Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERSATUAN DAN KESATUAN


BANGSA INDONESIA DARI MASA KE MASA
(Diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran PKN)

Guru Mata Pelajaran: Marsyid Hidayat

Disusun oleh:
Kelompok/
: 4/XII MIPA Thalhah Mansur
Kelas
Anggota : 1. Indah Aulia 6.
2. Naila 7.
3. Rindi 8.
4. Yovia 9.
5.

MADRASAH ALIYAH YPPA CIPULUS


Tahun Pelajaran 2023 - 2024
Wanayasa – Purwakarta

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena berkat hidayah
dan inayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
semoga selamanya selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Marsyid Hidayat selaku guru
mata pelajaran PKN yang selama ini telah membimbing kami.
Terima kasih pula kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok yang
telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya demi kelancaran tugas membuat
makalah ini yang bertemakan Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari masa
ke masa.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dimengerti oleh kita semua.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian
isinya.

Purwakarta, 17 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa............................................3

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan


(18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)............................................................3

a. Sistem Pemerintahan Presidensial.............................................................3

b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945......................................................4

c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat.......................................4

d. Kabinet Pertama........................................................................................4

e. Maklumat Pemerintah...............................................................................5

f. Kabinet Pada Masa Awal Revolusi Kemerdekaan....................................5

g. Pemberontakan..........................................................................................6

C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia


Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)...............................................6

a. Republik Indonesia Serikat (RIS)..............................................................6

b. Pemberontakan..........................................................................................7

D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17


Agustus 1950 – 5 Juli 1959)...............................................................................8

a. UUDS 1950 sebagai Konstitusi.................................................................8

iii
b. Kabinet pada Demokrasi Liberal...............................................................9

c. Pemberontakan..........................................................................................9

E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Terpimpin (5


Juli 1959 – 12 Maret 1967)...............................................................................11

a. Dekret Presiden 5 Juli 1967.....................................................................11

b. Kabinet pada Masa Demokrasi Terpimpin..............................................11

c. Pemberontakan G30S/PKI......................................................................11

F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967 – 21 Mei 1998)..........................................................................................12

a. Pembatasan hak-hak politik rakyat..........................................................12

b. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden...............................................12

G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998
– Sekarang).......................................................................................................13

a. Kebijakan Berkaitan Kebebasan Berpolitik............................................13

b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945.......................................................13

c. Pergantian Presiden RI dan Kabinet Masa Reformasi............................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat
Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya
memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan
dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara
benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan energi hebat. Sebaliknya,
bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa
menimbulkan bencana dahsyat.
Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan yang
diberikan kepada kita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan yang
meliputi banyak hal ini bukan menjadi masalah bagi kita untuk tetap menghargai,
bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta persatuan bangsa kita. Persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara
untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.
Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami
perubahan-perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang
berbeda, yaitu masa Revolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin,
Orde Baru, dan masa Reformasi. Tentunya perubahan masa yang sering terjadi
dapat berakibat kepada kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Liberal?

1
5. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Terpimpin?
6. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru?
7. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Republik Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Demokrasi Liberal
5. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Demokrasi Terpimpin
6. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde
Baru
7. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa
Reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti
lebih luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai
kalangan,ras,budaya, dan adat istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan
serasi.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam
hal ini, masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang
memiliki ciri-ciri tertentu yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan bangsa,
masing-masing bangsa tetap memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula.
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari sekedar satu
suku bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan bangsa secara
keseluruhan. Misalnya suku Bugis atau suku Batak dapat menyebutkan dirinya
bangsa Indonesia, yang memiliki ciri jauh lebih luas dan komplek dari pada suku
Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa
seperti yang diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan
utuh dan tidak boleh kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam
penyelenggaraan kehidupan nasional. Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia
berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari
daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan dalam deklarasi
Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan


(18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
a. Sistem Pemerintahan Presidensial

