Kementerian Kesehatan
Tahun 2023
0
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN
II. KASUS FRAMBUSIA
III. KONSEP PENGHENTIAN PENULARAN FRAMBUSIA
IV. PENYELIDIKAN
A. Tujuan
B. Prinsip
C. Pelaksanaan
1. Penegakan diagnosis kasus
2. Konfirmasi kasus frambusia
3. Pelacakan kasus frambusia di antara kontak erat
4. Pemeriksaan penduduk sekitar lokasi kejadian
5. Analisis
a. Penyajian Data
1) kurva epidemi kasus frambusia konfirmasi harian menurut wilayah
2) peta sebaran kasus frambusia menurut tempat tinggal dan lokasi kontak
b. Analisa data cluster frambusia
6. Investigasi ulang
7. Kesimpulan Investigasi Frambusia
8. Laporan Investigasi Frambusia
V. POPM Frambusia Kasus Kontak
A. Tujuan
B. Dasar Penetapan
C. Metode
1. Prinsip POPM Kasus Kontak
2. Obat frambusia
3. Sasaran
4. Pelaksanaan POPM Kasus Kontak
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Kasus Kontak Frambusia
6. Monitoring dan Evaluasi
VI. POPM Frambusia Total Penduduk
A. Tujuan
B. Dasar Penetapan
C. Metode
1. Prinsip POPM Total Penduduk
2. Obat frambusia
3. Sasaran
4. Pelaksanaan POPM Total Penduduk
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total Penduduk frambusia
6. Monitoring dan Evaluasi
VII. SURVEILANS KETAT selama periode kejadian
A. Tujuan
B. Prinsip
C. Pelaksanaan
D. Analisis dan Respon
LAMPIRAN
Penanggulangan Frambusia : 1
I. PENDAHULUAN
Frambusia yang tidak diobati, sebagian sembuh sendiri, sebagian lagi
akan berkembang ke stadium sekunder, dan tertier. Stadium primer dan
sekunder sangat menular dengan cara kontak langsung dengan lesi
penderita frambusia.
Dewasa ini, pengobatan frambusia cukup mudah, yaitu dengan memberi
antibiotik azitromisin dosis tunggal sesuai dosis, frambusia sembuh dan
lesi akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu setelah minum obat dan
penularan dapat dihentikan.
Frambusia hanya hidup pada manusia, dan oleh karena itu, jika
pengobatan terhadap kasus frambusia (aktif) dan semua orang yang
diduga terinfeksi (kontak fisik dengan penderita) secara serentak
bersamaan pada satu wilayah penularan dilakukan, maka sumber
penularan dapat ditiadakan dalam wilayah tersebut dan penularan
setempat berkelanjutan dapat dihentikan.
Penanggulangan Frambusia : 2
II. KASUS FRAMBUSIA
Penanggulangan Frambusia : 3
a. kasus suspek frambusia dengan riwayat kontak erat dengan
kasus frambusia RPR positif
b. kasus suspek frambusia yang tinggal/berada satu desa atau satu
kelas/satu tempat kerja (fisik) dengan kasus frambusia RPR
positif
Frambusia sangat menular melalui kontak langsung, oleh karena itu, jika
ditemukan adanya kasus frambusia sebagai sumber penularan atau
kasus frambusia di antara kontak erat, akan memperkuat diagnosis
frambusia dan sekaligus membuktikan adanya penularan setempat.
Penanggulangan Frambusia : 4
III. KONSEP PENGHENTIAN PENULARAN
FRAMBUSIA
4. Penyuluhan/Pemberdayaan
a. memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan petugas
b. mendorong partisipasi masyarakat untuk menemukan dan
melaporkan
Penanggulangan Frambusia : 5
IV. PENYELIDIKAN
A. Tujuan
a. Memastikan diagnosis frambusia
b. Menentukan status penularan (tidak ada penularan, adanya
penularan setempat atau penularan massal)
c. Menetapkan gambaran epidemiologi frambusia (WTO-waktu,
tempat dan orang)
d. Rekomendasi upaya menghentikan penularan frambusia
B. Prinsip
● kasus suspek frambusia dipastikan telah dilakukan pengujian RDT
dan atau diikuti dengan pengujian RPR. Lihat bahasan Frambusia,
KLinis dan Pengobatan
● Ketika ada kasus frambusia konfirmasi (kasus indeks), maka
segera dilakukan penyelidikan dengan melakukan pelacakan
adanya kasus-kasus lainnya diantara kontak erat, baik kontak erat
serumah, sepermainan, satu kelas dan pemeriksaan frambusia
pada penduduk di lokasi kejadian.
● Setiap kasus suspek frambusia yang ditemukan diuji dengan RDT.
● Kasus suspek frambusia dengan RDT positif adalah kasus frambusia
konfirmasi. Lihat bahasan Frambusia, diagnosis dan
pengobatannya.
● Adanya sejumlah kasus frambusia konfirmasi yang berhubungan
secara epidemiologis (satu wilayah dalam periode waktu 3 bulan)
mengindikasikan adanya penularan setempat.
● Sebaran menurut waktu (kura epidemi), wilayah dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat digunakan untuk mendeskripsikan
gambaran epidemiologi frambusia dan menentukan level
penularannya dan menentukan upaya penanggulangan yang tepat
Penanggulangan Frambusia : 6
Penanggulangan Frambusia : 7
C. Pelaksanaan
Penanggulangan Frambusia : 8
kasus suspek frambusia atau DD frambusia, dan dilakukan
wawancara serta pemeriksaan, menggunakan Register Frambusia
Puskesmas.
d. Setiap kasus suspek frambusia/DD diantara kontak erat diuji
dengan RDT.
e. Kasus suspek frambusia/DD diantara kontak erat dengan RDT
positif adalah kasus konfirmasi frambusia (konfirmasi-kontak).
f. Kasus suspek frambusia/DD yang tinggal di desa/kelurahan yang
terdapat penularan frambusia juga merupakan kasus konfirmasi
frambusia (konfirmasi-kontak). Lihat artikel “Frambusia, Diagnosis
dan Pengobatan”
b. Pelaksanaan
Ada 2 cara pelaksanaan pemeriksaan frambusia di pemukiman
penduduk, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan,
yaitu membuka pos pelayanan, kunjungan dari rumah ke rumah
atau kombinasi.
1) POS Pelayanan
Membuka pos pelayanan dengan harapan warga yang menderita
lesi kulit, terutama kasus frambusia datang berobat
a) membuka pos pelayanan pengobatan di RT/RW/desa yang
terdapat penularan frambusia, dikhususkan bagi anak-anak
dan dewasa yang menderita lesi di kulit.
b) Setiap orang yang dilakukan pemeriksaan/pengobatan dicatat
dalam formulir Pelayanan Puskesmas Keliling
c) Warga berobat yang menunjukkan lesi frambusia, ditetapkan
sebagai kasus suspek frambusia atau DD frambusia, dan
dilakukan wawancara serta pemeriksaan, menggunakan
Register Frambusia Puskesmas.
d) Setiap kasus suspek frambusia/DD yang ditemukan diuji
Penanggulangan Frambusia : 9
dengan RDT.
e) Kasus suspek frambusia/DD dengan RDT positif adalah kasus
konfirmasi frambusia (konfirmasi-kontak). Kasus suspek
frambusia/DD yang tinggal di desa/kelurahan yang terdapat
penularan frambusia merupakan kasus konfirmasi frambusia
(konfirmasi-kontak). Lihat artikel “Frambusia, Diagnosis dan
Pengobatan”
f) Setiap lesi dicurigai suspek frambusia/diagnosis banding
frambusia dilakukan pemeriksaan lanjutan (Register Pos
Pelayanan Pengobatan)
5. Analisis
a. Penyajian Data
1) kurva epidemi kasus frambusia konfirmasi harian
menurut wilayah
2) peta sebaran kasus frambusia menurut tempat tinggal
dan lokasi kontak
Penanggulangan Frambusia : 10
berhubungan secara epidemiologis, merupakan indikasi adanya
penularan setempat
Indikasi penularan telah cukup luas :
1) terdapat 2 cluster atau lebih yang tidak jelas hubungannya satu
dengan yang lain
2) terdapat penularan berkelanjutan (kasus indeks → menular pada kasus 1 →
menular pada kasus 2 → dst)
6. Investigasi ulang
Investigasi 1,2,3 dan 4 tersebut dapat diulang sesuai kebutuhan
berdasarkan analisis keberhasilan upaya penanggulangan kejadian
frambusia.
