mas, cepat istirahat karena perjalanan jauh tadi
044. MUHIDIN : Iya tidak lama hanya berkunjung sebentar saja.
045. SITI : Bawalah payung.
046. MUHIDIN : Iya.
047. SITI : Hati hati

4
ADEGAN 2

KETIKA SITI SEDANG MEMBERESKAN BAJU YANG ADA DI RUANG TAMU


SAMBIL MERAPIKAN BARANG BARANG MUHIDIN. TIBA TIBA MUHIDIN
MEMBUKA PINTU. SONTAK SITI SEDIKIT KAGET.

048. SITI : Ada apa mas ? bikin kaget saja.


049. MUHIDIN : Tidak apa, sepertinya hujan akan turun aku bergegas pulang
050. SITI : Hmmmm… sudah ada payung
051. MUHIDIN : Iya ..
052. SITI : Sebenarnya ada apa dengan mas ?
053. MUHIDIN : Sepertinya sedang capek.
054. SITI : Iya istirahat saja.

MUHIDIN MEREBAHKAN DIRI DI KURSI RUANG TAMU.

055. MUHIDIN : Dek, mas mau tanya


056. SITI : Iya ?
057. MUHIDIN : Apakah kamu mendapatkan surat dari Arif ?
058. SITI : (Terdiam)..
059. MUHIDIN : Maafkan mas , belum bisa cerita yang sesungguhnya
060. SITI : (Sedikit berbicara keras) Tahu begitu aku memilih tinggal di
rumah ibu saja. Semua ini cukup lama mas, baru saja aku
mengetahuinya dari surat itu.
061. MUHIDIN : Tapi sebenarnya pekerjaan yang kudapatkan cukup layak.
062. SITI : Sudah kubilang dulu, lebih baik memperjuangkan buah hati ini
daripada gengsi kepada tetangga di kampung halaman.
063. MUHIDIN : Siti, aku tidak ingin membuatmu terbebani di rumah ibumu, itu
janjiku padamu. Dan aku mempunyai kewajiban untuk

5
menafkahimu bagaimanapun caranya. Persepsi
orang orang tentang kita karena tinggal di rumah ibumu seakan
akan mengharapkan sebuah warisan dari orang tuamu
dan menyingkirkan saudaramu lainnya.
064. SITI : Biarkan kata orang, sekarang ini bagaimana situasi malah semakin
sulit karena aku mengikuti mas ke rumah kontrakan ini.
Bukannya aku tidak bersyukur tapi disini malah menambah
keadaan susah keluarga kita mas. Kita pulang saja.
065. MUHIDIN : Tidak bisa. membawamu pergi dari rumah itu bukti kalau aku
mampu untuk menafkahimu secara tanggung jawab dan
mencintaimu sebagai istriku.
066. SITI : Terserah mas. janjimu itu tidak sesuai dengan keadaan kita (masuk
ke dalam kamar)

MUHIDIN BERDIRI DI DEPAN PINTU KAMAR TIDAK BERANI MASUK.


KEMUDIAN MUHIDIN MEREBAHKAN KEMBALI RUANG TAMU DAN TERTIDUR.
TIBA TIBA ADA SUARA KETOK PINTU.

067. ARIF : (dengan nada tajam) Muhidin, kau pikir ini akan berlalu begitu
saja? Surat pemecatan itu harus kau tanggung!
068. MUHIDIN : Arif, kau tak seharusnya memberikan surat itu pada Siti! Aku telah
meminta padamu untuk menunda pemberitahuan ini!
069. ARIF : Kau berani meminta sesuatu padaku? Setelah segala janji palsumu
selama ini?
070. MUHIDIN : (menghela nafas) Arif, aku tahu aku punya utang padamu, tapi ini
terlalu kejam! Itu adalah urusan keluargaku!
071. ARIF : Utang, Muhidin? Aku punya utang yang lebih besar padamu, dan
ini adalah cara membayar utangmu.

6
SITI KELUAR DARI DALAM KAMAR DAN BERDIRI DENGAN MELIHAT
MUHIDIN DAN ARIF YANG BERBICARA DENGAN TENSI TINGGI. SITI MASIH
BELUM TAHU APA YANG SEBENARNYA TERJADI. KEMUDIAN DISUSUL MANDA
JUGA DATANG.