3
UUD NRI 1945 menetapkan sistem pemerintahan presidensial dengan
kekuasaan yang besar di tangan presiden, namun kekuasaan tertinggi berada di
tangan MPR, sebagai sumber kekuasaan negara dan presiden sebagai
penyelenggara kekuasaan pemerintahan yang tertinggi dibawah MPR. Prinsip ini
tidak mengatur pembatasan yang tegas penyelenggaraan kekuasaan negara karena
prinsip itu banyak disalahgunakan dan ditafsirkan sesuai kehendak pihak yang
memegang kekuasaan (Zoelva 2008).
b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945
 Sidang 18-08-1945 menetapkan UUD RI 1945, mengangkat Ir. Soekarno
dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil prsiden RI.
 Sidang 19-08-1945 menetapkan pembagian wilayah bekas Hindia Belanda
ke dalam 8 provinsi (Sumatra, Jabar, Jateng, Jatim, Sunda Kecil, Borneo
(Kalimantan), Sulawesi, Maluku).

c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat


Diresmikan pada 29 Agustus 1945 yang diketuai oleh Kasman Singodimedjo.
Jumlah anggotanya 137 orang yang berasal dari golongan muda dan tua.
Ketetapan mengenai KNIP :
 Semua lembaga yang dibentuk di Indonesia pusatnya di Jakarta.
 Penjelmaan dari kedaulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat.
 Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang
merdeka, persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum,
dan membantu para pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa
Indonesia.

d. Kabinet Pertama
Sesuai dengan ketentuan UUD NRI 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September
1945 susunan kabinet pertama sebagai berikut :
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah

4
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr. Soepomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

e. Maklumat Pemerintah
- Maklumat 5 Oktober 1945
Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR dengan
tujuan mengatasi situasi Indonesia yang mulai tidak aman karena
kedatangan kembali tentara sekutu ke Indonesia.
- Maklumat 3 November 1945
Mengenai pembentukan partai politik. Memberi kesempatan kepada rakyat
seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai politik.
- Maklumat 14 November 1945
- Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak
lagi berfungsi sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala
negara, jabatan kepala negara dijabat oleh perdana menteri.

f. Kabinet Pada Masa Awal Revolusi Kemerdekaan

5
N AWAL MASA AKHIR MASA PIMPINAN
NAMA KABINET JABATAN
O KERJA KERJA KABINET
1. Presidensial 2 September 1945 14 November 1945 Soekarno Presiden
2. Sjahrir 1 14 November 1945 12 Maret 1946 Sutan Sjahrir Perdana Menteri
3. Sjahrir 2 12 Maret 1946 2 Oktober 1946 SutanSjahrir Perdana Menteri
4. Sjahrir 3 2 Oktober 1946 3 Juli 1947 Sutan Sjahrir Perdana Menteri
5. Amir Sjarifuddin 1 3 Juli 1947 11 November 1947 Amir Sjarifuddin Perdana Menteri
6. Amir Sjarifuddin 2 11 Nomber 1947 29 Januari 1948 Amir Sjarifuddin Perdana Menteri
7. Hatta 1 29 Januari 1948 4 Agustus 1949 Moh.hatta Perdana Menteri
8. Hatta 2 4 Agustus 1949 20 Desember 1949 Moh.hatta Perdana Menteri

g. Pemberontakan
- Pemberontakan PKI Madiun 1945
Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI melakukan kekerasan
fisik terhadap pejabat, tokoh, dan warga anti PKI. Akhirnya
pemberontakan ini dapat ditumpas oleh satuan TNI operasi militer yang
dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono. Muso dan
Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.
- Pemberontakan DI/TII Jabar & Jateng
Berawal dari gagasan Kartosuwiryo untuk membentuk Negara Islam
Indonesia (NII) pada 4 Agustus 1949 di Jabar. TNI melakukan operasi
militer diberbagai daerah yang dinilai menjadi pusat gerakan ini.
Jabar : Operasi Pagar Betis dan Operasi Baratayuda. Berhasil ditumpas
ketika Kartosuwiryo ditangkap tanggal 4 Juni 1962 di Majalaya, Jabar.
Jateng : pada 23 Agustus 1962 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya
gerakan Darul Islam dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia.
Gerakan ini berhasil dilumpuhkan pada tahun 1952.

C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia


Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
a. Republik Indonesia Serikat (RIS)

6
Sejak 27 Desember 1949, berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar,
Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat
(RIS). Penyelenggaraan negara pun didasarkan pada Konstitusi RIS 1949. Pasal 1
ayat (1) Konstitusi RIS disebutkan bahwa Republik Indonesia yang serikat,
merdeka, dan berdaulat yaitu, negara hokum yang demokrasi dan berbentuk
federal. Presiden adalah kepala negara. Tidak ada wakil presiden. Presiden
berhalangan, perdana mentri yang akan mengambil alih. tanggung jawab
pemerintahan sepenuhnya di perdana mentri dan para mentri kabinet.
Saat itu, Soekarno menjadi presiden RIS, dan Moh. Hatta menjadi perdana
mentri RIS. Sistem yang berlaku yaitu, sistem parlementer. Di sistem ini, kabinet
bertanggung jawab kepada parlemen, apabila pertanggungjawaban tidak diterima
parlemen, kabinet harus mengundurkan diri atau membubarkan diri.
Enam lemabaga Konstitusi RIS:
1. Presiden,
2. Dewan Mentri,
3. Senat,
4. Dewan Perwakilan Rakyat,
5. Mahkamah Agung, dan
6. Dewan Pengawas Keuangan.
Sistem ini tidak dilandasi konsepsi yang kuat dan dilatarbelakangi politik
melemahkan dan memecah belah Indonesia yang telah merdeka pada 17 Agustus
1945. Sistem ini pada masa RIS hanya bertahan selama kurang lebih delapan
bulan. RIS bubar dikarenakan desakan rakyat, pada tanggal 17 Agustus 1950.
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.
b. Pemberontakan
Pada zaman RIS, banyak terjadi pemberontakan yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa. Antara lain sebagai berikut:
1. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang bekas tentara het
Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), yang berarti Tentara
Kerajaan Hindia Belanda. Tujuannya untuk mempertahankan negara-negara

7
federal dan memintah pemerintah mengakui APRA sebagai tentara pemerintah.
Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling dan sekitar 800 pasukan APRA
menyerang Kota Bandung dan TNI sekitar. Jumlah anggota TNI yang tewas
tercatat 94 orang. Pemberontakan APRA berhasil ditumpahkan TNI. Westerling
pun berhasil kabur ke Singapura.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Pada 5 April 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan KNIL dibawah
pimpinan Kapten Andi Aziz, mantan perwira tinggi KNIL. Penyebabnya adalah
penolakan masuknya pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat) berasal dari TNI Sulawesi Selatan. Gerakan ini diawali dengan
APRIS/KNIL sering melakukan provokasi dan konflik dengan pasukan
APRIS/TNI. 5 Agustus 1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil
dikalahkan oleh APRIS/TNI.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang menolak integrase dan
ingin membetuk negara yang lepas dari Negara Indonesia Timur (NIT) dan NKRI.
Dipimpin oleh Dr. Soumokil dan memiliki basis di Ambon. RMS menganggap
kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. RMS menolak kedatangan
APRIS/TNI ke wilayah Maluku yang bertujuan melucuti senjata bekas KNIL
yang masih ada di Maluku. Ambon berhasil dikuasai APRIS/TNI karena mereka
langsung melakukan operasi penumpasan. Ambon dikepung dengan bantuan
angkatan udara dan serangan dari laut. APRIS/TNI juga berhasil merebut Benteng
Nieuwe Victoria.

