Anda di halaman 1dari 8

Kapata Arkeologi, 13(1), 47-54

ISSN (cetak): 1858-4101


ISSN (elektronik): 2503-0876
http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

SEBELUM JALUR REMPAH: AWAL INTERAKSI NIAGA LINTAS


BATAS DI MALUKU DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI
Before The Spice Route: Cross Border Trade Initiation in Maluku in the
Archaeological Perspective

Marlon NR Ririmasse
Balai Arkeologi Maluku - Indonesia
Jl. Namalatu-Latuhalat, Ambon 97118
ririmasse@yahoo.com

Naskah diterima: 29/01/2017; direvisi: 22/03 - 20/06/2017; disetujui: 20/06/2017


Publikasi ejurnal: 25/07/2017

Abstract
Spice Route has become one of the main issues in the cultural historical studies of Indonesia
recently. The discussion is still attached to effort to understand the existence of spice route
as the part of the extensive trade system that have been initiated by the history of contact and
interaction with the traveler from Western Asia; China; and the European explorers. There
were almost no discussion that tried to explore the nature of the spice route prior to the
contact with the Mainland Asia and the European. Including in the Maluku Archipelago. This
paper discuss the formation process of the spice trade system in the prehistoric period and
early historic period in Maluku from the archaeological perspective. The approach that has
been adopted in this research is bibliographical studies. This paper found that the trade
system and exchange in Maluku has been initiated since the prehistoric period as has been
highlighted by the arcaheological studies in the region.

Keywords: Spice Route, Archaeology, Maluku

Abstrak
Jalur rempah kembali menjadi salah satu isu yang mengemuka dalam diskusi sejarah budaya
Nusantara setahun terakhir. Dimana wacana yang mengemuka umumnya masih mengamati
keberadaan jalur rempah sebagai jejaring yang dibentuk oleh sejarah kontak dan interaksi
dengan para penjelajah dari Asia Barat; Tiongkok dan terutama para pendatang Eropa.
Hampir tak ada diskusi yang mencoba mengamati kemungkinan tumbuh kembang jalur niaga
ini di era yang jauh lebih awal. Termasuk di Kepulauan Maluku. Makalah ini mencoba
mengamati proses pembentukan jaringan niaga dan perdagangan rempah serta aneka
komoditi eksotik di masa prasejarah dan awal sejarah di Kepulauan Maluku dari sudut
pandang studi arkeologi. Pendekatan yang digunakan adalah kajian pustaka. Hasil kajian
menemukan bahwa jaringan niaga dan pertukaran di Maluku telah dibentuk semenjak masa
prasejarah sebagaimana ditunjukkan oleh ragam hasil penelitian arkeologi.

Kata kunci: Jalur Rempah, Arkeologi, Maluku

PENDAHULUAN ibarat dua sisi yang menyatu pada keping mata


Selama ini diskusi akademis tentang jalur uang.
rempah cenderung melekat pada gagasan bahwa Benar kiranya, bahwa ekonomi rempah
tumbuh kembang jejaring niaga ini bertautan adalah gerbang bagi kontak dan interaksi dengan
dengan kontak dan interaksi dengan para musafir para pendatang Eropa, yang kemudian bermuara
dari Asia Barat, penjelajah Tiongkok dan pada kolonialisme di Nusantara. Sudah pada
terutama para pendatang Eropa. Pandangan ini tempatnya pula, keberadaan pemahaman bahwa
sepertinya telah sedemikian melekat, sehingga jejaring niaga ini telah berkembang sebelum
gagasan tentang jalur rempah dan gelombang orang-orang Eropa tiba, ketika para pedagang
kedatangan orang-orang Eropa di Nusantara dari Asia Barat dan Tiongkok datang ke
Nusantara.
47
doi: 10.24832/kapata.v13i1.388
© 2017 Kapata Arkeologi Balai Arkeologi Maluku. Bebas akses di bawah lisensi CC BY-NC-SA.
Nomor Akreditasi: (LIPI) 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015.
Fakta-fakta historis ini kiranya juga METODE
berlaku di Maluku, sebagai salah satu kawasan Sebagai upaya awal untuk membuka
sumber komoditi eksotik. Menjadi rumah bagi ruang diskusi bagi pemahaman proses
tanaman endemik cengkeh dan pala, Maluku pembentukan jaringan niaga jalur rempah di
merupakan tujuan utama para pendatang Eropa Maluku, maka telaah atas kronologi sejarah
yang membawa rempah pada titik baru dalam budaya menjadi sentral dalam tulisan ini. Lebih
ekonomi dunia masa itu. lanjut, pendekatan yang digunakan dalam
Hal yang kiranya belum mendapat penelitian ini adalah studi pustaka. Kajian
perhatian adalah upaya untuk menjelaskan cikal pustaka difokuskan pada sumber-sumber tentang
bakal terbentuknya apa yang disebut sebagai hasil penelitian arkeologi yang relevan dengan
jalur rempah di Nusantara dan Maluku. pertanyaan penelitian dan diperkaya dengan
Terutama terkait gagasan yang mempertanyakan sumber pustaka historis dan pustaka budaya
apakah jalur rempah ini muncul pada saat kontak yang selaras.
dan interaksi dengan Tiongkok, Asia Barat, dan
Eropa dimulai, atau merupakan kelanjutan dari HASIL DAN PEMBAHASAN
jaringan niaga dan pertukaran yang telah ada Jalur Rempah: Tinjauan Konseptual
pada masa yang lebih awal. Jika bisa diibaratkan Selama kurun waktu dua tahun terakhir,
jalur rempah sebagai jalan raya, hal yang wacana mengenai jalur rempah sempat
kemudian didiskusikan adalah seperti apa mengemuka di berbagai media. Perhatian
keadaan sebelum jalan raya ini dibangun. umumnya ditujukan untuk menemukenali jejak-
Apakah didahului oleh jalan setapak yang jejak budaya pada salah satu jaringan niaga
sifatnya rintisan ataukah memang langsung terpenting dalam sejarah Nusantara ini. Aspek
dikonstruksi sebagai sebuah jalan raya? Tulisan lain yang sering didiskusikan adalah gagasan
ini merupakan upaya untuk mendiskusikan untuk menghidupkan dan merevitaliasi kembali
kondisi tersebut dengan berpijak pada hasil potensi jalur historis ini dalam konteks masa
penelitian arkeologi yang ada di Maluku dan kini.
kawasan sekitar. Titik perhatian pertama kiranya tidak
Keberadaan jalur rempah tidak dapat semata melekat dengan romantisme sejarah
dinafikan telah menjadi elemen sentral yang kejayaan niaga rempah dan komoditi eksotik
membentuk sejarah budaya Maluku dan masa lalu. Melekat pada gagasan untuk
Nusantara. Gambar besar sejarah selama ini menemukenali jejak budaya ini, sejatinya adalah
menitikberatkan pada tumbuh kembang jalur upaya untuk mulai mengelola jalur rempah dan
rempah yang sepertinya melekat pada era kontak segenap pusaka budaya yang terkait dengan isu
awal dengan Asia Barat dan Tiongkok serta ini secara lebih utuh dan berkelanjutan.
terutama setelah kedatangan para pendatang Aspek kedua tentang revitalisasi, kiranya
Eropa. Diskusi tentang proses terbentuknya jalur merupakan tindak lanjut dari langkah di atas.
rempah pada masa yang jauh lebih awal kiranya Pada bagian ini, isu pengelolaan menjadi titik
masih sangat terbatas. Berpijak pada kondisi ini sentral dengan perhatian utama pada situs-situs
maka permasalahan yang dikemukan dalam arkeologi dan tradisi budaya yang bertautan dan
tulisan ini adalah, bagaimanakah proses masih merefleksikan citra historis jalur rempah.
terbentuknya jaringan niaga jalur rempah di Dalam hal ini, upaya memberi nilai tambah bagi
Kepulauan Maluku pada masa lalu ditinjau dari segenap potensi pusaka jalur rempah adalah isu
hasil penelitian arkeologi di wilayah ini dan utama.
kawasan sekitar? Pameran tematis oleh Museum Nasional
Lebih jauh dengan mengacu pada tentang jalur rempah, kiranya adalah salah satu
rumusan masalah dimaksud ini maka tujuan contoh geliat kajian isu ini di pentas nasional.
penulisan ini adalah, Memahami proses Demikian halnya dengan beberapa forum
terbentuknya jaringan niaga jalur rempah di akademis yang digelar untuk mendiskusikan
Kepulauan Maluku sebelum era Eropa/Islam dan gagasan jalur rempah dan memberi kerangka
kontak dengan Tiongkok, dengan perhatian yang kekinian bagi topik yang terbilang bukan topik
ditujukan pada hasil penelitian arkeologi yang baru ini. Konsistensi jalur rempah sebagai isu
relevan. akademis kiranya menjadi cermin nilai penting

48
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 47-54
pengetahuan tentang ekonomi rempah dan kembang beragam produk yang memiliki nilai
jaringan niaganya dari masa ke masa. tinggi secara ekonomis. Termasuk berbagai
Jalur rempah adalah sebutan yang komoditi yang dikategorikan sebagai rempah-
disematkan pada jaringan niaga yang rempah. Ciri kepulauan dengan profil
menghubungkan antara belahan barat dan timur lingkungan yang bervariasi, juga menjadi faktor
dunia. Jaringan ini membentang dari Pantai utama yang membuat komoditi eksotik asal
Barat Kepulauan Jepang, melintasi Kepulauan wilayah ini menjadi begitu beragam.
Indonesia, melalui India, daratan timur tengah Sejak awal, beberapa tempat di Nusantara
dan dari sana berlanjut ke kawasan laut tengah telah dikenal sebagai kawasan sumber berbagai
hingga tiba di Eropa. Bila diukur dalam jarak komoditi langka yang dicari di pasar dunia.
maka bentangnya mencapai lebih dari 15.000 km Sumatera menjadi rumah bagi produk kapur
dan menjadi jalur yang tidak mudah dilalui, barus dan lada. Jawa dan Sumatera adalah
bahkan untuk saat ini. tempat dimana lada dihasilkan. Kepulauan Nusa
Cikal bakal jalur rempah ini kemungkinan Tenggara menjadi pulau-pulau dengan produk
berawal dari kontak dan interaksi pertukaran unggulan kayu harum cendana. Bergerak lebih
jarak pendek antar pelabuhan dan kota yang ke timur maka di Aru akan ditemukan komoditi
kemudian berkembang. Selama berabad-abad langka berupa mutiara dan bulu burung
kapal-kapal berlayar makin jauh melintasi cendrawasih.
samudera; menerobos alam yang ganas dan Diantara semua komoditi eksotik asal
ancaman penduduk negeri-negeri asing yang Nusantara yang diperdagangkan ke pasar dunia
disinggahi. Alasan penjelajahan ini kiranya tidak sepanjang abad ke-16-18, objek niaga yang
murni melekat pada hasrat petualangan; namun memiliki nilai paling tinggi agaknya diwakili
didorong oleh tujuan utama untuk berdagang. oleh cengkeh dan pala. Cengkeh adalah tanaman
Jalur rempah juga merupakan salah satu endemik yang tumbuh di pulau-pulau kecil di
jaringan niaga tertua yang ada dalam peradaban belahan utara kepulauan maluku. Khususnya di
manusia. Jaringan yang dibentuk oleh daerah- Ternate, Tidore dan pulau-pulau sekitar. Pala
daerah sumber dan titik distribusi berbagai adalah tanaman asli lain yang tumbuh di
komoditi eksotik dari berbagai wilayah di timur. Kepulauan Banda, di Maluku. Menarik bahwa
Setidaknya sejak 2.000 tahun silam, kayu manis kedua komoditi ini pada awalnya berkembang
asal Srilanka tersebar sepanjang jalur niaga dan menjadi komoditi unggulan di habitat
menuju Timur Tengah. Berbagai komoditi lain aslinya, yaitu pulau-pulau yang memiliki
juga dipertukarkan. Gading gajah, sutera, karakteristik vulkanik. Melalui kedua komoditi
keramik, logam dan aneka batu berharga adalah inilah Kepulauan Maluku menjadi titik tujuan
komoditi yang memberi keuntungan besar bagi jaringan niaga rempah dunia yang mengubah
para pedagang yang bersedia melewati resiko sejarah setelah kedatangan orang-orang Eropa
melintasi samudera dan daratan asing. Catatan mengenai koneksitas Kepulauan
Saat ini, barangkali pilihan menempuh Nusantara dalam perdagangan rempah dunia
resiko sedemikian untuk berdagang terlihat tidak sendiri telah dicatat pada berbagai sumber
masuk akal. Namun, rempah bukan semata sejarah sejak awal masehi. Salah satu sumber
tentang bumbu yang memberi rasa makanan. paling awal berasal dari Pliny the Elder dari
Rempah atau spice berasal dari bahasa latin Romawi yang dalam catatannya menyebutkan
spesicies yang berarti benda dengan nilai khusus. mengenai para pelaut pemberani dari timur yang
Kepentingan medis dan tujuan ritual di masa itu datang menggunakan perahu-perahu sederhana
juga sangat bergantung pada rempah-rempah (Tanudirdjo, 2010). Sumber paling awal lainnya
yang berasal dari timur ini. Adalah melalui peran datang dari Tiongkok dimana berita Dinasti Han
yang sedemikian, rempah kemudian bukan saja menyebutkan mengenai aturan bahwa para
memiliki nilai tinggi, namun memberi energi pejabat kerajaan yang hendak menghadap kaisar
untuk penjelajahan yang menggerakkan sejarah. harus menguyah cengkeh sebagai penyedap bau
mulut. Sumber Cina lainnya menyebutkan
Jalur Rempah di Nusantara mengenai cengkeh yang disebut sebagai chi she
Dalam kaitan dengan jalur rempah, atau ting hsiang yang dilukiskan berbentuk
karakteristik lingkungan Nusantara telah seperti paku dan di datangkan dari mo wu atau
menciptakan ruang yang ideal bagi tumbuh Maluku.

49
Sebelum Jalur Rempah: Awal Interaksi Niaga Lintas Batas di Maluku
dalam Perspektif Arkeologi, Marlon NR Ririmasse
Jaringan niaga ini kemudian semakin komoditi eksotik di Maluku. Keterhubungan
berkembang ketika kerajaan-kerajaan besar antar titik-titik inilah yang kemudian
Nusantara, sepert Sriwijaya dan Majapahit membentuk sistem niaga lokal di Maluku yang
terlibat perdagangan dengan Cina, India, dan bertautan dengan jalur rempah pada skala
Asia Barat. Puncak dari keterhubungan ini kawasan dan global (de Jonge dan van Dijk,
kiranya terjadi setelah kedatangan orang-orang 1995).
Eropa yang membangun jejaring niaga Salah satu sentra niaga utama yang selalu
mengubah gambar besar ekonomi rempah dunia disebut dalam sumber sejarah adalah Kepulauan
secara keseluruhan pada masa itu. Penemuan Banda. Dalam berbagai referensi historis, Banda
Kepulauan Maluku sebagai kawasan sumber tidak hanya disebutkan sebagai daerah produksi
cengkeh dan pala, yang kemudian secara untuk komoditi langka dan mahal berupa buah
langsung dihubungkan dengan pasar Eropa, pala dan bunga pala. Namun, juga menjadi
menjadi gerbang sejarah yang mengubah wajah tujuan dari pedagang-pedagang lokal di Maluku
Nusantara selamanya. dan kawasan sekitar.
Orang-orang dari Kepulauan Kei,
Jaringan Niaga dan Jalur Rempah di Maluku disebutkan secara teratur berlayar ke Banda
Keterhubungan Kepulauan Maluku untuk menjual perahu-perahu buatan mereka
dengan mata rantai perdagangan dunia memang yang memang terkenal kualitasnya. Dari Banda,
baru banyak diulas semenjak kedatangan orang- orang-orang Kei akan mendapatkan tembikar
orang Eropa. Kebiasaan membuat catatan dan produk-produk lain yang berasal dari
perjalanan dan peta-peta baru adalah salah satu tempat-tempat jauh. Demikian pula para
nilai positif dari penjelajahan yang sejatinya pedagang yang singgah di Kepulauan Aru,
bertujuan ekonomis ini. biasanya juga akan berhenti di Banda untuk
Ketika orang-orang Eropa tiba, berdagang atau melakukan tukar menukar
Kepulauan Maluku sebenarnya juga telah komoditi. Mereka membawa mutiara dan bulu
memiliki jaringan niaga regional yang burung cendrawasih serta hasil laut. Aneka
menghubungkan sentra-sentra dagang dalam komoditi ini biasanya diperdagangkan dengan
wilayah ini. Mulai dari pulau-pulau penghasil pala.
cengkeh di utara, hingga pulau-pulau terselatan Beberapa sumber juga menyebutkan
yang berbatasan dengan Nusa Tenggara, dimana mengenai jaringan niaga antara Banda dengan
tersedia aneka hasil laut yang langka serta salah pulau-pulau di Maluku bagian tengah. Seram,
satu komoditi paling menguntungkan, yaitu disebutkan sebagai wilayah yang menjadi
budak. pemasok utama bahan makanan untuk penduduk
Pada masa itu, komoditi pangan yang di Kepulauan Banda. Pulau Seram biasanya
bersifat sehari-hari umumnya didukung oleh mengirimkan produk sagu ke Kepulauan Banda
pulau-pulau berukuran besar, seperti Seram, sebagai sumber pangan utama bagi penduduk. Di
untuk wilayah bagian tengah Maluku dan sini, sagu akan ditukar bukan saja dengan pala,
Halmahera untuk wilayah utara. Sagu, adalah namun juga dengan aneka komoditi asing yang
salah satu komoditi utama yang dihasilkan di dibawa masuk ke Kepulauan Banda (de Jonge
sini. Untuk komoditi eksotis yang lebih bernilai dan van Dijk, 1995; Ririmasse, 2010) .
ekonomis lebih tersebar di hampir seluruh pulau- Kontak dan interaksi lokal-regional-
pulau yang ada di Kepulauan Maluku. Selain global ini pada akhirnya membentuk suatu
Ternate, Tidore yang menghasilkan cengkeh jaringan niaga nan panjang dari Maluku menuju
serta Banda yang menghasilkan pala, beberapa pulau-pulau di bagian barat Nusantara untuk
pulau juga memiliki produk yang khas. kemudian terbagi menuju Asia Timur di
Kepulauan Aru memiliki mutiara serta bulu Tiongkok, Asia Tenggara Daratan, India, hingga
burung cendrawasih. Kepulauan Kei merupakan Asia Barat, Timur Tengah, dan tentu saja, Eropa.
penghasil teripang dan produk-produk bahari Hal yang kemudian menjadi diskusi
langka (de Jonge dan van Dijk, 1995). dalam kajian ini adalah, terkait sejak kapan
Beberapa sumber sejarah dari era kolonial jaringan niaga yang menghubungkan Kepulauan
kiranya telah menyebutkan tentang beberapa Maluku dengan dunia luar ini terbentuk. Satu hal
wilayah yang menjadi simpul-simpul utama yang pasti adalah, bahwa sebelum kedatangan
yang menghubungkan daerah-daerah produksi orang-orang Eropa, Kepulauan Maluku telah