072. MUHIDIN : Tapi aku sudah memberimu uang! Aku berjanji akan melunasinya!
073. ARIF : Uang itu tak cukup, Muhidin.
074. MANDA : Kalian berdua, sudahlah! Lihatlah kondisi Siti, dia sedang hamil
besar! Ini bukan saatnya untuk bertengkar!
075. ARIF : (menoleh pada Manda) Ini semua karena kerabatmu satu ini yang
tidak bisa mengendalikan diri!
076. MANDA : Tapi kau juga tidak perlu membongkar semuanya di depan Siti!
Dia tidak bersalah dalam semua ini!
077. ARIF : Kau pikir aku peduli? Aku butuh uang, Manda. Uang untuk biaya
sekolahmu.
078. MANDA : Aku tahu,. Tapi ini bukan cara yang benar.
079. ARIF : (mengeluarkan dokumen) Manda, ini yang kubicarakan padamu
beberapa hari yang lalu. Data kematian orang tua kita dan
uang pesangon yang digelapkan oleh Muhidin.
080. MANDA : Ini... ini sungguh?
081. MUHIDIN : (berdiri di depan Siti, tatapannya terhenti pada perut Siti yang
sedang hamil besar) aku... aku harus bicara.
082. SITI : Apa yang sebenarnya terjadi, Mas? Aku tidak mengerti.
083. MUHIDIN : Sebenarnya, semuanya dimulai dari investasi. Aku mencoba
meningkatkan keuangan kita, tapi malah terjebak dalam
penipuan. Dan akhirnya aku memakai uang pesangon dari
orang tua Arif dan Manda untuk melunasi hutang hutang. Tak
lama kemudian aku juga dipecat dari tempat kerja. Surat yang
kamu terima dari Arif itu adalah sebagai jaminan atas hutangku ke

7
dia. Aku tidak ingin kamu membaca surat itu karena akan
membuatmu khawatir. Cukup aku saja yang --

084. SITI : Investasi? Penipuan? Hutang ? Kenapa tidak memberitahuku


selama ini mas ?
085. MUHIDIN : Aku takut, Takut kehilangan segalanya. Hutangku semakin
menumpuk, dan aku takut keadaan ini akan membuatmu
semakin tertekan. Aku yakin kamu akan lebih memilih di
rumah ibumu. Aku tidak ingin itu Siti, aku ingin melindungimu
086. SITI : Melindungiku? Mas, apakah kau tak percaya padaku sebagai
pasanganmu? Kita harus menghadapi semua masalah
bersama- sama.
087. MUHIDIN : Maafkan aku,. Aku tahu aku salah. Aku tahu janjiku palsu, tapi aku
takut kehilanganmu. Aku takut terlihat kecewa di matamu.
088. SITI : Dan sekarang, apa yang akan kita lakukan?
089. MUHIDIN : Aku tahu ini salahku. Aku tidak berhak minta maaf. Tapi, aku
mencintaimu. Aku mencintai anak kita yang ada di
perutmu. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu.
090. SITI : Mas, kita harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan kita.
Apapun yang terjadi, kita harus bersama-sama mengatasi
ini.
091. MUHIDIN : Aku siap menerima segala konsekuensinya. Aku tak ingin lagi
menyembunyikan sesuatu darimu.
092. SITI : (menatap Muhidin dengan penuh pertimbangan) Bagaimana kita
bisa melanjutkan hidup setelah ini, mas?
093. MUHIDIN : Aku akan memperbaiki segalanya. Aku akan bekerja keras,
melunasi utang-utangku, dan membuatmu bahagia. Ini janji
yang sesungguhnya.
094. SITI : Janji lagi, mas? Aku ingin melihat tindakan nyata darimu bukan
kata-kata.

8
095. MUHIDIN : (berlutut di depan Siti) aku tahu kata-kata tidak cukup. Aku
bersedia melakukan apapun untuk memperbaiki
kesalahanku. Tolong, berikan aku kesempatan untuk
membuktikan cintaku padamu.
096. SITI : Mas, ini bukan hanya tentang aku dan kamu. Ini tentang keluarga
kita, tentang anak yang akan segera lahir. Kau harus
bertanggung jawab atas pilihanmu.
097. MUHIDIN : Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menjalani konsekuensi
dari perbuatanku, dan aku akan bekerja keras untuk
memberikan masa depan yang baik untuk keluarga kita.
098. SITI : Mari kita bersama-sama hadapi ini, mas. Kita harus kuat untuk
anak kita.
099. MUHIDIN : Terima kasih, Siti. Aku akan melakukan segalanya untuk
membuatmu bangga padaku lagi.

SUASANA TEGANG DAN HARU MELINGKUPI MEREKA BERDUA,


SEMENTARA POLISI MASIH BERADA DI RUANG TAMU. LAMPU PANGGUNG FADE
OUT.

TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai