PROGRAM TUBERCULOSIS
1
LEMBAR PENGESAHAN
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya Pedoman Kesehatan Pengendalian Tuberkulosis UPTD Puskesmas
Lontar dapat diselesaikan dengan baik.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana Kesehatan
Pengendalian Tuberkulosis dan tenaga kesehatan lain guna pelayanan di dalam gedung
maupun luar gedung wilayah kerja UPTD Puskesmas Lontar yang berkualitas.
Pedoman ini mencakup Kebijakan Pelayanan Kesehatan Pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen pelayanan di
Puskesmas baik kegiatan dalam gedung maupun kegatan luar gedung
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan
Pedoman Kesehatan Pengendalian Tuberkulosis UPTD Puskesmas Lontar.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... 2
KATA PENGANTAR................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................
C. Sasaran................................................................................................
D. Ruang lingkup......................................................................................
E. Batasan operasional............................................................................
BAB II STANDART KETENAGAAN......................................................................
A. Kualifikasi sumber Daya Manusia........................................................
B. Distribusi Ketenagaan...........................................................................
C. Jadwal Kegiatan...................................................................................
BAB III STANDART FASILITAS............................................................................
A. Denah Ruangan...................................................................................
B. Standart Fasilitas.................................................................................
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN..................................................................
A. Lingkup Kegiatan.................................................................................
B. Metode................................................................................................
C. Langkah Kegiatan.............................................................................
BAB V LOGISTIK..............................................................................................
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN...............................................
BABVII KESELAMATAN KERJA.......................................................................
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.......................................................................
BAB IX PENUTUP.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Program kesehatan TBC sudah mulai diperkenalkan di dunia sejak awal
tahun 1995. Selama lebih dari 21 tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam
upaya pengendalian dengan strategi DOTS dengan cara penemuan kasus terduga,
pengobatan penyakit sampai sembuh, pengawasan menelan obat, penyuluhan ,
contact tracing, kunjungan kasus baru,dan pelacakan pasien TBC mangkir.
Petugas puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian
pelayanan kepada pasien TBC melaui perlakuan yang disesuaikan dengan strategi
TBC DOTS. Melihat kebutuhaan pasien dan memperhitungkan tugas puskesmas
sebagai barisan terdepan pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat,
sudah seharusnya puskesmas memberikan pelayanan yang layak kepada pasien
sebagai salah satu kelompok masyarakat yag dilayani.
Di wilayah kerja Puskesmas Lontar Surabaya memiliki pasien TBC selama
tahun 2018 sebanyak 40 orang.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dilaksanakannya pengendalian tuberkulosis di masyarakat
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah pasien TBC yang dirujuk oleh masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan yang tercatat
2. Meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien TBC yang diawasi oleh
masyarakat atau organisasi kemasyarakatan yang tercatat
3. Menurunkan angka putus berobat pasien TBC yang diawasi oleh
masyarakat atau organisasi kemasyarakatan yang tercatat
C. SASARAN
1. Orang – orang yang kontak erat dengan pasien TBC yang belum diobati
2. Orang yang status gizinya rendah
3. Orang dengan daya tahan tubuh rendah
4. Bayi dan anak – anak yang kontak erat dengan pasien TBC BTA positif
5. Orang dengan HIV dan AIDS
6. Orang dengan DM
D. RUANG LINGKUP
D.1 Kebijakan Pelayanan di wilayah kerja Puskesmas
Kebijakan yang pengendalian TBC bertujuan untuk :
1. Pengendalian TBC dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam
kerangka otonomi dengan kabupaten / kota sebagai titik berat manajemen
program, yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya ( dana, tenaga,
sarana dan prasarana )
2. Pengendalian TBC dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
sebagai kerangka dasar dan memperhatikan strategi global untuk
pengendalian TBC
3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah
terhadap program pengendalian TBC
4. Penguatan pengendalian TBC dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya TBC resisten obat
5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TBC
dilaksanakan oleh seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ) dan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut ( FKRTL )
6. Pengobatan untuk TBC tanpa penyulit dilaksanakan di FKTP dan
pengobatan TBC dengan tingkat kesulitan yang tidak dapat ditatalaksana
di FKTP akan dilakukan di FKRTL dengan mekanisme rujuk balik apabila
faktor penyulit telah dapat ditangani
7. Pengendalian TBC dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama dan
kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan
masyarakat.
8. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan
ditujukan untuk untuk peningkatan mutu dan akses layanan
9. Obat anti tuberkulosis ( OAT ) untuk pengendalian TBC diberikan secara
cuma – cuma dan dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi
menjamin ketersediaannya
10. Ketersediaanya tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja program
11. Pengendalian TBC lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan lainnya terhadap TBC
12. Pasien TBC tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya
13. Memperhatikan komitmen terhadap pencapaian target strategi global
pengendalian TBC
A. Denah Ruangan
Ruangan untuk pelayanan poli TBC berada di lantai 1 bangunan Puskemas Lontar,
serta dilengkapi exhause dan pencahayaan yang cukup.
B. Standart Fasilitas
Standar fasilitas penggunaan untuk keperluan pelayanan program TBC di
Puskesmas Lontar sebagian dari dinas kesehatan kota surabaya dan dana dari
puskesmas.
Komputer dan printer yang digunakan di UPTD Puskesmas Lontar berasal dari
Dinas Kesehatan Kota.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup pelayanan TBC meliputi :
1. Penjaringan Suspek TBC dilakukan di poli umum
2. Pasien yang memenuhi kriteria suspek dirujuk ke laoratorium
3. Pasien menunggu hasil laboratorium dengan di obati obat simtomatis
4. Pasien yang sudah dinyatakan TBC positif di obati sesuai dengan prosedur
pengobatan dengan menggunakan obat Anti Tuberculosis (OAT)
B. Metode
Metode Pelayanan TBC yaitu dengan :
1. Menjaring suspek dengan pasien yang mempunyai keluhan sesuai gejala
TBC (Batuk lama berdahak lebih dari 2 minggu, atau bercampur darah)
2. Pasien yang memenuhi kriteria gejala TBC dilakukan pemeriksaan dahak
dengan metode SP (Pagi-Sesaat) yang dilakukan selama 2 hari.
3. Hasil laboratorium yang sudah ada , dan menyatakan pasien positif TBC
pasien diobati sesuai dengan prosedur pengobatan dengan stategi Dots.
4. Pasien pengobatan rutin selama 6 bulan.
C. Langkah Kegiatan
Langkah – langkah pelayanan TBC sesuai dengan SOP pengobatan TBC Paru
1. Pasien mendaftar di Unit Pendaftaran dan Kasir
2. Pasien masuk ruang TBC setelah mendapat panggilan
3. Pasien menyerahkan kartu identitas pasien TBC ( TBC 02 )
4. Pasien mendapat obat sesuai perencanaan program TBC DOTS
5. TBC Kategori 1
5.1 Fase Intensif, OAT merah, berisi Isoniasid (H), Rifampisin ( R ),
Pirazinamid ( Z ) dan Etambutol ( E ), diberikan untuk 2 minggu, diminum
setiap hari, Pengobatan fase intensif selama 2 bulan
5.2 Periksa BTA satu minggu sebelum fase intensif selesai
a) Hasil negatif dilanjutkan ke fase lanjutan yang 4 bulan
b) Hasil positif dilanjutkan ke fase lanjutan tetapi setelah 1 bulan periksa
dahak lagi dan disuspek TBC MDR
5.3 Fase Lanjutan, OAT warna kuning berisi Isoniasid ( H ) Rifampisin ( R ),
diberikan selama 2 minggu , di minum Senin – Rabu – Jumat, Pengobatan
fase lanjutan selama 4 bulan
5.4 Periksa BTA bulan ke 5 dan bulan ke 6
a) Apabila hasil negatif dilanjutkan sampai akhir pengobatan
b) Apabila hasil positif dilanjutkan ke TBC kategori 2
5.5 Apabila hasil BTA negatif 2 kali,pasien dinyatakan pengobatan lengkap
dan apabila hasil BTA negatif 3 kali pasien dinyatakan sembuh
6. TBC Kategori 2
6.1 Fase Intensif, Injeksi Streptomyscin setiap hari selam 2 bulan, dan OAT
warna merah berisi Isoniasid ( H ), Rifampisin ( R ), Pirazinamid ( Z ), dan
Etambutol ( E ) diminum setiap hari, diberikan untuk 1 minggu selama 3 bulan
6.2 Periksa BTA satu minggu sebelum fase intensif lanjutan
6.2.1 Apabila hasil negatif dilanjutkan ke fase lanjutan
6.2.2 Apabila hasil positif dilanjutkan ke fase lanjutan setelah 1 bulan fase
lanjutan periksa dahak lagi
6.3 Fase lanjutan, OAT warna orange berisi Etambutol ( E ) dan OAT kuning
berisi Isoniasid ( H ) dan Rifampisin ( R ) diberikan selama 2 minggu
Senin- Rabu – Jumat. Pengobatan fase lanjutan selama 5 bulan
6.4 Periksa BTA bulan ke 7 dan bulan ke 8
6.4.1 Apabila hasil negatif dilanjutkan
6.4.2 Apabila hasil positif dirujuk ke poli MDR untuk Kultur dan tes
sensitivitas OAT
6.5 Apabila hasil BTA 2 kali negatif pasien dinyatakan pengobatan lengkap, dan
apabila hasil BTA 3 kali negatif dinyatakan sembuh.
7. Mendokumentasikan pada kartu identitas pasien ( TBC 02 ) dan kartu status
pasien
BAB V
LOGISTIK
KESELAMATAN KERJA
PENGENDALIAN MUTU
PENUTUP