Public relations (humas) adalah panca indera sebuah organisasi atau
perusahaan. Telinganya untuk mendengar apa yang diinginkan, diharapkan, dan dikeluhkan publiknya. Mata untuk melihat kenyataan apa yang telah dilakukan organisasi, hidung untuk mencium peluang hingga ketidakberesan, lidah untuk mengecap manis-pahitnya posisi organisasi dan posisinya sendiri, dan kulit untuk merasakan sentuhan dan luka yang dialami oleh organisasi dan publik yang dilayaninya secara luas. Bagaimanapun juga jika ada sesuatu dari publik maka public relations harus meresponnya. Public relation mengalami masalah dalam menjalankan profesinya, diantaranya adalah perkembangan public relation, dituntutnya profesionalitas dan hambatan public relation.
Perkembangan Public Relation
Public relation Indonesia mengalami perkembangan baik itu kualitas maupun
kuntitasnya. Mengenai perkembangan keseluruhan saya mengutip pernyataan Rosady Ruslan, S.H, M.M. yang membagi perkembangan public relations di Indonesia dalam 4 periode yakni pada periode pertama terjadi pada tahun 1962. Pada periode ini tugas strategis public relation yakni ikut serta dalam proses pembuatan keputusan oleh pemimpinnya hingga pelaksanaannya dan tugas taktisnya yakni memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan timbal balik dua arah agar tercipta citra atas lembaga/institusi yang diwakili olehnya. Pada periode ini public relations muncul dalam bentuk aktivitas yang tidak terorganisasi dengan baik disamping itu juga public relation belum banyak menyebar di Indonesia. Maka tidak heran, di periode ini, public relation di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis memang, dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal dikarenakan masih jarangnya suatu perusahaan memiliki public relation yang tetap. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat satu arah ke publik eksternal sehingga tidak terciptnya citra atas perusahaan tersebut, tidak adanya hubungan timbal balik yang mengakitbatkan hubungan hanya terjalin dalam jangka waktu tertentu. Namun, perkembangan public relation di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat dikatakan sebagai “Public Relation Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman. Terbukti di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan. Sehingga kualitas dari public relation itu sendiri tidak seburuk periode pertama karena sudah adanya badan yang menangani proses perkembangan profesi. Periode ketiga terjadi pada t tahun 1972 dan 1987 dan periode keempt terjadi tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan public relation sangat pesat. Sehingga seorang public relation saat ini dituntut harus memiliki kualitas yang diatas standar umum. Kuantitas public relation sendiri yang menjadikan persaiangan menjadi sangat kuat. Disinilah saya baru mengetahui bahwa menjadi seorang public relation itu tidak hanya harus pintar berbicara namun juga harus mengikuti arus globalisasi yang diman seorang public relation harus belajar dari masa lalu juga. Dimasa lalu kuantitas sangat di perhatikan di karenakan kurangnya minat masyarakat akan profesi yang dianggap kurang menarik ini. Era ini kuantitas sudah mencoai angka kecukupan, namun kualitas belum mencapai angka kecukupan tresebut.