D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17


Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
a. UUDS 1950 sebagai Konstitusi
Setelah bubarnya RIS, Indonesia menggunakan UUDS 1950 sebagai
konstitusi. Berdasarkan UUDS 1950, bentuk Negara RI adalah Negara kesatuan.
UUDS menganut sistem pemerintahan parlementer,sama seperti RIS. UUDS 1950
hanya mengenal lima lembaga Negara, yaitu:

8
1) Presiden,
2) Menteri-menteri,
3) Dewan Perwakilan Rakyat,
4) Mahkamah Agung, dan
5) Dewan Pengawas Keuangan.
Berdasarkan UUDS 1950, presiden berfungsi sebagai kepala negara dan
menjadi bagian dari pemerintahan. Namun, tanggung jawab pemerintahan berada
di tangan Perdana Menteri bersama para menterinya. Karena yang dianut adalah
sistem parlementer, Presiden dan Wakil Presiden tidak boleh diganggu-gugat.
Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah para menteri. Sebagai kepala
negara, tugas Presiden terbatas.
b. Kabinet pada Demokrasi Liberal

No. Nama Kabinet Awal Masa Kerja Akhir Masa Kerja Pimpinan Kabinet Jabatan

1. Natsir 6 September 1950 27 April 1951 Mohammad Natsir Perdana Menteri


2. Sukiman-Suwirjo 27 April 1951 3 April 1952 Sukiman Wirjosandjojo Perdana Menteri
3. Wilopo 3 April 1952 30 Juli 1953 Wilopo Perdana Menteri
4. Ali Sastromidjojo I 30 Juli 1953 12 Agustus 1955 Ali Sastromidjojo Perdana Menteri
5. Burhanuddin Harahap 12 Agustus 1955 24 Maret 1956 Burhanuddin Harahap Perdana Menteri
6. Ali Sastromidjojo II 24 Maret 1956 9 April 1957 Ali Sastromidjojo Perdana Menteri
7. Djuanda 9 April1957 10 Juli 1959 Djuanda Perdana Menteri

c. Pemberontakan
Pada masa ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
1) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
 DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober 1950 dipimpin Ibnu
Hajar. Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos-pos tentara di
Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan. TNI
melakukan tindakan tegas dengan melancarkan operasi militer. Gerakan
DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil dilumpuhkan dan Ibnu Hajar
berhasil ditangkap pada tahun 1959.

9
 DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1951 dipimpin oleh Kahar
Muzakkar. Penyebab utamanya adalah Kahar Muzakkar sangat berambisi
menjadi salah satu pimpinan APRIS serta tuntutan agar semua anggota
pasukannya diangkat menjadi TNI. Setahun kemudian, Sulawesi Selatan
dinyatakan sebagai bagian dari NII dibawah komando Kartusuwirjo.
Gerakan DI/TII berlangsung di Sulawesi Selatan ini baru berhasil
ditumpas pada 3 Februari 1956 yang ditandai dengan ditembak matinya
Kahar Muzakkar.
 Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat bahwa
Aceh merupakan bagian dari NII dibawah Kartosuwirjo. Hal ini
disebabkan antara lain kekecewaan atas penurunan status Aceh dari daerah
istimewa menjadi karesidenan dibawah Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di
Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan situasi keamanan di Aceh pulih
kembali.

2) Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia


(PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
 Gerakan ini terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi.
Kedua wilayah merasa tidak puas dengan otonomi daerah dan
perimbangan keungan antara pusat dan daerah. Ketidakpuasan tersebut
didukung sejumlah perwira militer setempat. Di Sulawesi, Letnan Kolonel
Ventje Sumual memproklamasikan berdirinya Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) pada 2 Maret 1957.
 Di Sumatera, diproklamasikan juga Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) oleh Achmad Husain pada 15 Februari 1958. PRRI dan
Permesta sempat bergabung, tetapi berpisah kembali. Pemerintah RI
kemudian mengambil tindakan tegas dengan melakukan operasi militer.
PRRI dan Permesta akhirnya berhasil dilumpuhkan, baik yang berada di
wilayah Sumatera maupun Sulawesi.

10
E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Terpimpin (5
Juli 1959 – 12 Maret 1967)
a. Dekret Presiden 5 Juli 1967
Pemerintah memberlakukan kembali UUD NRI tahun 1945. Hal ini berarti
sejak itu sistem pemerintahan yang dijalankan adalah sistem pemerintahan
presidensial berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945. Presiden menjadi
kepala pemerintah dan penyelenggara Negara. Meski demikian, pada masa
Demokrasi terpimpin, telah terjadi berbagai penyimpangan diantara lain :
1) Menurut UUD NRI Tahun 1945, MPR adalah lembaga yang
membawahi dan berkedudukan lebih tinggi dari Presiden , sedangkan
lembaga lain (DPR, MA, DPA, DAN BPK), sejajar dengan presiden
2) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa presiden tidak dapat
membubarkan DPR
3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang merdeka, terlepas dari pengaruh kemerdekaan.

b. Kabinet pada Masa Demokrasi Terpimpin


Berikut adalah daftar kabinet yang terbentuk pada Masa Demokrasi Terpimpin.
No. Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Pimpinan Kabinet Jabatan
1. Kerja I 10 Juli 1959 18 Februari 1960 Soekarno Presiden
2. Kerja II 18 Februari 1960 6 Maret 1962 Soekarno Presiden
3. Kerja III 6 Maret 1962 13 November 1963 Soekarno Presiden
4. Kerja IV 13 November 1963 27 Agustus 1964 Soekarno Presiden
5. Dwikora I 27 Agustus 1964 24 Februari 1966 Soekarno Presiden
6. Dwikora II 24 Februari 1966 28 Maret 1966 Soekarno Presiden
7. Dwikora III 28 Maret 1966 25 Juli 1966 Soekarno Presiden

c. Pemberontakan G30S/PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk kedua kalinya menggantikan
ideologi Indonesia dengan ideologI Komunis melalui Pemberontakan G30S / PKI
pada 30 September 1965. G30S/PKI bertujuan mengambil alih kekuasaan atau
kudeta. Pada peristiwa ini, terjadi penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira

11
tinggi AD (Angkatan Darat). Selain itu, sarana penting komunikasi seperti RRI
Pusat dan Gedung Telekomunikasi berhasil dikuasai. Gerakan ini berhasil diatasi
oleh Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad.
Bersama rakyat dan pasukan tentara yang setia terhadap NKRI, G30S/PKI pun
ditumpas.

F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967 – 21 Mei 1998)
Pada Masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasakan UUD NRI
Tahun 1945 yaitu sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh
kabinet, semuanya bersifat presidensial. Adapun kabinet pada masa Orde Baru
dapat dilihat pada tabel berikut.
No. Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Pimpinan Kabinet Jabatan
1. Pembangunan I 6 Juni 1968 28 Maret 1973 Soekarno Presiden
2. Pembangunan II 28 Maret 1973 29 Maret 1978 Soekarno Presiden
3. Pembangunan III 29 Maret 1978 19 Maret 1983 Soekarno Presiden
4. Pembangunan IV 19 Maret 1983 23 Maret 1988 Soekarno Presiden
5. Pembangunan V 23 Maret 1988 17 Maret 1993 Soekarno Presiden
6. Pembangunan VI 17 Maret 1993 14 Maret 1998 Soekarno Presiden
7. Pembangunan VII 14 Maret 1998 21 Mei 1998 Soekarno Presiden

a. Pembatasan hak-hak politik rakyat


Sejak tahun 1973 jumlah parpol di Indonesia dibatasi hanya 3 (PPP, Golkar, dan
PDI). Pers dinyatakan bebas, tetapi pemerintah dapat memberedel penerbitan pers.
Selain itu, pegawai negeri dan ABRI didorong mendukung partai penguasa, yaitu
Golkar.
b. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden
Presiden dianggap dapat mengendalikan lembaga negara (MPR, DPR, MA, dan
lainnya) tersebut. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI.
c. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

12
Kekuasaan yang terpusat dan nyaris tak terkontrol membuat merebaknya KKN.
Keadaan ini membawa rakyat pada kesengsaraan, terutama yang termasuk
ekonomi menengah kebawah.
Kekuasaan Orde Baru berakhir setelah munculnya gerakan perlawanan rakyat
terhadap kekuasaan Soeharto melalui gerakan reformasi. Akhirnya, Soeharto
mundur dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan wakil
presidennya, B. J. Habibie sebagai Presiden RI ketiga.

G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998 –
Sekarang)
a. Kebijakan Berkaitan Kebebasan Berpolitik
Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, Indonesia memasuki
masa reformasi. Adanya pembaruan politik pada masa reformasi dapat dilihat dari
kebijakan yang berhubungan dengan kebebasan berpolitik, antara lain sebagai
berikut.
1) Kemerdekaan pers.
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari
SIUPP.
2) Kemerdekaan membentuk partai politik.
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi,
pembentukan partai politik dibebaskan.
3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling
demokratis. Pada kenyataannya, hanyalah demokratis semu. Pada tahun
1999 inilah terselenggara pemilu yang benar demokratis.
4) Otonomi daerah.
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Peraturan ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah
daerah (pemda)
b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945

13
Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai
penyelenggaraan negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang
tiap lembaga negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara
dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi
setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah system check and
balances, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-undang
dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur
berdasarkan fungsi masing-masing.
Melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan presiden
dikurangi dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden
tidak disalahgunakan. Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain
pada pasal-pasal berikut.
1) Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang (Pasal
5 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945)
2) Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangkat duta dan menerima
duta negara sahabat harus melalui pertimbangan DPR (Pasal 13 UUD NRI
Tahun 1945)
3) Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi
harus melalui pertimbangan MA serta pemberian amnesti dan abolisi harus
dengan pertimbangan DPR (Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945)
4) Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen
pemerintah harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR (Pasal 17
UUD NRI Tahun 1945)
c. Pergantian Presiden RI dan Kabinet Masa Reformasi
Pada masa reformasi, Indonesia mengalami lima kali pergantian Presiden.
Berikut tabel kabinet pada masa reformasi beserta pimpinan kabinet/presidennya.

Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Pimpinan Kabinet Jabatan

Reformasi Pembangunan 21 Mei 1998 20 Oktober 1999 B.J. Habibie Presiden


Persatuan Nasional 26 Oktober 1999 9 Agustus 2001 Abdurahman Wahid Presiden
Gotong Royong 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004 Megawati Soekarnoputri Presiden
Indonesia Bersatu 21 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Susilo Bambang Yudhoyono Presiden

14
Indonesia Bersatu II 22 Oktober 2009 20 Oktober 2014 Susilo Bambang Yudhoyono Presiden

Kerja 27 Oktober 2014 - Joko Widodo Presiden

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa memiliki banyak perbedaan. Dari
kondisi suku, ras, dan agama serta masa kepemimpinan memiliki ciri khas
tersendiri yang dapat membentuk Indonesia yang satu. Meskipun banyak
perbedaan, Indonesia tetap dapat mempertahankan persatuan dan kesatuannya,
dapat memberantas masalah yang akan mempecahbelahkan persatuan dan
kesatuan di Indonesia, sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia masih tetap
terjaga hingga saat ini.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.

16
Daftar Pustaka

https://yayasanmasyarakatbaik.wordpress.com/2018/01/25/pengertian-persatuan-
dan-kesatuan-bangsa/ diakses pada 21 Februari 2019 Pukul 19.40 WIB.
Kardiman, Yuyus.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk
SMA/MA kelas XII.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai