PNE 1201 A
RPKPS
(Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)
Dasar-dasar ekonomi mikro dan ekonomi makro untuk membahas dan mendalami
persoalan yang timbul dalam bidang pertanian, pembangunan pertanian dan
pembangunan ekonomi pada umumnya.
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Pembelajaran
No. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
1. Pengantar: Ruang Lingkup 1. Pengertian ekonomi pertanian
Ekonomi Pertanian 2. Ekonomi pertanian Indonesia
3. Persoalan-persoalan ekonomi
pertanian
4. Kelembagaan dalam ekonomi
pertanian.
EKONOMI PERTANIAN 1
Pertanian 2. Laporan keuangan perusahaan
pertanian
a. Neraca perusahaan pertanian
b. Rugi laba perusahaan
pertanian
c. Perubahan modal perusahaan
pertanian
3. Analisis keuangan perusahaan
pertanian
2. Outcome Pembelajaran
EKONOMI PERTANIAN 2
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori ekonomi (ekonomi mikro dan ekonomi
makro) untuk membahas dan mendalami persoalan yang timbul dalam bidang
pertanian, pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi pada umumnya.
EKONOMI PERTANIAN 3
Pertanian penawaran hasil pertanian. dan
4. Keseimbangan pasar hasil Penugasan
pertanian
Ujian Sisipan
7. Tataniaga Hasil 1. Fungsi tataniaga hasil pertanian Ceramah,
Pertanian 2. Biaya tataniaga hasil pertanian Diskusi
3. Efisiensi tataniaga hasil pertanian dan
4. Ekspor dan impor hasil pertanian Penugasan
Ujian Akhir
EKONOMI PERTANIAN 4
Cramer, Gail L. and Clarence W. Jensen. 1979. Agricultural Economics &
Agribusiness:An Introduction. John Wiley & Son, Inc. Canada.
EKONOMI PERTANIAN 5
I. RUANG LINGKUP EKONOMI PERTANIAN
Ilmu Ekonomi Pertanian lahir pada awal abad 20 atau akhir abad 19
bersamaan dengan terjadinya depresi ekonomi. Dengan demikian ilmu ini lahir
setelah ekonomi moderen lahir yakni setelah terbitnya buku Wealth of Nations oleh
Adam Smith pada tahun 1776. Di AS ilmu ini mulai diajarkan pada tahun 1892 di
Universitas Ohio dengan nama Rural Economics dan sejak tahun 1910 mulai
diajarkan di beberapa universitas dengan nama Agicultural Economics.
Di Eropa Ilmu Ekonomi Pertanian lahir sebagai cabang dari Ilmu Pertanian.
Sebagai pencetus utamanya adalah Von Der Goltz dengan bukunya yang berjudul
Handbuch der Landwirtschaftlichen Bertriebslehre pada tahun 1885.
EKONOMI PERTANIAN 6
konsumsi, investasi, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya
dengan bidang pertanian.
Banyak difinisi dan pengertian Ilmu Ekonomi Pertanian namun paling tidak
Ilmu Ekonomi Pertanian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Bagian dari Ilmu Ekonomi yang mempelajari fenomena ekonomi di sektor
pertanian.
(b) Ilmu Ekonomi mempelajari alokasi sumberdaya (alam, manusia, modal) yang
tersedianya terbatas untuk berbagai alternatif penggunaan yang saling
bersaing.
(c) Sumberdaya terbatas (langka), sumberdaya yang tersedianya tidak dapat
memenuhi kebutuhan potensialnya.
(d) Sumberdaya yang terbatas tersebut digunakan untuk berbagai alternatif
penggunaan yaitu produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi.
(e) Bidang yang dipelajari oleh Ilmu Ekonomi Pertanian mencakup produksi,
pengolahan, distribusi dan konsumsi.
EKONOMI PERTANIAN 7
penduduk. Keadaan jumlah dan dan distribusi penduduk ini dapat menimbulkan
berbagai persoalan seperti (a) persediaan tanah pertanian semakin kecil, (b) produksi
pertanian per penduduk menurun, (c) bertambahnya pengangguran, dan (d)
memburuknya hubungan antara pemilik tanah dengan penyewa atau penyakap.
EKONOMI PERTANIAN 8
PDB Perkebunan 2000-2003 5,02 Sblm krisis 4,30%
PDB Peternakan 2000-2003 3,17 Sblm krisis 5,01%
c. Produksi Hortikultura
Uraian Keterangan
Peningkatan produksi Sayuran 8,01%, buah-buahan 10,37%, tanaman hias
2001-2004 10,81%, tanaman biofarmaka 4,58%
Ketersediaan per kapita Buah-buahan meningkat dari 37 kg menjadi 59 kg,
per tahun 2001-2004 sayuran meningkat dari 31 kg menjadi 38 kg
d. Produksi Perkebunan
Uraian Keterangan
Produksi 2000-2003 Terjadi peningkatan produksi hampir seluruh
komoditas kecuali teh. Karet meningkat 16,43%;
kelapa sawit 14,12%; tebu 7,43%
Peran perkebunan Sebagai sumber pertumbuhan utama sector pertanian
e. Produksi Peternakan
Uraian Keterangan
Pertumbuhan populasi 2000-2003 Sapi potong 0,64%, sebelum krisis
1,69%
Sapi perah 2,20%, sebelum krisis
1,51%
Kambing domba 1,53%, sebelum
krisis 4,33%
Ayam broiler 27,30%, sebelum krisis
8,14%
Ayam petelur 13,67%, sebelum krisis
7,15%
Pertumbuhan ternak ruminansia Cenderung lambat akibat laju
konsumsi yang lebih besar dibanding
produksi.
EKONOMI PERTANIAN 9
Permasalahan tahun 2004 Terganggu oleh wabah flu burung
g. Ekspor-Impor
Uraian Keterangan
Neraca perdagangan Meningkat dari US $ 1.300 milyar pada tahun 1990
menjadi US $ 3.794 milyar pada tahun 2003
Ekspor agribisnis Meningkat dari US $ 7.763 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 8,850 milyar pada tahun 2003 (6,71%)
Impor agribisnis Meningkat dari US $ 4,096 milyar pada tahun 2002
menjadi US $ 4,491 milyar pada tahun 2003 (9,64%)
Surplus perdagangan Naik 3,32 %. Surplus terbesar terjadi pada produk
perkebunan, peternakan, dan hortikultura sedangkan
produk tanaman pangan deficit. Surplus perdagangan
agribisnis terbesar terjadi pada produk olahan. Adanya
surplus ini menunjukkan daya saing produk pertanian.
h. Kesejahteraan Petani
Uraian Keterangan
Jumlah penduduk miskin Jumlah penduduk miskin (i) 1999 sebanyak 48,4
menurun juta (24%), (ii) 2000 sebanyak 36,1 juta (19%),
dan (iii) 2004 sebanyak 36,1 juta (17%)
Peran sektor pertanian Sektor pertanian menurunkan penduduk miskin
hingga 66% (74% di desa dan 55% di kota)
Nilai Tukar Petani (NTP) Meningkat dari tahun ke tahun (2001-2003) dan
pada tahun 2003 telah melampaui angka sebelum
krisis.
6. Soal-soal Latihan
EKONOMI PERTANIAN 10
a. Carilah data PDB pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, dsb.) selama 5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan
PDB dari tahun ke tahun.
b. Carilah data produksi tanaman pangan (padi, jagung, kedele) selama 5 tahun
terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan produksi tanaman pangan
tersebut dari tahun ke tahun
c. Carilah data produksi perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dsb.) selama
5 tahun terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan produksi perkebunan
tersebut dari tahun ke tahun.
d. Carilah data ekspor dan impor salah satu komoditas pertanian selama 5 tahun
terakhir dan jelaskan bagaimana perkembangnan ekspor dan impor komoditas
btersebut dari tahun ke tahun.
Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Provinsi Indonesia
Jenis Luas
Provinsi Tahun Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman Panen(Ha)
Indonesia Padi 2001 11499997.00 43.88 50460782.00
Indonesia Padi 2002 11521166.00 44.69 51489694.00
Indonesia Padi 2003 11488034.00 45.38 52137604.00
Indonesia Padi 2004 11922974.00 45.36 54088468.00
Indonesia Padi 2005 11839060.00 45.74 54151097.00
EKONOMI PERTANIAN 11
Jenis Luas
Provinsi Tahun Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman Panen(Ha)
Indonesia Jagung 2001 3285866.00 28.45 9347192.00
Indonesia Jagung 2002 3126833.00 30.88 9654105.00
Indonesia Jagung 2003 3358511.00 32.41 10886442.00
Indonesia Jagung 2004 3356914.00 33.44 11225243.00
Indonesia Jagung 2005 3625987.00 34.54 12523894.00
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kacang Tanah Provinsi Indonesia
Jenis Luas
Provinsi Tahun Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Tanaman Panen(Ha)
Kacang
Indonesia 2001 654838.00 10.84 709770.00
Tanah
Kacang
Indonesia 2002 646953.00 11.10 718071.00
Tanah
Kacang
Indonesia 2003 683537.00 11.49 785526.00
Tanah
Kacang
Indonesia 2004 723434.00 11.58 837495.00
Tanah
Kacang
Indonesia 2005 720526.00 11.61 836295.00
Tanah
EKONOMI PERTANIAN 12
Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 1995 – 2000
Tahun Karet Kelapa Sawit Coklat Kopi Teh Kina Tebu Tembakau
1995 471,9 992,4 125,4 49,3 81,0 4,6 496,9 9,1
1996 538,3 1146,3 129,6 46,7 88,8 2,2 400,0 4,3
1997 557,9 2109,1 146,3 61,8 89,3 2,3 378,1 4,5
1998 549,0 2669,7 151,3 62,5 91,2 0,6 405,4 5,7
1999 545,0 2860,8 154,6 63,2 91,6 1,3 391,1 5,2
2000 549,0 2991,3 157,8 63,2 90,0 1,3 388,5 5,2
Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 1995 – 2000
Karet Minyak Biji Kulit Gula
Tahun Coklat Kopi Teh Tembakau
Kering Sawit Sawit Kina Tebu
1995 341,00 2476,40 605,30 46,40 20,80 111,08 0,30 2104,70 9,90
1996 334,60 2569,50 626,60 46,80 26,50 132,00 0,40 2160,10 7,10
1997 330,50 4165,69 838,71 65,89 30,61 121,00 0,50 2187,24 7,80
1998 332,57 4585,85 917,17 60,93 28,53 132,68 0,40 1928,74 7,70
1999 293,66 4907,78 981,56 58,91 27,49 126,44 0,92 1801,40 5,80
2000 375,82 5094,86 1018,97 57,73 28,27 123,12 0,79 1780,13 6,31
EKONOMI PERTANIAN 13
Kakao 353,6 40,2 511,4 657,2 636,8
Ekspor dan Impor
Ekspor Crude Oil of Copra
Kode HS Diskripsi HS Jan Nilai (US$) Jan Brt (kg) Dec Nilai (US$) Dec Brt (kg)
151311000 Crude oil of 55,453,380 53,927,563 26,099,445 31,783,902
Copra
Perubahan
Perubahan Perubahan
Jan-2013
Sub Sektor, Kelompok dan Des-2012 Feb-2013
Jan-13 Feb-13 dengan Mar-13
Subkelompok dengan Jan- dengan Mar-
Feb-2013
2013 (%) 2013 (%)
(%)
EKONOMI PERTANIAN 14
II. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN
Input pertanian meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Lahan
sebagai input pertanian mencakup luas, sebaran, status, kesuburan, lokasi dsb.