Profesionalitas Public Relation
Sudut pandang saya mengenai profesionalitas adalah melakukan sesuatu pekerjaan dengan tidak mencampur antara urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, juga melakukan pekerjaan tersebut dengan keterampilan dan keahlian kita yang maksimal. Keterampilan inilah yang mendorong kita untuk menjadi pribadi yang profesional. Namun, tak jarang ditemukan adanya seorang public relation yang tidak profesional. Dia membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Disaat presentasi di depan klien raut muka ataupun wajahnya sangat menggambarkan jika dia tidak bersedia melakukan presentasi itu. Adanya suatu unsur keterpaksaan disaat itu juga. Keterpaksaan dari unsur eksternal yakni dari perusaahannya yang menginginkan dia agar tetap menlajankan profesinya apapun yang terjadi pada dirinya. Berbicara mengenai skill dan kemampuan seorang public relation harus memiliki kemampuan yang dapat menguatkan dirinya dalam menjalankan profesinya. Skill dalam public relation diantaranya adalah harus mampu memepengaruhi orang lain untuk ikut ataupun percaya dengan apa yang di sampaikan olehnya . Disini seorang public relation harus mampu berbicara di depan umum dengan mempertanggung jawabkan apa yang di utarakan olehnya. Pertanggungjawaban atas statement secara lisan harus dilakukan, seorang public relation yang tidak dapat mempertanggungjawabkan apa yang diutarakannya akan menurunkan citra perusahaan dan dirinya sendiri, yang nantinya dia tidak akan dipercaya oleh masyarakat lagi. Mempertanggungjawabkan apa yang diutarakan memang sulit bagi seorang public relation yang tidak memiliki dasar ataupun sumber yang akurat. Namun, itu menjadi hal yang sangatlah mudah bagi seorang public relation yang sudah mengkaji terlebih dahulu sebelum mempublikasikannya ke khalayak umum. Seorang public relation harus memiliki perbendaharaan kata yang banyak tidak hanya banyak namun juga harus memiliki ilmu pengtahuan yang luas dan menggunakan kalimat yang efisien. Pengetahuan yang luas dalam arti mengetahui berita ataupun peristiwa apa yang sedang hangat dibicarakan di dalam negri ataupun luar negri. Adapun seorang public relation yang tidak haus akan informasi adalah seseorang yang tidak berniat mengeyam pfosi tersebut. Seorang public relation seharusnya memiliki integritas pribadi yang tinggi. Baik terhadap diri sendiri sebagai pekerja public relation maupun terhadap publik, pemimpin, organisasi perusahaan, dan juga penggunaan media massa sehingga bisa menjaga nama baik perusahaan. Citra perusahaan berada di public relation itu sendiri. Dimana, public relation seolah-olah sebagai kulit terluar sebuah instansi/perusahan. Sehingga, seorang public relation harus mampu membaca situasi sekitar untuk dapat mengambil sebuah keputusan tindakan. Memang, penampilan seorang public relaltion sangatlah diperhatikan baik body language saat dia berbicra ataupun gaya berpakainnya, namun tidak jadi jaminan penampilan mencerminkan profesionalitas dari public relation. Perkataan juga tidak menjadi landasan kita menilai profesionalitas seseorang. Terkadang pernyataan yang di utarakan tidak sesuai dengan yang nyatanya, itu hanyalah tuntutan profesi yang mau tidak mau harus di utarakan.
Hambatan Public Relation
Komunikasi sering menjadi terhambat karena ketiadaan media-media modern untuk menyebarluaskan informasi. Selain itu, walaupun media modern sudah tersedia tetapi masih ada satu kendala, yaitu tingkat buta huruf yang cukup tinggi sehingga penggunaan media modern masih kurang optimal. Bahasa daerah yang beragam dan masih menjadi bahasa dasar serta larangan-larangan lokal juga tak jarang menghambat proses komunikasi. Hambatan juga bisa dari ketertinggalan akan komunikasi massa. Sirkulasi koran yang ada masih sangat terbatas dan koran tersebut belum bisa memenuhi standar koran yang seharusnya. Selain itu, sebagian besar tidak membaca koran karena buta huruf dan memang tidak berminat. Saya dan mereka lebih suka mendengar radio atau menonton televisi yang bersifat hiburan dan acara yang disediakan oleh media radio dan televisi juga belum bisa menjangkau seluruh kalangan karena sangat bervariasanya bahasa yang ada. Hambatan yang cukup sulit menjadi public relation ataupun (calon) public relation adalah mendidik pasar. Dalam artian, jika sebuah produk di pasarkan merek dan label saja tidak cukup berada dalam kemasan. Kemampuan public relation dalam memaparkan cara penggunaan ataupun pemakainnya sangatlah peting. Pemaparan dilakukan pada saat produk tersebut hendak di iklankan. Public relation harus mampu meyakinkan khalayak bahwa produknya itu baik dan mudah digunkan. Inilah beberapa masalah umum yang banyak terjadi pada public relations dalam menjalankan tugasnya maka public relation harus berusaha lebih keras untuk mengatasi masalah tersebut. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan kerjasama dari berbagai pihak karena memiliki tujuan yang sama. Di Indonesia sangat diharapkan s yang baik dan profesional tidak hanya ekspetasi namun juga realita.
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik