Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)


BENDUNGAN RUKOH KABUPATEN PIDIE

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


RAKYAT
UNIT ESELON I : DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
UNIT ESELON II / SATKER : BENDUNGAN DAN DANAU / SNVT PEMBANGUNAN
BENDUNGAN BALAI WILYAH SUNGAI SUMATERA – I
HASIL (OUTCOME) : RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)
BENDUNGAN RUKOH KABUPATEN PIDIE
NAMA KEGIATAN : RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)
BENDUNGAN RUKOH KABUPATEN PIDIE
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)
BENDUNGAN RUKOH KABUPATEN PIDIE
VOLUME : 1 LAPORAN
SATUAN UKUR : LAPORAN
NAMA PEKERJAAN : RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)
BENDUNGAN RUKOH KABUPATEN PIDIE

1. LATAR BELAKANG

Waduk atau bendungan merupakan bangunan air yang memiliki fungsi sebagai tempat
penyimpanan air pada musim penghujan yang akan mengalirkan air pada musim kering untuk
keperluan irigasi, air baku, hydropower, perikanan, konservasi, pariwisata, dan lain-lain.
Sumber - sumber air permukaan yang tersedia bagi daerah Pidie dan sekitarnya sebagian besar
adalah Kr. Baro dan Kr. Tiro, namun sungai ini juga merupakan sumber masalah yaitu sering
mengakibatkan banjir dibagian hilirnya sehingga untuk memantapkan program pembangunan
secara terpadu dan menjaga kelestarian sumber daya air serta lingkungannya, sangat diperlukan
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan air dan penanggulangan banjir, baik saat sekarang dan
juga diproyeksikan untuk masa mendatang dengan kemungkinan Pembangunan Bendungan Rukoh.
Dalam Studi Pra Kelayakan Waduk Rukoh awalnya hanya bendungan Rukoh yang dikembangkan,
setelah konsultan pada tahap Pra Desain melakukan kajian dan analisa teknis maka secara
ketersediaan debit bendungan Rukoh tidak mempunyai potensi. Sehingga perlu adanya suplesi dari
luar DPS Rukoh yaitu dari Kr. Tiro, alternatif yang paling menguntungkan dengan membuat
Interconnected atau Interbasin. Dengan adanya Bendungan Rukoh ini dapat dipergunakan
pemanfaatan air yang berlimpah pada musim penghujan dengan menampungnya dan dipergunakan
pada saat - saat kekurangan air. Dengan bertambahnya cadangan air maka kegiatan pengelolaan,
pemanfaatan, pengembangan air secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan
dan perkembangan daerah, serta kelestarian alam dapat terkendali.
Dari analisa hidrologi dan kajian geologi, diperoleh gambaran daerah studi merupakan daerah yang
memiliki curah hujan yang relatif rendah (tipe C menurut Schmidt dan Ferguson) sedangkan luas
areal pertanian yang ada relatif luas.
Daerah Irigasi Baro Raya sub D.I. Krueng Baro mencapai jumlah 11.950 Ha dengan kebutuhan
debit irigasi di Intake 18.64 m3/dt yang diambil dari Kr. Baro dan Daerah Irigasi Tiro seluas 6.330 Ha
dengan kebutuhan debit irigasi di Intake 9.87 m3/dt diambil dari Kr. Tiro.
Sedangkan debit andalan 80% pada Kr. Baro hanya sebesar 3.46 m3/dt dan Kr. Tiro 2.66 m3/dt.
Dengan kondisi tersebut pada saat musim kering / kemarau, sawah pada Sub D.I. Kr. Baro yang
mampu disuplai seluas 6.147 Ha dan sisanya 5.803 Ha tidak terairi demikian juga D.I Kr. Tiro 2.643
Ha yang terairi, sisanya 3.687 Ha tidak terairi atau dapat dikatakan crop intensitas dari kedua D.I
tersebut hanya mencapai 140% bahkan kurang pada saat tahun - tahun kering.
Dengan potensi tampungan yang dimiliki waduk Rukoh dan di interconnencted dengan potensi debit
dari Kr. Tiro diperoleh waduk yang mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai
pensuplai air untuk 11.950 Ha areal irigasi teknis Kr. Baro dan 6.330 Ha areal irigasi teknis Kr. Tiro.
Selain itu digunakan untuk hortikultura, pemenuhan kebutuhan air baku bagi 22,848 jiwa diwilayah
Kecamatan Titeue, maintenace flow river daerah hilir serta pembangkit listrik 2 MW.
Pembangunan Bendungan Rukoh saat ini masih dalam masa penyelesaian pelaksanaan
pembangunan dan sebelum dilakukan tahapan pengisian awal serta sistem pengoperasaiannya
perlu terlebih dahulu dilakukan penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD) agar waduk ini dapat
berfungsi sesuai yang direncanakan dengan baik dan aman.
Sehubungan dengan uraian di atas maka Balai Wilayah Sungai Sumatera-I pada Tahun Anggaran
2023 melalui SNVT Pembangunan Bendungan BWS Sumatera – I PPK Perencanaan Bendungan
akan melakukan Kegiatan Pekerjaan Rencana Tindak Darurat Bendungan Rukoh Kabupaten
Pidie dengan menggunakan sumber dana yang berasal dari DIPA APBN.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk melakukan program Rencana Tindak Darurat (RTD) sebagai
panduan peringatan bila terjadi hal-hal yang tidak terduga pada bendungan dan pengaruhnya
terhadap daerah sekitar areal waduk.
Tujuan kegiatan ini adalah terpenuhinya salah satu persyaratan untuk pengamanan bendungan
dalam pengoperasiannya dalam memenuhi kebutuhan air baku penduduk dan kebutuhan Areal
Irigasi di kawasan pelayanan Bendungan Rukoh Kabupaten Pidie sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat setempat.

3. SASARAN

Tersedianya Laporan Rencana Tanggap Darurat yang akan digunakan untuk panduan
penanggulangan hal-hal yang kemungkinan terjadi di sekitar areal bendungan dan terhindarnya
waduk dari peristiwa atau kejadian fatal yang dapat memberikan kerugian jiwa dan harta benda
(tangible dan intangible) yang berpotensi terjadi akibat keruntuhan bendungan serta memperoleh
pola operasi waduk yang efektif dan efisien sebagai dasar penyusunan dokumen pedoman operasi
dan pemeliharaan Bendungan Rukoh. Sehingga konstruksi ini dapat beroperasi sebagai salah satu
solusi dalam pemenuhan air baku dengan maksimal.
4. LOKASI KEGIATAN

Lokasi Bendungan Rukoh secara administratif terletak di Desa Alue, Kecamatan Titeue, Kabupaten
Pidie. Pencapaian lokasi dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat dari Kota Banda Aceh
menuju Kabupaten Pidie sejauh ± 88 km, selanjutnya dari kota Pidie menuju lokasi bendungan
sejauh ± 24 km melalui jalan desa beraspal dengan kondisi cukup baik, kemudian dilanjutkan
dengan jalan tanah ± 2 km kearah site Bendungan Rukoh.