50
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 47-54
menjadi tujuan niaga bagi para pedagang asal Rekam kronologi aktivitas manusia paling
bagian barat Nusantara yang kemungkinan awal di Kepulauan Maluku sejauh ini ditemukan
menjadi penghubung antara wilayah ini dengan di situs Gua Golo, Pulau Gebe, Maluku Utara. Di
dunia yang lebih luas. pulau yang terletak antara Halmahera dan
Beberapa sumber-sumber sejarah telah Daerah Kepala Burung di Papua ini,
menyebutkan bahwa budaya Islam telah penanggalan absolut menunjukan angka 31.000
mencapai Kepulauan Maluku kurang dari satu tahun yang lalu (Bellwood, 2000). Jejak hunian
abad sebelum orang-orang Eropa datang. Hal awal manusia dari periode yang kurang lebih
tersebut juga dibuktikan dengan keberadaan semasa, juga hadir di Kepulauan Aru.
kerajaan-kerajaan Islam yang tumbuh luas dan Penanggalan ini direkam di situs Liang
telah menjadi mapan di Kepulauan Maluku saat Lemdubu yang berada di Pulau Kobror dengan
kedatangan orang Eropa. Sumber-sumber usia mencapai 25.000 tahun yang lalu
sejarah dari masa Majapahit juga telah 2¶&RQQRU Selain kedua situs ini, data
menyebutkan Kepulauan Maluku. Toponomi kronologi budaya manusia di Kepulauan Maluku
seperti Seram, Gurun, Wanda dan beberapa umumnya hadir dari masa 15.000 tahun yang
nama tempat lain di maluku dalam kitab lalu atau lebih muda. Pulau Seram, yang
Nagarakertagama menjadi petunjuk, sehingga merupakan pulau terbesar di Maluku, sampai
membuka kemungkinan akan kontak dan dengan beberapa tahun silam bahkan belum
interaksi niaga antara Maluku dan kerajaan- ditemukan jejak budaya yang lebih tua dari
kerajaan besar di bagian barat Nusantara telah 2.000 tahun silam (Starks and Latinis, 1992).
tumbuh pada masa itu. Hasil survei arkeologis yang dilakukan di
Hal yang kemudian menjadi diskusi wilayah pesisir timur Pulau Seram pada tahun
adalah apakah jaringan niaga yang 2015, kini memberikan gambar dan pengetahuan
menghubungkan Kepulauan Maluku dengan baru terkait jejak-jejak kontak dan interaksi
dunia luar ini baru terbentuk sekitar awal Masehi antara daratan terbesar di Maluku ini dengan
sebagaimana disebutkan oleh sumber Tiongkok wilayah sekitar. Dalam studi terkini, direkam
di atas, ataukah sebelum itu telah adalah jalur- bukan saja kronologi budaya hingga ke masa
jalur niaga yang dibentuk pada masa yang jauh Neolitik dan era yang lebih tua; namun juga
lebih awal di era prasejarah. bertautan dengan situs lukisan cadas yang
menghubungkan Seram dengan situs serupa di
Sebelum Jalur Rempah dalam Tinjauan Kei dan Papua.
Arkeologis Beberapa ahli arkeologi dan lingkungan
Jejak masa prasejarah di Kepulauan Maluku: purba memang telah menerima bahwa eksistensi
inisiasi kontak dengan dunia luar situs-situs tertua di kedua wilayah di atas terkait
Geliat pertukaran dan perdagangan di dengan proses migrasi dan interaksi antara Pulau
Kepulauan Maluku pada masa silam memang Gebe dan Kepulauan Aru dengan Daratan Besar
mencapai masa keemasan setelah kedatangan Papua di sebelah timurnya (Tanudirjo, 2013).
para pedagang dari luar Maluku, seperti Jawa, Selama ini gelombang migrasi manusia awal di
Bugis-Makassar, Cina, Arab, hingga akhirnya Kepulauan Maluku diyakini berasal dari wilayah
orang-orang Eropa. Pada masa itu kontak dengan barat (Birdsell, 1977). Sayangnya, hasil
dunia luar memang menjadi sedemikian intens penelitian arkeologi di pulau-pulau yang relatif
dan terbuka. Tidak mengherankan wajah rapat dengan Sulawesi sebagai daratan besar di
Maluku di masa kini menjadi begitu beragam barat yang terdekat dengan Maluku belum
sebagai dampak interaksi yang dinamis di masa berhasil memberikan penanggalan yang cukup
lalu. Hubungan Kepulauan Maluku dengan tua. Lagipula jejak-jejak budaya yang ditemukan
wilayah-wilayah sekitarnya sejatinya telah di Gebe dan Aru menunjukan karakter yang
diinisasi jauh sebelum kedatangan para lebih dekat dengan profil Paparan Sahul
pedagang tersebut. Kepulauan ini telah menjadi daripada tetangganya, Paparan Sunda di barat
wilayah yang dilintasi, dieksplorasi dan (Tanudirdjo, 2010). Kemungkinan dinamika
diokupasi, bahkan sejak masa prasejarah. Bukti- interaksi ini diwakili oleh temuan tulang hewan
bukti arkeologis dan sejarah budaya menjadi endemik asal Sahul yang ditemukan di pulau-
penanda proses kompleks dimaksud. pulau di Maluku Utara (Bellwood, 1997).
Kepulauan Maluku Tenggara hingga saat ini

