Anda di halaman 1dari 30

PENANGGULANGAN KEJADIAN FRAMBUSIA

Jika ada laporan kasus frambusia, apa yang harus dilakukan ?


● Pengobatan kasus
● Penyelidikan lapangan
● Penghentian penularan

Kementerian Kesehatan
Tahun 2023

0
Daftar Isi

I. PENDAHULUAN
II. KASUS FRAMBUSIA
III. KONSEP PENGHENTIAN PENULARAN FRAMBUSIA
IV. PENYELIDIKAN
A. Tujuan
B. Prinsip
C. Pelaksanaan
1. Penegakan diagnosis kasus
2. Konfirmasi kasus frambusia
3. Pelacakan kasus frambusia di antara kontak erat
4. Pemeriksaan penduduk sekitar lokasi kejadian
5. Analisis
a. Penyajian Data
1) kurva epidemi kasus frambusia konfirmasi harian menurut wilayah
2) peta sebaran kasus frambusia menurut tempat tinggal dan lokasi kontak
b. Analisa data cluster frambusia
6. Investigasi ulang
7. Kesimpulan Investigasi Frambusia
8. Laporan Investigasi Frambusia
V. POPM Frambusia Kasus Kontak
A. Tujuan
B. Dasar Penetapan
C. Metode
1. Prinsip POPM Kasus Kontak
2. Obat frambusia
3. Sasaran
4. Pelaksanaan POPM Kasus Kontak
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Kasus Kontak Frambusia
6. Monitoring dan Evaluasi
VI. POPM Frambusia Total Penduduk
A. Tujuan
B. Dasar Penetapan
C. Metode
1. Prinsip POPM Total Penduduk
2. Obat frambusia
3. Sasaran
4. Pelaksanaan POPM Total Penduduk
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Total Penduduk frambusia
6. Monitoring dan Evaluasi
VII. SURVEILANS KETAT selama periode kejadian
A. Tujuan
B. Prinsip
C. Pelaksanaan
D. Analisis dan Respon
LAMPIRAN

Penanggulangan Frambusia : 1
I. PENDAHULUAN
Frambusia yang tidak diobati, sebagian sembuh sendiri, sebagian lagi
akan berkembang ke stadium sekunder, dan tertier. Stadium primer dan
sekunder sangat menular dengan cara kontak langsung dengan lesi
penderita frambusia.
Dewasa ini, pengobatan frambusia cukup mudah, yaitu dengan memberi
antibiotik azitromisin dosis tunggal sesuai dosis, frambusia sembuh dan
lesi akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu setelah minum obat dan
penularan dapat dihentikan.
Frambusia hanya hidup pada manusia, dan oleh karena itu, jika
pengobatan terhadap kasus frambusia (aktif) dan semua orang yang
diduga terinfeksi (kontak fisik dengan penderita) secara serentak
bersamaan pada satu wilayah penularan dilakukan, maka sumber
penularan dapat ditiadakan dalam wilayah tersebut dan penularan
setempat berkelanjutan dapat dihentikan.

Penanggulangan Frambusia : 2
II. KASUS FRAMBUSIA

Definisi Kasus Frambusia


definisi kasus ini diambil dari bahasan “Frambusia, Diagnosis dan
Pengobatan”

● Kasus frambusia suspek (suspek) adalah seseorang yang


menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis frambusia, sebagai
berikut:
a. Papul atau papilloma berbenjol-benjol seperti buah strawberi
b. Ulkus frambusia (dasar berbenjol-benjol seperti buah strawberi
tertutup krusta, dan tidak merasa sakit jika ditekan)
c. Makula papula
d. Hiperkeratosis di telapak tangan atau kaki (early)
e. Perubahan pada tulang dan sendi (early)
f. kasus-kasus yang merupakan diagnosis banding frambusia

● Kasus frambusia probable (probable), adalah kasus frambusia


suspek yang memiliki kontak erat dengan kasus frambusia RPR
positif
Secara teknis, kontak erat dengan kasus frambusia RPR positif
diartikan sebagai:
a. Kontak sosial fisik lebih dari 20 jam per minggu dan
b. Waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi
frambusia yang pertama

● Kasus frambusia RDT positif adalah kasus frambusia suspek


dengan hasil positif pada uji serologi (Rapid Diagnostic
Test/RDT)/TPHA.
Kasus frambusia RDT positif menunjukkan dia pernah terinfeksi
frambusia, tetapi tidak diketahui apakah bakteri frambusia dalam
tubuhnya masih aktif atau tidak. Untuk memastikan bakteri
frambusia masih aktif dapat dilakukan uji RPR
Uji RDT positif bukan diagnosis pasti frambusia, karena juga positif
pada kasus terinfeksi sifilis

● Kasus frambusia RPR positif adalah kasus frambusia suspek atau


kasus frambusia probable dengan hasil positif pada uji serologi
(Rapid Diagnostic Test/RDT)/TPHA dan RPR dan atau uji PCR. Uji
RPR positif menunjukkan kasus frambusia aktif atau masih terdapat
bakteri frambusia dan menular
Uji RPR positif bukan diagnosis pasti frambusia, karena juga positif
pada kasus terinfeksi sifilis

● Kasus frambusia kontak (kasus probable) adalah

Penanggulangan Frambusia : 3
a. kasus suspek frambusia dengan riwayat kontak erat dengan
kasus frambusia RPR positif
b. kasus suspek frambusia yang tinggal/berada satu desa atau satu
kelas/satu tempat kerja (fisik) dengan kasus frambusia RPR
positif

● Kasus Suspek Bukan frambusia adalah kasus frambusia suspek


atau kasus frambusia probable dengan hasil negatif pada uji serologi
(Rapid Diagnostic Test/RDT)/TPHA atau uji RPR/uji PCR. Suspek
bukan frambusia tidak mempunyai riwayat terinfeksi frambusia.

● Kasus frambusia klinis adalah kasus frambusia suspek yang tidak


dilakukan uji serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT)/TPHA

Frambusia sangat menular melalui kontak langsung, oleh karena itu, jika
ditemukan adanya kasus frambusia sebagai sumber penularan atau
kasus frambusia di antara kontak erat, akan memperkuat diagnosis
frambusia dan sekaligus membuktikan adanya penularan setempat.

Penanggulangan Frambusia : 4
III. KONSEP PENGHENTIAN PENULARAN
FRAMBUSIA

Apabila terdapat kasus frambusia konfirmasi, maka SEGERA


dilaksanakan penyelidikan, penghentian penularan,
penyuluhan/pemberdayaan dan surveilans

1. Penyelidikan kejadian frambusia


Penyelidikan dengan melakukan pelacakan kasus frambusia di
antara kontak erat untuk menemukan kasus frambusia lainnya,
menetapkan ada tidaknya penularan dan menentukan upaya
penghentian penularan
Jika ada laporan kasus frambusia, penyelidikan SEGERA dilakukan,
dan diulang pada 4 minggu dan 8 minggu kemudian .

2. Menghentikan penularan dengan memberikan obat azitromisin


(antibiotika) kepada kasus, kontak dan atau total penduduk secara
serentak bersamaan (POPM frambusia).

3. Mengintensifkan surveilans frambusia di wilayah berisiko tinggi


frambusia untuk mendeteksi munculnya penularan baru dan atau
memastikan penularan benar telah berakhir.

4. Penyuluhan/Pemberdayaan
a. memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan petugas
b. mendorong partisipasi masyarakat untuk menemukan dan
melaporkan

Penanggulangan Frambusia : 5
IV. PENYELIDIKAN

Ketika terdapat kasus frambusia konfirmasi, maka segera dilakukan


penyelidikan lapangan pada tempat tinggal kasus, sekolah dan atau
tempat kerja

A. Tujuan
a. Memastikan diagnosis frambusia
b. Menentukan status penularan (tidak ada penularan, adanya
penularan setempat atau penularan massal)
c. Menetapkan gambaran epidemiologi frambusia (WTO-waktu,
tempat dan orang)
d. Rekomendasi upaya menghentikan penularan frambusia

B. Prinsip
● kasus suspek frambusia dipastikan telah dilakukan pengujian RDT
dan atau diikuti dengan pengujian RPR. Lihat bahasan Frambusia,
KLinis dan Pengobatan
● Ketika ada kasus frambusia konfirmasi (kasus indeks), maka
segera dilakukan penyelidikan dengan melakukan pelacakan
adanya kasus-kasus lainnya diantara kontak erat, baik kontak erat
serumah, sepermainan, satu kelas dan pemeriksaan frambusia
pada penduduk di lokasi kejadian.
● Setiap kasus suspek frambusia yang ditemukan diuji dengan RDT.
● Kasus suspek frambusia dengan RDT positif adalah kasus frambusia
konfirmasi. Lihat bahasan Frambusia, diagnosis dan
pengobatannya.
● Adanya sejumlah kasus frambusia konfirmasi yang berhubungan
secara epidemiologis (satu wilayah dalam periode waktu 3 bulan)
mengindikasikan adanya penularan setempat.
● Sebaran menurut waktu (kura epidemi), wilayah dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat digunakan untuk mendeskripsikan
gambaran epidemiologi frambusia dan menentukan level
penularannya dan menentukan upaya penanggulangan yang tepat

Penanggulangan Frambusia : 6
Penanggulangan Frambusia : 7
C. Pelaksanaan

1. Penegakan diagnosis kasus


Kasus suspek frambusia dilakukan uji RDT dan RPR untuk penegakan
diagnosis frambusia. Lihat bahasan Frambusia, Diagnosis dan
Pengobatannya

2. Konfirmasi kasus frambusia


Kasus frambusia yang ditemukan diidentifikasi lebih lengkap sesuai
variabel pada Register Frambusia Puskesmas :
1) Identitas
2) kepastian diagnosis kasus frambusia konfirmasi
3) kelengkapan data kasus sesuai register frambusia (lihat contoh
register frambusia terlampir)
4) peta wilayah keberadaan kasus, lokasi (latitude, longitude)

3. Pelacakan kasus frambusia di antara kontak erat

Secara teknis, kontak erat terhadap kasus Frambusia konfirmasi


diartikan sebagai:
a. Kontak sosial fisik lebih dari 20 jam per minggu
b. Waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi frambusia

Di lapangan ditetapkan sebagai kontak erat adalah :


a. semua orang dalam satu rumah
b. teman sepermainan (fisik) (3 bulan terakhir sebelum sakit)
c. teman satu kelas (3 bulan terakhir sebelum sakit)
d. Berada satu desa/kelurahan yang sedang terjadi penularan
frambusia

Persiapan pelacakan kontak erat


1) formulir Pemeriksaan Kontak Erat Frambusia (terlampir)
2) Register Frambusia Puskesmas (terlampir)
3) Peralatan uji RDT
4) Pembawa spesimen jika diperlukan

Pelaksanaan pelacakan kontak


a. Gunakan formulir sesuai lokasi kontak serumah, tetangga, sekelas,
tempat kerja
b. Catat identitas kontak erat dan data yang diperlukan menggunakan
formulir Pemeriksaan Kontak Erat Frambusia
c. Kontak yang menunjukkan lesi frambusia, ditetapkan sebagai

Penanggulangan Frambusia : 8
kasus suspek frambusia atau DD frambusia, dan dilakukan
wawancara serta pemeriksaan, menggunakan Register Frambusia
Puskesmas.
d. Setiap kasus suspek frambusia/DD diantara kontak erat diuji
dengan RDT.
e. Kasus suspek frambusia/DD diantara kontak erat dengan RDT
positif adalah kasus konfirmasi frambusia (konfirmasi-kontak).
f. Kasus suspek frambusia/DD yang tinggal di desa/kelurahan yang
terdapat penularan frambusia juga merupakan kasus konfirmasi
frambusia (konfirmasi-kontak). Lihat artikel “Frambusia, Diagnosis
dan Pengobatan”

4. Pemeriksaan penduduk sekitar lokasi kejadian


Lokasi kejadian penularan frambusia dan sekitarnya adalah wilayah
berisiko tinggi frambusia. Wilayah penularan dapat saja seluas RT/RW
atau desa/kelurahan yang ditetapkan sesuai dengan hasil penyelidikan.
Kasus–kasus ini perlu diidentifikasi untuk mengetahui luas dan
beratnya penularan yang terjadi di wilayah tersebut.

a. Persiapan pemeriksaan penduduk


1) formulir Pelayanan Puskesmas Keliling/Kunjungan Rumah
2) Register Frambusia Puskesmas (terlampir)
3) Peralatan uji RDT
4) Pembawa spesimen jika diperlukan

b. Pelaksanaan
Ada 2 cara pelaksanaan pemeriksaan frambusia di pemukiman
penduduk, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan,
yaitu membuka pos pelayanan, kunjungan dari rumah ke rumah
atau kombinasi.

1) POS Pelayanan
Membuka pos pelayanan dengan harapan warga yang menderita
lesi kulit, terutama kasus frambusia datang berobat
a) membuka pos pelayanan pengobatan di RT/RW/desa yang
terdapat penularan frambusia, dikhususkan bagi anak-anak
dan dewasa yang menderita lesi di kulit.
b) Setiap orang yang dilakukan pemeriksaan/pengobatan dicatat
dalam formulir Pelayanan Puskesmas Keliling
c) Warga berobat yang menunjukkan lesi frambusia, ditetapkan
sebagai kasus suspek frambusia atau DD frambusia, dan
dilakukan wawancara serta pemeriksaan, menggunakan
Register Frambusia Puskesmas.
d) Setiap kasus suspek frambusia/DD yang ditemukan diuji

Penanggulangan Frambusia : 9
dengan RDT.
e) Kasus suspek frambusia/DD dengan RDT positif adalah kasus
konfirmasi frambusia (konfirmasi-kontak). Kasus suspek
frambusia/DD yang tinggal di desa/kelurahan yang terdapat
penularan frambusia merupakan kasus konfirmasi frambusia
(konfirmasi-kontak). Lihat artikel “Frambusia, Diagnosis dan
Pengobatan”
f) Setiap lesi dicurigai suspek frambusia/diagnosis banding
frambusia dilakukan pemeriksaan lanjutan (Register Pos
Pelayanan Pengobatan)

2) Kunjungan rumah ke rumah


Kunjungan dari rumah ke rumah untuk menemukan
anak/dewasa mengalami frambusia (Formulir Pemeriksaan
Frambusia - Kunjungan Rumah)
a) mendaftar keluarga/rumah yang akan dikunjungi
b) Setiap rumah yang dikunjungi dicatat semua orang yang ada
di rumah, yang diperiksa dan yang menunjukkan lesi
frambusia, dengan menggunakan formulir kunjungan rumah
c) Anggota keluarga yang menunjukkan lesi frambusia,
ditetapkan sebagai kasus suspek frambusia atau DD
frambusia, dan dilakukan wawancara serta pemeriksaan,
menggunakan Register Frambusia Puskesmas.
d) Setiap kasus suspek frambusia/DD yang ditemukan diuji
dengan RDT.
e) Kasus suspek frambusia/DD dengan RDT positif adalah kasus
konfirmasi frambusia (konfirmasi-kontak). Kasus suspek
frambusia/DD yang tinggal di desa/kelurahan yang terdapat
penularan frambusia merupakan kasus konfirmasi frambusia
(konfirmasi-kontak). Lihat artikel “Frambusia, Diagnosis dan
Pengobatan”
f) Setiap lesi dicurigai suspek frambusia/diagnosis banding
frambusia dilakukan pemeriksaan lanjutan (Register Pos
Pelayanan Pengobatan)

5. Analisis
a. Penyajian Data
1) kurva epidemi kasus frambusia konfirmasi harian
menurut wilayah
2) peta sebaran kasus frambusia menurut tempat tinggal
dan lokasi kontak

b. Analisa data cluster frambusia


Apabila terdapat sejumlah kasus frambusia konfirmasi yang

Penanggulangan Frambusia : 10
berhubungan secara epidemiologis, merupakan indikasi adanya
penularan setempat
Indikasi penularan telah cukup luas :
1) terdapat 2 cluster atau lebih yang tidak jelas hubungannya satu
dengan yang lain
2) terdapat penularan berkelanjutan (kasus indeks → menular pada kasus 1 →
menular pada kasus 2 → dst)

6. Investigasi ulang
Investigasi 1,2,3 dan 4 tersebut dapat diulang sesuai kebutuhan
berdasarkan analisis keberhasilan upaya penanggulangan kejadian
frambusia.
Setiap ditemukannya kasus frambusia konfirmasi baru, perlu dilakukan
investigasi dan respon penanggulangan yang tepat, sampai penularan
frambusia dapat dihentikan
Investigasi pada 4 minggu dan 8 minggu kasus frambusia
/dilaksanakannya POPM frambusia terakhir untuk memastikan telah
tidak ada penularan frambusia lagi. Obyek dan pelaksanaan investigasi
ini adalah sama dengan investigasi 1,2,3 dan 4

7. Kesimpulan Investigasi Frambusia

a. Bukan frambusia
1) Suspek frambusia/diagnosis banding frambusia dengan RDT
negatif.
2) Suspek frambusia/diagnosis banding frambusia dengan RDT
positif, RPR negatif

b. Kejadian frambusia belum ada penularan setempat


Terdapat satu kasus frambusia konfirmasi, tetapi tidak terdapat
kasus frambusia di antara kontak kasus frambusia atau sebagai
sumber penularan

c. Kejadian frambusia dengan penularan setempat (cluster)


Terdapat satu kasus frambusia konfirmasi, dan terdapat kasus
frambusia di antara kontak kasus frambusia atau sebagai sumber
penularan, tetapi jumlah terbatas dan dalam satu siklus penularan
(cluster kecil) (di antara kontak serumah, sepermainan, satu kelas,
satu tempat kerja)
d. Kejadian frambusia dengan penularan luas/massal (massal)
Terdapat satu kasus frambusia konfirmasi/lebih, dan terdapat kasus
frambusia di antara kontak kasus frambusia atau sebagai sumber
penularan, tetapi jumlah cukup banyak (terdapat banyak kasus di
luar kontak serumah, sepermainan, satu kelas, satu tempat kerja)

Penanggulangan Frambusia : 11
dan lebih dari satu siklus penularan (cluster besar atau beberapa
cluster)
e. Terbukti sudah tidak ada penularan di wilayah kejadian frambusia

8. Laporan Investigasi Frambusia

1. Pastikan kasus indeks telah dilaporkan


kasus frambusia indeks SEGERA dilaporkan ke Dinas Kesehatan melalui laporan
frambusia online → web
https://s.id/laporframbusia menu Register Frambusia

2. Kasus–kasus suspek dilaporkan


Setiap kali ditemukan kasus frambusia di antara kontak erat, yang
tercatat dalam Register Frambusia Puskesmas, SEGERA dilaporkan
ke Dinas Kesehatan melalui laporan frambusia online

3. Laporan Penyelidikan
Setelah penyelidikan (awal) selesai, segera dibuat laporan hasil
penyelidikan sesuai dengan format Laporan Penyelidikan.

Penanggulangan Frambusia : 12
V. POPM Frambusia Kasus Kontak

A.Tujuan
Menghentikan segera penularan frambusia pada satu komunitas
tertentu (cluster kasus-kontak) karena adanya dugaan terjadinya
penularan frambusia

B.Dasar Penetapan
● Ditemukannya kejadian frambusia, yaitu adanya satu/lebih kasus
frambusia konfirmasi (kasus suspek dengan pemeriksaan RDT
positif dan RPR positif) dan kasus kasus lainnya diantara
kontak/suspek dengan RDT positif atau RDT dan RPR positif
● Kepala Puskesmas atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan pelaksanaan POPM kasus-kontak pada kejadian
frambusia tersebut

C.Metode
1. Prinsip POPM Kasus Kontak
Pemberian obat pencegahan massal kasus-kontak atau disebut
POPM kasus-kontak adalah memberikan obat kepada kasus
frambusia yang ditemukan beserta semua kontaknya secara
serentak diikuti dengan intensifikasi surveilans (surveilans ketat)
Setiap kasus frambusia yang ditemukan pada kegiatan surveilans
ketat, harus segera diikuti dengan melaksanakan POPM kasus dan
kontak lagi, agar mata rantai penularan frambusia dapat dihentikan
di seluruh wilayah yang terjadi penularan frambusia.

2. Obat frambusia
Jenis obat, cara pemberian obat, dosis obat sama dengan obat
pada POPM total penduduk.
a. Jenis Obat. Obat yang digunakan dalam POPM frambusia adalah
Azitromisin dosis tunggal. Bentuk sediaan berupa sirup kering,
tablet, atau kaplet. Obat dapat diberikan pada saat perut
kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan).
Namun, untuk meminimalkan efek mual sebaiknya diberikan
setelah makan.

b. Cara Pemberian Obat


1) Obat Azitromisin diberikan per oral.
2) Apabila terjadi reaksi alergi terhadap azitromisin, maka obat
alternatif lain dapat diberikan.

Penanggulangan Frambusia : 13
3) Apabila tidak tersedia obat Azitromisin, maka dapat digunakan
obat lain sesuai rekomendasi ahli.

c. Dosis Pemberian Obat


1) Obat Azitromisin diberikan dengan dosis 30 mg/kg berat
badan (maksimum 2 gram) atau dosis menurut umur (dosis
tunggal). Obat harus diminum di depan petugas.
2) Pada pelaksanaan di lapangan, pemberian obat Azitromisin
adalah sebagai berikut :

Umur Cara Lama


Nama Obat Dosis
(th) Pemberian Pemberian

Azitromisin 2-5 500 mg, 1 oral dosis


tablet x sehari tunggal

6-9 1000 mg, orql dosis


1 x sehari tunggal

10-15 1500 mg, orql dosis


1 x sehari tunggal

16-69 2000 mg orql dosis


1 x sehari tunggal

3) Petugas sebaiknya menyediakan timbangan untuk


menentukan dosis terutama pada anak yang
pertumbuhannya (penambahan berat badan) tidak sesuai
dengan umur.

3. Sasaran
a. Sasaran pemberian obat antibiotika pada kegiatan POPM kasus-
kontak adalah kasus frambusia dan semua kontaknya dengan
usia 2-69 tahun, kecuali yang ditunda pengobatannya.
Kontak terhadap kasus frambusia adalah :
1) semua orang yang tinggal dalam satu rumah,
2) tetangga sekitar,
3) teman bermain sehari-hari,
4) teman sekelas, dan
5) mereka yang bergaul/memiliki kontak sosial dengan kasus
lebih dari 20 jam per minggu
b. Kontak yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil,
penderita sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM kasus-kontak, masih ditemukan
kasus frambusia konfirmasi baru maka dilakukan POPM kasus-
kontak lagi atau POPM total penduduk sesuai hasil investigasi
atau kajian epidemiologi