5. MANFAAT

Dengan potensi tampungan yang dimiliki waduk Rukoh mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan sebagai pensuplai air untuk 11.950 Ha areal irigasi teknis Kr. Baro. Selain itu
digunakan untuk hortikultura, pemenuhan kebutuhan air baku bagi 22,848 jiwa di wilayah Kecamatan
Titeue, mentenace flow river daerah hilir dengan pembangkit listrik sebesar 2 MW.

6. SUMBER DANA

Seluruh biaya untuk Pekerjaan Rencana Tindak Darurat Bendungan Rukoh Kabupaten Pidie berasal
dari Dana Pagu APBN Tahun Anggaran 2023, dengan biaya sebesar Rp. 2.000.000.000,- (Dua
Milyar Rupiah) dan Nilai HPS dengan biaya sebesar Rp. 1.800.000.000,- (Satu Milyar Delapan Ratus
Juta Rupiah) termasuk PPN.

7. NAMA DAN ORGANISASI KEPALA SATUAN KERJA DAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Satuan Kerja : Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pembangunan Bendungan BWS
Sumatera-I
PPK : Perencanaan Bendungan.
Organisasi : Balai Wilayah Sungai Sumatera-I
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 66 Telp (0651) 44718 Banda Aceh

8. DATA DASAR

Konsultan diminta mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer secara langsung oleh
konsultan dari lapangan. Sedangkan data sekunder yang digunakan sebagai pelengkap studi ini
bersumber dari laporan studi dan desain terdahulu termasuk gambar rencana bendungan
termutakhir serta data lainnya. Dalam hal pengumpulan data dimaksud bahwa:
- Sesuai kewenangannya, pemberi pekerjaan akan membantu konsultan untuk memperoleh
data yang diperlukan seperti laporan terdahulu, data hidrologi, dan hasil penyelidikan geologi
teknik.
- Konsultan bertanggungjawab atas kualitas data yang digunakan.

Data teknis Bendungan Rukoh adalah sebagai berikut :


1) Umum
Lokasi : Desa Alue, Kecamatan Titeue, Kabupaten Pidie Provinsi Aceh
Nama Sungai : Kr. Rukoh
WS : Aceh Meureudu
2) Waduk
Luas daerah pengaliran sungai : 19.63 km2
Luas genangan pada kondisi HWL (FWL PMF) : 767.82 Ha
Luas genangan pada kondisi HWL (FWL 1000) : 716.10 Ha
Debit sungai rata - rata tahunan : 0.77 m3/det
Curah hujan rata - rata tahunan : 1,470 mm
Debit banjir maksimum boleh jadi (QPMF) : 622.10 m3/det
Debit banjir 1.000 tahun (Q1.000) : 170,66 m3/det
Debit banjir 100 tahun (Q100) : 133.71 m3/det
Muka air banjir PMF (FWL PMF) : 125.55 m
Muka air banjir 1.000 tahun (FWL 1.000) : 123,20 m
Muka air normal maksimal (NWL) : 122.00 m
Muka air minimal untuk PLTA (LWL) : 83.13 m
Muka air minimal untuk irigasi (LWL) : 83.00 m
Tampungan bruto (dengan sedimen) : 128,65 juta m3
Tampungan efektif : 125,70 juta m3
Tampungan mati pada elevasi 79.00 m (dengan sedimen) : 2,96 juta m3
Usia guna waduk : 100 tahun
3) Bendungan
Tipe bendungan : Zonal dengan inti tanah kedap air
Tinggi maksimal diatas dasar galian : 87.00 m
Elevasi puncak : + 127.00 m
Panjang puncak : 220.00 m
Lebar puncak : 14.0 m
Kemiringan lereng hulu : 1 : 3.50
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2.50
Volume timbunan (termasuk cofferdam) : 2.060 juta m3
4) Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)
Lokasi : Pada tebing kanan
Tipe : Penampang tapal kuda berlapis beton bertulang
Panjang : 510.00 m
Diameter : 3.00 m
Kemiringan : 0.00612
Elevasi inlet : + 58.50 m
Debit rencana (Q25) out : 64.64 m3/det
5) Bangunan Pelimpah
Lokasi : Bukit tumpuan kanan
Tipe : Ogee tanpa pintu
Lebar mecu : 15.00 m
Elevasi mercu : + 122.00 m
Elevasi dasar ruang olak : + 52.00 m
Debit rencana PMF out : 211.194 m3/det
Debit rencana Q100 out : 31.025 m3/det

6) Terusan Air (Waterway)


Lokasi : Bukit tumpuan kiri
Tipe intake : Tegak
Debit maksimum (NWL 122.00 m) : 15.00 m3/det
Debit maksimum (RWL 82.00 m) : 8.40 m3/det
Trash rack : 1 set (4 samping dan 1 atas)
Ruang pintu intake : bentuk persegi dengan struktur beton
Elevasi dasar intake : + 79.00 m
Pintu intake : Pintu plat baja
Ukuran pintu intake : 3.5 m x 3.5 m
Tipe waterway : Penampang lingkaran berlapis beton bertulang
Panjang waterway : 375.00 m (190.00 m adalah penstock)
Diameter Penstock : 2.50 m
Diameter outlet irigasi : 1.50 m
Tipe katub pengamanan saluran Irigasi : Katup pengaman model pintu sorong (Φ = 1.5 m)
Tipe katub kendali irigasi : Katup pancar Hollow Jet Valve
7) Instalasi pembangkit tenaga listrik
Lokasi : Bukit tumpuan kiri hilir + 75.00 m
Jenis gedung pembangkit : indoor
Ukuran gedung : Tinggi mak. diatas pondasi 10.0 m,
panjang 38.0 m, lebar 23.0 m
Kapasitas terpasang : 1.00 unit x 1.22 MW
Tipe turbin : Francis dengan poros Horizontal
8) Kegunaan (Purpose)
• Irigasi
Pola tanam : Padi-Padi-Palawija
Intesitas tanam : 300 % (eksisting 140 %)
200 % Padi
100 % Palawija
Luas areal irigasi : 11.950 Ha
• Air baku : 0.902 m3/dt
• Mantenace flow : 0.33 m3/dt
• PLTMH Daya turbin terpasang : 1.00 unit x 1.22 MW
• Pengendalian banjir (Q50) : 116.83 m3/dt

9. STUDI – STUDI TERDAHULU

Studi yang terkait dengan pekerjaan ini berdasarkan DD dan Sertifikasi Desain Bendungan Rukoh
Kabupaten Pidie. Apabila pihak Konsultan mendapatkan studi-studi terdahulu lainnya untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan ini, harus dikumpulkan atas biaya konsultan. Satuan Kerja Non
Vertikal Tertentu Pembangunan Bendungan BWS Sumatera-I akan membantu sebatas yang tersedia
di lingkungan satuan kerja dan jika diperlukan dari instansi terkait, maka Satuan kerja akan
membantu sebatas pada surat perjanjian pinjam.

