Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN ANALISIS K3 BEJANA TEKAN

Mata Kuliah : Sanitasi Industri dan K3

Dosen Pengampu :
Yulianto, BE, S.Pd, M..Kes

Disusun Oleh :

Farhata Khairun Nisa (P1337433122005)

POLITEKNIK KESESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIII SANITASI
2023/2024
• Latar Belakang
Bejana tekan merupakan suatu tempat untuk menampung atau menyimpan suatu fluida
bertekanan. Bejana tekan dirancang agar mampu menampung atau menyimpan fluida cair
maupun gas atau bahkan keduanya yang memiliki tekanan dan temperatur yang berbeda-beda.
Kegagalan dalam perancangan dapat mengakibatkan terjadinya ledakan yang dapat merenggut
korban jiwa dan dapat merusak lingkungan disekitarnya. Kegagalan bejana tekan dapat
disebabkan oleh faktor pemilihan material yang tidak sesuai, desain yang tidak benar, prosedur
fabrikasi tidak tepat, dan perawatan yang kurang.
Berdasarkan ukuran tebal dindingnya, bejana tekan terbagi menjadi dua yaitu bejana
tekan berdinding tipis dan bejana tekan berdinding tebal. Bejana tekan termasuk berdinding
tipis ketika perbandingan tebal dibanding diameternya dibawah 1:10, sedangkan jika diatas
perbandingan tersebut maka bejana tekan termasuk berdinding tebal. Perbedaan bejana tekan
berdinding tipis dan tebal terletak pada tegangan yang terjadi ada dinding bejana, pada bejana
tekan berdinding tipis tegangan diperhitungkan hanya pada arah circumferensial dan
longitudinal, sedangkan bejana berdinding tekan, tegangan kearah radial juga diperhitungkan.
Bejana tekan berdinding tipis bukan berarti tidak mempunyai tegangan kearah radial, tetapi
perbedaan tegangan radial antara dinding sebelah dalam dan luar tidak terlalu kentara sehingga
diasumsikan sama, sedangkan bejana tekan berdinding tebal distribusi tegangan kearah radial
sangat jelas sebab dinding yang begitu tebal maka dari itu perlu untuk diperhitungkan tegangan
kearah radialnya.
Dasar hukum pengawasan penerapan K3 bejana tekanan di Indonesia sebagai berikut;
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja NoPer.01/Men/1982 tentang bejana tekanan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1982 tentang kwalifikasi juru las.

• Tujuan Analisis
Tujuan dari analisis pengamatan ini adalah mahasiswa mampu menganalisis potensi bahaya
pada bejana tekan, dan diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang penerapan K3 pada
bejana tekan.

• Analisis
Pada praktikum kali ini saya akan meenganalisis contoh bejana tekan yaitu Alat Pemadam
Api Ringan (APAR). Saya melakukan pengamatan analisis ini di pusat perbelanjaan Rita
Pasaraya Kebumen. Rita Pasaraya Kebumen sudah membentuk tim penanggulangan kebakaran
yang terdiri dari penanggungjawab MKG/wakil, regu pemadam kebakaran, regu evakuasi, regu
teknisi, dan regu pengamanan. Hal tersebut telah sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep.186/MEN/1999, yang menyatakan bahwa regu penanggulangan kebakaran
ditetapakan untuk tempat kerja tingkat risiko hanya kebakaran ringan dan sedang yang
memperkerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
Penerapan Sarana Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dalam sebuah tempat umum sangat
diperlukan, hal ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi jika terjadi keadaan darurat
kebakaran. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan APAR di Rita Pasaraya dilakukan tim
engineering pengelolaan yang dilakukan adalah pemeriksaan APAR memastikan tekanan
APAR, kemudian jika terdapat APAR yang rusak digantikan dengan APAR yang baru dari jasa
penyediaaan APAR yang sudah menjalin kerja sama dengan pihak Rita Pasaraya, kemudian
untuk menjaga kondisi APAR setiap minggu dilakukan pengocokan tabung APAR oleh tim
Security yang sudah mendapatkan tugas untuk itu, tujuannya adalah agar isi APAR tidak
mengendap dan siap untuk digunakan jika terjadi kebakaran.
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan di pusat perbelanjaan Rita
Pasaraya Kebumen mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. APAR ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat, mudah dicapai, mudah diambil.
2. Jarak APAR satu dengan APAR lainnya tidak melebihi jarak 15 meter.
3. APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
4. APAR diperiksa dua kali dalam setahun.
5. Pemasangan dan penempatan APAR disesuaikan dengan jenis dan penggolongan
kebakaran.
6. APAR ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
konstruksi lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
7. APAR yang dipasang pada kondisi pemasangan yang rentan tercabut dilengkapi dengan
sabuk pengikat yang dirancang khusus.
8. Jarak APAR dengan lantai 1 meter.
9. Instruksi pengoperasian ditempakan pada bagian depan APAR dan terlihat jelas.
10. Terdapat klasifikasi kebakaran kelas A, B, C, D sesuai dengan jenis kebakaran.

Alat pemadam api termasuk dalam katagori bejana bertekanan yang sangat rentan terhadap
resiko kebocoran. Kebocoran tabung alat pemadam api biasanya disebabkan oleh penempatan
yang tidak benar, terjatuh, termakan usia dan sebagainya. untuk menghindari kebocoran yang
diakibatkan oleh salah penempatan, maka letakkan alat pemadam api dengan cara digantung
pada dinding paling tidak 1 meter diatas permukaan tanah atau Sediakan box alat pemadam api
untuk melindunginya. pemilik paling tidak melakukan pengecekan sebulan sekali terhadap alat
pemadam api untuk memastikan alat tersebut siap dipakai, pengecekan ini antara lain adalah
memastikan jarum penunjuk tekanan berada di area hijau yang artinya bahwa tekanan di dalam
tabung masih normal, jika jarum penunjuk tekanan berada disisi merah dengan asumsi alat
pemadam api belum pernah digunakan bisa berarti ada kebocoran dalam tabung yang
mengakibatkan tekanannya turun. perhatikan juga kondisi tabung, apakah ada karat dilapisan
cat, apakah kondisi selang masih sempurna, dan sebagainya. pentingnya pengecekan tiap bulan
untuk meminimalisir alat pemadam api mengalami gagal fungsi saat akan digunakan.
• Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pusat Perbelanjaan
Rita Pasaraya Kebumen sudah menerapkan sistem K3 dalam penggunaan APAR. Yaitu
berdasarkan observasi pada APAR terdapat tulisan klasifikasi kebakaran kelas A, B, C dan D
sesuai jenis kebakaran, catatan APAR berisi merk, jenis, ukuran dan tanggal berlakunya APAR.
APAR dilengkapi sabuk pengaman khusus jika peletakkannya mudah dicabut. Jarak APAR
dengan lantai 1 meter, hal ini sudah sesuai standar Permen PU No.26 Tahun 2008 yang
menyatakan jarak APAR dengan Lantai adalah 15-125 cm. Instruksi pengoperasian
ditempatkan pada bagian depan APAR dan terlihat jelas. Petunjuk pengoperasian berguna bagi
seseorang yang akan menggunakan APAR tetapi tidak mengetahui cara penggunaanya dan
tidak pernah mengikuti pelatihan APAR sehingga dapat digunakan secara optimal.
• Saran
1. Memberikan simulasi penggunaan alat pemdam api ringan secara rutin dan berkala kepada
seluruh pegawai agar mampu menggunakan APAR dengan baik pada saat terjadi bencana.
2. Memberikan sosialisasi dalam rangka penempatan dan pemeliharaan APAR kepada
pegawai mininal dua kali dalam setahun atau pada saat dilakukannya inspeksi APAR agar
pada saat dibutuhkan dapat berfungsi dengan baik.
3. Meningkatkan pemeliharaan terhadap alat pemadam api ringan yang rusak agar penerapan
APAR dapat berjalan dengan maksimal dan dapat digunakan dengan baik pada saat kondisi
darurat.

Anda mungkin juga menyukai