Anda di halaman 1dari 29

MENGANALISIS TENTANG EJAAN EYD

DALAM KORAN TRIBUN NEWS


Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah bahasa Indonesia

Kelompok 4
1. Heru Irfansyah (0702163065)
2. Rusdin Hasibuan (0702163052)
3. Ricky Imam Taufik (0702163051)
4. Rahmad Aulia (0702163047)
5. Sabrina Meylani Pulungan (0702163068)
6. Selvy Anggaini br Padang (0702162042)

Dosen Pembimbing :
Rina Devianty,S.S.,M.Pd.

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TA. 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
penyusunan suatu makalah untuk mata kuliah Bahasa Indonesia ini dapat terwujud.
Makalah Bahasa Indonesia ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Dalam makalah Bahasa Indonesia ini dibahas beberapa materi yang meliputi penulisan
kata-kata yang salah yang berada dalam koran Tribun news, seperti penyebutan tahun,
penulisan Mata uang, Penulisan waktu, Penggunaan akhiran yang tidak baku, Penuliasan
miring dalam istilah asing, dan lain-lain. Semua bahasan tersebut disusun untuk melengkapi
tugas makalah Bahasa Indonesia.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala kritik dan saran akan
pemakalah terima dengan lapang hati. Semoga makalah kami ini menambah wawasan
terutama kepada pemakalah sendiri.

Medan, November 2016

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang Lingkup Materi
BAB II : PEMBAHASAN
2.01. Penyebuntan Tahun Sebelum 2000
2.02. Penulisan Nilai Mata Uang
2.03. Penulisan Waktu
2.04. Penggunaan Akhiran Yang Tidak Baku
2.05. Tanda Koma Sebelum “Dan”
2.06. Penulisan Miring Istilah Asing
2.07. Peluruhan Kata Saat Diberi Imbuhan
2.08. Penggunaan Kata Yang Mubazir
2.09. Penggunaan Kata-Kata Yang Tidak Baku
2.10. Penggunaan Angka Arab Dan Angka Romawi Dalam Bilangan Orginal
2.11. Penulisan Kalimat Yang Tidak Lengkap
2.12. Penulisan Kata Gabungan / Gabungan Kata
2.13. Penulisan Angka
2.14. Penulisan Gelar Akademik
2.15. Penulisan Jabatan Dan Pangkat
2.16. Penulisan Alamat
2.17. Penyingkatan Kata
2.18. Analogi Yang Salah
2.19. Kalimat Yang Tidak Efektif
2.20. Masalah Pemisahan Suku Kata
2.21. Hasil Penelitian
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan tanda baca EYD memiliki peranan penting dalam kehidupan,
karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung . Bahasa jga
dapat dignakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Dalam memadukan
satu kesepakatan dalam etika berbahasa disinilah peran aturan baku tersebut
digunakan . Dalam hal ini kita selaku Warga Negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah sub. Materi dalam ketata
bahasa Indonesia yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika
berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat
disampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan benar.
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penulisan EYD yang benar ?
2. Untuk mengetahui kesalahan yang sering ditemukan dalam penggunaan
ejaan pada koran trimbun
3. Untuk mengetahui revisi dari kesalahan penggunaan ejaan yang sesuai
dengan ejaan bahasa indonesia

1.3. RUANG LINGKUP MATERI


Ruang lingkup EYD mencakup :
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca

4
BAB II : PEMBAHASAN
2.01.Penyebutan Tahun sebelum 2000
Kita cenderung menyebut tahun sebelum 2000 mengikuti cara orang berbahasa Inggris.
Misalnya, tahun 1980 disebut "Sembilan Belas Delapan Puluh" ketimbang "Seribu Sembilan
Ratus Delapan Puluh". Cara ini terjadi karena pengaruh bahasa Inggris yang menyebut angka
tahun per 2 angka ketimbang menyebutnya seperti angka biasa dengan alasan kemudahan.
Misalnya tahun 1959 dalam bahasa Inggris adalah Nineteen Fifty Nine. Jika menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka penyebutan angka tahun sama dengan
penyebutan angka biasa.

2.02.Penulisan Nilai Mata Uang

Kalau kita menulis harga 55 ribu rupiah misalnya, kita akan menulis "Rp 55.000", "Rp.
55.000", atau "Rp 55.000-,". Dalam bahasa Indonesia, penulisan harga yang benar mengikuti
pola ini : (Lambang mata uang)(angka)". Jadi, tidak ada spasi maupun titik di antara lambang
mata uang dan angka. Penulisan harga di atas yang benar adalah "Rp55.000,00". Meski
secara baku sen juga harus ditulis, namun jika tidak terlalu formal tidak masalah juga kalau
sen tidak ditulis karena sen tidak ada nilainya akibat begitu rendahnya nilai rupiah. Sen
hanya harus ditulis pada laporan keuangan perusahaan dan pembukuan bank seperti
pada buku tabungan.

2.03.Penulisan Waktu

Kalau kita disuruh menulis pukul 8 malam, kita pasti akan menulis "20:00". Padahal
cara ini salah. Pada penulisan waktu, tanda baca yang digunakan adalah titik bukan titik dua.
Jadi, penulisan yang benar adalah "20.00". Kemudian, sebaiknya padankan waktu dengan
kata "pukul" bukan "jam" karena jam merujuk pada durasi waktu (60 menit = 3.600 detik).

2.04.Penggunaan Akhiran yang Tidak Baku

Kita seringkali mengucapkan kata "menetralisir", "mengkoordinir", dan sebangsanya.


Dalam bahasa Indonesia, tidak ada akhiran "-ir" seperti itu. Yang adalah hanyalah akhiran "-
isasi" yang merupakan serapan dari bahasa Inggris. Jadi, penulisan kedua kata di atas yang
benar adalah "menetralisasi" dan "mengoordinasikan".

2.05. Tanda Koma Sebelum "dan"

5
Jika kita menuliskan minimal 3 hal yang tergolong sama misalnya dalam kalimat ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat,Jerman dan Cina.
Kita seringkali langsung memberi spasi sebelum kata "dan", padahal seharusnya kita
menuliskan tanda koma terlebih dahulu dan setiap kali memberi tanda baca berilah jeda
1 spasi terlebih dahulu sehingga kalimat di atas seharusnya menjadi seperti ini :
Perundingan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Amerika Serikat, Jerman, dan
Cina.
Hal ini juga berlaku untuk kata "atau" dan "serta".

2.06.Penulisan Miring Istilah Asing


Jika kita menulis istilah asing, kata itu harus dimiringkan. Misalnya :
Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan atau current account deficit yang cukup besar
karena ekspor yang menurun dan impor yang meningkat.

2.07.Peluruhan Kata Saat Diberi Imbuhan

Pada kondisi tertentu, kadang huruf pertama sebuah kata harus diluruhkan jika akan
diberi imbuhan tertentu. Banyak orang sering melakukan kesalahan dalam melakukan hal ini
seperti berikut :
- Mensapu
- Mensukseskan
- Mencontek
- Merubah
- Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas adalah :
- Menyapu
- Menyukseskan
- Menyontek
- Mengubah

Kata-kata yang diawali dengan huruf K, T, S, dan P mengalami peluruhan saat diberi
imbuhan. Bila kita akan memadankan imbuhan dengan istilah asing, pisahkan dengan tanda
garis(-). Misalnya di-charge dan di-smash

2.08.Pengunaan Kata yang Mubazir

6
Kita seringkali menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dituliskan lagi karena
sebelumnya sudah dituliskan kata yang bermakna sama atau mengandung makna dari kata
tersebut pula. Contohnya :
- Maju ke Depan
- Mundur ke Belakang
- Bola yang Bundar
- Pada Zaman Dahulu Kala
- Dengan Mata Kepala Saya Sendiri

Dalam istilah bahasa, penggunaan kata mubazir seperti di atas disebut pleonasme.
Pembetulan kata-kata di atas adalah:
- Maju
- Mundur
- Bola
- Pada Zaman Dahulu
- Dengan Mata Kepala Saya

2.09. Penggunaan Kata-kata yang Tidak Baku

Kita hampir setiap saat melakukan hal ini. Memakai kata yang tidak baku ketimbang
baku dalam menulis. Berikut contoh kata-kata yang tidak baku :
- Praktek
- Apotik
- Ijin

7
- Belom
- antar Negara
- antri
- Pebruari
- Nopember
- Jum'at
- Anda
- anti korupsi
- analisa
- silahkan
- masup
- resiko
- bis

Penulisan yang benar untuk kata-kata di atas berturut-turut adalah :

- Praktik
- Apotek
- Izin
- Belum
- Antarnegara
- Antre
- Februari
- November
- Jumat
- Anda
- Antikorupsi
- Analisis
- Silakan
- Masuk
- Risiko
- bus

2.10.Penggunaan Angka Arab dan Angka Romawi dalam Bilangan Ordinal

8
Ada 2 cara menuliskan bilangan ordinal (urutan) dalam bahasa Indonesia. Angka Arab
(0, 1, 2, dan seterusnya) dapat digunakan untuk menuliskan jumlah maupun urutan. Namun
angka Romawi (I, V, X, L, dan seterusnya) hanya dapat digunakan untuk menuliskan urutan.
Jadi, penggunaan yang benar untuk dua jenis angka di atas adalah sebagai berikut :
Jerman berada di peringkat ke-1 pada tabel ranking FIFA saat ini.
Tahun 2014 termasuk dalam abad XXI.
Penduduk Indonesia pada tahun 2014 telah melampaui 250 juta jiwa.

2.11.Penulisan Kalimat yang Tidak Lengkap

Terkadang kita tidak menuliskan sebuah kalimat secara lengkap sehingga kalimat
tersebut menjadi terdengar tidak masuk akal. Contohnya seperti pada ilustrasi di atas tertulis
kalimat "JELANG KENAIKAN BBM". Kalimat ini menjadi terdengar tidak masuk akal
karena bukan BBM yang dinaikkan, tetapi harga jualnya. Kemudian sebagai tambahan, kata
"jelang" sebaiknya ditambahkan imbuhan "men-". Kalimat tersebut seharusnya menjadi
"MENJELANG KENAIKAN HARGA BBM". Namun karena kita sudah terbiasa dengan
kesalahan ini, kita tidak lagi merasa ada yang janggal saat mendengar atau melihatnya.

2.12.PENULISAN KATA GABUNGAN/GABUNGAN KATA

Yang di maksud dengan kata gabungan ialah kata yang terdiri atas dua bagian atau
lebih dan masing-masing bagian tersebut berupa kata, misalnya: meja,kursi,sapu tangan,
apabila, bilamana, manakalah, antikomunis, intrakurikuler.

Dilihat dari bentuknya dapat dibedakan atas:

1. Kata gabungan kata dasar;


Maksudnya kata gabungan yang belum mendapatkan imbuhan misalnya: tanggung
jawab, ambil alih, salah terka, daya guna
2. Kata gabungan turunan;
Maksudnya kata gabungan yang sudah mendapatkan imbuhan, mislnya: bertanggung
jawab, diambil alih, penyalahgunaan, digarisbawahi.
a. Macam-macam cara menulis kata gabungan
1. Kata gabungan dasar yang hubungan bagian-bagiannya belum erat benar,artinya
belum dianggap satu kata, ditulis terpisah.
Contoh:tanggung jawab, tidak adil, salah guna, daya guna, salah arti, garis bawah

9
2. Kata gabungan dasar yang hubungan bagian-bagiannya sudah erat benar, artinya
yang sudah dianggap sebagi satu kata, ditulis serangkai.
Contoh: matahari, apabila, sekaligus, manakala, daripada, bilamana, padah,
bagaimana, pribahasa
3. Awalan pada kata gabungan diletakkan pada bagian kata yang pertama. Kedua bagian
kata gabungan tersebut tetap dipisahkan.
Contoh: diambil alih, bertingkah laku, bertanggung jawab, memberi tahu
4. Akhiran pada kata gabungan pada bagian kata yang terakhir kedua bagian kata gabung
tersebut tetap dipisahkan.
Contoh: garis bawahi, beri tahukan, sebar luaskan, jungkir balikan
5. Imbuhan yang berupa awaln dan akhiran, diletakkan pada bagian awal dan akhir
bagian-bagian kata gabungan tersebut. Kedua bagian kata gabungan tersebut
kemudian dirangkaikan atau di satukan.
Contoh: penyalahgunaan, pendayagunaan, diberitahukan,pemberitahuan
6. Kata gabungan yang salah satu bagiannya tidak dapat berdiri sendiri ditulis serangkai.
Contoh: intrakurikuler, antarkota, tunawisma
b. Penulisan angka

Walaupun sebenarnya cara angka ini tidak sulit cara menulisakan kata gabung,
tetapi masih banyak pemakaian bahasa indonesia yang belum paham. Dimana-mana
masih sering kita jumpai penulisan angka yang tidak sesuai dengan pedoman EDY.

Berikut ini diturunkan kembali pedoman penulisan angka dalam cara yang mudah
dipahami :

1. Untuk menuliskan angka yang menunjukkan tingkatan dapat digunakan angka arab,
angka romawi, dan huruf, dengan syarat sebagai berikut.
a. Jika digunakan angka Arab , maka antara ke sebagai petunjuk tingkatan
dengan angka yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung.
Contoh:
Ke-2, ke-5, ke-10, ke-15 dan sebagainya.
b. Jika digukan angka Romawi, tidak diperlukan ke.
Contoh:
Kita telah memasuki Pelita IV
Yang memimpin pasukan itu Raja Philip II.

10
c. Jika digunakan huruf, ke dan kata dibelakangnya harus ditulis serangkai
keempat, kesepuluh, dan keseratus.
2. Untuk menuliskan angka yang menunjukkan jumlah, antara ratusan, ribuan, jutaan
dan seterusnya diberi tanda titik.

Contoh:

Penduduk negeri itu berjumlah 15.450.350 orang.

Jumlah penduduk tahun ini ada 4.500 orang.

3. Untuk menuliskan angka yang tidak menunjukkan jumlah, antara ratusan, ribuan,
jutaan dan seratusnya tidak boleh diberi titik atau jarak.

Contoh;

Peristiwa itu terjadi pada tahun 1960.

Nomor ujian saya 8300560.

4. jika dibelakang angka terdapat akhiran, maka antara angaka terakhir dengan akhiran
tersebut diberi tanda hubung.

Contoh:

Lebih kurang pada tahun 50-an dai pindah darisini. (dibaca: tahun lima puluh)
Sekitar tahun 75-an dai lulus ujian sarjana. (dibaca: Tahun tujuh puluh limaan)

Selanjutnya perlu diketahui, bahwa angka tidak diperbolehkan pada awal kalimat.
Untuk maksud tersebut harus ditulis dengan huruf.
Contoh:
- Salah: 15 Orang mengalami luka – luka berat pada per-istiwa itu.
- Limah belas orang mengalami luka – luka berat pada peristiwa itu.

a. PENULISAN GELAR AKADEMIK

Yang masih sering salah ditulis orang ialah gelar akademik yang terdapat di belakang
nama orang.
Dalam hal ini juga ada dua macam kesalahan yang sering terjadi;

11
Yaitu tidak adanya tanda koma di belakang nama orang dan titik di antara huruf-huruf
lambang gelar tersebut; misalnya seperti berikut ini.
- Ia tinggal di rumah Abdul Karim SH
- Pengarang buku itu Drs. Ahmad Salim MA.

Yang betul mestinya ditulis demikian:


- Ia tinggal di rumah Abdul Karim, S.H
- Penagarang buku itu Drs. Ahmad Salim, M.A

Perlu diketahui bahwa tanda koma di belakang nama orang tersebut tidak boleh
ditinggalkan karena tanda koma itulah yang merupakan ciri khas bahwa singkatan di
belakang nama tersebut adalah singkatan gelar akademik; demikian pula titik diantara huruf-
huruf tersebut.
Singkatan di belakang nama yang tidak didahului dengan koma dan titik bertitik,
bukanlah singkatan gelar akademik.
Bandingkanlah:
- Ahmadun BA (BA disini mungkin nama ayahnya Brata atmaja, atau yang lain).
- Suprapto, B.A. (B.A. disini merupakan gelar akademik, Bachelor of Art).

Tanda titik memang tidak diperlukan bila yang disingakatakan itu buakn gelar
akademik. Jadi singkatannya untuk sekolah Pendidikan Guru atau Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan memang harus ditulis: SPG dan IKIP bukan S.P.G dan I.K.I.P.

b. PENULISAN JABATAN DAN PANGKAT


Banyak pemakaian bahasa indonesia menuliskan jabatan seperti
bupati,gubernur,letnan jenderal,sersan dan sebagainya selalu menggunakan huruf
besar,padahal menurut EYD tidak demikian. Jabatan atau pangkat baru ditulis dengan huruf
besar apabila diikuti nama orang; kalau tidak diikuti nama orang; kalau tidak diikuti nama
orang,jabatan atau pangkat tersebut ditulis dengan huruf kecil.
Perhatikan contoh berikut:
1. Sudah dua tahun ini ia menjadi bupati daerah itu.
2. Saya mendengar ia akan diangkat menjadi gurbernur. Benarkah?
3. Tiga sersan ikut sebagai saksi dalam peristiwa itu.

12
4. Kata orang, ayahnya berpangkat letnan jenderal.
5. Upacara itu dihadiri pual oelh Bupati Abdul Wahab.
6. Ia ditugasi menyertai perjalanan dinas Gubernur Sabaruddin.
7. ia masih ada hubungan famili dengan sersan Tabrani.
8. Operasi itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Amilin.

c. PENULISAN ALAMAT
Kesalahan lain yang masih sering dilakukan orang ialah dalam menulis nama kota dan
alamat. Kebanyakan orang menulisnya dengan memberi jarak satu ketukan ketik diantara
setiap huruf pada nama kota tersebut atau membubuhkan garis di bawahnya, seperti terlihat
pada contoh di bawah ini:

(1) Yth. (2) Yth.


Sdr, Lukman Sarif Sdr. Lukman Sarif
Jl. Diponegoro 343 Jl. Diponegoro
Semarang Semarang

Kedua cara menuliskan alamat diatas salah, yang benar seperti berikut ini:

Yth.
Sdr. Lukman Sarif
Jl. Diponegoro 343
Semarang

Disamping tidak perlu diketik dengan jarak satu ketukan atau diberi garis, juga di
belakang nama kota tersebut tidak perlu diberi tanda titik.
d. PENYINGKATAN KATA
Penyingkatan kata adalah merupakan sifat manusia untuk menempuh jalan pintas atau
jalan yang tersingkat untuk mencapai tujuan. Begitu pula kita sering bahkan mencari cara-
cara yang paling singkat untuk mengatakan apa-apa yang hendak kita katakana. Itulah
sebabnya maka kita sering membuang kata-kata dan huruf-huruf yang berlebih-lebihan dari
berbagai ragam ekspresi sehingga mudah diucapkan oleh lidah kita ataupun ditulis oleh pena
kita.
13
Penyingkatan kata dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

a. Penghilangan fonem

Gejala penghilangan atau penanggalan fonem ini dapat kita bedakan atas tiga macam,
yaitu :

i. Afaresis adalah penghilangan fonem pada awal kata. Contoh :

Umudik menjadi mudik

Mundur menjadi mundur

Stani menjadi tani

Telentang menjadi lentang

ii. Sinkop adalah penghilang fonem di tengah kata. Contoh :

Bahasa menjadi basa

Sahaya menjadi saya

Kelamarin menjadi kemarin

Utpatti menjadi upeti

iii. Apokop adalah penghilang fonem di akhir kata. Contoh /:

Tidak menjadi tida

Import menjadi impor

Eksport menjadi ekspor

Kontakt menjadi konta

( Badudu ; 1983 : 63 – 4 ; Keraf ; 1980 : 134 – 5 ).

b. Kontraksi

Kontraksi berarti penyingkatan, penyusutan, atau penciutan fonem dalam kata. Contoh :

Tidak ada menjadi tiada

Matahari menjadi mentari

Bahagianda menjadi baginda

14
Mahardika menjadi merdeka

( Badudu ; 1983 : 64 ).

Do not menjadi don’t

Can not menjadi can’t

Even menjadi e’en

It is menjadi it’s

Let us menjadi let’s

( Dale [ et al ] ; 1971 : 198 ).

c. Akronim

Kata akronim berasal dari Bahasa Yunani akros yang berarti paling tinggi + onyma
yang berarti “nama”. Jadi secara etimologis akronim berarti “nama yang paling tinggi, paling
agung”. ( Dale [et al ] ; 1971 :201 )

Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari huruf-huruf kata uraian. Ada kalanya
sesuatu akronim menjadi kata yang diterima oleh masyarakat Bahasa. Bahkan tidak jarang
terjadi bahwa akronim lebih dikenal tinimbang kata-kata yang merupakan asal atau
kepanjangannya sendiri.

e. ANALOGI YANG SALAH

Dalam bahasa Indonesia analogi bahasa memainkan peranan penting sebagai


pemerkaya. Beberapa contoh analogi bentukan dari bentukan lama bahasa Indonesia asli
seperti dikemukakandan diketengahkan merupakan bentuk yang sudah lama di kenal dalam
bahasa inodnesia yang saat itu masih bernama bahasa melayu. Kemudian orang-orang
menciptakan bentuk-bentuk baru misalkan dikesampingkan,dikedepankan,diketepikan.

Kita juga meniru bentuk penggunaan bahasa asing seperti bunyi akhiran –a dan –i,
pembeda jenis pria dan wanita hanya dikenal dalam bahasa sanksekerta seperti dewa-dewi,
putra-putri.

Dalam menyusun kalimat orang yang menguasai bahasa belanda atau inggris
menerjemahkan kata kerja kopula zijn(Bel) dan to be (ingg) dalam kalimat nominal (kalimat

15
isim) dengan kata adalah. Kemudian pemakaian kata adalah meluas dan menjadi kebiasaan
bagi pemakai bahasa dalam menyusun kalimat seperti itu.

Ayahku adalah seorang letnan.


Ibuku adalah seorang wanita yang lemah lembut.
Pernyataan itu adalah suatu kebohongan.

Bentuk baru menyebar karena analogi. Sayangnya, kadang-kadang oang kurang teliti.
Juga karena tidak menguasai kaidah bahasa , orang mudah terjerumus pada analogi yang
salah. Sbutlah contoh bentuk katagerejani .Dari bahasa Arab badaniyyun kita bentuk kata
badani’ yang bersifat badan’. Jelas di sini bentuk dasarnya badan. Jadi, unsur tambahannya
bukan –ni, melainkan –i. Bentuk gereja berakhir dengan bunyi /a/. Membandingkannya
dengan kata Arab dunia dan ukhra yang menjadi duniawiyyun dan ukhrawiyyun, kemudian
kita pungut menjadi duniawi dan ukhrawi, maka kata gereja hendaknya menjadi gerejawi dan
bukan gerejani. Lihatlah kata lain yang berakhiran bunyi /a/ yang dibentuk seperti:
surgawi,agamawi,tatabahasawi,manusiawi; tambahannya –wi bukin –ni.

f. KALIMAT YANG TIDAK EFEKTIF

Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba
membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun
kalimat antara lain:

1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara
lain:
· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
· Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-
menolong.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:

16
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada
kalimat berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut
ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
· Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat
pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
· Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat
kita lihat pada kalimat berikut:
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada
kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak
Yunior.
Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?
17
6. Kata depan yang tidak perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti
pada kalimat berikut:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga
kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara
lain:
1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki
kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide
pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan
program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau
dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya
setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan
gagasan lain yang saling bertautan.
2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan.
Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
· membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: membicarakan transmigrasi
· sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: sudah selayaknya apabila
· Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi
juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan
kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
3. Kurang logis susunan gagasannya.
Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:

18
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat
untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk
melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging
ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal
dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan
daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.
4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
· Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas
bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
· Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia
dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan,
sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.
5. Konstruksi yang bermakna ganda.
Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun
kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang
kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
· Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah
istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
· Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru
menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam
kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
19
· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia,
memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini
memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.
7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih
efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga
diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat
yang perinciannya tidak sejajar:
· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan
menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan
penganalisisan data.
· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan
selaras, serasi, dan seimbang.
Seharusnya:
Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras,
serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan
selaras, serasi, dan seimbang.
Dari berbagai sumber.
g. MASALAH PEMISAHAN SUKU KATA

Apabila kita boleh mengatakan makna dari sekian banyak kaidah yang terdapat di
dalam EYD, hanyalah masalah pemisahan suku kata yang tampaknya kurang mendapatkan
perhatian sebagaimana selayaknya. Sebagai gambaran dapat kit abaca kutipan di bawah ini :

20
1. “sebul-an kemudian barulah tiba 300 pasukan paying Inggris dan Prancis
memadamkan pemberontakan tersebut”. (MUTIARA, NO. 324, 4-17 Juli 1984, TAHUN
XVII halaman 21 kolom 4)
2. “Pada September tahun lalu keyakinan Demokrat untuk menang cukup tinggi
(64%) tapi belakangan ini menur-un 52%”. (SINAR HARAPAN, 8 Juli 1984 halaman XI
kolom 9)
3. “Tidak saja semua ini merupakan tumpuan konkret untuk mengharapkan pen-
ingkatan kemampuan Polri, sebagian dari hasilnya sudah kita lihat sebagaimana tampak jika
kita mau membuang prasangka yang berakar pada masa dan pengalaman lalu”. (SUARA
KARYA, 6 Juli 1984, Tajuk Rencana).
4. “Dilihat dari segi anggaran yang disediakan untuk tahun 1984 ini sebesar US $
4,1 mi-lyar kelihatannya belum mengendur, baik untuk eksplorasi maupun paencarian sumur
baru”. (TEMPO, 23 Juni 1984, halaman 17, kolom 3).

Kata-kata yang berhuruf miring ini dalam naskah aslinya semua berposisi pada akhir
baris. Untuk mengetahui apak cara pemisahan apakah cara pemisahan suku kata sebagaimana
dilakukan oleh penata aksara dalam surat kabar atau majalah itu telah sesuai atau belum
dengan kaidah yang ada, maka ada baiknya apabila sejenak kita perhatikan kaidah tentang
pemisahan suku kata, yeang tercantum di dalam EYD.

21
2.21 Hasil Penelitian

1. Kesalahan : skuat
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, seharusnya kata
“skuat”diganti dengan kata “tim”.
Perbaikan : skuat = tim.

2. Kesalahan : menyukseskan
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena kata
“menyukseskan” diganti menjadi “mensukseskan”. Dan di dalam KBBI kata
tersebut tidak ada.
Perbaikan : menyukseskan = menjadikan .

22
3. Kesalahan : Stasi-un
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena nama tempat tidak
boleh di penggal.
Perbaikan : Stasiun.

4. Kesalahan : menceploskan
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, seharusnya kata “
menceploskan” berubah menjadi kata “membawa”.Dan di dalam KBBI kata
tersebut tidak ada.
Perbaikan : menceploskan = membawa.

5. Kesalahan : Komplet
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena kata “komplet”
tidak ada di KBBI.
Perbaikan : komplet = lengkap

23
6. Kesalahan : Gu-bernur
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena kata “Gu-bernur”
tidak boleh di penggal .
Perbaikan : Gu-bernur = Gubernur.

7. Kesalahan : Or-ang-rang
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :

8. Kesalahan : Suporter
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :

24
9. Kesalahan : Rihat
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena didalam EYD
kata “rihat” artinya adalah istirahat. Dan dalam penulisan di koran kata “rihat” tidak
boleh di pakai karena kata tersebut tidak di pakai didalam EYD.
Perbaikan : Rihat = Istirahat.

10. A. Kesalahan : Nu-groho


keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena nama orang
tidak boleh ada pemenggalakan serta tidak perlu kata penghubung . Karena masing-
masing unsur yang di penggal merupakan unsur lepas.
Perbaikan : Nugroho
11. B. A. Kesalahan : Chan-dra
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena nama orang
tidak boleh ada pemenggalakan serta tidak perlu kata penghubung . Karena masing-
masing unsur yang di penggal merupakan unsur lepas.
Perbaikan : Chandra

25
12. Kesalahan : Bin-jai
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena nama tempat tidak
boleh di penggal.
Perbaikan : Binjai

13. Kesalahan : Septem-ber


keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :

26
14. Kesalahan : Par-tai
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :

15. A. Kesalahan : Kemar-in


keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :
B. . Kesalahan : Lalin
keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah menjadi “lain”.
Perbaikan : lain/

16. Kesalahan : Indone-sia


keterangan : Pengetikan pada teks koran tersebut salah, karena
Perbaikan :

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam penggunaan jaan yang disempurnakan (EYD) sangat diburtuhkan dalam
penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya tulis tersebut dapat tersusun dengan baik dan
mudah di pahami.
Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Masing-
masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat
dalam menggunakan tanda baca pada aturan yang telah diterapkan.

3.2 Saran
Dari tugas makalah ini, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah
kami sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu menambah wawasan tentang
penggunaan tanda baca yang baik dan benar sesuai dengan EYD.

28
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Djoko Widagdho. Tahun 1994. Bahasa Indonesia Penghaantar Kemahiran


Berbahasa Di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Hlm 69.

JS.Badudu.1991.Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka


Utama. Hlm 35

Prof.DR.H.G.Tarigan.1989.Pengajaran Kosakat. Bandung: Angkasa Bandung. Hlm


169.
http://www.kaskus.co.id/thread/548d54e4148b464e538b456c/kesalahan-berbahasa-
dalam-bahasa-indonesia-yang-sering-kita-lakukan/y

29

Anda mungkin juga menyukai