10. STANDAR TEKNIS

a. SNI 03-3432-1994, Tata Cara Penetapan Banjir Rencana dan Kapasitas Pelimpah untuk
Bendungan;
b. SNI 19-6502.2, 2000 Tata Cara Pembuatan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25000;
c. SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran Kontrol Horizontal dan SNI 19-6988, 2004 Tata Cara
Pengukuran Kontrol Vertikal;
d. SNI M-03-2002, Metode Analisis Stabilitas Lereng Static Bendungan Urugan;
e. PT-02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986;
f. Pd T-14-2004-A, Pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Gempa, Dept
Kimpraswil 10 Mei 2004;
g. Pedoman Pemeriksaan dan Evaluasi Keamanan Bendungan, Keputusan Dirjen SDA No.
05/KPTS/2003 tanggal 14 Maret 2003;
h. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan, Keputusan Dirjen SDA No.
199/KPTS/D/2003, Maret 2003;
i. Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan, Kep Dirjen SDA No. 27/KPTS/D/2008 tanggal 31
Januari 2008;
j. Pedoman Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk, Keputusan Direktur Jenderal Sumber
Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum no. 39/KPTS/D/2009 tanggal 26 Februari 2009;
k. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana, Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana no. 4 tahun 2008;
l. Panduan Perencanaan Bendungan Urugan Volume I sampai Volume V, Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jendral Pengairan, Direktorat Bina Teknik, Juli 1999.

11. REFERENSI HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;


b. Undang – Undang RI No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya air;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
f. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa;
g. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah melalui Penyedia;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015 tentang
Bendungan;
i. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 18/SE/M/2021 tentang
Pedoman Operasional Tertib Penyelengaraan Persiapan Pemilihan untuk Pengadaan Jasa
Konstruksi di Kementerian PUPR;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2021 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
k. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum No. 199/KPTS/2003
tentang Pedoman OP dan Pengelola Bendungan;
l. Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum
No.39/KPTS/D/2009 tentang Pedoman dan Monitoring Sedimen Waduk;
m. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah
Sungai;
n. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum Nomor 94/KPTS/A/1998
tentang Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat;
o. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum Nomor
108/KPTS/A/1998 tentang Pedoman untuk Menentukan Klasifikasi Bahaya Bendungan;
p. Keputusan Direktur Jenderal Jasa Bina Konstruksi Nomor 12.1/KPTS/Dk/2022 tentang
Penetapan Jabatan Kerja dan Konversi Jabatan Kerja Eksisting serta Jenjang Kualifikasi Bidang
Jasa Konstruksi;
q. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 524/KPTS/M/2022 tentang
Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Kontruksi Pada jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan
Jasa Konsultansi Konstruksi;
r. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia Nomor:
76/SK.DPN/XI/2022 tentang Pedoman Standar Minimal Remunerasi/Biaya Personil (Billing Rate)
dan Biaya Langsung (Direct Cost) untuk Badan Usaha Jasa Konsultansi Tahun 2023.

12. LINGKUP KEGIATAN


12.1. Lingkup Pekerjaan Secara Umum
Ruang lingkup penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Rukoh di Kabupaten
Pidie adalah:
a. Pengukuran topografi berupa situasi, potongan memanjang, dan potongan melintang alur
sungai/lembah di hilir bendungan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi LiDAR.
Batas-batas pengukuran topografi mengacu kepada estimasi awal oleh konsultan atas
persetujuan direksi pekerjaan;
b. Pengumpulan data primer dan data sekunder;
c. Mengumpulkan dan mempelajari data hidrologi sampai dengan tahun terakhir, dokumen
desain, pelaksanaan konstruksi serta mengupdate/mengevaluasi data
pemantauan/pengawasan selama kegiatan konstruksi;
d. Melakukan review Analisa stabilitas tubuh bendungan, bangunan pelengkap, bukit
tumpuan, genangan waduk dan sekitarnya, dan lain-lainnya;
e. Melakukan review analisa kebutuhan peralatan hidromekanikal, listrik dan sistim
peringatan dini;
f. Melakukan review analisa kebutuhan peralatan pemantau keamanan
bendungan/instrumentasi;
g. Melakukan review analisis banjir desain berdasar data hidrologi terbaru, membantu
memantau perubahan tinggi muka air, inflow bendungan selama kegiatan;
h. Mengevaluasi kembali usia guna waduk berdasarkan kondisi catchment area terbaru dan
menyusun rencana konservasi catchment area yang mempengaruhi usia guna waduk;
i. Evaluasi keamanan bendungan yang mencakup aspek struktur, hidrolik, rembesan dan
sistim operasi;
j. Membuat laporan termasuk kesimpulan status keamanan bendungan dan saran tindak
lanjut yang diperlukan;
k. Melakukan diskusi dengan direksi dan Balai Teknik Bendungan (KKB) guna memaparkan
milestone pekerjaan yang akan dicapai;
l. Menyusun buku Pedoman Pola Operasi dan Pemeliharaan Bendungan.
m. Analisis keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis) dengan berbagai simulasi
penyebab keruntuhan (overtopping, piping, gempa, kegagalan struktur, longsoran, dll);
n. Analisis dampak kerusakan/kerugian akibat overtopping dan keruntuhan bendungan;
o. Penentuan waktu perambatan, panjang pengaruh, dan depth-area-duration (DAD) berikut
peta akibat overtopping dan keruntuhan bendungan. Dibuat simulasi / model perambatan
banjir minimal 2 dimensi;
p. Simulasi dampak banjir dihilir tanpa terjadi keruntuhan bendungan;
q. Pengukuran tambahan atas hasil pengukuran pada butir a;
r. Survei sosial ekonomi di kawasan terdampak;
s. Penentuan klasifikasi tingkat bahaya (Hazard Classification) sesuai pedoman yang
berlaku;
t. Pembuatan animasi RTD sebagai bahan sosialisasi;
u. Pertemuan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan terkait rencana pola operasi
waduk;
v. Pembahasan bersama wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai
Aceh Meuredu untuk mendapatkan pertimbangan teknis dan non teknis;
w. Penyusunan Rencana Tindak Darurat (RTD) yang terdiri dari panduan/petunjuk
setidaknya berupa:
1. Indikasi keadaan darurat, keadaan darurat, dampak, dan uraian kegiatan
pencegahannya;
2. Komunikasi, informasi keadaan darurat kepada pejabat/pelaksana terkait, dan
koordinasi sesuai tahapan kegiatan dan tanggung jawab pada instansi yang
bersangkutan;
3. Operasional tenaga listrik, hidromekanikal, pintu, serta perolehan peralatan dan
bahan material lainnya;
4. Rencana pengungsian (evakuasi);
5. Pengakhiran keadaan darurat dan penanganan tindak lanjut;
6. Analisis kerugian ekonomi (tangible dan intangible);
7. Diseminasi/sosialisasi terhadap unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah yang
terpengaruh potensi kegagalan bendungan.
12.2. Uraian Pekerjaan
A. Pekerjaan Persiapan Administrasi Kantor dan Lapangan
Persiapan Administrasi Kantor dan Lapangan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan personil yakni dengan mempersiapkan seluruh tenaga ahli dan tenaga
pendukung untuk segera memulai melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang telah disepakati;
2. Persiapan adminstrasi;
3. Persiapan peralatan / fasilitas penunjang;
4. Persiapan teknis.

B. Pengadaan Peta dan Pengukuran Topografi


1. Pengadaan peta situasi RBI terakhir berupa hardcopy dan digital dengan skala 1 :
25.000. Konsultan diharuskan mengadakan peta situasi tersebut, dapat diperoleh pada
instansi yang berwenang (BIG);
2. Pengukuran Topografi Pengukuran topografi dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi LiDAR sehingga gambar dari hasil pengukuran dapat memberikan uraian
yang jelas tentang keadaan lapangan sesuai keperluan. Apabila diperlukan tambahan
pengukuran topografi, maka konsultan wajib melengkapi data pengukurannya.
Pengukuran tersebut meliputi pengukuran potongan memanjang dan melintang:
a. Pengukuran Potongan Memanjang Pengukuran potongan memanjang dilakukan
pada sepanjang palung sungai/lembah sepanjang akhir genangan kearah hilir
sungai, diukur dari tubuh bendungan;
b. Pengukuran Potongan Melintang Pengukuran potongan melintang harus melewati
titik-titik terpilih/titik yang terindentifikasi pada peta topografi, misalnya pertemuan
dengan anak sungai, jembatan, persilangan jalan dan lain-lain. Pada jarak 10 km
dari tubuh bendungan, minimal harus dipilih 10 potongan melintang dengan
interval pengukuran 1 km. Pada jarak lebih besar 10 km diukur dari bendungan ke
arah hilir, minimal harus dibuat potongan melintang dengan jarak interval lebih
dari 2 km;
c. Ketentuan Pelaksanaan Pengukuran:
- Pengukuran potongan memanjang dan melintang, menggunakan skala 1 :
2.000;
- Alat yang digunakan Theodolit T – 2 atau Total Station dan waterpass;
- Jumlah titik pada potongan melintang minimal 12 titik dan lebar potongan
melintang harus memenuhi kebutuhan analisis keruntuhan bendungan
(mencakup perkiraan elevasi banjir yang akan terjadi);
- Patok BM dipasang pada setiap jarak maksimal 2.5 km dan Patok CP dipasang
pada rentang jarak yang lebih pendek.

C. Analisa Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis)


Sebelum melakukan analisis debit air keluaran dari waduk yang berpotensi melebihi
kapasitas/daya tampung alur sungai di hilir bendungan, konsultan harus terlebih dahulu
mengumpulkan data dan laporan studi terdahulu yang terkait dengan pekerjaan ini antara
lain:
1. Analisis kondisi topografi dan geografis daerah aliran sungai di hilir bendungan;
2. Analisis debit banjir dari daerah tangkapan air waduk yang menghasilkan keluaran air
melewati spillway (dengan cara routing) yang besarannya berpotensi melebihi
kapasitas/daya tampung alur sungai di hilir bendungan;
3. Analisis dampak genangan banjir pada daerah di hilir bendungan yang berpotensi
tergenang banjir dengan berbagai indikatornya, seperti: tentang jarak dan waktu
datangnya banjir, periode genangan banjir, tinggi maksimum genangan banjir, jalur
evakuasi/pengungsian dan tempat sementara pengungsian, dan lain sebagainya;
4. Analisis keruntuhan bendungan dengan alternatif tingkat kerusakan bendungan,
sebagai berikut:
- Pada elevasi puncak bendungan;
- Pada elevasi ambang pelimpah;
- Pada elevasi antara ambang pelimpah dan dasar bendungan;
- Pada elevasi dasar bendungan.
5. Analisis hidrolika (tinggi dan kecepatan air banjir) dan kapasitas palung
sungai/lembah terhadap banjir yang terjadi akibat keruntuhan bendungan
6. Keluaran (output) yang dihasilkan dari analisis keruntuhan bendungan ini adalah
parameter-parameter banjir seperti berikut ini:
a. Jarak dari bendungan;
b. Waktu datangnya air;
c. Waktu yang diperlukan untuk penuhnya badan sungai;
d. Waktu yang diperlukan pencapaian elevasi puncak (tertinggi);
e. Pencapaian elevasi puncak banjir;
f. Elevasi puncak penuhnya badan sungai;
g. Elevasi air sungai pada waktu keadaan normal.
Untuk melaksanakan pekerjaan studi ini diberlakukan formula/standar yang berlaku
di Indonesia (termasuk satuan yang dipergunakan harus dalam satuan metrik). Bila
standar yang dimaksud belum tersedia dapat dipergunakan standar internasional
yang dianggap relevan dengan kondisi yang dibutuhkan dalam analisis. Penggunaan
alat bantu analisis hidrologi, analisa stabilitas dan pemodelan keruntuhan
bendungan dan pengaruhnya menggunakan software yang berlisensi dan
terintegrasi dengan software analisa spasial.

D. Survey Sosial Ekonomi dan Menetukan Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan


(Hazard Classification)
1. Survey Sosial Ekonomi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder sosial
ekonomi di daerah genangan banjir dari instansi-instansi yang berwenang di tingkat
Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Hasil survey selanjutnya digunakan untuk
menentukan perkiraan kerugian material dan bahan Penyusunan Rencana Tindak
Darurat;
2. Menentukan Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan, harus dilakukan dengan
mengacu pada ”Pedoman untuk menentukan Klasifikasi Tingkat Bahaya Bendungan”
yang dikeluarkan oleh Balai Teknik Bendungan.

E. Menyusun Panduan Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan


Hasil yang diperoleh dari analisis atas berbagai alternatif pengeluaran debit air dari waduk
yang melebihi kapasitas/daya tampung alur sungai di hilir dan yang diperoleh dari hasil
simulasi Dam Break Analysis digunakan sebagai acuan dalam membuat peta genangan
banjir dan panduan RTD bendungan. Panduan RTD bendungan terdiri dari berbagai
komponen sebagai berikut:
1. Pengenalan Keadaan Darurat; Memberi petunjuk mengenai pengenalan keadaan
darurat, mengkaji atas akibatnya serta kegiatan pencegahan yang harus dilakukan.
Beberapa hal yang harus dikaji sebagai berikut:
a. Melakukan routing pada waduk dengan menggunakan alternatif debit banjir yang
berpotensi akan menimbulkan banjir di wilayah sungai bagian hilir bendungan,
sehingga dapat dipakai sebagai dasar penyusunan informasi tentang
Pengenalan Tindak darurat;
b. Hasil Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) yang telah
dilakukan akan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Pengenalan Tindak
Darurat;
c. Mengkaji kesiagaan bendungan akibat bocoran, overtopping (peluapan), gempa
bumi, sabotase dan lain-lain dengan mengacu pada pedoman yang berlaku
serta pengarahan dari Direksi/pengawas pekerjaan.
2. Tanggung Jawab, Pemberitahuan dan Komunikasi; Konsultan harus membuat Bagan
Alir Pemberitahuan (lihat lampiran F dan G Pedoman Penyiapan Rencana Tindak
Darurat nomor 94/KPTS/A/1998) lengkap dengan Nama, Instansi, alamat, nomor
telepon kantor dan rumah dan lain-lain dari pejabat terkait, yang tertera dalam bagan
alir pemberitahuan.
3. Tenaga Listrik, Peralatan dan Bahan (Material); Konsultan harus mengevaluasi
ketersediaan sumber tenaga listrik untuk operasi bendungan baik dalam kondisi
operasi normal maupun kondisi darurat. Konsultan juga mengevaluasi kebutuhan
peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi operasi normal dan kondisi
darurat bendungan (bahan seperti karung goni, cerucuk kayu, kawat beronjong dan
lain-lain). Selain itu jumlah, lokasi dan sarana transportasi yang tersedia juga
dievaluasi oleh konsultan.
4. Peta Genangan Banjir; Konsultan harus membuat peta genangan yang dilukiskan
dalam peta berkontur skala 1 : 25.000, lengkap dengan keterangan mengenai lokasi
yang terkena bahaya banjir.
a. Gambar peta genangan harus memuat:
- Kota-kota dan desa yang padat penduduknya;
- Jalan;
- Penentuan jalur dan Tempat pengungsian;
- Dan hal-hal yang diperlukan.
b. Keterangan pada Peta Genangan Banjir:
Bila keadaan waduknya cukup besar, maka peta genangan dapat disajikan dalam
beberapa lembar dimulai dengan lembar pada daerah bendungan dan berlanjut ke
bagian hilir ke titik akhir penelusuran banjir. Daerah genangan yang disebabkan
oleh air banjir dari waduk, harus digambarkan dengan warna bayangan dan
termasuk pula keterangan daerah penduduk, jalan (termasuk jalan pengungsian)
dan lain sebagainya, dengan tanda yang umum dipergunakan dalam pemetaan.
Setiap lembar peta harus menunjukkan hal-hal di atas dan dilengkapi dengan
potongan melintang yang di dalamnya terdapat keterangan sebagai berikut:
- Jarak dari bendungan;
- Waktu datangnya air;
- Waktu yang diperlukan untuk penuhnya badan sungai;
- Waktu yang diperlukan pencapaian elevasi puncak (tertinggi);
- Pencapaian elevasi puncak banjir;
- Elevasi puncak penuhnya badan sungai;
- Elevasi air sungai pada waktu keadaan normal;
Peta genangan harus dibuat dalam berbagai versi sesuai dengan berbagai
alternatif pengeluaran debit air dari waduk yang melebihi kapasitas/daya
tampung alur sungai di hilir maupun berbagai alternatif keruntuhan
bendungan.
5. Pengungsian (Evakuasi); Dalam membuat Pedoman Rencana Tindak Darurat
konsultan harus membuat petunjuk penyiapan rencana pengungsian (evakuasi)
termasuk aparat terkait dan prosedur dalam pelaksanaan evakuasi.
6. Pengakhiran Keadaan Darurat dan Tindak Lanjut; Konsultan harus menjabarkan
kriteria pengakhiran keadaan darurat untuk membuat suatu keputusan bahwa keadaan
darurat berakhir dan penanganan tindak lanjut yang diperlukan.
7. Persetujuan Panduan Rencana Tindak Darurat. Draft Rencana Tindak Darurat yang
telah mendapat masukan-masukan dari instansi terkait, konsultan agar
mempresentasikan kepada tim teknis yang terdiri dari Ditjen Sumber Daya Air,
Direktorat Bendungan dan Danau, Balai Teknik Bendungan, Pemilik/Pengelola
Bendungan dan Direksi Pekerjaan sampai draft Panduan RTD dapat difinalkan. Draft
RTD ini dipakai sebagai bahan Sosialisasi ke daerah yang berpotensi terkena dampak
banjir. Setelah draft RTD disosialisasikan, konsultan harus segera memperbaiki (bila
ada masukan-masukan) untuk disahkan oleh Bupati terkait, yang selanjutnya dipakai
sebagai RTD Bendungan Rukoh. Dalam membuat penyusunan Rencana Tindak
Darurat, konsultan harus mengacu pada Panduan Rencana Tindak Darurat yang
dikeluarkan oleh Balai Bendungan (Keputusan Dirjen Pengairan No. 94/KPTS/A/1998)
dan Permen PUPR no 27 tahun 2015 tentang Bendungan serta aturan-aturan lain yang
berlaku.
F. Perhitungan Pola Operasi Waduk (POW)
Konsultan diwajibkan menghitung kembali Pola Operasi Waduk Bendungan Rukoh.
a. Pola Operasi dijadikan sebagai kerangka dasar operasi waduk untuk jangka panjang
(umumnya 5 tahunan) yang menjadi patokan dalam penyusunan rencana tahunan
operasi waduk yang paling optimum dan aman.
b. Diwujudkan dalam bentuk rule curves zona operasi yang dibatasi oleh lengkung
batas operasi normal atas dan lengkung batas operasi normal bawah. Lengkung
batas atas disusun berdasar debit tahuntahun basah, dan lengkung batas bawah
disusun berdasar debit tahun - tahun kering.
c. Pola operasi prinsipnya mengandung perkiraan pengisian dan rencana pengeluaran
air (baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku, irigasi, PLTMH, maupun Early
Release untuk kebutuhan pengendalian banjir). Secara berkala (lazimnya setiap 5
tahun bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan/ inspeksi besar), atau bila terjadi
perubahan yang mencolok pada aspek hidrologi, pola operasi waduk perlu ditinjau
kembali.

G. Presentasi Dalam Sidang Komisi Keamanan Bendungan (KKB)


Konsultan wajib menyiapkan laporan dan bahan presentasi untuk kemudian dipaparkan
dalam Sidang Komisi Keamanan Bendungan, serta melakukan perbaikan-perbaikan
sesuai dengan saran sidang KKB.
H. Analisa Kerugian Ekonomi
Analisis kerugian ekonomi dilakukan bila hasil klasifikasi tingkat bahaya bendungan yang
ditetapkan berdasarkan penduduk terkena resiko, menghasilkan tingkat bahaya dengan
kategori “tinggi” hingga yang lebih parah.
I. Diseminasi / Sosialisasi Rencana Tindak Darurat
Konsultan bersama pihak Direksi/Pengawas Pekerjaan melakukan diseminasi/sosialisasi
Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Rukoh di masing-masing kecamatan yang
terkena resiko dampak banjir akibat debit air keluaran dari waduk yang melebihi
kapasitas/daya tampung alur sungai di hilir bendungan maupun akibat runtuhnya
bendungan.

13. KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah:
A. Hasil Analisis pengeluaran debit air dari waduk yang melebihi kapasitas/daya tampung alur
sungai di hilir bendungan dan Analisis keruntuhan bendungan ini dapat digunakan sebagai
sarana pendukung dalam menentukan Hazard Classification dan Penyusunan Rencana Tindak
Darurat (RTD);
B. Klasifikasi Tingkat Bahaya (Hazard Classification) Bendungan akan digunakan sebagai acuan
bagi Pemilik/Pengelola Bendungan dalam menetapkan standar keamanan bendungan, baik
untuk keperluan desain rehabilitasi maupun pengelolaan bendungan termasuk penyusunan
Panduan RTD;
C. Panduan RTD akan digunakan sebagai panduan bagi Pemilik/Pengelola Bendungan,
Pemerintah Daerah/Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dalam melakukan tindakan
disaat terjadi keadaan darurat bendungan;
D. Analisis kerugian ekonomi akibat banjir;
E. Hasil kajian optimasi pola operasi waduk beserta pedoman operasi dan pemeliharaan waduk.

14. PERALATAN MATERIAL, PERSONIL DAN FASILITAS DARI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka peralatan dan material yang disediakan dari Pejabat Pembuat
Komitmen secara rinci tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan ini.
Sedangkan untuk personil, dari Pejabat Pembuat Komitmen akan menyiapkan Direksi yang akan
membantu di dalam pelaksanaan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh konsultan. Fasilitas
dari Pejabat Pembuat Komitmen mencakup antara lain:
a. Surat Ijin Survey dan Investigasi bagi tim Konsultan di lokasi proyek;
b. Peminjaman data/laporan yang ada;
c. Pemberian informasi dan instruksi mengenai ketentuan/ketetapan pemerintah yang baru
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

15. PERALATAN DAN MATERIAL DARI PENYEDIA JASA KONSULTANSI

Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
a. Peralatan;
Peralatan disediakan penyewaan oleh Penyedia Jasa yang akan digunakan harus
diperlihatkan dan dilakukan pemeriksaan oleh PPK Perencanaan Bendungan BWS Sumatera-1
cq. Direksi Lapangan/Direksi Teknis dan/atau Pengawas Lapangan;
 peralatan, fasilitas laboratorium lapangan dan bahan yang sesuai untuk mencapai ketelitian
dan standar yang telah ditentukan dalam standar Perencanaan.
 transportasi lokal : mobil, sepeda motor (sewa).
 Penyewaan perlengkapan survey : theodolid, waterpass, GPS, rambu peil scale, kamera
foto, roll meter, dan perlengkapan lapangan.
 Penyewaan perlengkapan komputerisasi : Laptop, Komputer PC, printer, dan bahan
komputer
 Peralatan/perlengkapan kantor : penyewaan Furniture, Pemeliharaan Peralatan Kantor
 sewa kantor dan sewa mess
Konsultan memberikan hasil yang berkualitas tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu
untuk menjamin terpenuhinya persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Konsultan
menanggung biaya pekerjaan tambahan/pengulangan bila ternyata hasil pekerjaannya tidak
memenuhi persyaratan teknis menurut penilaian pihak Direksi.
b. Material
Material Kantor disediakan oleh Penyedia Jasa konsultansi yang akan digunakan, harus
diperlihatkan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh PPK Perencanaan
Bendungan BWS Sumatera - 1 cq. Direksi Teknis.

16. LINGKUP KEWENANGAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

a. Semua barang dan peralatan yang mempunyai resiko tinggi terjadi kecelakaan, pelaksanaan
pekerjaan, serta pekerja-pekerja untuk pelaksanakan pekerjaan kontrak atas segala resiko
yaitu kecelakaan, kerusakan-kerusakan, kehilangan, serta resiko lain yang tidak dapat diduga
harus diasuransikan; pihak ketiga sebagai akibat kecelakan di tempat kerjanya.
b. Hal-hal lain yang ditentukan berkaitan dengan asuransi.
c. Besarnya asuransi sudah diperhitungkan dalam penawaran jasa konsultansi dan termasuk
dalam nilai kontrak.

17. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan waktu selama 210 (dua ratus empat puluh) hari
kalender atau 7 (tujuh) bulan dari tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

18. PERSONIL

1. Seluruh pekerjaan akan dilaksanakan dibawah tanggung jawab langsung Team Leader, yang
secara teknis bertanggung jawab atas hasil produksi akhir pekerjaan ini;
2. Seluruh personil harus berada di lokasi pekerjaan selama pekerjaan ini berlangsung dan siap
setiap saat bilamana diperlukan oleh Pemberi Pekerjaan untuk mengadakan diskusi ataupun
memberi penjelasan tentang pekerjaan;
3. Konsultan diperkenankan menambah tenaga lain (supporting staff) untuk menunjang kelancaran
penyelesaian pekerjaan dan Konsultan diperkenankan juga untuk mengadakan kerjasama
dengan Lembaga Sosial atau Universitas untuk hal – hal khusus;
4. Perincian kebutuhan personil tenaga ahli profesional dan tenaga pendukung untuk
melaksanakan studi ini adalah sebagai berikut:
Posisi Kualifikasi Jumlah
Orang
Pendidikan Keahlian Pengalaman
Bulan
Tenaga Ahli :

Ketua Minimal sarjana Memiliki Sertifikat berpengalaman 7 (tujuh)


Tim/Ahli Teknik Keahlian Teknik dalam pelaksanaan
Bendungan Pengairan/Sipil/ Bendungan Besar perencanaan
Hidro Strata Satu dengan kualifikasi bendungan/embung/
(D4/S1) Keahlian Ahli Madya situ-situ atau
pekerjaan keairan
sejenis lainnya
sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun.

Ahli Minimal Sarjana Memiliki Sertifikat berpengalaman 6 (enam)


Hidrologi/ Teknik Keahlian Teknik dalam pelaksanaan
Hidraulika Sipil/Pengairan/Sipil Sumber Daya Air pekerjaan dibidang
Hidro Strata Satu dengan Kualifikasi analisis hidrologi
(D4/S1) Ahli Madya. sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun.

Ahli Geodesi/ Minimal Sarjana Memiliki Sertifikat berpengalaman di 6 (enam)


GIS Teknik Geodesi Keahlian Geodesi bidang
Strata Satu (D4/S1) dengan kualifikasi pemetaan/GIS atau
Keahlian Ahli Madya pekerjaan pemetaan
keairan sejenis
lainnya sekurang-
kurangnya 3 (tiga)
tahun.

Ahli Sosial/ Minimal sarjana Memiliki keahlian berpengalaman 5 (lima)


Ekonomi Sosial / Budaya dalam menganalisa dalam pelaksanaan
(Antropologi)/Phisic aspek sosial dan penanganan Sosial
ologi /Lingkungan budaya, prediksi dan dan ekonomi atau
Strata Satu (D4/S1) evaluasi dampak lingkungan sekurang-
lingkungan / setara kurangnya 3 (tiga)
Ahli Madya tahun.

Ahli K3 Minimal Lulusan Memiliki sertifikat berpengalaman sebagai 1 (satu)


Sarjana Teknik keahlian Ahli K3 Ahli SMK3 dalam
(D4/S1) Kontruksi yang pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan Perencanaan Kontruksi
bangunan/bangunan
kualifikasi keahlian
Posisi Kualifikasi Jumlah
Orang
Pendidikan Keahlian Pengalaman
Bulan
Ahli Madya. gedung/bendungan/
bendung dan pekerjaan
sejenis sipil lainnya
sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun.

Tenaga Pendukung :
Chief Minimal Sarjana Memiliki keahlian berpengalaman 5 (lima)
Surveyor Muda Teknik dalam pekerjaan dalam kegiatan
(1 Orang) Geodesi (D3) pengukuran pengukuran pada
perencanaan
Bendungan atau
pekerjaan keairan
sejenis lainnya
sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun.
Operator GIS Minimal Sarjana Memiliki keahlian Berpengalaman 6 (enam)
(1 Orang) Muda Teknik dalam dalam kegiatan
Geodesi (D3) mengoperasikan pemograman atau
software GIS pekerjaan sejenis
lainnya sekurang-
kurangnya 3 (tiga)
tahun.
Operator Minimal Sarjana Memiliki keahlian Berpengalaman 5 (lima)
CAD Muda Teknik dalam dalam kegiatan
(1 Orang) Geodesi (D3) mengoperasikan pemograman atau
software CAD pekerjaan sejenis
lainnya sekurang-
kurangnya 3 (tiga)
tahun.
Surveyor Minimal Sekolah Memiliki keahlian berpengalaman 5 (lima)
Topografi Menengah Kejuruan dalam pekerjaan dalam kegiatan
(1 Orang) (SMK) Pengukuran pengukuran pengukuran pada
perencanaan
Bendungan atau
pekerjaan keairan
sejenis lainnya
sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun.
19. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL
B. Tugas Personil Tenaga Ahli
a. Ketua Tim Ketua Tim memiliki tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan dan
menentukan metode, menganalisis serta bertanggungjawab penuh terhadap output
pelaporan, sehingga sesuai dengan KAK dan jadwal pelaksanaan.
b. Ahli Hidrologi/Hidrolika memiliki tugas dan tanggung jawab menganalisis hidrolika
bendungan dan berbagai skenario terjadinya dam break (Dam Break Analysis) serta
membuat Laporan Bulanan, serta membantu Team Leader dalam membuat Laporan
Akhir.
c. Ahli Geodesi Ahli memiliki tugas dan tanggung jawab mengkoordinir, menganalisis
dan melaksanakan kegiatan pengukuran topografi (situasi, cross section dan long
section), serta pembuatan peta dan data GIS.
d. Ahli Sosial Ekonomi Ahli Sosial Ekonomi memiliki tugas dan tanggung jawab
melakukan kajian sosial ekonomi, menyiapkan paparan dan bahan presentasi lainnya
untuk kegiatan sosialisasi, serta melakukan sosialisasi mengenai RTD bendungan,
sehingga tidak terjadi miskonsepsi pada stakeholder dan masyarakat.
e. Ahli K3 memiliki tugas dan tanggung jawab melakukan pemantauan pelaksanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontruksi sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2019
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

C. Tenaga Pendukung
a. Chief Surveyor memiliki tugas dan tanggung jawab membantu tenaga ahli dalam
mengawasi Surveyor Topografi, melaksanakan kegiatan pengukuran topografi
(situasi, cross section dan long section) dan menganalisis hasilnya.
b. Surveyor Topografi memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan pengukuran
dan menginterprestasikan hasil data ukur.

20. JADWAL TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


• Pekerjaan Persiapan Administrasi Kantor dan Lapangan;
• Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data;
• Kegiatan Pengadaan Peta danTopografi;
• Analisa Keruntuhan Bendungan;
• Survey Sosial Ekonomi dan Klasifikasi Bahaya Bendungan;
• Kajian / Telaah dari Hasil Kegiatan Analisis dan Survey;
• Penyusunan Pandauan Rencana Tindak Darurat (RTD);
• Diskusi, Pembahasan dan Presentasi dengan Tim Balai Teknik Bendungan;
• Sosialisasi dan Diseminasi dengan Masyarakat;
• Penyusunan Laporan.

21. LAPORAN
Jenis laporan yang diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah sebagai
berikut:
a. Laporan Program Mutu
Program Mutu adalah dokumen penjaminan mutu terhadap pelaksanaan proses kegiatan dan
hasil kegiatan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kontrak pekerjaan. Program mutu
disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) dan di bahas pada Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan (Kick of Meeting).
Program mutu harus sudah disahkan oleh Penanggung Jawab Kegiatan sebelum Penyedia
Jasa Konsultansi Konstruksi memulai pekerjaannya. Program Mutu merupakan dokumen
yang dinamis, dapat direvisi apabila terjadi perubahan persyaratan dalam pelaksanaan
pekerjaan agar tetap memenuhi persyaratan hasil pekerjaan. Laporan program mutu
diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan, yang minimal isinya antara lain :
1. Informasi Pekerjaan;
2. Organisasi Kerja;
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
4. Metode Pelaksanaan;
5. Pengendalian Pekerjaan.
Dokumen rancangan konseptual program mutu diserahkan paling lambat 14 hari setelah
diterbitkannya Surat perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa.

b. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan dibuat rangkap 1 (satu) setiap bulannya sampai berakhirnya tanggal
kontrak, yang minimal masing - masing isinya antara lain:
1) Progres fisik dan keuangan pelaksanaan kegiatan Penyedia Jasa;
2) Produk yang telah dihasilkan selama 1 (satu) bulan berjalan;
3) Permasalahan yang dihadapi Penyedia Jasa beserta penyelesaiannya.
Diserahkan/ Dilaporkan kepada Pengguna Jasa selambatlambatnya pada minggu I (Pertama)
bulan berikutnya.
c. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah dimulainya pekerjaan
ini sebanyak 5 (lima) buah yang sebelumnya terkonsep dan melewati asistensi, berisikan :
a. Hasil pengumpulan seluruh data yang dapat dikumpulkan oleh Penyedia Jasa.
b. Temuan-temuan awal dari Penyedia Jasa yang menyangkut baik masalah teknis
maupun non teknis.
c. Rumusan-rumusan dasar yang akan dipergunakan untuk studi lebih lanjut.
d. Kendala-kendala yang ditemukan selama melaksanakan pekerjaan.
e. Rencana kegiatan secara keseluruhan.

d. Laporan Antara
Laporan ini berisikan tentang data-data yang telah diperoleh dibuat rangkap 5 (lima), hasil
investigasi lapangan dengan berbagai permasalahannya, analisis dan elaborasi data-data,
metodologi pendekatan pemecahan masalah dengan berbagai metode, rencana kerja
berikutnya dan kerangka Laporan Akhir. Laporan Interim bahan diskusi harus diserahkan
kepada pemberi pekerjaan paling lambat pada pertengahan periode kerja.
e. Laporan Hasil Perhitungan Dam Break Analysis
Laporan hasil Perhitungan Dam Break Analysis dan Klasifikasi Hazard dibuat rangkap 5
(lima), disajikan selambat-lambatnya bersama dengan penyerahan laporan akhir, yang
berisikan análisis hidrologi, hidrolika dan hasil running Dam Break Analysis serta Klasifikasi
Tingkat Bahaya.

f. Laporan Rencana Tindak Darurat (RTD)


Laporan ini memuat panduan Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan dan termasuk
didalamnya rencana konseptual SMKK, laporan dibuat dalam 6 (enam) rangkap.

g. Laporan Utama
Laporan utama ini menjelaskan tentang penyempurnaan hasil pelaksanaan pekerjaan Studi
Klasifikasi Hazard dan Rencana Tindak Darurat untuk bendungan dan peta banjir yang
diploting dari banjir-banjir yang terjadi. Peta ini harus dapat dipakai sebagai sarana untuk
antisipasi/persiapan evakuasi /persiapan evakuasi kalau benar-benar terjadi keruntuhan
bendungan. Laporan utama memuat laporan klasifikasi Hazard Bendungan termasuk hasil
survey sosial ekonomi yang dibuat dalam bab tersendiri. Dan menyerahkan laporan hasil
perhitungan kondisi Waduk pada saat pengisian dalam kondisi stabil dan non stabil dan efek
terhadap areal sekitarnya dibuat rangkap 10 (sepuluh).

h. Laporan Kajian Sosial Ekonomi


Laporan kajian sosial ekonomi dibuat rangkap 5 (lima), disajikan selambat lambatnya
bersama dengan penyerahan laporan akhir, yang berisikan hasil survey dan analisis sosial
ekonomi.
i. Laporan Ringkas
Laporan ini berisikan tentang ringkasan atau rangkuman hasil analisa Rencana Tindak
Darurat.

j. Deskripsi BM & CP, Buku Data Ukur, Lap. Pengukuran Topografi


Data-data x,y,z BM/CP lengkap gambar situasi BM/CP, data-data ukur topografi (situasi dan
cross section).

k. Gambar Desain Ukuran A3


Gambar ini merupakan gambar hasil perencanaan final yang telah rinci (Detail Design) yang
ukurannya diperkecil menjadi gambar ukuran A3.

l. Penggandaan Gambar Detail Design Ukuran A1


Gambar ini merupakan peta banjir dan gambar-gambar hasil pengukuran untuk menentukan
pengaruh /imbas akibat waduk. Penggambaran dilakukan pada kertas ukuran A1 (90/95 gram
yang sesuai dengan standar penggambaran yang telah dipersyaratkan).

m. External Memory
Berisi seluruh laporan-laporan,analisis, perhitungan, program, gambar-gambar, peta dan
Data-data x,y,z BM/CP lengkap ganbar situasi BM/CP dan Foto Dokumentasi Album Foto
Dokumentasi Lapangan lengkap.
22. PERJANJIAN KERJA SAMA
Jika kerjasama dengan penyedia jasa Penyedia Jasa lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
jasa Penyedia Jasa ini maka wajib mempunyai perjanjian Kerja Sama Operasi/kemitraan yang
memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

23. PRODUKSI DALAM NEGERI


Semua kegiatan jasa konsultan berdasarkan KAK ini harus dilakukan dalam wilayah Negara
Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan
kompetensi dalam negeri.

24. ALIH PENGETAHUAN


Transfer of knowledge dilakukan kepada direksi dan Unit Pengelola Bendungan, dalam rangka
untuk operasional alat maupun untuk penggunaan software-software yang digunakan dalam
perhitungan/analisis dalam studi ini.

PRODUK YANG DISERAHKAN

NO PRODUK ALB K A1 A3 A4 LS

1 Laporan Program Mutu 5


2 Laporan Bulanan @ 1 bk 7
3 Final Laporan;
- Laporan Pendahuluan 5
- Laporan Antara 5
- Laporan Hasil Perhitungan Dam Break Analysis 5
- Laporan Rencana Tindak Darurat (RTD) 6
- Laporan Utama 10
- Laporan Kajian Sosial Ekonomi 5
- Laporan Ringkas 5
- Deskripsi BM & CP dan Lap. Pengukuran 5
Topografi
- Buku Data Ukur dan Hitungan 5
4 Gambar dan Peta Ukuran A3 5
5 Gambar dan Peta Ukuran A1 2
6 Dokumentasi/Album 2
7 External Memory 1

Anda mungkin juga menyukai