BIDANG KEGIATAN
PKM-RE
Disusun oleh :
Kelompok
ii
Nama Nama
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN USULAN PKM PENELITIAN EKSAKTA........................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................4
2.1 Edukasi Kesehatan .............................................................................................4
2.2 Penyakit Tuberculosis.........................................................................................4
2.3 Pemantauan Kesehatan TBC ..............................................................................5
2.4 Aplikasi TB-Insight ............................................................................................6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian .........................................................8
3.2 Metode Penelitian ...............................................................................................8
3.3 Alat dan Bahan ...................................................................................................8
3.4 Pengumpulan Data .............................................................................................8
3.5 Perancangan Sistem Aplikasi .............................................................................9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .............................................................. 11
4.1 Anggaran Biaya ................................................................................................ 11
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Global Tuberculosis Report yang dipublikasikan oleh WHO
pada tahun 2020, menyatakan bahwa terdapat 10 juta orang yang menderita
tuberkulosis (TBC) di seluruh dunia dengan menyebabkan sebanyak 1,2 juta orang
meninggal setiap tahunnya. Negara Indonesia menjadi salah satu negara dengan
penderita penyakit TBC terbanyak di dunia yang diperkirakan terdapat sebanyak
845.000 penderita TBC dengan angka kematian sebanyak 98.000. Jumlah tersebut
berarti terdapat 11 kematian di setiap jam akibat dari penyakit TBC. Berdasarkan
angka jumlah kasus TBC tersebut, terdapat 67% kasus yang telah ditemukan dan
mendapatkan pengobatan, sedangkan sisanya sebanyak 283.000 pasien TBC belum
mendapatkan pengobatan dan memiliki peluang untuk menjadi sumber penyebaran
TBC bagi orang yang berada di sekitarnya (Kemenkes, 2021)
Tuberkulosis di Indonesia menjadi masalah serius karena penularannya
sangat mudah. Temuan kasus baru dan akses terhadap pengobatan menjadi hal
terpenting supaya penanganan TB berhasil. Satu seperampat abad atau 125 tahun
sudah bakteri tuberkulosis (TB) ditemukan. Upaya mengenyahkan penyakit ini
terus dilakukan, baik dalam skala global maupun lokal. Namun, semakin keras
usaha melawan TB, semakin pintar juga bakteri TB berkelit. Akibatnya, pengobatan
penyakit ini menemui banyak jalan buntu. Alih-alih lenyap, justru bakteri semakin
resisten dan multi restisten (Sulistyono, 2013)
Keberhasilan pengobatan TBC terhambat oleh sejumlah faktor yang diketahui.
Salah satu faktor utama terhambatnya keberhasilan pengobatan adalah
ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan keterlambatan diagnosis atau deteksi
kasus TBC. Untuk mengatasi faktor utama ini, tingkat keberhasilan pengobatan dan
deteksi TBC harus ditingkatkan dengan perilaku dan perhatian khusus dari petugas
kesehatan dan pasien. Dalam menangani kasus TBC, panjang waktu pengobatan
menjadi masalah bagi pasien dan petugas kesehatan. Pasien TBC aktif diharapkan
dapat berobat dan menjalankan pengobatan sesuai instruksi dengan perilaku
kepatuhan tinggi, dan petugas diharapkan dapat mendeteksi dan membimbing
pasien TBC dengan melakukan skrining dan pemantauan minum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Edukasi Kesehatan
Belajar dari ketidaktahuan tentang pentingnya kesehatan dan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah kesehatan sendiri dikenal sebagai
Edukasi kesehatan. Pengetahuan individu, kelompok, dan masyarakat menentukan
kemampuan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pengetahuan
adalah hasil dari pengindraan terhadap suatu objek melalui indra rasa, raba,
pendengaran, penglihatan, dan penciuman.
Menurut Maulana tahun 2009, pendidikan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan dan menanamkan
keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga
ingin dan dapat melakukan anjuran kesehatan saat ini.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang cara menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Oleh karena itu,
jelas bahwa upaya yang signifikan diperlukan untuk penyebaran dan penyebaran
informasi dalam upaya untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan
perilaku positif (Maulana, 2009).
Tujuan Edukasi kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun
1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan
disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan
lainnya
Sasaran edukasi kesehatan adalah untuk mengajar individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat untuk berperilaku sehat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Ini dilakukan baik di rumah, di puskesmas, maupun di
masyarakat secara terorganisir. Menurut pendidikan kesehatan, perilaku individu,
kelompok, atau masyarakat dapat berdampak positif pada pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan. Sebelum intervensi dilakukan, analisis terhadap masalah
perilaku harus dilakukan agar upaya atau intervensi tersebut efektif (Notoatmodjo,
2007).
2.2 Penyakit Tuberculosis
Bakteri Mycobaciterium tuberculosis adalah penyebab penyakit tuberkulosis
menular. Berbagai spesies bakteri Mycobacterium termasuk M. tuberculosis, M.
africanum, M. bovis, dan M. Leprae. Bakteri TBC dapat bertahan hidup dalam
5
lingkungan asam, yang disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Selain bakteri
Mycobacterium tuberculosis, beberapa kelompok bakteri lain dapat menyerang
saluran pernafasan. Bakteri ini disebut Mycobacterium Other Than Tuberculosis
(MOTT), dan keberadaan bakteri ini dapat menyulitkan proses diagnosis dan
pengobatan TBC (Kemenkes, 2018).
Pasien TBC paru akan mengalami batuk dan dahak selama minimal dua
minggu. Selain gejala batuk berdahak, penderita mengalami gejala tambahan
seperti kesulitan dalam bernafas, dahak bercampur darah, batuk darah, badan terasa
lemas, massa tubuh berkurang, nafsu makan berkurang, malaise, demam meriang
yang bertahan lebih dari satu bulan, dan mengeluarkan keringat pada malam hari
bahkan saat tidak bergerak. Batuk pada pasien yang terinfeksi HIV biasanya bukan
gejala TBC tunggal; oleh karena itu, tanda batuk tidak selalu berlangsung selama 2
minggu atau lebih.
kasus, perubahan karakteristik demografis pasien, serta deteksi dini pola resistensi
obat.Data yang dikumpulkan melalui pemantauan kesehatan TB digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas program pengendalian TB yang sedang berlangsung.
Evaluasi ini dapat mencakup penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan strategi
pencegahan dan pengobatan, serta identifikasi area-area yang memerlukan
perbaikan.
Hasil dari pemantauan kesehatan TB dilaporkan secara berkala untuk
digunakan oleh pihak-pihak terkait, termasuk penyedia layanan kesehatan, peneliti,
dan pembuat kebijakan. Informasi yang diperoleh dapat membantu dalam
pengambilan keputusan yang tepat dan perencanaan program yang lebih efektif.
Pemantauan kesehatan TB juga berperan dalam pencegahan dan pengendalian
penyebaran penyakit. Identifikasi kasus-kasus baru, penelusuran kontak, dan
tindakan pengobatan yang cepat dapat membantu mengurangi risiko penyebaran
TB di masyarakat.
2.4 Aplikasi TB-Insight
Pembuatan aplikasi TB-Insight merupakan inovasi yang signifikan dalam
upaya pemantauan kesehatan pasien tuberkulosis (TB). Aplikasi ini dirancang
untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi proses pemantauan, diagnosis,
dan pengelolaan pasien TB secara holistik. Dengan memanfaatkan teknologi
informasi, TB-Insight tidak hanya memberikan alat yang canggih bagi para
profesional kesehatan, tetapi juga memberikan dampak positif pada tingkat
pelayanan dan hasil pengobatan.
Aplikasi TB-Insight menyediakan berbagai fitur yang dirancang khusus untuk
mendukung pemantauan kesehatan pasien tuberkulosis. Salah satu fitur kunci
adalah sistem pencatatan elektronik yang menyediakan akses mudah dan terpusat
terhadap riwayat kesehatan pasien, termasuk data klinis, hasil tes laboratorium, dan
informasi pengobatan. Dengan adanya sistem ini, para profesional kesehatan dapat
dengan cepat mengakses informasi penting untuk mendukung pengambilan
keputusan yang tepat.
Selain itu, TB-Insight juga dilengkapi dengan fitur pemantauan jarak jauh
yang memungkinkan para profesional kesehatan untuk mengakses data pasien
secara real-time. Hal ini sangat berguna dalam situasi di mana pemantauan
berkelanjutan diperlukan, seperti selama periode pengobatan pasien TB. Dengan
demikian, TB-Insight membantu mengatasi tantangan terkait aksesibilitas dan
kecepatan dalam proses pemantauan.
Aplikasi ini juga menyediakan modul pelaporan yang terintegrasi,
memungkinkan para profesional kesehatan untuk dengan mudah melaporkan kasus
TB, mencatat kemajuan pasien, dan menyampaikan informasi penting kepada pihak
yang berkepentingan, termasuk lembaga kesehatan, badan pemerintah, dan
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2024 di Puskesmas
*untuk tempat penelitian detailnya bisa diisi sesuai yang diinginkan*
3.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode survei lapangan digunakan untuk menemukan
dan menganalisis masalah yang terdiri dari 3 tahapan yakni menemukan dan
menganalisis masalah, pembuatan aplikasi dan mengembangkan sistem, dan
membuat laporan. Survei lapangan ini diikuti dengan pengumpulan berkas yang
diperlukan dan wawancara terhadap pemimpin serta petugas yang terkait dengan
penelitian. Pengembangan aplikasi menggunakan System Development Life Cycle
(SDLC) model waterfall. Sementara pembuatan laporan berfungsi sebagai
dokumentasi penelitian.
2 Wawancara dan
Pengumpulan Data
3 Perancangan Sistem
4 Penggunaan Aplikasi
5 Analisa data dan pelaporan
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2021).
Laporan Nasional Riskesdas 2021. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.