Anda di halaman 1dari 5

Cermat Berbahasa Indonesia

In the U.S. and others industrialized western countries documents must be fee
from grammatical error. Such errors are not only unacceptable and embarrassing,
worse they can diminish the credibility of the report (Arief Suadi, 1978).

Kecermatan berbahasa Indonesia baik dan benar sangat penting dalam komunikasi
agar tidak terjadi salah pengertian, sehingga asas “pokoknya tahu yang dimaksudkan”
tidak dapat digunakan.

Ejaan bahasa Indonesia berubah seiring dengan waktu. Perubahan terakhir terjadi pada
2015 dengan diterbitkannya Permendikbud 50/2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI menggantikan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
yang mulai berlaku pada 1972. Jika kita membandingkan PUEBI dan EYD secara
saksama terdapat 28 butir perubahan.

Tulisan singkat ini membahas kesalahan Bahasa Indonesia yang sering ditemukan
pada laporan-laporan manajemen, SOP, formulir-formulir, design interface di aplikasi,
bahkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama dengan pihak luar. Kesalahan-kesalahan
yang paling sering ditemukan adalah:

1. Penulisan Rupiah (Rp)

SALAH: Rp. 10.000 (titik setelah Rp dan spasi sebelum bilangan)


BENAR: Rp10.000,00 (tanpa titik setelah Rp dan tanpa spasi sebelum bilangan)

Rp adalah lambang atau tanda mata uang, bukan singkatan. Seperti $ (dolar), € (euro),
dan ¥ (yen), ditulis sebelum bilangan tanpa tanda titik dan spasi, misalnya Rp10.000,00
(kecuali penulisan penjumlahan ke bawah disesuaikan berdasarkan satuan, puluhan,
ribuan, dst.). Sebaliknya, ejaan mata uang (misalnya rupiah) ditulis di belakang
bilangan, misalnya 10.000 rupiah. Jika penulisan Rp dengan dieja ini yang dipilih,
lambang mata uang tidak digunakan lagi.

PUEBI belum menetapkan panggunaan kode mata uang sesuai ISO 4217. Ada dua
cara yang digunakan oleh berbagai negara di dunia untuk meletakkan kode ini: di
depan (mis. EUR 10) atau di belakang angka (mis. 10 EUR). Karena kode ini adalah
singkatan yang menerangkan angka, sama seperti kata rupiah menerangkan angka,
kode ini sebaiknya ditulis di belakang angka, sesuai dengan hukum D-M kita. Jadi,
penulisan yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia adalah 10.000 IDR, bukan IDR
10.000.

Bilangan mata uang dapat ditulis dengan angka ataupun huruf. Penulisan bilangan
dengan angka menggunakan tanda titik sebagai pemisah ribuan (thousands separator)
dan tanda koma sebagai penandai desimal (decimal mark) misalnya Rp10.000,00
Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca, misalnya Rp10 ribu.
1
Jika bilangan ditulis dengan huruf, lambang mata uang tidak dapat dipakai dan
digunakan ejaan mata uang, misalnya lima puluh ribu rupiah tidak ditulis Rp lima puluh
ribu.

Kedua cara penulisan bilangan (dengan angka atau dengan huruf) ini tidak perlu
digunakan sekaligus, kecuali dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi, misalnya,
"Nilai kontrak ini adalah Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)."
Penggunaan tanda koma sebagai penanda desimal kita warisi dari Belanda. Kaidah ini
berkebalikan dengan kaidah yang diterapkan oleh beberapa negara lain, terutama
Amerika Serikat, yang menggunakan tanda titik sebagai penanda desimal dan tanda
koma sebagai pemisah ribuan. BIPM (Bureau International des Poids et Mesures, Biro
Internasional Ukuran dan Timbangan)--organisasi standar internasional yang
memelihara Sistem Internasional Satuan (SI)--menetapkan bahwa kedua kaidah
ini dapat dipakai.

Bbesaran kelipatan ribuan yang cukup umum dikenal adalah ribu, juta, miliar, dan biliun.
Sebenarnya kita masih punya sistem bilangan besar berikutnya, yaitu kuadriliun,
kuintiliun, sekstiliun, septiliun, oktiliun, noniliun, dan desiliun.

2. Penggunaan Spasi Setelah/Sebelum Garis Miring (/)

SALAH: Pembelian tanah / bangunan (spasi sebelum & setelah /)


BENAR: Pembelian tanah/bangunan (tidak ada spasi sebelum & setelah /)

Garis miring (/) adalah tanda baca (punctuation) yang digunakan untuk memisahkan:
pilihan, menunjukkan periode/waktu, merepresentasikan kata “per”, menuliskan
singkatan, pengganti kata atau, tiap dan ataupun, menunjukkan pergantian baris pada
puisi. Tanda baca ini memiliki nama lain, yaitu: oblique, virgule, stroke, atau solidus.

Terdapat dua tipe garis miring yaitu back slash (\) dan forward slash (/). Back slash
hanya digunakan dalam computer coding.

Seringkali kita temukan penggunaan tanda garis miring dengan menggunakan spasi baik
sebelum maupun setelah kata lainnya. Contohnya pada kalimat berikut ini.

SALAH: Stock opname biasanya dilakukan pada Sabtu / Minggu.

Penggunaan tanda garis miring (/) yang benar adalah tanpa spasi baik dengan kata
sebelumnya maupun dengan kata setelahnya. Contoh kalimat yang benar adalah:

BENAR: Stock opname biasanya dilakukan pada Sabtu/Minggu.

2
3. Penggunaan Kata Serapan yang Tidak Baku
Kesalahan yang juga sering ditemukan adalah penggunaan kata serapan yang tidak
baku, misalnya: analisa, resiko, praktek, tehnik, kadaluarsa, dll.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam Bahasa Indonsia dibagi atas dua
golongan besar.
a. Unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Bahasa Indonesia seperti:
reshuffle, force majeur, de facto, status quo, dll. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks Bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing dan
penulisannya dicetak miring (italic). Jika ditulis tangan atau menggunakan mesin tik,
kata seperti itu digarisbawahi.

b. Unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah


Bahasa Indonesia:

Kata Asing SALAH BENAR


(Asal Kata) (Tidak Baku) (Baku)

Analysis (Inggris) Analisa Analisis


Daluwarsa (Jawa) Kadaluarsa Kedaluwarsa
Diagnose (Belanda) Diagnosa Dianogsis
File (Inggris) File Fail
Frequency (Inggris) Frekwensi Frekuensi
Matereel (Belanda) Materil Materiel
Jadwal (Arab) Jadual Jadwal
Technique (Inggris) Tehnik Teknik
Practice (Inggris) Praktek Praktik
Project (Inggris) Projek Proyek
Quality (Inggris) Kwalitas Kualitas
Quantity (Inggris) Kwantitas Kuantitas
Quittance (Inggris) Kwitansi Kuitansi
Risk (Inggris) Resiko Risiko
Science (Inggris) Science Sains
System (Inggris) Sistim Sistem

3
4. Pemakaian “di” dan “ke” Sebagai Kata Depan dan Awalan
SALAH: modal di setor, di nilai, dibagian, diantara, kekantor.
BENAR: modal disetor, dinilai, di bagian, di antara, ke kantor.

Kata “di” atau “ke” ditulis terpisah apabila berfungsi sebagai kata depan (preposisi) dan
ditulis serangkai apabila berfungsi sebagai awalan (prefiks).

Bagaimana dengan kata ke+luar, yang benar “keluar” atau “ke luar”?

Dua-duanya dapat dipakai dan memiliki makna masing-masing. Ke luar (terpisah)


biasanya berperan sebagai keterangan, sedangkan keluar (serangkai) berperan
sebagai predikat. Perhatikan contoh berikut

1. Anggota DPR itu pergi ke luar ruang sidang (ke dan luar ditulis terpisah)
2. Anggota DPR itu keluar dari ruang sidang (keluar ditulis serangkai)

Pada contoh pertama, ke luar merupakan keterangan terhadap predikat pergi


sedangkan pada contoh kedua, keluar merupakan predikat yang menunjukkan tindakan
yang dilakukan subjek (contoh lain: keluar tanduk, keluar darah).

5. Pleonasme
Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan pemakaian kata yang
sebenarnya tidak diperlukan. Dampak dari pemborosan kata ini, kalimat menjadi
membingungkan karena terjadi pengulangan kata yang memiliki arti yang sama. Contoh
pleonasme yang sering ditemukan adalah
1. Penggunaan dua kata yang bersinonim
PLEONASME: Sejak dari tahun lalu
BENAR: Sejak tahun lalu

2. Bentuk jamak dinyatakan dua kali

PLEONASME: Data-data, para ibu-ibu


BENAR: Data (jamak), datum (tunggal), para ibu

3. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya


sudah cukup jelas.

PLEONASME: Tanggal 1 Januari 2020, sangat sedikit sekali, maju ke depan.


BENAR: 1 Januari 2020, sedikit sekali/sangat sedikit, maju.

Meskipun pleonasme terkadang diperlukan untuk penegasan atau gaya bahasa,


penulisan yang boros/tidak efektif digolongkan sebagai penegasan yang tidak relevan.
_______________________

4
Referensi:

1. Arief Suadi. “Kecermatan Akuntan Berbahasa Indonesia di Laporan Keuangan:


Sebuah Studi Empirik” KELOLA Gajah Mada University Business Review,
No.18/VII/1998, MMUGM, Yogjakarta, hal.154-161.

2. Ivan Lanin. 2018. Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?, JAKARTA: Kompas.

3. Leonard Rogoff & Grady Ballenger. 1994. Office Guide to Business Letters, Memo
& Reports, USA: Arco.

4. Lianawati W.S. 2016. Ejaan Bahasa Indonesia, YOGJAKARTA: Pusat Kajian


Bahasa.

5. Permendikbud RI No. 50/2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


PUEBI).

Filove, Jan. 2020

Nama Asli

Henri Lee
Internal Audit Manager
henri.lee@kapalapi.co.id

Anda mungkin juga menyukai