Anda di halaman 1dari 7

23 Tips Jadi Penyiar Handal

Menjadi penyiar profesional tidak cukup bermodal suara emas (golden voice), ganteng, cantik, seksi dan montok alias semok,

tapi juga perlu modal lainnya, seperti wawasan, nalar, sense of music, sense of humor, kemampuan bertutur, dll.

Banyak orang yang memiliki suara bagus, berkarakter, khas, dewasa, empuk dan renyah dan ada juga yang plus ganteng, seksi

dan semok. Namun, tidak semuanya bisa menjadi penyiar karena ada beberapa kemampuan penunjang yang harus dimiliki

selain suara, keunggulan fisik.

Kalau di radio keunggulan fisik memang tidak mutlak diperlukan. Tidak ada pendengar yang melihat bagaimana gaya anda

berpakaian, bagaimana gaya rambut anda, betapa ganteng, cantik dan seksinya anda. Hanya saksi hidup teman kerja anda

serta saksi bisu mixer dan mic yang tahu bagaimana penampilan Anda.

Siaran sambil sarunganpun bisa, bercelana pendek juga boleh, karena radio adalah suara (sound). Suara plus kemampuan

profesional seorang penyiar adalah jembatan keberhasilan sebuah radio menjual program dan konten siaran kepada

pendengar. Melalui seorang penyiarlah radio berinteraksi langsung dengan pendengar.

Berbeda memang dengan TV, dimana layar – layar kaca LCD dan LED berbagai stasiun TV bak etalase orang-orang ganteng,

cantik, dan seksi. Seperti tidak memberikan ruang buat –maaf- orang jelek, padahal belum tentu orang jelek itu bodoh dan tak

bertalenta.

Sebaliknya beberapakali kita lihat mas-mas dan mbak-mbak yang ganteng dan caktik di layar TV terlihat bodoh dan tidak

berwawasan ketika mewawancarai narasumber atau hanya sekedar menyampaikan improvisasi berita. Penyebabnya mudah di

tebak, yaitu karena wawasan yang kurang dan nalar yang cetek.

Untuk Radio, kelihatannya tren sekarang ini dianggap agak kuno jika masih berpatokan pada kualitas suara untuk menjadi

seorang penyiar, karena tren sekarang golden voice sepertinya sudah tidak menjadi syarat utama untuk menjadi penyiar .

Orang bersuara cepreng, tidak bulat, atau jelek saja sekarang bisa jadi penyiar asal pinter ngebanyol, tahu musik dikit, beken

alias selebritis, atau bersedia menjadi bahan olok-olok alias siap di buly penyiar utama yang menjadi tandem siarannya, maka

dia sudah bisa bercuap-cuap ria di radio.

Intinya jadi seorang penyiar radio atau penyiar TV harus cerdas, smart, pandai berkomunikasi dengan berbagai kalangan dari

kondektur sampai direktur, dari mantri sampai menteri, dari pak raden sampai presiden.

Kenapa memiliki wawasan penting buat seorang penyiar? Ya iyalah, bagaimana seorang penyiar dapat membuat siarannya

hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton jika tidak memiliki wawasan soal kosa kata, soal musik, soal berita dan
perkembangan terkini, dan masalah-masalah lain yang menjadi perhatian publik. Dengan memiliki wawasan kosa kata saja

seorang penyiar akan dengan lugas berkata-kata dan bertutur dengan varietas kata dan improvisasi yang oke.

Banyak baca, banyak melihat (nonton TV misalnya), banyak beriteraksi dengan orang-orang yang memiliki kemampuan dari

berbagai disiplin ilmu, dan mau menerima kritik dan masukan orang lain adalah modal memiliki wawsan luas.

Makanya kalau mau jadi penyiar radio atau TV hebat dan jempolan jangan males, arogan, dan defensif. Kalau mau jadi penyiar

atau yang sudah jadi penyiar dan mau meningkatkan levelnye ke taraf beken buanglah sifat malas, arogan dan difensif. Kalau

belum bisa membuang sifat-sifat itu lebih baik anda banting stir jadi penyiar di kamar mandi saja. Berikut yang Anda harus

lakukan dan siapkan untuk menjadi penyiar yang handal.

1 . Sense Of Music.

Penyiar harus memiliki sense of music yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi mesti

paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya.

2 . Sense Of Humor.

Penyiar juga harus humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio dituntut mampu

menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan (entertaintment).

3 . Bahasa Tutur.

Siaran harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan (conversational language), demikian juga naskah berita

atau iklan. Bahasa tutur yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang mempunyai ciri khas :

1. Kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.

2. Menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari (spoken words).

Didalam bahasa tutur, lagu kalimat (infleksi, inflection) memegang peranan penting. Tanpa bantuan lagu kalimat sering

orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur.

Sama pentingnya adalah artikulasi atau pronounciation (pengucapan kata), intonasi (nada suara atau irama bicara),

aksentuasi (logat, dialek, stressing), dan speed (kecepatan berbicara, tempo).

4 . Rileks.

Penyiar adalah “pemain sandiwara” (performer) dan menghadapi tantangan yang sama dengan penyanyi atau aktor.

Begitu di atas pentas, di depan kamera, atau di belakang microphone, Anda tidak akan dapat memberikan penampilan terbaik

kecuali jika Anda santai (relax).


Tenggorokan tercekik (tight throat), leher tegang, dan pundak yang kaku, akan membuat Anda tidak dapat mengeluarkan

suara terbaik. Relaksasi bukanlah soal psikologis, tapi soal fisik. Ia tidak dimulai di otak, tapi di badan. Relaksasi diperoleh

melalui sebuah proses fisik berupa peregangan dan pernafasan. Jika tubuh Anda rileks, emosi Anda akan mengikuti.

5 . Atur Nafas.

Bernafas secara tepat adalah dasar siaran profesional. Naskah siaran harus memberi kesempatan untuk bernafas. Ketika

Anda membaca naskah, buatlah tanda di mana Anda akan mengambil nafas. Ikuti instruksi Anda sendiri dan bernafaslah saat

Anda melihat tanda itu. Sikap badan yang baik dan dukungan dari diafragma Anda, akan membuat tiap nafas bekerja lebih

lama bagi Anda.

Anda bisa latih hal itu dengan cara meratakan jari tangan dan tekan diafragma (rongga antara dana dan perut). Ketika Anda

mulai dengan suara rendah, tekan diafragma Anda dengan tangan. Teknik ini akan memberi Anda kekuatan ekstra. Jauhkan

mulut Anda dari microphone saat menarik nafas. Jangan sampai tarikan nafas Anda mengudara.

6 . Visualisasi.

Penyiar radio berbicara kepada pendengar yang tidak terlihat. Secara simultan (bersamaan), sebagai penyiar Anda

berbicara kepada tidak seorang pun (talk to no one) –karena tidak satu orang pendengar pun yang hadir secara fisik di depan

Anda— dan kepada setiap orang (talk to everyone), mungkin ribuan pendengar.

Talk to one one and eveyone! Penyiar radio juga sering sendirian di ruang siaran, tidak ada lawan bicara, hanya ditemani

sejumlah “benda mati” –komputer, mixer, dan sebagainya. Membentuk “mental image” tentang pendengar Anda sangat

penting untuk siaran terbaik. Berbicara kepada benda mati bukan saja tidak membangkitkan semangat (uninspiring), tapi juga

tidak realistis.

Karenanya, saat siaran, bayangkan Anda sedang berbicara pada seorang teman, atau sekelompok kecil orang. Membayangkan

adanya seorang pendengar di depan Anda, akan membantu Anda berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational

way).

7 . Tentukan Pilihan.

Di radio, Anda hanya punya satu kesempatan untuk membuat pendengar Anda mengerti yang Anda kemukakan. Di

media cetak, pembaca akan mengulang bacaan pada bagian yang mereka tidak pahami. Di televisi, ada bantuan visual untuk

memperjelas berita. Tapi di radio, yang dimiliki pendengar hanya suara Anda.
Karena itu, saat menyampaikan sebuah informasi, putuskan kata-kata mana yang menjadi kata kunci (key words) dan

garisbawahi. Tiap kata memiliki nilai berbeda. Putuskan apa yang akan Anda tekankan, di mana lagu kalimat (inflection) Anda

akan menaik dan menurun, dan di mana Anda akan bernafas. Biasanya, infleksi menaik kalau akan bersambung dan menurun

jika akan berhenti.

8 . Konsentrasi.

Tidak ada pilot otomatis dalam siaran. Jika Anda tidak mendengar apa yang Anda katakan, tidak ada orang lain yang

akan mendengar. Siaran yang baik membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi. Tidak mudah untuk mengatur nafas Anda,

memvisualkan pendengar Anda, dan melaporkan cerita pada saat yang sama. Karena itu, relaksasi adalah kunci konsentrasi.

9 . Latihan.

Best voice requires experimentation. Seorang penyiar harus menemukan suara terbaiknya dan ini butuh eksperimen.

Jika Anda punya pilihan mikrofon, cobalah satu per satu untuk menemukan mike paling sesuai bagi Anda. Beberapa mike

dibuat untuk mendorong tinggi-rendah suara Anda, dan Anda bisa menyelaraskannya sesuai dengan kebutuhan Anda.

Mintalah bantuan teknisi.

Cobalah dengan merekam suara Anda dalam sikap tubuh yang berbeda, kedekatan yang berbeda dengan mike, dan tingkat

proyeksi (pengerasan) yang berbeda. Bayangkan ragam pendengar dan lihatlah bagaimana “mental image” ini mempengaruhi

penyampaian Anda.

10 . Bicara Kepada Satu Orang.

Bayangkan, pendengar itu satu orang! Orang yang baru pertama kali berbicara di radio, sering secara salah

memvisualkan pendengarnya –membayangkan bahwa pendengar itu ribuan. Padahal, orang yang mendengarkan itu dalam

kelompok berjumlah satu orang (in group of one). Ya, bayangkan pendengar itu satu orang. Berbicaralah layaknya kepada

teman akrab (intimate friend). Lihat wajah teman Anda itu dalam “pikiran mata” (mind’s eye) Anda.

11 . Smile.

Senyumlah, meski pendengar tidak melihat Anda. Berbicara dengan senyum, akan terasa hangat, ramah, friendly, di

telinga pendengar.

12 . Gesture.

Gunakan gerakan tubuh (gesture), meskipun tidak ada orang yang melihat Anda. Gestur akan membantu anda berbicara

lebih rileks, akrab, dan memiliki jiwa.


13 . Infleksi.

Pelajarilah cara orang berbicara saat ngobrol dan gunakan pola pembicaraan itu ketika membaca naskah.

14 . Atasi Gugup.

Mulut Anda kering, jantung berdebar, dan lutut bergetar. Anda pun panic dan Anda gugup (nervous). Lantas harus

bagaimana?

 Tarik nafas yang dalam – penuhi tubuh Anda dengan oksigen. Ini akan membantu otak Anda bekerja.

 Gerakan badan Anda (bluff). Berdiri tegak, layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap.

 Lalu tersenyumlah! Meskipun Anda tidak merasa bahagia atau percaya diri, lakukanlah. Anda akan tampak percaya diri

dan tubuh Anda akan “mengelabui” otak Anda untuk berpikir bahwa ini adalah percaya diri.

 Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap basah. Siapkan selalu air mineral, jangan sampia mulut dan tenggorokan

Anda kering.

 Lancarkan aliran darah dengan memijat dahi.

 Pastikan Anda sudah siap. Siapkan bahan pembicaraan, pahami tema atau naskah.

15 . Tehnik Vocal.

Penyiar harus lancar bicara dengan kualitas vokal yang baik. Teknik vokal yang diperlukan antara lain kontrol suara

(voice control) selama siaran, meliputi pola titinada (pitch), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara (quality).

16 . Diafragma.

Kualitas suara yang diperlukan seorang penyiar adalah “suara perut”, suara yang keluar dari rongga badan antara dada

dan perut –dikenal dengan sebutan “suara diafragma”. Jenis suara ini akan lebih bertenaga (powerful), bulat, terdengar jelas,

dan keras tanpa harus berteriak. Untuk bisa mengeluarkan suara diafragma, menurut para ahli vokal, bisa dilakukan dengan

latihan pernafasan, antara lain:

 Ucapkan huruf vocal A, I, U, E, O dengan panjang-panjang. Contoh: tarik nafas, lalu suarakan AAAAAaaaaaaaaaaaaa…

(dengan bulat), terus, sampai habis nafas. Dilanjutkan lagi untuk huruf lainnya.

 Suarakan AAAAaaaaaaa… dari nada rendah, lalu naik sampai AAAAaaaaaaa… nada tinggi.

 Ambil napas pelan-pelan. Ketika diafragma dirasa udah penuh, buang pelan-pelan. Untuk nambah power, buang nafas itu,

hela dengan cara berdesis: ss… ss… ss… (putus-putus), seperti memompa isi udara keluar. Akan tampak diafragma Anda

bergerak.
 Saat mengambil napas, bahu jangan sampai terangkat. Kalau terangkat, berarti Anda bernapas dengan paru-paru. Contoh:

ketika orang sedang ambil napas mendadak karena kaget, ia akan mengambil napas dengan paru-paru. Makanya, orang

kaget suka megang dada.

17 . Intonasi.

Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak

datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara. Misalnya, mengucapkan

“Bagus ya!” dengan tersenyum dan semangat, akan berbeda dengan mengucapkannya dalam ekspresi wajah datar, bahkan

nada sinis. Latihan intonasi bisa dengan mengucapkan kata “Aduh” dengan berbagai ekspresi –sedih, kaget, sakit, riang, dan

seterunya.

18 . Aksentuasi.

Aksentuasi (accentuation) adalah logat atau dialek. Lakukan penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu yang

dianggap penting. Misal, “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”; atau “Saat sakit, tindakan terbaik adalah

dengan minum obat”; “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”.

Aksentuasi dapat dilatih dengan cara menggunakan “konsep suku kata” -dan, yang, di (satu suku kata); minggu, jadi, siap,

Bandung (dua suku kata); bendera, pendekar, perhatian (tiga suku kata); dan sebagainya. Ucapkan sesuai penggalan atau suku

katanya!

19 . Speed.

Gunakan kecepatan (speed) dan kelambatan berbicara secara bervariasi. Kecepatan berpengaruh pada kejelasan

(clarity), juga durasi. Kalo waktu siaran sudah mepet, kecepatan diperlukan.

20 . Artikulasi.

Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata. Disebut juga pelafalan kata (pronounciation). Setiap kata

yang diucapkan harus jelas, misalkan harus beda antara ektrem dengan eksim. Seringkali, dijumpai kata atau istilah yang

pengucapannya berbeda dengan penulisannya, utamanya kata-kata asing seperti “grand prix” (grong pri), atau nama-nama

orang Barat — -”Tom Cruise” (Tom Cruz), George Bush (Jos Bus), dan banyak lagi.

21 . Be Yourself.

Keaslian (naturalness) suara harus keliar. Bicara jangan dibuat-buat. Anda harus menjadi diri sendiri, be yourself, tidak

meniru orang lain.


22 . Ceria.

Kelincahan (vitality) dalam berbicara sehingga dinamis dan penuh semangat, cheerful! Anda harus ceria selalu. Jangan

lemas, lunglai, nanti terkesan tidak mood, apalagi ”judes”! Ingat, penyiar adalah penghibur, entertainer!

23 . Hangat.

Keramahtamahan (friendliness) sangat penting. Anda harus sopan, hangat, dan akrab. Penyiar profesional menjadi

teman dekat bagi pendengar. Intinya menjadi seorang penyiar radio secara umum sebenarnya gampang, asal ada kemauan

dan memiliki kompetensi dasar yang akan menjadi pondasi untuk pengembangan diri untuk menjadi seorang penyiar

profesional. Menjadi penyiar tidak cukup dengan modal bisa ngomong saja. Banyak yg perlu di pelajari dan dipahami dari

sistematika penyajian siaran.

Harus disadari bahwa penyiar adalah seorang komunikator dalam proses komunikasi, karena memiliki tugas sebagai pengirim

pesan kepada publik. Menjadi penyiar yang baik dan profesional tidak bisa diperoleh begitu saja, tetapi harus melalui proses

pembelajaran panjang yang harus dilalui dengan serius agar dapat memahami dan melaksanakan profesi tersebut dengan

optimal.

Oleh karena itu jangan bosan untuk terus mengembangkan diri dan belajar tanpa terbatas oleh ruang, waktu dan situasi serta

kondisi. Cara paling mudah, yaitu bertekad dan bersikaplah selalu sebagai seorang penyiar profesional dan bukan karyawan

yang hanya puas dengan gaji yang terima setiap bulannya. Seorang penyiar professional harus ahli dibidangnya, tahu aturan

main yang terkait dengan profesinya dan ujungnya layak dibayar mahal.

Seorang penyiar profesional tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dicapai dan di dapatkannya saat ini. Dia akan selalu

membuka diri untuk terus belajar dari siapapun dan dari sumber manapun, termasuk pendengar. Hampir semua

penyiar/anchor/presenter profesional, seperti Larry King sekalipun banyak belajar dari masukan masyarakat.

Masukan dari masyarakat bisa berupa koreksi, cemooh atau makian, bahkan pujian yang akan mengajarkan kita menjadi

penyiar yang baik. Selain itu untuk menjadi penyiar profesional jangan pernah bosan untuk mempelajari apapun dan jangan

alergi terhadap bidang apapun. Berusahalah untuk menguasai banyak hal seperti bidang politik, ekonomi, hukum, dan lain-

lain. Kuncinya “Yang penting banyak tahunya, meskipun tidak mengetahui terlalu mendalam satu bidang tertentu layaknya

seorang pakar”.

Anda mungkin juga menyukai