51
Sebelum Jalur Rempah: Awal Interaksi Niaga Lintas Batas di Maluku
dalam Perspektif Arkeologi, Marlon NR Ririmasse
belum ditemukan bukti-bukti yang menandai potensial untuk segera ditindaklanjuti dengan
model interaksi serupa selama masa Pleistosen. riset yang lebih mendalam ke depan (Ririmasse,
Kontak dan interaksi dengan dunia luar pada 2010).
masa prasejarah di Kepulauan Maluku Kedatangan para penutur bahasa
Tenggara, baru teramati geliatnya menyusul Austronesia di Kepulauan ini membawa serta
kedatangan gelombang migrasi penutur bahasa bentuk-bentuk budaya dan tradisi baru yang
Austronesia dalam kawasan ini. segera menjadi dominan di berbagai tempat di
Kepulauan Maluku dan terjaga hingga saat ini.
Penutur bahasa Austronesia dan jejak budaya Aktivitas perburuan dan mencari ikan yang
logam: dimulainya pertukaran lintas batas sebelumnya telah dikenal sebelum kedatangan
Kehadiran para penutur Bahasa para penutur Austronesia, kini diperkaya dengan
Austronesia di Kepulauan Maluku kiranya mengembangkan pengetahuan domestikasi
terkait dengan proses migrasi kolosal komunitas hewan seperti babi dan ayam. Aktivitas
ini pesisir timur Daratan Cina. Proses ini pertanian juga mulai dikenal dengan
diperkirakan mulai berlangsung setidaknya sejak mengembangkan ubi-ubian, pisang, kelapa dan
6.000 tahun yang lalu di Taiwan dan berakhir sagu. Teknologi baru diintroduksi dengan
pada sekitar 800-1200 Masehi di Selandia Baru munculnya gerabah, beliung persegi dan
(Ririmasse, 2010). Dampak dari diaspora dikembangnya model perahu bercadik ganda.
kompleks ini bisa diamati dari geografi kolosal Arsitektur khas Maluku di masa lalu dengan
penutur bahasa Austronesia yang membentang model rumah panggung juga merupakan warisan
dari Taiwan hingga Selandia Baru dan dari Pulau budaya Austronesia.
Paskah hingga Madagaskar. Kedatangan para Hireraki dan struktur sosial yang direka
penutur bahasa Austronesia ini juga diyakini menurut faktor kekerabatan juga mulai dikenal.
menjadi pemicu berkembangnya budaya Representasi material atas model kekerabatan ini
Neolitik beserta segenap aspek-aspek yang diwakili oleh eksistensi rumah-rumah besar yang
melingkupinya. Pada saat yang sama mereka menjadi penanda setiap keluarga. Kelas-kelas
juga mengintroduksi teknologi tinggi pelayaran sosial terbentuk dan terkait ideologi cikal bakal.
masa itu di Kepulauan Asia Tenggara hingga Oleh karena itu, umum di masa lalu ditemui
Oseania. Dengan penguasaan kemampuan ini, keberadaan simbol-simbol visual yang spesifik
interaksi antar pulau menjadi lebih intens. mewakili setiap keluarga atau kelompok.
Perdagangan dan pertukaran jarak jauh juga Bangunan atau rumah biasanya diberi hiasan
menjadi lebih berkembang. berupa hasil perburuan sebagai penanda status
Jejak budaya Neolitik di Kepulauan sosial setiap kelompok. Pemahaman terkait
Maluku sejauh ini baru ditemukan di dua situs. religi juga berkembang dan melekat dengan
Pertama ditemukan di Situs Uattamdi, Pulau praktek pemujaan leluhur. Bentuk-bentuk
Kayoa, Maluku Utara, dengan penanggalan yang ekspresi material atas kepercayaan tradisional ini
mencapai 3.300 tahun lalu (Bellwood, 2000). senantiasa kaya dengan nuansa estetika,
Situs kedua ditemukan di Pulau Ay, Kepulauan sehingga seringkali hadir dalam wujud karya
Banda dengan penanggalan mencapai 3.200 seni dengan balutan nilai filosofis tinggi.
tahun yang lalu (Lape, 2000). Pada kedua situs Kepulauan Maluku, secara khusus di
ini direkam himpunan temuan yang umum pulau-pulau yang berada di selatan, jejak
dikenal sebagai paket Neolitik mencakup: kehadiran para penutur Austronesia teramati
fragmen gerabah poles merah; tulang babi, dan melalui bahasa Central Malayo Polynesia yang
alat-alat kecil. Eksistensi situs-situs Neolitik ini digunakan secara luas di wilayah ini
kiranya merupakan penanda gelombang pertama (Tanudirdjo, 2005). Jejak arsitektur dalam model
kedatangan kelompok migran berpenutur bahasa rumah besar juga masih teramati hingga saat ini,
Austronesia di Kepulauan Maluku. antara lain di wilayah Tanimbar, Kei (Barraud,
Beruntung, bahwa pada akhir tahun 2015, 1979). Refleksi hirarki dan struktur sosial
tim riset gabungan Indonesia-Amerika Serikat, teramati jelas dalam konsep pengelompokan
mendata sejumlah situs baru yang menunjukkan masyarakat di kepulauan ini. Rekam historis
kronologi budaya dari era Neolitik. Situs-situs menunjukkan fenomena kelas sosial yang
ini tersebar di pesisir tenggara dan utara Seram diaplikasikan antara lain di Kepulauan Kei.
Bagian Timur dan menjadi kawasan yang Karakter Austronesia yang melekat dengan

52
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 47-54
budaya bahari diwakili bukan saja oleh Maluku Tenggara. Kehadiran benda-benda
kemampuan rekayasa teknologi pelayaran, berharga ini kemungkinan tekait erat dengan
namun meluas ke segi filosofis dengan makin meningkatnya kontak dagang antara
penggunaan tema perahu sebagai simbol dalam Kepulauan Maluku dengan wilayah di sebelah
kawasan (Ririmasse, 2011). Hal tersebut barat. Mengamati geografi sebaran nekara Dong
kemudian dimaterialisasi dalam arsitektur dan Son di Nusantara, kemungkinan besar benda-
rencana ruang tradisional (Ririmasse, 2008). benda bermartabat ini masuk ke Maluku melalui
Kelekatan dengan ideologi cikal bakal jalur perdagangan dari Cina, melalui Jawa, dan
direfleksikan lewat religi tradisional yang Sunda Kecil, sebelum tiba di Kepulauan
menempatkan pemujaan leluhur sebagai sentral. Maluku. Kehadiran benda-benda dimaksud
Manifestasi materi atas praktek khas ini sejauh ini merupakan penanda material paling
ditemukan secara luas di Kepulauan Maluku otentik adanya perdagangan jarak jauh antara
Tenggara. Ekspresi material yang paling khas di Kepulauan Maluku dengan di wilayah-wilayah
Kepulauan Maluku Tenggara terkait ekspansi di barat yang semakin berkembang pada awal
budaya Austronesia kiranya terwakili melalui masehi. Sekaligus menjadi cermin yang
keberadaan situs lukisan cadas di Dudumahan, menjelaskan nilai penting kepulauan ini dalam
Kepulauan Kei yang diperkirakan berusia antara jaringan perdagangan dunia jalur rempah.
2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu (Ballard,
1988; Ririmasse, 2010). Keberadaan situs ini KESIMPULAN
sekaligus menjadi penanda masa dimana kontak Kedatangan para pedagang luar ke
pertukaran dan perdagangan dimulai dengan Kepulauan Maluku tidak hanya membawa aneka
Asia Daratan. produk baru, namun meluas juga ke pengetahuan
dan ideologi baru. Kedatangan orang-orang
Zaman logam: masuknya Kepulauan Maluku Austronesia telah membawa serta segenap
ke dalam jaringan perdagangan regional pengetahuan terkait pelayaran yang
Geliat perdagangan regional dalam kemungkinan menjadi dasar bagi kemampuan
lingkup Asia Tenggara Kepulauan kiranya tidak bahari penduduk di Kepulauan Maluku.
lepas dari inisiasi dan berkembangnya teknologi Terutama teknologi rekayasa perahu di
lebur logam di Asia Daratan. Sentra dari budaya Kepulauan Kei. Mereka juga membawa serta
baru ini terletak di Dong-Son yang kini menjadi gagasan struktur dan hirarki sosial yang
bagian dari wilayah sebelah utara Vietnam menginisiasi model struktur sosial yang kini
(Bellwood, 2000). Produk paling khas dari dikenal di Maluku. Pemahaman terkait ideologi
budaya Dong Son adalah nekara perunggu yang cikal-bakal juga tercermin lewat berkembangnya
ditemukan secara luas di Nusantara hingga religi tradisional yang melekat dengan konsep
Melanesia. Persebarannya meliputi kawasan pemujaan leluhur. Manifestasi materi atas
pantai timur Asia Tenggara Daratan berlanjut konsep ini ditemukan secara luas di Kepulauan
menuju Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Maluku.
Tenggara, hingga Maluku (Tanudirdjo, 2010). Persentuhan dengan para pedagang
Benda-benda bermartabat ini menjadi penegas muslim asal pulau Jawa dan Makassar serta para
model struktur sosial baru dengan kelas-kelas pedagang Arab menjadi awal berkembangnya
dalam komunitas yang umum dikenal dalam pengetahuan Budaya Islam di Kepulauan
lingkup masyarakat penutur bahasa Austronesia. Maluku. Gelombang migrasi penduduk
Persebaran luas benda-benda logam ini Kepulauan Banda, menyusul pembantaian oleh
merupakan bukti bahwa pada akhir masa Jan Pieter Zoen Coen pada tahun 1621,
prasejarah telah terbentuk suatu jejaring membawa serta pengetahuan teknologi gerabah
perdagangan regional yang mapan antara Asia serta agama Islam di pesisir timur Kepulauan
Tenggara Kepulauan dan Daratan Induknya. Kei. Orang-orang Eropa datang dan membawa
Nekara Dong Son di Kepulauan Maluku serta ajaran Kristiani dan meluaskannya di
ditemukan di Leti, Luang, Serua, Tanimbar, dan wilayah ini. Beberapa struktur gereja dari abad
Kei (de Jonge dan van Dijk, 1995), serta di ke-17 masih dapat diamati di Kisar, meski secara
Kataloka, Seram Bagian Timur, dan Pulau Buru. umum baru pada akhir abad ke-19 dan awal abad
Secara total ada 13 objek buatan Asia Daratan ini ke-20 agama Nasrani benar-benar mulai diterima
yang tercatat pernah dan masih ada di Kepulauan secara luas di Kepulauan Maluku.

53
Sebelum Jalur Rempah: Awal Interaksi Niaga Lintas Batas di Maluku
dalam Perspektif Arkeologi, Marlon NR Ririmasse
Pertukaran gagasan dan pengetahuan et.al., The Archaeology of the Aru Island.
memang merupakan implikasi dari proses Canberra: Pandanus Books.
kontak dan interaksi antar bangsa dan budaya. Ririmasse, M. (2011). Laut untuk Semua:
Kehadiran para kelompok migran Austronesia Materialisasi Budaya Bahari di Kepulauan
Maluku Tenggara. Evaluasi Hasil Penelitian
dan pedagang asal Nusantara dan Asing di masa
Arkeologi 2011. Jakarta: Pusat Arkeologi
yang lebih kemudian merupakan cermin bahwa Nasional.
wilayah ini sejak awal merupakan kawasan yang Ririmasse, M. (2010). Arkeologi Pulau-Pulau
kaya dengan keberagaman, dan terbukti bahwa Terdepan di Maluku: Sebuah Tinjauan Awal.
wajah budaya kawasan yang heterogen dan Kapata Arkeologi 6(10), 71-89.
terbuka mampu menggerakkan sejarah wilayah Ririmasse, M. (2008). Visualisasi Tema Perahu
ini menjadi sedemikian dinamis. Mengamati dalam Rekayasa Situs Arkeologi di Maluku.
wajah Kepulauan Maluku di masa kini yang Naditira Widya 2(1), 142-158.
bhineka, inspirasi tentang mengelola keragaman 6SULJJV 0 2¶&RQQRU 6 & Veth, P. (2005). The
di masa lalu kiranya layak menjadi cermin untuk Aru Island in Perspective. In 2¶&RQQRU 6XH
et.al, The Archaeology of the Aru Island.
menggunakan semangat yang sama dalam
Canberra: Pandanus Books.
membangun kawasan ini ke depan. Straks, K., & Latinis, K. (1992). Laporan penelitian:
The Archaeology of Sago Economies in the
Ucapan Terima Kasih Central Maluku. Cakalele: Maluku Research
Penulis menyampaikan penghargaan dan Journal 3, 69-86.
ucapan terima kasih kepada pihak Balai Swadling, P. (1996). Plumes From Paradise: Trade
Pelestarian Nilai Budaya Maluku dan Maluku Cycles in Outer Southeast Asia and Their
Utara yang telah menggagas pelaksanaan Impact on New Guinea and Nearby Islands
seminar mengenai Jalur Rempah pada bulan Until 1920. Port Moresby: Papua New Guinean
Oktober 2016 di Ambon, sehingga penulis National Museum in association with Robert
Brown and Associates.
berkesempatan hadir sebagai narasumber dan
Tanudirdjo, D. A. (2005). The Dispersal of
menyampaikan gagasan menjadi embrio dari Austronesian-speaking People and The
tulisan ini. Ethnogenesis of Indonesian People. In
Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of
People in Indonesian Achipelago. Jakarta: LIPI
***** Press.
Tanudirjo, D. A. (2010). Interaksi Regional dan Cikal
Bakal Perdagangan Internasional di Maluku.
DAFTAR PUSTAKA Seminar Nasional Sail Banda 2010. Ambon:
Ballard, C. (1988). Dudumahan: a rock art site on Kai Balai Arkeologi Ambon.
Kecil, Southeast Mollucas. Bulletin of the Indo- Wallace, A. R. (1869). The Malay Archipelago: The
Pacific Prehistory Association, 8, 139-161. Land of Orang-Utan and the Bird of Paradise:
Barraud, C. (1979). Tanebar Evav: Une Societe de a Narrative of Travel, with studies of Man and
maisons tournee vers le large. Cambridge: Nature. London: MacMillan.
Cambridge University Press. Wang, G. W. (1959). The Nan Hai Trade. Journal of
Bellwood, Peter. 2000. Prasejarah kepulauan Indo- the Malaysian Branch of the Royal Asiatic
Malaysia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Society, XXXI(182).
Utama.
Birdsell, J.B. (1977). The recalibration of a paradigm
for the first peopling of Greater Australia. In J.
Allen, J. Golson, & R. Jones (Ed.), Sunda and
Sahul (pp. 113-167).
De Jonge, N., & van Dijk, T. (1995). Forgotten
Islands of Indonesia: The Art and Culture of the
Southeast Mollucas. Singapore: Periplus.
Lape, P. V. (2000). Contact and Conflict in the Banda
Islands, Eastern Indonesia, 11th to 17th
Centuries. Brown University.
2¶&RQQRU 6 6SULJJV 0 9HWK 3 (2005). The Aru
Island in Perspective. DDODP 2¶&onnor, Sue

54
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 47-54

Anda mungkin juga menyukai