Anda di halaman 1dari 4

PUBLIC RELATION INDONESIA

Elida Elisabeth (01716146305/MIK B)

Public relations (humas) adalah panca indera sebuah organisasi atau


perusahaan. Telinganya untuk mendengar apa yang diinginkan, diharapkan, dan
dikeluhkan publiknya. Mata untuk melihat kenyataan apa yang telah dilakukan
organisasi, hidung untuk mencium peluang hingga ketidakberesan, lidah untuk
mengecap manis-pahitnya posisi organisasi dan posisinya sendiri, dan kulit untuk
merasakan sentuhan dan luka yang dialami oleh organisasi dan publik yang dilayaninya
secara luas. Bagaimanapun juga jika ada sesuatu dari publik maka public
relations harus meresponnya. Public relation mengalami masalah dalam
menjalankan profesinya, diantaranya adalah perkembangan public relation,
dituntutnya profesionalitas dan hambatan public relation.

Perkembangan Public Relation

Public relation Indonesia mengalami perkembangan baik itu kualitas maupun


kuntitasnya. Mengenai perkembangan keseluruhan saya mengutip pernyataan Rosady
Ruslan, S.H, M.M. yang membagi perkembangan public relations di Indonesia dalam 4
periode yakni pada periode pertama terjadi pada tahun 1962. Pada periode ini tugas
strategis public relation yakni ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh
pemimpinnya hingga pelaksanaannya dan tugas taktisnya yakni memberikan informasi,
motivasi, pelaksanaan timbal balik dua arah agar tercipta citra atas lembaga/institusi
yang diwakili olehnya. Pada periode ini public relations muncul dalam bentuk aktivitas
yang tidak terorganisasi dengan baik disamping itu juga public relation belum banyak
menyebar di Indonesia. Maka tidak heran, di periode ini, public relation di Indonesia
secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis
memang, dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas
untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal dikarenakan masih jarangnya
suatu perusahaan memiliki public relation yang tetap. Selain itu kegiatan masih banyak
bersifat satu arah ke publik eksternal sehingga tidak terciptnya citra atas perusahaan
tersebut, tidak adanya hubungan timbal balik yang mengakitbatkan hubungan hanya
terjalin dalam jangka waktu tertentu.
Namun, perkembangan public relation di Indonesia semakin maju, sehingga kini
dapat dikatakan sebagai “Public Relation Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan
teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
Terbukti di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan
Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam
berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan
kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
Sehingga kualitas dari public relation itu sendiri tidak seburuk periode pertama karena
sudah adanya badan yang menangani proses perkembangan profesi.
Periode ketiga terjadi pada t tahun 1972 dan 1987 dan periode keempt terjadi tahun
1995 hingga sekarang, perkembangan public relation sangat pesat. Sehingga seorang
public relation saat ini dituntut harus memiliki kualitas yang diatas standar umum.
Kuantitas public relation sendiri yang menjadikan persaiangan menjadi sangat
kuat. Disinilah saya baru mengetahui bahwa menjadi seorang public relation itu tidak
hanya harus pintar berbicara namun juga harus mengikuti arus globalisasi yang diman
seorang public relation harus belajar dari masa lalu juga. Dimasa lalu kuantitas sangat
di perhatikan di karenakan kurangnya minat masyarakat akan profesi yang dianggap
kurang menarik ini. Era ini kuantitas sudah mencoai angka kecukupan, namun kualitas
belum mencapai angka kecukupan tresebut.

Profesionalitas Public Relation


Sudut pandang saya mengenai profesionalitas adalah melakukan sesuatu
pekerjaan dengan tidak mencampur antara urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, juga
melakukan pekerjaan tersebut dengan keterampilan dan keahlian kita yang maksimal.
Keterampilan inilah yang mendorong kita untuk menjadi pribadi yang profesional.
Namun, tak jarang ditemukan adanya seorang public relation yang tidak
profesional. Dia membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Disaat presentasi di depan
klien raut muka ataupun wajahnya sangat menggambarkan jika dia tidak bersedia
melakukan presentasi itu. Adanya suatu unsur keterpaksaan disaat itu juga.
Keterpaksaan dari unsur eksternal yakni dari perusaahannya yang menginginkan dia
agar tetap menlajankan profesinya apapun yang terjadi pada dirinya.
Berbicara mengenai skill dan kemampuan seorang public relation harus
memiliki kemampuan yang dapat menguatkan dirinya dalam menjalankan profesinya.
Skill dalam public relation diantaranya adalah harus mampu memepengaruhi orang lain
untuk ikut ataupun percaya dengan apa yang di sampaikan olehnya . Disini seorang
public relation harus mampu berbicara di depan umum dengan mempertanggung
jawabkan apa yang di utarakan olehnya. Pertanggungjawaban atas statement secara
lisan harus dilakukan, seorang public relation yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan apa yang diutarakannya akan menurunkan citra perusahaan
dan dirinya sendiri, yang nantinya dia tidak akan dipercaya oleh masyarakat lagi.
Mempertanggungjawabkan apa yang diutarakan memang sulit bagi seorang public
relation yang tidak memiliki dasar ataupun sumber yang akurat. Namun, itu menjadi hal
yang sangatlah mudah bagi seorang public relation yang sudah mengkaji terlebih
dahulu sebelum mempublikasikannya ke khalayak umum.
Seorang public relation harus memiliki perbendaharaan kata yang banyak tidak
hanya banyak namun juga harus memiliki ilmu pengtahuan yang luas dan menggunakan
kalimat yang efisien. Pengetahuan yang luas dalam arti mengetahui berita ataupun
peristiwa apa yang sedang hangat dibicarakan di dalam negri ataupun luar negri.
Adapun seorang public relation yang tidak haus akan informasi adalah seseorang yang
tidak berniat mengeyam pfosi tersebut.
Seorang public relation seharusnya memiliki integritas pribadi yang tinggi. Baik
terhadap diri sendiri sebagai pekerja public relation maupun terhadap publik, pemimpin,
organisasi perusahaan, dan juga penggunaan media massa sehingga bisa menjaga nama
baik perusahaan. Citra perusahaan berada di public relation itu sendiri. Dimana, public
relation seolah-olah sebagai kulit terluar sebuah instansi/perusahan. Sehingga, seorang
public relation harus mampu membaca situasi sekitar untuk dapat mengambil sebuah
keputusan tindakan.
Memang, penampilan seorang public relaltion sangatlah diperhatikan baik body
language saat dia berbicra ataupun gaya berpakainnya, namun tidak jadi jaminan
penampilan mencerminkan profesionalitas dari public relation. Perkataan juga tidak
menjadi landasan kita menilai profesionalitas seseorang. Terkadang pernyataan yang di
utarakan tidak sesuai dengan yang nyatanya, itu hanyalah tuntutan profesi yang mau
tidak mau harus di utarakan.

Hambatan Public Relation


Komunikasi sering menjadi terhambat karena ketiadaan media-media modern
untuk menyebarluaskan informasi. Selain itu, walaupun media modern sudah tersedia
tetapi masih ada satu kendala, yaitu tingkat buta huruf yang cukup tinggi sehingga
penggunaan media modern masih kurang optimal. Bahasa daerah yang beragam dan
masih menjadi bahasa dasar serta larangan-larangan lokal juga tak jarang menghambat
proses komunikasi.
Hambatan juga bisa dari ketertinggalan akan komunikasi massa. Sirkulasi koran
yang ada masih sangat terbatas dan koran tersebut belum bisa memenuhi standar koran
yang seharusnya. Selain itu, sebagian besar tidak membaca koran karena buta huruf dan
memang tidak berminat. Saya dan mereka lebih suka mendengar radio atau menonton
televisi yang bersifat hiburan dan acara yang disediakan oleh media radio dan televisi
juga belum bisa menjangkau seluruh kalangan karena sangat bervariasanya bahasa yang
ada.
Hambatan yang cukup sulit menjadi public relation ataupun (calon) public
relation adalah mendidik pasar. Dalam artian, jika sebuah produk di pasarkan merek
dan label saja tidak cukup berada dalam kemasan. Kemampuan public relation dalam
memaparkan cara penggunaan ataupun pemakainnya sangatlah peting. Pemaparan
dilakukan pada saat produk tersebut hendak di iklankan. Public relation harus mampu
meyakinkan khalayak bahwa produknya itu baik dan mudah digunkan.
Inilah beberapa masalah umum yang banyak terjadi pada public relations dalam
menjalankan tugasnya maka public relation harus berusaha lebih keras untuk mengatasi
masalah tersebut. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan kerjasama dari
berbagai pihak karena memiliki tujuan yang sama. Di Indonesia sangat diharapkan s
yang baik dan profesional tidak hanya ekspetasi namun juga realita.

Anda mungkin juga menyukai