Tenaga kerja dalam usahatani dapat berupa tenaga kerja keluarga (suami, istri, anak,
orang lain tinggal dalam satu rumah) dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja
luar keluarga adalah tenaga kerja yang dibayar baik dibayar dengan upah pasar atau
upah institusional. Modal usahatani dapat berupa modal tetap (bangunan, alat dan
mesin pertanian, dsb.), dan modal variabel (bibit, pupuk, pestisida, herbisida, pakan,
dsb.). Manajemen adalah kemampuan manajerial petani untuk usahataninya.
Input yang diperlukan dalam proses produksi pertanian meliputi (i) lahan:
luas, status, kesuburan, fragmentasi, lokasi, dsb.; (ii) tenaga kerja: jumlah, kualitas,
kontinyuitas, dsb.; (iii) modal: modal tetap yaitu modal yang besarnya tidak
tergantung pada jumlah produksi (bangunan, alat dan mesin pertanian, dsb.), modal
variable yaitu modal yang besarnya tergantung pada jumlah produksi (benih, pupuk,
obat, pakan, dsb.); dan (iv) manajemen yaitu kemampuan produsen mengelola usaha
pertaniannya. Output pertanian merupakan hasil proses produksi biologis yang dapat
berupa hasil tanaman, ternak, ikan, dan hutan.
Hubungan antara input dan output pertanian dapat dijelaskan dengan (i)
tabel, (ii) grafik, dan (iii) persamaan matematik. Tabel 2.1. berikut menyatakan
hubungan antara input (X) dengan output (Q) yang dinyatakan tabel. Secara grafis
hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.
EKONOMI PERTANIAN 15
3 21
4 26
5 30
6 33
7 35
8 36
9 36
10 35
EKONOMI PERTANIAN 16
Dalam hubungan input-output berlaku hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang atau law of deminishing return. Hukum tersebut mengatakan
bahwa bila input variabel ditambahkan pada sejumlah input tetap, pada awalnya
akan diperoleh tambahan hasil yang semakin meningkat kemudian bila input
variabel tersebut terus ditambahkan akan diperoleh tambahan hasil yang semakin
menurun. Untuk memahami hukum tersebut perlu dipelajari konsep (i) Hasil Fisik
Total (Total Physical Product/TPP), (ii) Hasil Fisik Rata-rata (Average Physical
Product/APP) dan (iii) Hasil Fisik Marginal (Marginal Physical Product/ MPP).
TPP dapat dirumuskan sebagai Q=f(X), output (Q) merupakan fungsi dari
input (X). APP dirumuskan sebagai Q/X atau output per unit input. MPP dirumuskan
sebagai Q/X atau dQ/dX atau perubahan output per unit perubahan input. Tabel 3
berikut menunjukkan hubungan antara input dan output serta angka-angka APP dan
MPP. Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang ditunjukkan oleh angka
MPP yang pada awalnya mengalami kenaikan bila input X bertambah, kemudian
meunurun dan akhirnya menjadi negatif. MPP positif berarti menambah input akan
menambah hasil, MPP nol berarti menambah input tidak menambah hasil, dan MPP
negatif berarti menambah input mengurangi hasil. APP dan MPP pada berbagai
tingkat penggunaan input dapat dilihat pada gambar 2.2. Bila fungsi produksi mulus
maka TPP, APP, dan MPP seperti terlihat pada gambar 2.3.
EKONOMI PERTANIAN 17
Gambar 2.2. APP dan MPP pada berbagai tingkat penggunaan input
EKONOMI PERTANIAN 18
Output (Q)
B TPP
O X1 X2 X3 Input (X)
APP,MPP
MPP
APP
Input (X)
Gambar 2.3. TPP, APP, dan MPP bila fungsi produksi mulus
EKONOMI PERTANIAN 19
Bila fungsi produksi adalah Q=X2-(1/30)X3 maka dapat dicari persamaan APP dan
MPP sebagai berikut.
b. Elastisitas Produksi
Respon produksi terhadap perubahan input dapat diukur dengan elastisitas
produksi yang dirumuskan sebagai berikut.
Bila >1 produksi dalam keadaan elastis, =1 unit elastis, dan <1 inelastis.
Sebagai contoh =1,5 artinya bila input dinaikkan sebesar 1% maka produksi akan
naik sebesar 1,5%.
= keuntungan
PQ = harga output
PX = harga input
EKONOMI PERTANIAN 20
FC = fixed cost atau biaya tetap
Dengan demikian keuntungan tertinggi tercapai pada waktu MPP sama dengan rasio
harga input dan harga output.
Contoh
Bila hubungan antara input dan output seperti pada table 3 dan harga input (P X) 1
dan harga output (PQ) juga 1 maka tingkat penggunaan input yang paling
menguntungkan sebagai berikut.
Secara grafis MPP adalah slope atau tangen dari garis singgung pada kurva
produksi. Dengan demikian penentuan tingkat penggunaan input yang paling
menguntungkan atau optimum adalah mencari slope pada kurva produksi yang
besarnya sama dengan rasio harga input dan harga output (PX/PQ). Gambar 4
menunjukkan bahwa bila rasio harga input-output adalah (PX/PQ)1 maka tingkat
penggunaan input optimum adalah X*1 dengan produksi sebesar Q*1. Pada tingkat
penggunaan input ini keuntungan yang diperoleh produsen terbesar.
Bila (PX/PQ) turun karena harga input relatif menjadi lebih murah dari harga
output atau karena harga output relatif menjadi lebih mahal dari harga input maka
tingkat penggunaan input akan naik dan produksi meningkat. Hal ini ditunjukkan
oleh gambar 2. 4. dimana (PX/PQ) bergeser dari (PX/PQ)1 menjadi (PX/PQ)2 sehingga
input naik dari X*1 menjadi X*2 dan output naik dari Q*1 ke Q*2. Kebijakan
pemberian subsidi pada harga input (pupuk urea, BBM, irigasi, bunga KUR, dsb)
dan support pada harga output (Harga Pembelian Pemerintah/HPP untuk beras, dsb)
merupakan aplikasi dari teori ini.
EKONOMI PERTANIAN 21
Q (PX/PQ)1 (PX/PQ)2
Q*2
B
Q*1
A
X
X*1 X*2
Gambar 2.4. Penentuan tingkat penggunaan input optimum
Contoh
Diketahui fungsi produksi Q = 65,54 +1,084X-0,003X2, harga input (PX) 0,25 dan
harga output (PQ) 2,50. Tentukan tingkat penggunaan input yang optimal.
1,084 – 0,006X
1,084 – 0,006X = X* =
Dari penggunaan input optimal dapat diperoleh kurva atau fungsi permintaan
input sebagai berikut.
PX=1
X=7 - 8
PQ=1
PX=2
X=6 - 7
PQ=1
EKONOMI PERTANIAN 22
Kurva Permintaan Input Untuk PQ=1
2
● ● ● Input (X)
6 7 8
Contoh
2,5(1,084 – 0,006X) = PX
Permintaan input untuk PQ=2,5
d. Soal-soal Latihan
c.1. PX = 1 dan PQ = 1
c.2. PX = 1 dan PQ = 2
c.3. PX = 1 dan PQ = 4
c.4. PX = 1 dan PQ = 10
EKONOMI PERTANIAN 23
a. Carilah persamaan APP dan MPP
b. Carilah X yang memberikan keuntungan terbesar bila PX=1 dan PQ=4
c. Carilah persamaan permintaan input untuk PQ = 4
Tahun
PRO LUS BNH PES PPK t
EKONOMI PERTANIAN 24
1984 3,906 9764 38.79 2.37 244.45 1
1985 3,942 9902 39.24 2.35 241.76 2
1986 3,977 9988 39.97 3.7 262.08 3
1987 4,039 9923 40.3 3.84 261.31 4
1988 4,354 8251 40.65 2.57 301.36 5
1989 4,247 10531 40.76 2.72 311.58 6
1990 4,302 10502 40.33 2.42 302.89 7
1991 4,346 10904 38.71 4.72 312.82 8
1992 4,345 11103 39.67 2.52 303.2 9
1993 4,447 8926 36.71 2.99 296.66 10
1994 4,345 10734 38.73 2.79 284.23 11
1995 4,349 11439 39.06 2.67 290.98 12
1996 4,417 11570 39.01 2.65 271.28 13
1997 4,432 11141 39.44 3.13 303 14
1998 4,174 11613 45.8 2.75 300.22 15
1999 4,252 11963 42.68 3.19 319 16
`2000 4,401 11793 41.74 3.36 328 17
`2001 4,388 11500 41.58 3.44 334 18
2002 4,469 11521 41.65 3.5 338 19
2003 4,538 11477 41.8 3.54 343 20
EKONOMI PERTANIAN 25
Pertumbuhan produktivitas padi per tahun = 0.00558x100%=0.558%
EKONOMI PERTANIAN 26
T 0.009821 0.007088 1.385475 0.1828
R-squared 0.096365 Mean dependent var 1.101520
Adjusted R-squared 0.046163 S.D. dependent var 0.187160
S.E. of regression 0.182789 Akaike info criterion -0.466328
Sum squared resid 0.601414 Schwarz criterion -0.366754
Log likelihood 6.663276 F-statistic 1.919541
Durbin-Watson stat 2.204594 Prob(F-statistic) 0.182837
Fungsi Produksi:
Total Differential
Partial Derivative
EKONOMI PERTANIAN 27
, elastisitas luas lahan
, elastisitas benih
, elastisitas pestisida
, elastisitas pupuk
Dalam proses produksi pertanian hubungan input satu dengan lainnya dapat
bersifat substitusi, komplementer, atau independent. Misalnya, traktor dapat
menggantikan tenaga kerja dalam pengolahan lahan atau dikatakan bahwa hubungan
antara traktor dan tenaga kerja saling menggantikan. Untuk mencapai produksi yang
tinggi penggunaan pupuk harus disertai dengan penyediaan air irigasi yang cukup.
Dalam hal ini hubungan antara pupuk dan air irigasi bersifat komplementer atau
saling melengkapi. Adakalanya dua macam input tidak terkait satu dengan lainnya.
Bila hal ini terjadi hubungan kedua macam input tersebut bersifat independent.
EKONOMI PERTANIAN 28
a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi dengan dua macam input variabel dapat dituliskan sebagai
berikut.
atau
Tabel 2.3. berikut menunjukkan produksi (Q) yang dapat dicapai dengan berbagai
kombinasi input-1 (X1) dan input-2 (X2) yang diturunkan dari fungsi produksi
.
Tabel 2.3.
10 80 93 104 113 120 125 128 129 128 125 120
9 81 94 105 114 121 126 129 130 129 126 121
8 80 93 104 113 120 125 128 129 128 125 120
7 77 90 101 110 117 122 125 126 125 122 117
6 72 85 96 105 112 117 120 121 120 117 112
5 65 78 89 98 105 110 113 114 113 110 105
4 56 69 80 89 96 101 104 105 104 101 96
X1 3 45 58 69 78 85 90 93 94 93 90 85
2 32 45 56 65 72 77 80 81 80 77 72
1 17 30 41 50 57 62 65 66 65 62 57
0 0 13 24 33 40 45 48 49 48 45 40
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X2
Dari fungsi produksi di atas dapat ditentukan penggunaan input untuk mencapai
produksi tertinggi sebagai berikut.
}
a. Isoquant
EKONOMI PERTANIAN 29
Dari tabel 2.3. dapat dicari kombinasi input yang menghasilkan output sama.
Misalnya output sebesar 105 dapat dicapai dengan kombinasi input seperti pada
tabel 2.4. Kurva yang menggambarkan kombinasi input yang menghasilkan output
sama disebut sebagai isoquant. Bila kombinasi input pada tabel 2.3. diplotkan dalam
gambar akan diperoleh kurva isoquant seperti pada gambar 2.7.
10
9 2- 9
8
7
6 3- 6
Input-1
5 4- 5 10- 5
4 7- 4
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
Input-2
Series1
Gambar 2.7. di bawah menunjukkan isoquant pada berbagai tingkat output yaitu
Q=130, Q=104, Q=78, Q=52, dan Q=0. Isoquant untuk output tertinngi yaitu Q=130
dan output terendah yaitu Q=0 digambarkan dengan suatu titik. Isoquant yang
letaknya semakin jauh dari titik origin menunjukkan tingkat produksi yang lebih
tinggi.
X1
10 - ● Q=130
EKONOMI PERTANIAN 30
9 -
8 -
7 -
6 -
5 -
4 -
3 - Q = 104
2 -
1 - Q=20 Q = 78
0ֽ =Q Q = 52
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
Gambar 2.7. Kurva isoquant untuk ouput sebesar 130, 104, 78, 52 dan 0
Jumlah X1 yang dapat digantikan oleh setiap unit X 2 agar output tetap disebut
sebagai MRS X2 untuk X1. Secara matematis MRS X2 untuk X1 dapat dirumuskan
sebagai berikut.
X1
10 -
9 - A
8 -
7 -
6 - B
5 - C
EKONOMI PERTANIAN 31
4 -
3 -
2 -
1 -
ֽ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
2 9 - - -
3 6 1 -3 -3/1=-3
4 5 1 -1 -1/1=-1
5 4,4 1 -0,6 -0,6/1=-0,6
6 4,1 1 -0,3 -0,3/1=-0,3
7 4 1 -0,1 -0,1/1=-0,1
8 4,1 1 0,1 0,1/1
Contoh
EKONOMI PERTANIAN 32
Untuk X1=6 dan X2=3 maka,
c. Isocost Line
Isocost line adalah garis yang menggambarkan kombinasi input yang dapat dibeli
dengan biaya yang sama. Isocost line dapat dirumuskan dari Total Variable Cost
(TVC) sebagai berikut.
Tabel 2.6. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=2 dan PX2=3
TVC = 18; PX1 = 2; PX2=3 TVC = 12; PX1 = 2; PX2 = 3
X1 X2 X1 X2
0 6 0 4
.... .... .... ....
.... …. …. ….
9 0 6 0
X1
10 - X1 = TVC/PX1 = 18/2 =9
9 - X1 = TVC/PX1 = 12/2 = 6
8 -
7 -
EKONOMI PERTANIAN 33
6 -
5 - Isocost line, slope = -3/2
4 -
3 -
2 - X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4
1 - X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6
ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
Gambar 2.9. Kurva isocost line
Tabel 2.7. Kombinasi input pada TVC=18 dan TVC=12 bila PX1=3 dan PX2=3
TVC = 18; PX1 = 3; PX2=3 TVC = 12; PX1 = 3; PX2 = 3
X1 X2 X1 X2
0 6 0 4
.... .... .... ....
.... …. …. ….
.... …. …. ….
....
6 0 4 0
X1
10 - X1 = TVC/PX1 = 18/3 = 6
9 - X1 = TVC/PX1 = 12/3 = 4
8 -
7 -
6 -
5 - Isocost line, slope = -3/3 = -1
4 -
3 -
2 - X2 = TVC/PX2 = 12/3 = 4
1 - X2 = TVC/PX2 = 18/3 = 6
ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ ֽ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X2
EKONOMI PERTANIAN 34
Gambar 2.10. Kurva isocost line
X1
EKONOMI PERTANIAN 35
X2
X1
A
X1A ●
B
X1B ●
C
X1C ● Q = Qo
ֽ TVCo TVC1 TVC2
EKONOMI PERTANIAN 36
X2
X2A X2B X2C
Contoh
Syarat optimal:
EKONOMI PERTANIAN 37
Untuk menghasilkan output sebanyak 105 unit kombinasi input yang biayanya
termurah atau kombinasi input yang keuntungannya terbesar adalah X 1 = 6,2 dan X2
= 2,8.
e. Soal-soal Latihan
X1 X2 =MPP2/MPP1
30 0
28 1 -2 1 -2
20 3 -8 2 -4
14 5 -6 2 -3
9 8 -5 3 -5/3
5 12 -4 4 -1
1 17 -4 5 -4/5
0 25 -1 8 -1/8
Carilah kombinasi input yang biayanya termurah bila harga input sebagai
berikut.
PX1 PX2
8 6,4
0,25 0,75
0,4 1
2. Carilah kombinasi input yang biayanya termurah dari fungsi produksi dan harga-
harga berikut.
Bila sumberdaya pertanian (lahan, tenaga kerja, dan modal) terbatas maka
persoalannya adalah menentukan berbagai macam output yang memberikan
keuntungan terbesar. Untuk memecahkan masalah ini perlu dipahami bagaimana
hubungan antara output satu dengan output lainnya.
EKONOMI PERTANIAN 38
Hubungan antara output satu dengan output lainnya dapat bersifat (i)
competitive, (ii) complementary, (iii) supplementary, dan (iv) joint. Uraian dari
masing-masing hubungan tersebut sebagai berikut.
(i) Competitive
Hubungan antar ouput yang bersifat competitive ditandai dengan menurunnya
jumlah suatu output bila output lainnya meningkat. Misalnya, meningkatkan
produksi padi berakibat menurunnya produksi jagung. Secara grafis hubungan antar
output yang bersifat competitive dapat dilihat pada gambar 2.13a dan b.
Q2 Q2
A●
A●
B B
● Q1 ● Q1
(a) (b)
Gambar 2.13. Hubungan output-output competitive
(ii) Complementary
Hubungan antar output yang bersifat complementary ditandai dengan meningkatnya
jumlah suatu output bila output lainnya meningkat. Misalnya, meningkatnya jumlah
produksi legum berakibat meningkatnya jumlah produksi jagung. Secara grafis
hubungan antar output yang bersifat complementary ditunjukkan oleh kurva AB
pada gambar 2.14a dan kurva AB dan DC pada gambar 2.14b.
(iii) Supplementary
Pada hubungan antar output yang bersifat supplementary kenaikan suatu output
diikuti dengan output lain yang jumlahnya tetap. Misalnya, usaha meningkatkan
produksi jagung tanpa mempengaruhi jumlah pemeliharaan sapi. Secara grafis
hubungan antar output yang bersifat supplementary ditunjukkan oleh kurva AB pada
gambar 2.15a. dan kurva AB dan CD pada gambar 2.15b.
EKONOMI PERTANIAN 39
Q2 Q2
B
●
A● B
●
A● ●C
Q1 ●D Q1
(a) (b)
Gambar 2.14. Hubungan output-output complementary
Q2 Q2
A● ●B
A● ●B
●D
Q1 ●C Q1
(a) (b)
Gambar 2.15. Hubungan output-output supplementary
(iv) Joint
Hubungan antar output yang bersifat joint ditandai dengan adanya dua macam
produk atau lebih dihasilkan secara simultan pada perbandingan tertentu. Misalnya,
gula dan tetes dihasilkan secara simultan. Secara grafis hubungan antar output yang
bersifat joint ditunjukkan oleh 2.16a. dan 2.16b.
Q2 Q2
EKONOMI PERTANIAN 40
●
●
●
●
●
Q1 Q1
(a) (b)
Q2
Q2A A
Q2B B
Q1A Q1B Q1
Bila diketahui hubungan antara input X dan output Q1 dan Q2 seperti pada
tabel 2.8. maka dapat diturunkan PPC pada X = 4 seperti pada tabel 2.9. dan gambar
2.18. Bila ditetapkan X = 7 maka PPCnya dapat dilihat di tabel 2.10 dan gambar
2.19.
EKONOMI PERTANIAN 41
3 18 5 3 30 8
4 22 4 4 36 6
5 25 3 5 40 4
6 27 2 6 42 2
7 28 1 7 43 1
8 27 -1 8 42 -1
9 25 -2 9 40 -1
25
0- 22
20
12- 18
15
22- 13
Q2
10
30- 7
5
0 36- 0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Q1
Series1
EKONOMI PERTANIAN 42
40 5 7–5=2 13
36 4 7–4=3 18
30 3 7–3=4 22
22 2 7–2=5 25
12 1 7–1=6 27
0 0 7–0=7 28
30
0- 28
12- 27
25 22- 25
30- 22
20
36- 18
Q1
15
40- 13
10
42- 7
5
0 43- 0
0 10 20 30 40 50
Q2
Series1
Tabel 2.11. berikut menyatakan PPC pada X=7 dan . Secara grafis
MRPS adalah slope dari PPC (gambar 2.20).
43 0 - - -
42 7 -1 7 -1/7
40 13 -2 6 -1/3
EKONOMI PERTANIAN 43
36 18 -4 5 -4/5
30 22 -6 4 -3/2
22 25 -8 3 -8/3
12 27 -10 2 -5
0 28 -12 1 -12
Q2
Q1
Gambar 2.20. Kurva PPC dan MRPS
d. Isorevenue
TR = PQ1Q1 +PQ2Q2
Q2=TR/PQ2-(PQ1/PQ2) Q1
dimana PQ1 adalah harga Q1 dan PQ2 harga Q2
Kombinasi output pada berbagai TR dapat dilihat pada tabel 2.12. sedangkan
kurva isorevenuenya dapat dilihat pada gambar 2.21. TR yang semakin besar
digambarkan dengan garis isorevenue yang semakin jauh dari titik origin. Pengaruh
EKONOMI PERTANIAN 44
perubahan harga output terhadap isorevenue dapat dilihat pada tabel 2.13. dan
gambar 2.22. dan gambar 2.23.
=1;
Q1 Q2 Q1
Q2
120 -
100 - TR1=80
80 - TR2=100
TR3=120
0 40 50 60 Q1
EKONOMI PERTANIAN 45
Q1 Q2 Q1
0 80 80 0 40 80 0 80 80
10 60 80 10 30 80 10 55 80
20 40 80 20 20 80 20 30 80
30 20 80 30 10 80 30 5 80
40 0 80 40 0 80 32 0 80
Q2
80 -
40-
.
40 Q1
Gambar 2.22. Pengaruh kenaikan harga Q2 terhadap isorevenue
Q2
80 -
32 40 Q1
Gambar 2.23. Pengaruh kenaikan harga Q1 terhadap isorevenue
EKONOMI PERTANIAN 46
Slope isorevenue =
TR2
TR1
●A
●B
●C
Q1
Gambar 2.24. Kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar
EKONOMI PERTANIAN 47
36 18 -4 5 -4/3
30 22 -6 4 -6/4
22 25 -8 3 -8/3
12 27 -10 2 -10/2
0 28 -12 1 -12/1
Bila PQ1=2 dan PQ2=1 maka PQ1/PQ2= 2/1 = 2. Q1 dan Q2 yang menghasilkan TR
terbesar dapat dicari dari yang besarnya sama dengan 2. Dari tabel 2.14.
dapat dilihat bahwa sebesar 2 terletak antara -6/4 dan -8/3 atau output
Q2 antara 22s/d30 dan output Q1 antara 22s/d25.
Contoh
PPC
f. Soal-soal Latihan
Q1 Q2
53 0
52 17
50 23
46 28
EKONOMI PERTANIAN 48
40 32
32 35
22 37
0 38
Carilah kombinasi output yang menghasilkan TR terbesar bila harga Q 1 dan harga
Q2 sebagai berikut.
C = jagung
S = sorgum
N = nitrogen
Carilah kombinasi jagung dan sorgum yang menghasilkan revenue terbesar bila
harga jagung dan sorgum sebagai berikut.
TR = penerimaan total
TC = biaya total
a. Cara 1
EKONOMI PERTANIAN 49
= Marginal Cost (MC)
MPP=Px/PQ
EKONOMI PERTANIAN 50
Dari tabel 2.15. selanjutnya dapat digambarkan kurva TR dan TC (gambar 2.25.),
kurva keuntungan (gambar 2.26), dan kurva MC (gambar 2.27).
4500
4000
3500
3000
TR,TC
2500
2000
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Output
TR TC
1500
1000
Keuntungan
500
0
0 20 40 60 80 100 120 140
-500
-1000
-1500
Output
EKONOMI PERTANIAN 51
60
50
40
MC
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Output
MC
Contoh
EKONOMI PERTANIAN 52
Average Variable Cost (AVC) = TVC/Q
Bila harga Q sebesar P2 maka Q optimal sebesar Q2. Bila harga Q turun menjadi
P1(masih di atas AVC) maka Q optimal sebesar Q 1. Bila harag Q turun di bawah
AVC misal Po maka Q tidak diproduksi. Oleh karena itu kurva MC di atas minimum
AVC misal AB menggambarkan penawaran.
AVC, AC
MC AVC
P2 B
P1 A
Po
Q1 Q2 Q
c. Soal-soal Latihan
EKONOMI PERTANIAN 53
3.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani
a. Sewa lahan diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila lahan yang digunakan
dalam usahatani diperoleh dengan cara menyewa atau menyakap. Bila lahan yang
digunakan dalam usahatani lahan milik sendiri maka sewa lahan tidak
diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan pendapatan usahatani.
b. Bunga modal diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila modal yang digunakan
dalam usahatani diperoleh dengan cara meminjam dari bank atau sumber
pinjaman lainnya. Bila modal yang digunakan dalam usahatani modal sendiri
maka bunga modal tidak diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan
pendapatan usahatani.
c. Upah tenaga kerja diperhitungkan sebagai biaya usahatani bila tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani adalah tenaga kerja luar keluarga. Bila tenaga kerja
yang digunakan dalam usahatani adalah tenaga kerja keluarga maka upah tenaga
kerja keluarga tidak diperhitungkan dalam biaya usahatani atau merupakan
pendapatan usahatani.
d. Keuntungan usahatani sebagai imbalan atas faktor produksi manajemen
sepenuhnya merupakan pendapatan usahatani.
Biaya variable: biaya yang besarnya tergantung pada jumlah produksi (pupuk,
tenaga kerja, dsb)
EKONOMI PERTANIAN 54
Biaya Tetap: biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi (PBB,
penyusutan, dsb)
Tabel 3.1.
Biaya dan Pendapatana Usahatani
No. Uraian Perhitungan
1 Nilai Produksi
a. Padi QPD x PPD = Rp ………………….
b. Jagung QJG x PJG = Rp ………………….
c. Ayam QAY x PAY = Rp ………………….
d. Ikan QIK x PIK = Rp ………………….
Jumlah-1 Rp .…………………
2 Biaya Produksi
a. Benih
Padi XPD x PXPD = Rp …………………
Jagung XJG x PXJG = Rp …………………
Ayam XAY x PXAY = Rp …………………
Ikan XIK x PXIK = Rp …………………
b. Pupuk
Urea XUR x PXUR = Rp …………………
SP36 XSP x PXSP = Rp …………………
KCl XKC x PXKC = Rp …………………
c. Pakan ayam XPAY x PXPAY = Rp …………………
d. Pakan ikan XPIK x PXPIK = Rp …………………
e. Pestisida XPES x PXPES = Rp …………………
f. Tenaga kerja luar XTK x PXTK = Rp …………………
g. Bunga kredit Rp …………………
h. Sewa lahan/Bagi Hasil Rp.…………………
i. Iuran irigasi Rp …………………
j. PBB Rp …………………
k. Penyusutan Rp …………………
Jumlah-2 Rp …………………
b. Kasus Usahatani 1
Seorang petani memiliki lahan sawah seluas 0,5 ha dan lahan kering seluas
0,25 ha. Lahan sawah dalam setahunnya dapat ditanami padi dua kali (padi musim
hujan dan padi musim kemarau) dan jagung sekali. Lahan kering seluruhnya
ditanami kelapa sebanyak 40 pohon. Petani juga memiliki lahan pekarangan yang
EKONOMI PERTANIAN 55
dimanfaatkan untuk menggemukkan sapi, membesarkan ayam buras, menjemur
gabah dan untuk tempat tinggal dan keperluan rumah tangga lainnya.
Hasil padi 3,5 ton gabah kering panen (GKP) pada musim hujan dan 3 ton
pada musim kemarau sedangkan hasil jagung 3 ton pipilan kering. Semua tanaman
kelapa telah berbuah dengan perkiraan produksi sebanyak 30 butir per pohon per
tahun. Tingkat produksi kelapa ini diperkirakan berlangsung selama 15 tahun. Dalam
waktu satu tahun petani mampu menggemukkan sapi siap jual sebanyak 4 ekor dan
membesarkan ayam buras sebanyak 3 kali dengan jumlah pemeliharaan 40 ekor per
periode.
Tabel 3.2.
Uraian Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
(HOK)
Kebutuhan 60 45 45 60 60 45 45 60 60 45 45 60
(HOK)
Tabel 3.3.
No Macam Jumlah Harga (Rp/Unit)
1 Bibit
a. Padi (kg) 30 2 000
b. Jagung (kg) 20 1 250
c. Ayam (ekor) 120 1 000
d. Sapi (ekor) 4 2 000 000
2 Pupuk
a. Urea (kg) 300 1 000
b. SP36 (kg) 150 1 250
c. KCl (kg) 100 1 500
3 Pakan
EKONOMI PERTANIAN 56
a. Konsentrat (kg) 1000 750
b. Pakan ayam (kg) 1000 1 200
4 Pestisida (l) 2 10 000
5 Vaksin (unit) 3 15 000
6 Iuran irigasi (kali/tahun) 1 20 000
7 PBB (kali/tahun) 1 50 000
Penerimaan
No Komoditas Jumlah Harga Penerimaan
1 Padi MH (ton GKP) 3,5 Rp
1500/kg
2 Padi MK (ton GKP) 3 Rp
1500/kg
3 Jagung (ton pipilan) 3 Rp
1000/kg
4 Sapi (ekor) 4 Rp 3 jt/ek
5 Ayam (ekor) 3x40 =120 Rp
10000/ek
6 Kelapa (butir) 40x30=1200 Rp 500/bt
Jumlah
Biaya Penyusutan
No Uraian Biaya Umur Biaya
Investasi Ekonomis Penyusutan
1 Tanaman kelapa 40xRp 15 Rp 600000/15
15000=Rp = Rp 40000
600000
2 Kandang sapi Rp 2000000 5 Rp
2000000/5=Rp
400000
3 Kandang ayam Rp 2000000 4 Rp 2000000/4=
Rp 500000
4 Peralatan Rp 50000
Jumlah Rp 990000
c. Kasus Usahatani-2
Tabel 3.4. s/d tabel 3.6. adalah hasil penelitian usahatani di dusun Planggok,
Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman selama tiga tahun tanam
yaitu tahun tanam 97/98, 98/99, dan 99/00. Dari tabel-tabel ini dapat diketahui
karakteristik rumah tangga tani, komposisi pendapatan rumah tangga tani, dan biaya
usahatani padi.
EKONOMI PERTANIAN 57
Table 3.4.
General characteristics of farm household in Planggok
Agricultural land
Owned land: paddy field m2 1776 1860 1828
Other m2 239 63 206
Leased in m2 1955 2430 2249
Leased out m2 845 998 664
Cultivated m2 3230 3354 3619
Compound and home garden m2 682 699 785,6
Table 3.5.
Income composition and self sufficiency rate of farm household in Planggok
Crop Year
Items Unit
97/98 98/99 99/00
Income composition
Agriculture Rp -259196 4635301 3881905
Off-farm Rp 1958675 2280665 3149075
EKONOMI PERTANIAN 58
Remittance Rp 173250 399250 168500
Land rent Rp 338760 149012 275000
Total Rp 2211489 7464228 7474480
Table 3.6.
Area, yield and fertilizers and pesticides cost of rice in Planggok
Harvested/Planted Yield of Rice Fertilizer&Pesticides
Crop Year Area (%) (kg/ha) Cost/Crop Sale (%)
EKONOMI PERTANIAN 59
Dry Season 1997 50,53 727
Rainy Season I 1998 68,27 2036
Rainy Season II 1998 63,46 1918
a. Kegiatan Pencatatan
EKONOMI PERTANIAN 60
a.3. Proses Pencatatan
b. Neraca Perusahaan
Tabel 3.7.
No. Macam Aktiva (Assets) Contoh
1 Aktiva Lancar a. Uang tunai
b. Piutang
c. Persediaan
d. Pembayaran di muka
Tabel 3.8.
No Macam Pasiva (Liabilities) Contoh
1 Hutang Jangka Pendek a. Hutang usaha
(pelunasan kurang dari b. Beban yang harus dibayar
setahun) perusahaan
c. Pendapatan yang diterima
EKONOMI PERTANIAN 61
dimuka
d. Hutang pajak
e. Hutang bunga
f. Hutang gaji
2 Hutang jangka panjang a. Hutang obligasi
b. Hutang hipotik
3 Modal (equity) a. Saham yang ditanam
b. Laba yang ditahan
(retained earning)
Tabel 3.9.
Neraca
No Aktiva No Pasiva
1 Aktiva Lancar Nilai (Rp) 1 Hutang Jangka Nilai (Rp)
Pendek
Kas Hutang Usaha
Persediaan Hutang Gaji
Piutang
2 Aktiva Tidak 2 Hutang Jangka
Lancar Panjang
Tanah Obligasi
Bangunan Hipotik
Pabrik
3 Aktiva Lain-lain 3 Modal
Saham
Laba ditahan
c. Laporan Rugi/Laba
Contoh
Perhatikan transaksi bisnis berikut ini.
EKONOMI PERTANIAN 62
2. Pada tanggal 3-1-2001 petani membeli tanah untuk memulai usaha senilai Rp
3 000 000,-
3. Pada tanggal 10-1-2001 petani membeli peralatan seharga Rp 1 250 000,-
secara kredit.
4. Pada tanggal 10-2-2001 petani membeli saprodi senilai Rp 250 000,- secara
tunai.
5. Pada tanggal 28-2-2001 jagung dijual senilai Rp 2 000 000,- secara tunai.
6. Pada tanggal 1-3-2001 petani mengambil uang Rp 300 000,- untuk keperluan
pribadi.
Tabel 3.10.
Jurnal
Tanggal Uraian Debet Kredit
1/1 Kas 5 000 000
Modal 5 000 000
3/1 Kas 3 000 000
Tanah 3 000 000
10/1 Peralatan 1 250 000
Utang 1 250 000
10/2 Saprodi 250 000
Kas 250 000
28/2 Kas 2 000 000
Jagung 2 000 000
1/3 Prive 300 000
Kas 300 000
Jumlah 11 800 000 11 800 000
Debet: penambahan aktiva, pengurangan modal/utang
Kredit: pengurangan aktiva, penambahan modal/utang
Tabel 3.11.
Neraca
Transaksi Aktiva Hutang+Modal
Kas Peralatan Lahan Hutang Modal
01/1 5 000 000 5 000 000
03/1 -3 000 000 3 000 000
EKONOMI PERTANIAN 63
2 000 000 3 000 000 5 000 000
10/1 1 250 000 1 250 000
2 000 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 5 000 000
10/2 - 250 000 - 250 000
1 750 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 4 750 000
28/2 2 000 000 2 000 000
3 750 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 6 750 000
01/3 - 300 000 - 300 000
3 450 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 6 450 000
Tabel 3.12.
Rugi Laba
No Uraian Nilai (Rp)
1 Penerimaan 2 000 000
2 Biaya 250 000
3 Laba Bersih 1 750 000
Tabel 3.13.
Perubahan Modal
No Uraian Nilai (Rp)
1 Modal Awal 5 000 000
2 Laba Bersih 1 750 000
3 Prive -300 000
4 Modal Sekarang 6 450 000
d. Analisis Keuangan
EKONOMI PERTANIAN 64
d.3. Analisis Profitabilitas
Tabel 3.14.
NERACA ( Rp juta )
PER 31 DESEMBER
URAIAN 2001 2002 2003 2004
AKTIVA
Aktiva Lancar 341.256 318.092 319.527 276.049
Penyertaan 1.765 994 379 379
Aktiva Tetap Neto 178.478 207.062 241.163 274.381
Aktiva dalam penyelesaian 1.500 1.540 1.794 3.093
Aktiva Tak Berujud 2.898 3.767 4.534 5.525
Aktiva Lain-lain 30.462 25.342 15.543 14.653
JUMLAH AKTIVA 556.359 556.797 582.940 574.080
PASSIVA
Passiva Lancar 367.336 462.294 568.188 480.822
Hutang Jangka Panjang 721 57.289 41.457 96.543
Modal 165.000 165.000 165.000 165.000
Cadangan 104.565 74.021 70.329 70.329
Laba/rugi tahun lalu (70.749) (49.939) (201.808) (262.035)
Laba/rugi tahun berjalan (10.514) (151.868) (60.226) 23.421
JUMLAH PASSIVA 556.359 556.797 582.940 574.080
Tabel 3.15.
EKONOMI PERTANIAN 65
Sumber: H. Soehardjo, 2004
Free on board =fob
Tabel 3.16.
EKONOMI PERTANIAN 66
Tabel 3.17.
Tabel 3.18.
TAHUN
URAIAN 2001 2002 2003 2004
TEH
LUAS AREAL TM ( HA ) 1.431 1.471 1.511 1.403
PRODUKSI ( TON ) 2.451 2.292 2.325 2.476
PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 1,713 1,558 1,539 1,764
BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 15.230 17.005 18.907 21.154
HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 6,214 7,419 8,133 8,545
BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 17.821 19.449 22.724 24.709
HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 7,271 8,486 9,775 9,981
Tabel 3.19.
EKONOMI PERTANIAN 67
DIVISI TANAMAN TAHUNAN
TAHUN
URAIAN 2001 2002 2003 2004
KOPI
LUAS AREAL TM ( HA ) 2.726 2.796 2.860 2.869
PRODUKSI ( TON ) 2.566 2.129 1.438 1.858
PRODUKTIVITAS ( TON/HA) 0,941 0,761 0,503 0,647
BIAYA PRODUKSI AF PABR ( Rp juta ) 19.014 15.165 14.857 17.332
HARGA POKOK AF PABR ( Rp/kg ) 7,410 7,123 10,332 9,330
BIAYA PRODUKSI FOB ( Rp juta ) 21.716 17.325 17.991 20.575
HARGA POKOK FOB ( Rp/kg ) 8,463 8,138 12,511 11,076
Tabel 3.19.
Tabel 3.20.
EKONOMI PERTANIAN 68
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
TAHUN
URAIAN 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
LUAS AREAL TM 100.776 97.772 95.532 96.101 96.591 100.315 925.887
Prod M + I ( ton ) 511.504 544.899 460.513 587.123 643.639 604.690 685.605
Produktivitas ( ton ) 4,900 5,400 4,600 5,000 4,900 4,600 5,000
Bi prod af kb (Rp jt ) 224.017 259.083 392.931 690.349 784.316 826.527 925.887
Harga pokok (Rp/kg) 438 475 853 1.176 1.219 1.367 1.350
Bi prod fob ( Rp juta) 317.378 368.668 487.953 991.425 1.037.356 1.074.986 1.179.857
Harga pokok (Rp/kg) 620 677 1.060 1.689 1.612 1.778 1.721
Tabel 3. 21.
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2.002
EKONOMI PERTANIAN 69
3.3. Soal-soal Latihan
2. Berikut adalah transaksi usaha dari suatu perusahaan angkutan (PO Ali)
Transaksi-1
Pak Ali menyetor modalnya untuk memulai usaha sebesar Rp 4 000 000,-
Transaksi-2
PO Ali meminjam uang kepada bank sebesar Rp 5 000 000,-
Transaksi-3
PO Ali membeli mobil dan peralatan senilai Rp 7 400 000,-
Transaksi-4
PO Ali membeli oli dan minyak rem dari liveransir secara kredit sebesar
Rp 65 000,-
Transaksi-5
PO Ali membayar hutang sebesar Rp 30 000,-
Transaksi-6
PO Ali memperoleh pendapatan jasa angkutan sebesar Rp 800 000,-
Transaksi-7
PO Ali membayar gaji sopir dan kernet Rp 175 000,- , bensin Rp 50 000,-,
minuman Rp 25 000,-, dan alin-lain Rp 50 000,-
Transaksi-8
Pada akhir bulan perlengkapan yang masih tersisa Rp 25 000,-
Transaksi-9
EKONOMI PERTANIAN 70
PO Ali mengangsur pinjaman pada bank sebesar Rp 150 000,-
Transaksi-10
Pak Ali mengambil uang Rp 100 000,- dari perusahaan untuk keperluan pribadi
a. Susunlah jurnal
b. Susunlah neraca
c. Susunlah Rugi/Laba
d. Susunlah perubahan modal
EKONOMI PERTANIAN 71
IV. PEMASARAN HASIL PERTANIAN
a. Permintaan
Permintaan adalah jumlah barang diminta pada berbagai tingkat harga.
Hubungan antara jumlah barang diminta pada berbagai tingkat harga adalah bila h
arga naik maka jumlah barang diminta akan turun sebaliknya bila harga turun maka
jumlah barang diminta akan naik. Hubungan ini dikenal sebagai hukum permintaan.
1000
100
1000 2800
EKONOMI PERTANIAN 72
Permintaan suatu barang dapat dibedakan menjadi permintaan individu dan
permintaan pasar. Permintaan individu adalah permintaan dari seorang konsumen
sedangkan permintaan pasar adalah permintaan semua konsumen yang ada di pasar.
Secara matematis permintaan pasar adalah penjumlahan horisontal dari permintaan
individual.
150-
10 20 35 65
140- ● ● ● ●
130-
A B C Pasar
120-
110-
50 55 100 205
100- ● ● ● ●
Q
10 20 30 40 50 ….. 100 ….. 200
Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain (i) harga
barang itu sendiri, (ii) harga barang lain (substitusi, komplementer), (iii) pendapatan
EKONOMI PERTANIAN 73
konsumen, dan (iv) selera konsumen. Secara matematis permintaan barang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Q = f(PS, PL, Y, S)
Elastisitas Pendapatan
Untuk barang normal EY>0. Barang normal dapat dibedakan menjadi barang
kebutuhan pokok dan barang mewah. Barang kebutuhan pokok E Y<1 dan barang
mewah EY>1. Untuk barang inferior EY<0.
Contoh
Q Y
25 1000
50 1100
Bila pendapatan konsumen naik 1% maka jumlah barang diminta akan naik 10%.
Dapat diperkirakan bahwa barang ini adalah barang mewah.
EKONOMI PERTANIAN 74
Contoh
Q PS
1000 1000
1200 900
Contoh
QS PL
25 15
50 10
QS dan QL komplementer
QS PL
25 10
50 15
QS dan QL substitusi
b. Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Hubungan antara jumlah barang ditawarkan dengan harga adalah bila harga naik
maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami kenaikan sebaliknya bila
harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami penurunan.
Hubungan ini dikenal sebagai hukum penawaran.
EKONOMI PERTANIAN 75
Tabel 4.3. Penawaran individual dan penawaran pasar
Harga Jumlah yang ditawarkan produsen Pasar Pasar
1 2 3 4 5 Parsial Total
1 5 0 5 10 30 50 50000
2 15 0 5 25 45 90 90000
3 20 20 10 30 50 130 130000
4 25 35 20 35 55 170 170000
5 30 55 25 40 60 210 210000
6 35 75 30 45 65 250 250000
7 40 95 35 50 70 290 290000
8 45 115 40 55 75 330 330000
9 50 130 45 65 80 370 370000
10 55 145 50 75 85 410 410000
c. Keseimbangan Pasar
Keseimbangan pasar terjadi bila permintaan sama dengan penawaran. Pada
keseimbangan pasar tidak ada kecenderungan bahwa harga dan jumlah barang akan
berubah. Bila permintaan melebihi penawaran atau terjadi excess demand maka
harga cenderung naik sebaliknya bila penawaran melebihi permintaan atau terjadi
excess supply maka harga cenderung turun.
P1 A B
Po C D
EKONOMI PERTANIAN 76
a. Unsur-unsur Struktur Pasar
Pasar persaingan sempurna dicirikan oleh (i) jumlah pembeli dan penjual
banyak sehingga secara individual pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi
harga atau dikatakan pembeli dan penjual secara individual adalah price taker, (ii)
informasi permintaan dan penawaran lengkap dan dapat diperoleh secara cuma-cuma
oleh pembeli dan penjual, dan (iii) tidak ada hambatan untuk keluar atau masuk
pasar. Dengan ciri-ciri ini maka harga bersaing, excess profit hanya diperoleh dalam
jangka pendek selama belum ada pelaku ekonomi baru yang masuk ke pasar. Dalam
jangka panjang penjual hanya akan memperoleh normal profit.
c. Pasar Monopoli
Pasar monopoli dicirikan oleh (i) hanya ada satu penjual dalam pasar
sehingga penjual dapat menentukan harga atau penjual adalah price maker, (ii) tidak
mudah bagi entrant baru untuk masuk ke pasar sehingga monopolist yang efisien
atau tidak efisien dapat menikmati excess profit dalam jangka panjang.
EKONOMI PERTANIAN 77
4.3. Fungsi Pemasaran
a. Fungsi Pertukaran
Pemasaran memperlancar pemindahan hak milik atas barang dan jasa dari
penjual ke pembeli. Fungsi yang dilakukan adalah penjualan dan pembelian.
b. Fungsi Fisik
Fungsi ini berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa yang menimbulkan
kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi fisik meliputi (i) fungsi pengangkutan
dan transportasi, (ii) fungsi pengolahan, (iii) fungsi pengepakan dan pemberiaan
label, dan (iv) fungsi penyimpanan.
c. Fungsi Fasilitasi
Kegiatan untuk memperlancar pertukaran barang antara produsen dan
konsumen atau penjual dan pembeli. Fungsi ini meliputi (i) standardisasi, (ii)
penanggungan resiko, (iii) pembiayaan, dan (iv) informasi pasar. Manfaat
standardisasi dan grading adalah (i) memudahkan penetapan harga/nilai barang atau
jasa, (ii) mempermudah pertukaran karena barang tidak harus dibawa, (iii)
mengurangi biaya pemasaran, berkaitan dengan pengangkutan dan resiko pemasaran,
(iv) memperluas pasar.
EKONOMI PERTANIAN 78
Rantai pemasaran menunjukkan aliran barang dari produsen melalui lembaga
pemasaran yang ada sampai ke konsumen akhir. Contoh berikut adalah rantai
pemasaran salak di Menado dan Magelang.
Petani
Pedagang Pedagang
Pengecer Pengumpul
Tingkat Tingkat
Desa Desa
Pedagang Pedagang
Pengecer Antar
Moderen Pulau
(Super
Market)
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Petani
EKONOMI PERTANIAN 79
Pedagang
Pengumpul
Pedagang
Antar
Daerah
Pedagang
Grosir
Pedagang
Pengecer
Konsumen
EKONOMI PERTANIAN 80
Tabel 4.4. Biaya pemasaran salak dari petani di Kecamatan Ratahan sampai
konsumen di Menado, Februari 1995.
No Unsur Biaya Biaya Harga % Dari
(Rp/Kg) (Rp/kg) Harga
Eceran
1 Petani
Biaya pemasaran
a. Panen 25,00
b. Pengemasan di kebun 90,00
c. Ongkos angkut 45,00
Harga Jual 750,00 33,33
2 Pedagang Pengumpul Desa
Harga beli 750,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengemasan 10,00
b. Biaya angkut 15,00
Keuntungan 225,00
Marjin pemasaran 250,00
Harga jual 1000,00 44,44
3 Pedagang antar pulau
Harga beli 1000,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengepakan 70,00
b. Ongkos angkut ke Biak 285,00
c. Ongkos angkut ke Jayapura 357,00
Keuntungan di Biak 1145,00
Keuntungan di Jayapura 2273,00
Margin pemasaran di Biak 1500,00
Margin pemasaran di Jayapura 2700,00
Harga jual di Biak 2500,00
Harga jual di Jayapura 3700,00
4 Pedagang Pengecer
Harga beli 1000,00
Biaya pemasaran
a. Ongkos pengemasan 10,00
b. Susut 175,00
Keuntungan 1065,00
Marjin pemasaran 1250,00
Harga jual 2250,00 100,00
5 Harga beli konsumen 2250,00
EKONOMI PERTANIAN 81
4.6. Sistem Pemasaran Komoditas Pangan
Tabel 4.5. Keanggotaan beberapa negara dalam WTO, APEC, dan AFTA.
No. Negara WTO APEC AFTA
1 Jepang Anggota Anggota Bukan
2 Korea Selatan Anggota Anggota Bukan
3 Malaysia Anggota Anggota Anggota
4 Indonesia Anggota Anggota Anggota
5 Filipina Anggota Anggota Anggota
6 Thailand Anggota Anggota Anggota
7 India Anggota Bukan Bukan
8 Pakistan Anggota Bukan Bukan
9 Cina Bukan Anggota Bukan
10 Vietnam Bukan Anggota Anggota
EKONOMI PERTANIAN 82
yang semakin ketat dan hanya produsen atau petani yang efisien yang dapat
memenangkan persaingan.
c) Tuntutan terhadap pelaku ekonomi untuk memperhatikan aspek lingkungan
hidup (Ecolabel, Tropical Timber Campaign, ISO 9000-14000 series, Deaner
Production). Dengan demikian maka barang-barang yang akan diterima pasar
adalah barang-barang yang diproduksi dengan memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup.
d) Tuntutan konsumen akan keamanan pangan, kehalalan pangan, dan
kesehatan pangan. Tuntutan ini mengharuskan produsen menghasilkan produk
pangan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak bertentangan
dengan norma budaya serta agama.
e) Diberlakukannya UU HAKI tahun 2003 yang terdiri dari UU Merek Dagang,
UU Hak Cipta, dan UU Hak Paten dan diratifikasinya beberapa konvensi
internasional di bidang HAKI.
f) Masuknya perusahaan multinasional dalam industri pertanian. Di samping
membawa dampak positif seperti penciptaan lapangan kerja juga membawa
dampak negatif karena menjadi pesaing berat bagi perusahaan dalam negeri.
g) Perkembangan teknologi informasi melahirkan sistem/pola perdagangan
moderen yang berbasis jaringan elektronis (internet). Hal ini memungkinkan
agroindustri dapat melakukan aktivitas usahanya secara efisien tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu.
EKONOMI PERTANIAN 83
Tabel 4.6. Kondisi pasar beberapa komoditas pangan
No. Komoditas Uraian
1 Beras a. Pertumbuhan produksi beras tahun 1995- 2000
sebesar 0,9% per tahun.
b. Pertumbuhan impor beras 1995-2000 sebesar
138, 8% pertahun.
c. Produksi dalam negeri hanya memenuhi 90% dari
total konsumsi dalam negeri..
d.Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) meningkat
dari 0,31-0,45 tahun 1986, menjadi 0,79 tahun
1998, dan 0,90 tahun 2001. Artinya keunggulan
komparatif beras menurun.
e. Tarif beras pada tahun 2001 sebesar 30%
2 Kedele a. Pertumbuhan produksi kedele tahun 1995 -2000
menurun dengan laju 8,9% per tahun.
b. Pertumbuhan impor kedele 1995-2000 sebesar
47,8% per tahun.
c. Produksi dalam negeri hanya memenuhi 50% dari
total konsumsi dalam negeri.
d. DRCR tahun 1986-2001 mendekati satu artinya,
kedele kurang memiliki keunggulan komparatif.
e. Tarif pada tahun 1998 sebesar 25%.
3 Jagung a. Pertumbuhan produksi jagung tahun 1995-2002
sebesar 1,8% per tahun.
b. Pertumbuhan impor jagung tahun 1997-2002
sebesar 22,0% per tahun.
c. Pertumbuhan ekspor jagung tahun 1997-2002
sebesar 652,89% per tahun.
d. DRCR tahun 1986-2001 meningkat dari 0,7
menjadi 0,8, menunjukkan keunggulan komparatif
jagung menurun.
4 Bawang a. Pertumbuhan produksi bawang merah tahun 1997-
merah 2001 mengalami penurunan 0,39% per tahun.
b. Impor bawang merah meningkat dari 43.082 ton
pada tahun 1997 menjadi 47.945 ton tahun 2001
dengan trend menurun.
c. Ekspor bawang merah meningkat dari 3.189 ton
tahun 1997 menjadi 5.982 ton pada tahun 2001
dengan trend eningkat.
5 Jeruk a. Pertumbuhan produksi jeruk tahun 1997-2001
sebesar 3,17% per tahun.
b. Pertumbuhan impor jeruk tahun 1995-2000 sebesar
27,4% per tahun.
c. Tingkat ketergantungan impor tahun 1995 sebesar
EKONOMI PERTANIAN 84
5% meningkat menjadi 10% tahun 1999.
7 Manggis a. Pertumbuhan produksi tahun 1997-2001 sebesar
47,7% per tahun.
b. Kenaikan ekspor tahun 1997-2001 sebesar
335,2%.
c. Tingkat ketergantungan impor tahun 1977-2001
tidak lebih dari 2%.
EKONOMI PERTANIAN 85
Tabel 4.7. Perubahan pradigma trade barier
1992 1996 1999 2001 2002
Sehat Sehat Aman Bayar Bayar
Aman Aman Sehat Aman Aman
Halal Utuh Sehat Sehat
Halal Utuh Utuh
Halal Halal
Lingkungan
hidup
Gizi
IPR/HAKI
K
Panen O
Pasca Panen S
U
M
E
N
EKONOMI PERTANIAN 86
tercantum pada gambar 2 .untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin
kompleks.
HACCP
Sarana
Produksi
EKONOMI PERTANIAN 87
V. PEMBANGUNAN PERTANIAN
EKONOMI PERTANIAN 88
Pada dasarnya peningkatan produksi pertanian dapat dilaksanakan melalui
dua cara yaitu (1) intensifikasi dan (2) perluasan lahan pertanian. Intensifikasi adalah
usaha peningkatan produksi pertanian dengan menambah modal dan tenaga kerja
(skill) per kesatuan luas tanah yang sama. Sebagai contoh, pemupukan, perbaikan
pengairan, cara bercocok tanam, pemberantasan hama dan penyakit tumbuhan, dan
sebagainya. Peningkatan produksi pertanian melalui perluasan tanah pertanian adalah
usaha menambah modal dan tenaga kerja (skill) untuk merubah bukan tanah
pertanian menjadi tanah pertanian. Misalnya, membuka tanah hutan, tanah rawa,
tanah padang rumput dan sebagainya menjadi tanah pertanian. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam pembangunan pertanian meliputi lima hal sebagai berikut.
EKONOMI PERTANIAN 89
1. Sebagai penghasil pangan (nabati, hewani, ikan) yang permintaannya terus
meningkat sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat.
Peran ini tidak tergantikan sektor lain karena selama ini dan untuk waktu yang
akan datang hanya sektor pertanianlah yang dapat menghasilkan pangan.
2. Memberikan lapangan kerja yang cukup luas bagi masyarakat baik sebagai petani,
buruh tani, penyedian sarana produksi dan alat & mesin pertanian, pemasar dan
pemroses hasil pertanian, dan sebagainya.
3. Sebagai penyedia bahan baku bagi agroindustri yang cukup banyak macam dan
ragamnya serta cukup besar efek panggandanya bagi perekonomian secara
nasional.
4. Sebagai penghasil devisa yang sangat dibutuhkan untuk mengimpor barang-
barang konsumsi, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang modal yang
belum dapat dipenuhi dalam negeri.
5. Sebagai pasar yang cukup potensi bagi barang-barang yang dihasilkan oleh sektor
industri dalam negeri. Peran ini sangat penting bagi pengembangan industri di
dalam negeri mengingat ketatnya persaingan di pasar dunia sehingga pasar utama
bagi industri dalam negeri yang baru berkembang adalah masyarakat di sektor
pertanian.
Permintan pasar hasil pertanian dapat berasal dari dalam negeri dan luar
negeri. Terdapat tiga penyebab berkembangnya permintaan pasar hasil pertanian
dalam negeri. Pertama karena adanya keterkaitan antara pembangunan pertanian
dengan pembangunan industri. Industrialisasi bergantung kepada pembangunan
pertanian karena sektor pertanian merupakan pasar dalam negeri yang potensial bagi
industri. Demikian pula pembangunan pertanian bergantung pada pembangunan
EKONOMI PERTANIAN 90
industri karena sektor industri merupakan pasar bagi sektor pertanian. Kedua,
karena industrialisasi dan urbanisasi namun sektor pertanian tidak dapat memenuhi
permintaan tersebut. Kasus ini kemungkinan karena (1) ekspor hasil pertanian dan
impor pangan masih lebih menguntungkan dan (2) belum adanya peluang ekonomi
yang menarik untuk menggantikan impor pangan. Ketiga, permintaan pasar dalam
negeri meningkat karena kenaikan pendapatan masyarakat. Meningkatnya
pendapatan masyarakat di daerah perkotaan menyebabkan permintaan hasil
pertanian meningkat dalam jumlah dan mutu.
Permintaan pasar luar negeri menjadi sangat penting artinya pada waktu
pembangunan pertanian memasuki tahap komersialisasi. Pada tahap ini sektor
pertanian memerlukan barang-barang modal yang harus diimpor dari luar negeri.
Sektor pertanian harus menghasilkan devisa untuk mengimpor barang-barang modal
tersebut. Pada tahap ini permintaan pangan untuk konsumsi dalam negeri akan
mengalami peningkatan. Oleh karenanya perlu adanya keseimbangan antara
produksi pangan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan produksi hasil
pertanian untuk memenuhi permintaan ekspor.
EKONOMI PERTANIAN 91
lama tidak lagi resisten terhadap serangan hama dan sebagainya. Teknologi baru
biasanya diperkenalkan kepada petani dalam bentuk paket misalnya varietas baru
disertai dosis pemupukan, cara penanaman, cara pengendalian hama dan sebagainya.
Demikian pula, teknologi baru akan diterima oleh petani bila teknologi tersebut
dapat menaikkan produksi atau menurunkan biaya dalam jumlah yang cukup besar.
Teknologi baru dapat berasal dari berbagai sumber antara lain (1) praktek
petani, (2) daerah lain, dan (3) hasil percobaan. Budidaya yang diterapkan petani
dalam satu lokasi seringkali berbeda antara petani satu dengan petani lainnya.
Diantara petani-petani tersebut terdapat petani yang berhasil mencapai produksi
yang tinggi. Budidaya yang diterapkan oleh petani lainnya. Teknologi yang berhasill
diterapkan di suatu daerah di dalam negeri atau di luar negeri mungkin dapat
diterapkan di daerah yang mempunyai karakteristik pertanian yang sama. Teknologi
baru dapat dihasilkan oleh lembaga penelitian melalui percobaan pengujian.
Sarana produksi pertanian yang berupa bahan kimia seperti pupuk dan
pestisida dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Demikian pula alat dan mesin
pertanian tertentu seperti traktor, alat pemanen, alat perontok, sprayer juga
dihasilkan oleh pabrik yang berskala besar. Hanya peralatan pertanian sederhana
seperti cangkul, sabit yang dapat diproduksi secara lokal. Benih dihasilkan oleh
lembaga penelitian dan pengembangan selanjutnya diperbanyak oleh balai benih,
penangkar benih atau petani tertentu untuk memenuhi permintaan petani.
Petani akan membeli dan menggunakan sarana produksi dan alat & mesin
pertanian bila masing-masing input tersebut memenuhi syarat-syarat berikut.
Pertama secara teknis efektif misalnya produktivitasnya lebih tinggi, masaknya lebih
serempak, rasanya lebih enak, dan sebagainya. Kedua, kualitasnya terjamin misalnya
kebenaran komposisi bahan, keaslian barang , dan sebagainya. Ketiga, harganya
rasional, dalam arti rasio harga input dan output menguntungkan petani. Keempat,
tersedia di lokasi pada waktu dibutuhkan. Kelima, dijual dalam ukuran dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan petani.
EKONOMI PERTANIAN 92
Petani sangat berhati-hati dalam menggunakan input baru. Petani akan
menggunakan setelah input baru tersebut teruji efektifitasnya di beberapa lokasi
yang kondisinya sama dengan kondisi lahan petani. Setiap perubahan dalam cara
berushatani umumnya diikuti dengan perubahan-perubahan lainnya, termasuk
perubahan dalam penggunaan berbagai macam input. Input baru biasanya disediakan
dalam bentuk paket yang terdiri atas berbagai macam input agar cara berusahatani
baru dapat diterapkan oleh petani. Oleh karena itu, perlu pengaturan distribusi
berbagai sarana produksi dan alat & mesin pertanian agar tersedia di pasar lokal.
Karena kehati-hatiannya, waktu yang diperlukan oleh petani dari mulai mengenal
input baru sampai dengan menerapkan input tersebut di lahan usahanya memerlukan
waktu yang cukup lama. Keadaan ini menyebabkan permintaan input baru oleh
petani tidak mudah diterapkan. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian ini,
penyediaan input baru ditingkatkan dari waktu ke waktu sejalan dengan permintaan
petani.
Akses terhadap pasar hasil pertanian, cara-cara usahatani yang lebih baik,
dan tersedianya input pertanian merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh
petani untuk meningkatkan produksinya. Peluang ini akan dimanfaatkan oleh petani
untuk meningkatkan produksinya. Peluang ini akan dimanfaatkan oleh petani
bergantung pada (1) harga input dan harga output, (2) bagian hasil yang diterima
petani, dan (3) tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan rumah tangga tani.
Dalam sistem bagi hasil, petani penyakap harus membayar sewa dalam
bentuk hasil panen kepada pemilik tanah. Hasil panen yang dibayarkan kepada
pemilik tanah akan meningkat bila hasil yang diperoleh petani penggarap meningkat.
Hal ini kurang memberikan insentif bagi petani penggarap untuk meningkatkan
produksinya. Sistem sewa (petani membayar sewa atas tanah yang digarap kepada
pemilik tanah) lebih memberikan insentif kepada petani penggarap karena besarnya
sewa tanah tidak ditentukan oleh produksi secara langsung. Sistem bagi hasil akan
memberikan insentif kepada petani untuk meningkatkan produksi bila biaya
produksi ditanggung bersama oleh petani penggarap dan pemilik tanah.
EKONOMI PERTANIAN 93
Tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh rumah tangga tani
merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian.
Semakin banyak kebutuhan rumah tangga tani akan barang dan jasa, peani akan
sakin terdorong untuk meningkatkan produksi pertaniannya agar memperoleh uang
yang lebih banyak. Dengan demikian distribusi barang dan jasa di daerah pedesaan
yang efisien merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat pembangunan
pertanian.
e. Transportasi
Biaya transportasi yang murah diperlukan agar harga yang diterima petani
dari hasil penjualan produknya relatif tinggi sebaliknya harga yang harus dibayar
petani atas pembelian input relatif rendah. Besarnya biaya transportasi bergantung
pada (1) berat atau volume barang yang diangkut, (2) jarak dari asal ke tujuan, (3)
jumlah setiap kali mengangkut, dan (4) macam alat angkut. Di samping itu, untuk
angkutan darat masih bergantung pada kondisi jalan, untuk angkutan laut dan udara
bergantung pada frekuensi pelayaran atau penerbangan. Berbagai kasus
menunjukkan bahwa biaya transportasi yang murah dan memadai menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian.
Jalan yang menghubungkan lokasi petani sampai dengan jalan raya atau
sering disebut sebagai jalan lokal, besar pengaruhnya terhadap jumlah hasil
pertanian yang dapat dipasarkan. Jalan semacam ini juga besar pengaruhnya
terhadap harga yang diterima dan harga yang dibayar petani. Kunjungan petugas
yang melayani kepentingan seperti penyuluh, petugas pertanian lainnya meningkat
dengan adanya jalan ini. Jalan raya dibangun untuk berbagai kepentingan termasuk
pertanian. Jalan raya dan jalan lokal harus terhubung dan terintegrasi satu dengan
lainnya agar hasil pertanian dengan mudah mengalir dari lokasi petani ke pusat-pusat
pasar. Demikian pula input pertanian baik sarana produksi dan alat & mesin
pertanian dapat sampai ke lokasi petani.
EKONOMI PERTANIAN 94
Pendidikan untuk pembangunan diperlukan untuk menyiapkan setiap anak
hidup dalam suatu masyarakat yang sedang berkembang. Pendidikan semacam ini
perlu diberikan kepada murid di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan agar setiap
anak terdorong untuk selalu berpikir secara scientific terhadap sesuatu yang sedang
dikerjakan, pengetahuan yang telah diperoleh, pengembangan ketrampilan baru, dan
penyelesaian masalah. Materi pendidikan untuk pembangunan tidak perlu diberikan
dalam satu mata pelajaran tertentu tetapi dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran
yang telah ada.
b. Kredit Produksi
Pada umumnya petani tidak memisahkan secara tegas dana yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan produksi. Perilaku petani ini
EKONOMI PERTANIAN 95
menimbulkan kekhawatiran bahwa kredit produksi tidak digunakan secara benar,
kenaikan produksi dan pendapatan tidak tercapai dan selanjutnya petani tidak
mampu mengembalikan kredit. Sesuai dengan perilaku petani ini, ada lima macam
kredit produksi untuk petani yaitu (1) kredit dikembalikan dalam bentuk hasil
pertanian, (2) kredit dengan pengawasan, (3) kredit Bank, (4) kredit koperasi, dan (5)
kredit perorangan.
Kredit yang diberikan dalam bentuk peralatan dan sarana produksi dan
kemudian dikembalikan dalam bentuk hasil pertanian sekarang jarang ditemukan
atau bahkan sudah tidak ada. Kredit semacam ini sebenarnya dapat menghindarkan
petani dari masalah ketidakpastian harga hasil pertanian yang menyebabkan petani
tidak bisa mengembalikan kredit. Dengan semakin berkembangnya pasar hasil
pertanian dan pasar peralatan dan sarana produksi pertanian kredit semacam ini di
pandang tidak praktis bagi pemberi pinjaman dan peminjam.
Kredit bank adalah kredit komersial yang disediakan oleh nak untuk
membiayai usaha pertanian. Kredit bank umumnya ditujukan kepada petani yang
telah mampu menggunakan kredit produksi dengan baik. Produser dan skema kredit
yang ditawarkan kepada petani bervariasi dari satu bank ke bank lainnya.
Kredit koperasi adalah kredit yang disediakan oleh koperasi untuk petani
anggotanya. Banyak koperasi yang berhasil menyelenggarakan kredit produksi bagi
anggotanya tetapi banyak pula yang gagal. Banyak faktor yang mempenagruhi
keberhasilan dan kegagalan koperasi dalam menyelenggarakan kredit produksi bagi
anggotanya, dua diantaranya yang penting adalah kemampuan petani menggunakan
kredit produksi dan kemampuan pengurus koperasi dalam mengelola usaha koperasi.
Kerdit perorangan yaitu kredit yang disediakan bukan oleh lembaga resmi
misalnya pedagang, pemilik tanah, pelepas uang dan sebagainya. Meskipun
bunganya tinggi kredit semacam ini lebih disukai petani karena mudah
memperolehnya, tersedia pada waktu petani membutuhkan, bentuk kredit (uang atau
barang) sesuai dengan kebutuhan petani.
EKONOMI PERTANIAN 96
pengurusan, (4) denda bila pengembalian tertunda, (5) kemudahan dalam
memperoleh kredit, dan (6) kredit diperoleh pada saat dibutuhkan. Beberapa masalah
yang dihadapi oleh pemberi kredit antara lain (1) biaya administrasi kredit biasanya
tinggi, dan (2) periode pengembalian kredit bervariasi tergantung macam usahatani
yang dibiayai dengan dana kredit.
EKONOMI PERTANIAN 97
Gross Domestic Product at Current Market Prices by Industrial Origin,
2000-2002 (Billion Rupiahs)
Industrial Origin 2000 2001 2002
Agriculture, Livestock, Forestry and 217.897,9 246.298,2 281.325,0
Fishery
a. Farm Food Crops 112.661,2 126.065,2 141.137,4
b. Non-food Crops 33.744,7 37.491,2 41.919,5
c. Livestock and Products 27.034,6 30.438,2 34.808,9
d. Forestry 14.947,8 15.648,7 16.848,9
e. Fishery 29.509,7 36.654,8 46.610,3
Mining and Quarrying 175.262,5 191.762,4 191.827,2
a. Crude Petroleum and Natural Gas 129.220,9 131.877,8 131.656,7
b. Non-Oil and Gas Mining 34.495,7 45.691,9 43.480,4
c. Quarrying 11.545,9 14.192,7 16.690,0
Manufacturing Industry 314.918,4 362.031,2 402.601,1
a. Oil and Gas Manufacturing 54.279,9 56.137,0 56.678,5
EKONOMI PERTANIAN 98
b. Non Oil-Gas Manufacturing 260.638,5 305.894,2 345.922,6
Electricity, Gas and Water Supply 16.519,3 21.183,9 29.100,5
a. Electricity 13.797,1 17.772,9 25.033,8
b. Gas 462,1 621,0 827,0
c. Water Supply 2.260,1 2.790,0 3.239,7
Construction 76.573,4 85.263,2 92.366,3
Trade, Hotel and Restaurant 199.110,4 234.262,6 258.869,2
a. Wholesale and Retail Trade 159.384,7 187.996,0 205.791,7
b. Hotel 6.761,7 7.687,1 8.634,0
c. Restaurant 32.964,0 38.579,5 44.443,5
Transport and Communication 62.305,6 75.795,9 97.343,5
a. Transport 47.911,3 59.462,8 72.234,5
b. Communication 14.394,3 16.333,1 25.109,0
Financial, Ownership and Business 80.459,9 91.438,4 105.621,7
Services
a. Bank 28.554,9 33.061,4 39.832,8
b. Non Bank Financial Institutions 7.143,2 8.436,8 9.319,2
c. Services Allied to Financial 619,2 733,9 797,0
d. Building Rental 26.938,6 29.584,9 33.173,8
e. Business Services 17.204,0 19.621,5 22.498,9
Services 121.871,4 141.362,2 150.957,2
a. General Government 69.460,2 81.850,9 83.293,5
b. Private 52.411,3 59.511,3 67.663,7
Gross Domestic Product 1.264.918,7 1.449.398,1 1.610.011,6
GDP Non-Oil Gas 1.081.417,9 1.261.383,3 1.421.676,4
EKONOMI PERTANIAN 99
a. Electricity 5.394,7 5.818,2 6.163,5
b. Gas 268,0 297,3 342,8
c. Water Supply 912,1 962,6 1.008,3
Construction 23.278,7 24.259,1 25.255,3
Trade, Hotel and Restaurant 63.498,3 66.888,1 69.303,2
a. Wholesale and Retail Trade 50.333,8 53.055,3 54.827,3
b. Hotel 2.669,2 2.760,2 2.796,4
c. Restaurant 10.495,3 11.072,5 11.679,4
Transport and Communication 29.072,1 31.207,1 33.649,5
a. Transport 21.176,3 22.319,8 23.364,1
b. Communication 7.895,8 8.887,3 10.285,4
Financial, Ownership and Business 27.449,4 28.388,6 29.963,2
Services
a. Bank 9.167,9 9.655,9 10.296,6
b. Non Bank Financial Institutions 3.064,6 3.172,8 3.284,0
c. Services Allied to Financial 235,1 242,7 251,2
d. Building Rental 9.214,8 9.417,6 9.947,0
e. Business Services 5.767,0 5.899,7 6.184,4
Services 38.051,5 38.826,9 39.596,6
a. General Government 22.555,1 22.795,4 22.887,0
b. Private 15.496,4 16.031,5 16.709,6
Gross Domestic Product 398.016,9 411.691,0 426.740,5
Gross Domestic Product Non-Oil Gas 363.758,7 378.957,2 393.732,1
Growth Rate of Gross Domestic Product at Constant 1993 Market Prices by Industrial Origin, 1996-
2002 (Percent)
Industrial Origin 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Agriculture, Livestock, Forestry and 3.14 1.00 (1.33) 2,16 1,88 0,98 1,74
Fishery
a. Farm Food Crops 2.11 (2.85) 2.03 1,99 1,53 (0,79) 0,53
b. Non-food Crops 4.47 1.37 0.05 1,91 0,19 2,40 3,17
c. Livestock and Products 5.06 4.90 (13.94) 6,17 3,28 3,56 3,07
d. Forestry 2.23 11.57 (8.47) (4,45) 1,60 2,09 1,97
e. Fishery 5.40 5.79 1.92 6,07 5,00 3,74 3,56
Mining and Quarrying 6.30 2.12 (2.76) (1,62) 5,51 (0,00) 2,25
a. Crude Petroleum and Natural Gas 1.45 (0.59) (2.42) (5,16) 2,36 (4,95) 0,17
b. Non-Oil and Gas Mining 19.19 5.20 26.58 7,02 12,18 7,60 4,64
c. Quarrying 12.74 8.80 (36.10) (1,90) 5,66 5,11 5,28
Manufacturing Industry 11.59 5.25 (11.44) 3,92 5,98 4,10 4,01
a. Oil and Gas Manufacturing 11.06 (1.97) 3.68 6,84 (1,67) (3,48) 2,12
b. Non Oil-Gas Manufacturing 11.66 6.11 (13.10) 3,54 7,02 5,04 4,22
Electricity, Gas and Water Supply 13.63 12.37 3.03 8,27 7,56 7,65 6,17
a. Electricity .13.16 12.06 3.25 8,81 7,62 7,86 5,95
Export of Non Oil and Gas by Sector and Commodities, 2001- 2002