Setiap ditemukannya kasus frambusia konfirmasi baru, perlu dilakukan
investigasi dan respon penanggulangan yang tepat, sampai penularan
frambusia dapat dihentikan
Investigasi pada 4 minggu dan 8 minggu kasus frambusia
/dilaksanakannya POPM frambusia terakhir untuk memastikan telah
tidak ada penularan frambusia lagi. Obyek dan pelaksanaan investigasi
ini adalah sama dengan investigasi 1,2,3 dan 4
a. Bukan frambusia
1) Suspek frambusia/diagnosis banding frambusia dengan RDT
negatif.
2) Suspek frambusia/diagnosis banding frambusia dengan RDT
positif, RPR negatif
Penanggulangan Frambusia : 11
dan lebih dari satu siklus penularan (cluster besar atau beberapa
cluster)
e. Terbukti sudah tidak ada penularan di wilayah kejadian frambusia
3. Laporan Penyelidikan
Setelah penyelidikan (awal) selesai, segera dibuat laporan hasil
penyelidikan sesuai dengan format Laporan Penyelidikan.
Penanggulangan Frambusia : 12
V. POPM Frambusia Kasus Kontak
A.Tujuan
Menghentikan segera penularan frambusia pada satu komunitas
tertentu (cluster kasus-kontak) karena adanya dugaan terjadinya
penularan frambusia
B.Dasar Penetapan
● Ditemukannya kejadian frambusia, yaitu adanya satu/lebih kasus
frambusia konfirmasi (kasus suspek dengan pemeriksaan RDT
positif dan RPR positif) dan kasus kasus lainnya diantara
kontak/suspek dengan RDT positif atau RDT dan RPR positif
● Kepala Puskesmas atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan pelaksanaan POPM kasus-kontak pada kejadian
frambusia tersebut
C.Metode
1. Prinsip POPM Kasus Kontak
Pemberian obat pencegahan massal kasus-kontak atau disebut
POPM kasus-kontak adalah memberikan obat kepada kasus
frambusia yang ditemukan beserta semua kontaknya secara
serentak diikuti dengan intensifikasi surveilans (surveilans ketat)
Setiap kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan surveilans
ketat, harus segera diikuti dengan melaksanakan POPM kasus dan
kontak lagi, agar mata rantai penularan frambusia dapat dihentikan
di seluruh wilayah yang terjadi penularan frambusia.
2. Obat frambusia
Jenis obat, cara pemberian obat, dosis obat sama dengan obat
pada POPM total penduduk.
a. Jenis Obat. Obat yang digunakan dalam POPM frambusia adalah
Azitromisin dosis tunggal. Bentuk sediaan berupa sirup kering,
tablet, atau kaplet. Obat dapat diberikan pada saat perut
kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan).
Namun, untuk meminimalkan efek mual sebaiknya diberikan
setelah makan.
Penanggulangan Frambusia : 13
3) Apabila tidak tersedia obat Azitromisin, maka dapat digunakan
obat lain sesuai rekomendasi ahli.
3. Sasaran
a. Sasaran pemberian obat antibiotika pada kegiatan POPM kasus-
kontak adalah kasus frambusia dan semua kontaknya dengan
usia 2-69 tahun, kecuali yang ditunda pengobatannya.
Kontak terhadap kasus frambusia adalah :
1) semua orang yang tinggal dalam satu rumah,
2) tetangga sekitar,
3) teman bermain sehari-hari,
4) teman sekelas, dan
5) mereka yang bergaul/memiliki kontak sosial dengan kasus
lebih dari 20 jam per minggu
b. Kontak yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil,
penderita sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM kasus-kontak, masih ditemukan
kasus frambusia konfirmasi baru maka dilakukan POPM kasus-
kontak lagi atau POPM total penduduk sesuai hasil investigasi
atau kajian epidemiologi
Penanggulangan Frambusia : 14
4. Pelaksanaan POPM Kasus Kontak
a. Penetapan adanya kasus frambusia konfirmasi yang dilaporkan
dari kegiatan surveilans frambusia.
b. Investigasi terhadap kasus frambusia untuk mengidentifikasi
adanya kasus frambusia konfirmasi lainnya (lihat Penetapan
Kasus Frambusia Ketika Terjadi Kejadian Frambusia) dan
melakukan pemetaan kontak yang akan mendapat pengobatan.
c. Pelaksanaan POPM kasus-kontak
1) Penyiapan
a) Penyiapan di Puskesmas dan kabupaten/kota, mulai dari
logistik, SDM, formulir diperlukan, dan sistem pencatatan
dan pelaporan serta surat tugas pelaksanaan
penyelidikan dan pelaksanaan POPM kasus-kontak.
b) Penyiapan kasus dan kontak yang akan mendapat
pengobatan. Kasus frambusia, biasanya, segera diobati
ketika ditemukan.
c) Penyiapan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.
2) Pelaksanaan POPM frambusia kasus-kontak.
Pemberian obat antibiotika kepada semua kontak dilakukan
SEGERA ketika kasus frambusia ditetapkan (<72 jam) untuk
mencegah penularan frambusia lebih luas.
3) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal. Dilakukan seiring dengan pelaksanaan
POPM frambusia kasus kontak
d. Melaksanakan surveilans ketat Pasca POPM kasus kontak dengan
kegiatan utama penemuan dini kasus frambusia (lihat Surveilans
Ketat)
e. Setiap kasus frambusia yang ditemukan pasca pelaksanaan
POPM frambusia kasus-kontak SEGERA diikuti dengan
pelaksanaan POPM Kasus dan kontak lagi tidak lebih dari 72 jam
sejak kasus frambusia konfirmasi ditetapkan, demikian
seterusnya sehingga terbukti tidak ada penularan
Penemuan DINI kasus frambusia konfirmasi dan kemudian diikuti
SEGERA dengan kegiatan POPM kasus kontak merupakan
kegiatan kunci dalam upaya menghentikan penularan frambusia
f. Apabila pada satu desa tertentu terdapat penularan yang masih
cukup tinggi atau berkepanjangan, kegiatan POPM total
penduduk dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada satu
desa tertentu tersebut
g. Hasil kegiatan POPM kasus-kontak dicatat dan dilaporkan dengan
menggunakan formulir-formulir yang telah disediakan (lihat
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Kasus Kontak)
Penanggulangan Frambusia : 15
Penanggulangan Frambusia : 16
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM
Kasus Kontak Frambusia
Penanggulangan Frambusia : 17
VI. POPM Frambusia Total Penduduk
A.Tujuan
Tujuan pelaksanaan POPM-total penduduk adalah untuk menghentikan
penularan frambusia di seluruh wilayah Kabupaten/Kota secara cepat dan
efisien
B.Dasar Penetapan
C.Metode
1. Prinsip POPM Total Penduduk
Wilayah kabupaten/kota endemis frambusia
Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut
POPM total penduduk di wilayah endemis frambusia adalah
memberikan obat pencegahan kepada semua penduduk di semua
desa endemis secara serentak bersamaan (total penduduk) diikuti
dengan intensifikasi surveilans. Apabila terdapat kejadian
frambusia dilakukan POPM kasus kontak atau POPM total penduduk
desa kejadian agar mata rantai penularan frambusia dapat
dihentikan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.
Penanggulangan Frambusia : 18
2. Obat frambusia
Jenis obat, cara pemberian obat, dosis obat sama dengan obat
pada POPM total penduduk.
3. Sasaran
a. Sasaran POPM total penduduk adalah semua penduduk di desa-
desa endemis pada satu wilayah kabupaten/kota (wilayah
endemis frambusia) atau semua penduduk wilayah penularan
(wilayah bebas frambusia), dengan usia 2-69 tahun, kecuali
yang ditunda pengobatannya.
b. Penduduk yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil,
penderita sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM total penduduk, masih
ditemukan kasus baru maka dilakukan POPM kasus-kontak atau
POPM total penduduk satu desa sesuai dengan kajian
epidemiologi
Penanggulangan Frambusia : 19
ditetapkan.
5) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pasca Pemberian
Obat
e. Melaksanakan surveilans Pasca POPM total penduduk dengan
kegiatan utama penemuan DINI kasus frambusia.
f. Setiap kasus frambusia SEGERA diikuti dengan melaksanakan
POPM Kasus Kontak atau POPM total penduduk sesuai dengan
kajian epidemiologi, sehingga tidak ada penularan lanjutan.
g. Hasil kegiatan POPM total penduduk dicatat dan dilaporkan
dengan menggunakan formulir-formulir yang telah disediakan
Penanggulangan Frambusia : 20
Total Penduduk di Desa, Puskesmas, Kabupaten/Kota
Indikator
a. Semua desa endemis telah melaksanakan POPM total
penduduk
b. Cakupan POPM total penduduk per desa >80 % sasaran
(yang 20 % adalah yang gagal mendapat obat karena sakit
atau indikasi lain)
c. Surveilans pasca POPM total penduduk berkualitas tinggi
sesuai indikator yang ditetapkan dan setiap adanya kejadian
frambusia diikuti dengan melaksanakan POPM kasus kontak
atau POPM total penduduk desa sesuai hasil kajian,
d. Dengan metode POPM total penduduk tersebut, penularan
frambusia dapat dihentikan kurang dari 6 bulan sejak
dimulainya pemberian obat pencegahan secara massal
kepada penduduk.
Penanggulangan Frambusia : 21
VII. SURVEILANS KETAT selama periode
kejadian
A.Tujuan
1. Menemukan dini kasus frambusia
2. Perkembangan kasus frambusia setempat harian dan mingguan
menurut wilayah spot map, RT, RW, dan desa
3. Membuktikan berhentinya penularan frambusia.
B.Prinsip
● Segera setelah dilaporkan adanya kejadian frambusia dilaksanakan
surveilans ketat.
● Surveilans ketat dilaksanakan di lokasi kejadian frambusia,
terutama dengan melakukan investigasi atau pelacakan kontak erat
kasus frambusia (lihat investigasi).
● Surveilans ketat juga diperluas ke seluruh wilayah Puskesmas dan
Puskesmas-Puskesmas lain di sekitarnya.
● Surveilans ketat dilaksanakan sampai dapat dipastikan penularan
frambusia telah dapat dihentikan, kemudian diteruskan dengan
surveilans dalam keadaan normal (tidak ada kejadian frambusia)
C.Pelaksanaan
Surveilans frambusia secara ketat mulai diterapkan saat ditetapkan
adanya kasus frambusia konfirmasi.
1. Surveilans ketat pada lokasi kejadian frambusia dengan
menerapkan investigasi (ditetapkan wilayah penanggulangan
seluas RT/RW/desa sesuai hasil investigasi dan surveilans). Lihat
investigasi
2. Surveilans ketat pada wilayah lebih luas (Puskesmas, beberapa
Puskesmas atau Kabupaten/Kota sesuai hasil investigasi dan
surveilans). Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Setiap petugas Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan pos
pelayanan kesehatan desa berjangkit dan Puskesmas-
Puskesmas sekitarnya, wajib memiliki kapasitas minimal
dalam mendiagnosa suspek frambusia (lihat panduan
Frambusia, Diagnosis dan Pengobatan) (misal :
lulus/sertifikat quis erafram-qkom)
b. Membagikan media tentang frambusia, diagnosis dan
pengobatan di setiap poliklinik dan pos pelayanan kesehatan,
agar petugas mendapat panduan cepat untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya kasus frambusia di
tempat pelayanannya (lihat contoh)
Penanggulangan Frambusia : 22
c. Pengenalan frambusia kepada guru sekolah dasar dan kader
kesehatan, dengan cara penyuluhan dan membagikan media
frambusia dan tata cara pelaporannya (lihat contoh)
d. Penemuan suspek frambusia dan frambusia konfirmasi
1) penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan
kesehatan (poliklinik Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, pos kesehatan desa, serta pelayanan
kesehatan swasta dan praktek mandiri).
2) penemuan kasus frambusia berdasarkan laporan guru
dan kader serta masyarakat
e. Setiap penemuan kasus frambusia suspek/probable/
konfirmasi wajib segera dilaporkan pada koordinator
eradikasi frambusia Puskesmas
f. Setiap penemuan kasus suspek frambusia, segera dilakukan
pemeriksaan RDT frambusia. Kemudian pada kasus suspek
frambusia RDT positif segera dilakukan pemeriksaan RPR,
sesuai tata cara penegakan diagnosis frambusia.
g. Setiap kasus suspek frambusia, kasus probable dan kasus
frambusia konfirmasi yang ditemukan :
1) dicatat dalam register frambusia Puskesmas
2) dilaporkan segera melalui aplikasi
https://s.id/laporframbusia , pilih menu : Laporan
Kasus Frambusia
h. Analisis perkembangan kasus-kasus frambusia sesuai dengan
tujuan. Analisis ini dilakukan secara periodik harian,
mingguan atau sesuai kebutuhan (sewaktu). Lihat Analisis
dan Respon.
i. Surveilans ketat (langkah 4,5 dan 6) dilaksanakan minimal
sampai 8 minggu sejak kasus terakhir/POPM terakhir (mana
yang lebih akhir)
Penanggulangan Frambusia : 23
Penanggulangan Frambusia : 24
LAMPIRAN
Register Frambusia
Penanggulangan Frambusia : 25
Kisi Kompetensi Pelaksana Eradikasi Frambusia
PENANGGULANGAN KEJADIAN FRAMBUSIA
Penanggulangan Frambusia : 26
A. penyelidikan lapangan, penghentian penularan pada
wilayah berisiko penularan, surveilans dan
penyuluhan/pemberdayaan
B. penemuan dini diperketat, dan setiap kasus frambusia
yang ditemukan segera diobati sampai sembuh
C. pemetaan kasus frambusia yang segera diikuti
pemberian obat secara massal total penduduk
D. survei seluruh wilayah kabupaten/kota, kemudian
segera obati setiap kasus frambusia yang ditemukan
3. Penyelidikan lapangan
Kapan penyelidikan kejadian frambusia mulai dilakukan
A. setelah adanya dugaan kasus frambusia
B. setelah diketahui adanya kasus frambusia konfirmasi
C. setelah diketahui adanya penularan frambusia
D. setelah diketahui adanya kematian karena frambusia
Penanggulangan Frambusia : 27
frambusia serentak bersamaan
B. Pada setiap penderita yang ditemukan, segera dilakukan
pengobatan sampai sembuh dan tuntas, sehingga sumber
penularan tidak ada
C. Isolasi semua penderita frambusia selama masa
penularannya
D. Vaksinasi semua warga di sekitar penderita dengan wilayah
yang luas
5. Surveilans ketat
Dibawah ini tepat sebagai pelaksanaan surveilans frambusia
setelah dilakukan POPM frambusia
A. Survei serologi frambusia secara berkala 6 bulan pada
penduduk wilayah berjangkit penularan frambusia
B. Penemuan kasus frambusia yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan, di sekolah, dan laporan
kader/masyarakat
C. Pemeriksaan adanya frambusia di air sungai, sumur, dan
tandon air warga
D. Pemeriksaan adanya frambusia pada binatang penular
frambusia
Indikator Penanggulangan
a. Cara-cara menghentikan penularan frambusia
Penanggulangan Frambusia : 28
b. Pengertian POPM
c. Persyaratan
d. Kapan pelaksanaannya
e. POPM - obat, sasaran
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Indikator
Penanggulangan Frambusia : 29