Penanggulangan Frambusia : 14
4. Pelaksanaan POPM Kasus Kontak
a. Penetapan adanya kasus frambusia konfirmasi yang dilaporkan
dari kegiatan surveilans frambusia.
b. Investigasi terhadap kasus frambusia untuk mengidentifikasi
adanya kasus frambusia konfirmasi lainnya (lihat Penetapan
Kasus Frambusia Ketika Terjadi Kejadian Frambusia) dan
melakukan pemetaan kontak yang akan mendapat pengobatan.
c. Pelaksanaan POPM kasus-kontak
1) Penyiapan
a) Penyiapan di Puskesmas dan kabupaten/kota, mulai dari
logistik, SDM, formulir diperlukan, dan sistem pencatatan
dan pelaporan serta surat tugas pelaksanaan
penyelidikan dan pelaksanaan POPM kasus-kontak.
b) Penyiapan kasus dan kontak yang akan mendapat
pengobatan. Kasus frambusia, biasanya, segera diobati
ketika ditemukan.
c) Penyiapan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal.
2) Pelaksanaan POPM frambusia kasus-kontak.
Pemberian obat antibiotika kepada semua kontak dilakukan
SEGERA ketika kasus frambusia ditetapkan (<72 jam) untuk
mencegah penularan frambusia lebih luas.
3) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat
Pencegahan Massal. Dilakukan seiring dengan pelaksanaan
POPM frambusia kasus kontak
d. Melaksanakan surveilans ketat Pasca POPM kasus kontak dengan
kegiatan utama penemuan dini kasus frambusia (lihat Surveilans
Ketat)
e. Setiap kasus frambusia yang ditemukan pasca pelaksanaan
POPM frambusia kasus-kontak SEGERA diikuti dengan
pelaksanaan POPM Kasus dan kontak lagi tidak lebih dari 72 jam
sejak kasus frambusia konfirmasi ditetapkan, demikian
seterusnya sehingga terbukti tidak ada penularan
Penemuan DINI kasus frambusia konfirmasi dan kemudian diikuti
SEGERA dengan kegiatan POPM kasus kontak merupakan
kegiatan kunci dalam upaya menghentikan penularan frambusia
f. Apabila pada satu desa tertentu terdapat penularan yang masih
cukup tinggi atau berkepanjangan, kegiatan POPM total
penduduk dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada satu
desa tertentu tersebut
g. Hasil kegiatan POPM kasus-kontak dicatat dan dilaporkan dengan
menggunakan formulir-formulir yang telah disediakan (lihat
Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM Kasus Kontak)

Skematis pelaksanaan kegiatan POPM kasus-kontak dapat dilihat


pada gambar berikut :

Penanggulangan Frambusia : 15
Penanggulangan Frambusia : 16
5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM
Kasus Kontak Frambusia

Hasil kegiatan POPM kasus-kontak segera dilaporkan. Apabila ada


perbaikan laporan karena penambahan jumlah orang yang
mendapat obat pada saat evaluasi lapangan, dibuat laporan
perbaikan. Laporan perbaikan diberi batas waktu sampai akhir
Maret tahun berikutnya.

Laporan pelaksanaan POPM kasus-kontak menggunakan Formulir


Daftar Pemberian Obat Pencegahan Massal (lihat lampiran) dan
Formulir Laporan Cakupan POPM Kasus Kontak Puskesmas, secara
online (https://s.id/laporframbusia)

6. Monitoring dan Evaluasi


Sejak ditetapkannya kegiatan POPM kasus-kontak pada kejadian
frambusia, kegiatan monitoring dan evaluasi juga mulai diterapkan.
Monitoring diterapkan agar setiap tahapan kegiatan pelaksanaan
POPM kasus-kontak dilaksanakan, dan semua kasus dan kontak
sasaran mendapat obat sesuai dosis yang ditetapkan.

Indikator POPM Kasus Kontak Frambusia


a. Semua kasus, dan kasus-kasus lain yang ditemukan serta
semua kontak terhadap kasus-kasus tersebut telah
mendapat obat sesuai dosis
b. Cakupan POPM kasus-kontak adalah semua sasaran
mendapat obat kecuali yang tidak dapat obat karena sakit
atau sebab lain sesuai ketentuan
c. Surveilans pasca POPM kasus-kontak berkualitas tinggi sesuai
indikator yang ditetapkan dan setiap penemuan kasus
frambusia diikuti dengan melaksanakan POPM kasus kontak
lagi sampai tidak ada penularan
Dengan metode POPM kasus kontak tersebut, diharapkan
penularan frambusia dapat dihentikan kurang dari 2 bulan sejak
dimulainya pemberian obat pencegahan kepada kasus-kontak.
Artinya tidak ada indikasi penularan setelah 2 bulan sejak
dimulainya pelaksanaan pengobatan dalam kegiatan POPM kasus-
kontak

Penanggulangan Frambusia : 17
VI. POPM Frambusia Total Penduduk

A.Tujuan
Tujuan pelaksanaan POPM-total penduduk adalah untuk menghentikan
penularan frambusia di seluruh wilayah Kabupaten/Kota secara cepat dan
efisien

B.Dasar Penetapan

● Pada wilayah endemis frambusia ditetapkan desa/kelurahan


endemis frambusia (terdapat kasus konfirmasi frambusia dalam
setahun terakhir) atau terdapat indikasi lingkungan berisiko tinggi
penularan frambusia
● Pada wilayah bebas frambusia, terdapat bukti adanya penularan
setempat yang cukup luas (terdapat beberapa cluster, banyak
kasus atau penularan terus menerus), atau berpotensi terjadi
penularan yang cepat dan luas
● Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat penetapan
POPM total penduduk satu wilayah kabupaten/Kota atau wilayah
penanggulangan tertentu sesuai kajian epidemiologi

C.Metode
1. Prinsip POPM Total Penduduk
Wilayah kabupaten/kota endemis frambusia
Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut
POPM total penduduk di wilayah endemis frambusia adalah
memberikan obat pencegahan kepada semua penduduk di semua
desa endemis secara serentak bersamaan (total penduduk) diikuti
dengan intensifikasi surveilans. Apabila terdapat kejadian
frambusia dilakukan POPM kasus kontak atau POPM total penduduk
desa kejadian agar mata rantai penularan frambusia dapat
dihentikan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

Wilayah bebas frambusia


Pemberian obat pencegahan massal total penduduk atau disebut
POPM total penduduk di wilayah bebas frambusia adalah
memberikan obat pencegahan kepada semua penduduk di wilayah
penularan secara serentak bersamaan (total penduduk) diikuti
dengan intensifikasi surveilans. Apabila terdapat kejadian
frambusia dilakukan POPM kasus kontak atau POPM total penduduk
desa kejadian agar mata rantai penularan frambusia dapat
dihentikan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

Penanggulangan Frambusia : 18
2. Obat frambusia
Jenis obat, cara pemberian obat, dosis obat sama dengan obat
pada POPM total penduduk.

3. Sasaran
a. Sasaran POPM total penduduk adalah semua penduduk di desa-
desa endemis pada satu wilayah kabupaten/kota (wilayah
endemis frambusia) atau semua penduduk wilayah penularan
(wilayah bebas frambusia), dengan usia 2-69 tahun, kecuali
yang ditunda pengobatannya.
b. Penduduk yang ditunda pengobatannya adalah wanita hamil,
penderita sakit berat, atau alergi obat tertentu.
c. Apabila setelah dilakukan POPM total penduduk, masih
ditemukan kasus baru maka dilakukan POPM kasus-kontak atau
POPM total penduduk satu desa sesuai dengan kajian
epidemiologi

4. Pelaksanaan POPM Total Penduduk


a. Penetapan adanya kasus frambusia konfirmasi atau kasus
frambusia probable (kontak fisik dengan kasus frambusia
konfirmasi), baik berdasarkan data surveilans maupun sumber
data lainnya
b. Pada wilayah endemis frambusia
● Penetapan endemisitas setiap desa/kelurahan di seluruh
wilayah kabupaten/kota
● Penetapan desa-desa/kelurahan endemis frambusia dan
desa lainnya yang berisiko tinggi penularan frambusia
sebagai desa-desa/kelurahan yang akan melaksanakan
POPM total penduduk
c. Pada wilayah bebas frambusia
● Penetapan wilayah penularan frambusia dan wilayah
berisiko tinggi penularan yang akan melaksanakan POPM
total penduduk
d. Pelaksanaan POPM total penduduk
1) Penyiapan tingkat Puskesmas, mulai dari logistik, SDM,
formulir dan sistem pencatatan dan pelaporannya.
2) Penyiapan tingkat desa/kelurahan/wilayah penularan yang
akan melaksanakan POPM total penduduk, meliputi pos
pengobatan, jadwal kegiatan, pengerahan kader dan sumber
daya lainnya, serta penyiapan masyarakat sasaran
pengobatan total penduduk.
3) Penyiapan pengelolaan Kejadian Ikutan Pasca Pemberian
Obat (KIPPO)
4) Pelaksanaan pemberian obat pada sasaran total penduduk di
setiap desa/kelurahan/wilayah penularan yang telah

Penanggulangan Frambusia : 19
ditetapkan.
5) Pelaksanaan Pengelolaan Kejadian Ikutan Pasca Pemberian
Obat
e. Melaksanakan surveilans Pasca POPM total penduduk dengan
kegiatan utama penemuan DINI kasus frambusia.
f. Setiap kasus frambusia SEGERA diikuti dengan melaksanakan
POPM Kasus Kontak atau POPM total penduduk sesuai dengan
kajian epidemiologi, sehingga tidak ada penularan lanjutan.
g. Hasil kegiatan POPM total penduduk dicatat dan dilaporkan
dengan menggunakan formulir-formulir yang telah disediakan

Skematis pelaksanaan kegiatan POPM total penduduk dapat dilihat


pada gambar berikut :

5. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kegiatan POPM


Total Penduduk frambusia

Hasil kegiatan POPM total penduduk segera dilaporkan. Apabila ada


perbaikan laporan karena penambahan jumlah orang yang
mendapat obat pada saat evaluasi lapangan segera dibuat laporan
perbaikan. Perbaikan laporan diberi batas waktu sampai akhir
Maret tahun berikutnya.

Laporan pelaksanaan POPM total penduduk menggunakan Formulir


Daftar Pemberian Obat Pencegahan Massal Total Penduduk di Pos
Pelaksana POPM frambusia dan Formulir Laporan Cakupan POPM

Penanggulangan Frambusia : 20
Total Penduduk di Desa, Puskesmas, Kabupaten/Kota

6. Monitoring dan Evaluasi


Sejak ditetapkannya kegiatan POPM total penduduk pada satu
wilayah kabupaten/kota, kegiatan monitoring dan evaluasi juga
mulai diterapkan.
Monitoring diterapkan agar setiap tahapan kegiatan pelaksanaan
POPM total penduduk dilaksanakan, dan semua penduduk sasaran
mendapat obat sesuai dosis yang ditetapkan.

Indikator
a. Semua desa endemis telah melaksanakan POPM total
penduduk
b. Cakupan POPM total penduduk per desa >80 % sasaran
(yang 20 % adalah yang gagal mendapat obat karena sakit
atau indikasi lain)
c. Surveilans pasca POPM total penduduk berkualitas tinggi
sesuai indikator yang ditetapkan dan setiap adanya kejadian
frambusia diikuti dengan melaksanakan POPM kasus kontak
atau POPM total penduduk desa sesuai hasil kajian,
d. Dengan metode POPM total penduduk tersebut, penularan
frambusia dapat dihentikan kurang dari 6 bulan sejak
dimulainya pemberian obat pencegahan secara massal
kepada penduduk.

Penanggulangan Frambusia : 21
VII. SURVEILANS KETAT selama periode
kejadian

A.Tujuan
1. Menemukan dini kasus frambusia
2. Perkembangan kasus frambusia setempat harian dan mingguan
menurut wilayah spot map, RT, RW, dan desa
3. Membuktikan berhentinya penularan frambusia.

B.Prinsip
● Segera setelah dilaporkan adanya kejadian frambusia dilaksanakan
surveilans ketat.
● Surveilans ketat dilaksanakan di lokasi kejadian frambusia,
terutama dengan melakukan investigasi atau pelacakan kontak erat
kasus frambusia (lihat investigasi).
● Surveilans ketat juga diperluas ke seluruh wilayah Puskesmas dan
Puskesmas-Puskesmas lain di sekitarnya.
● Surveilans ketat dilaksanakan sampai dapat dipastikan penularan
frambusia telah dapat dihentikan, kemudian diteruskan dengan
surveilans dalam keadaan normal (tidak ada kejadian frambusia)

C.Pelaksanaan
Surveilans frambusia secara ketat mulai diterapkan saat ditetapkan
adanya kasus frambusia konfirmasi.
1. Surveilans ketat pada lokasi kejadian frambusia dengan
menerapkan investigasi (ditetapkan wilayah penanggulangan
seluas RT/RW/desa sesuai hasil investigasi dan surveilans). Lihat
investigasi
2. Surveilans ketat pada wilayah lebih luas (Puskesmas, beberapa
Puskesmas atau Kabupaten/Kota sesuai hasil investigasi dan
surveilans). Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Setiap petugas Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan pos
pelayanan kesehatan desa berjangkit dan Puskesmas-
Puskesmas sekitarnya, wajib memiliki kapasitas minimal
dalam mendiagnosa suspek frambusia (lihat panduan
Frambusia, Diagnosis dan Pengobatan) (misal :
lulus/sertifikat quis erafram-qkom)
b. Membagikan media tentang frambusia, diagnosis dan
pengobatan di setiap poliklinik dan pos pelayanan kesehatan,
agar petugas mendapat panduan cepat untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya kasus frambusia di
tempat pelayanannya (lihat contoh)

Penanggulangan Frambusia : 22
c. Pengenalan frambusia kepada guru sekolah dasar dan kader
kesehatan, dengan cara penyuluhan dan membagikan media
frambusia dan tata cara pelaporannya (lihat contoh)
d. Penemuan suspek frambusia dan frambusia konfirmasi
1) penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan
kesehatan (poliklinik Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, pos kesehatan desa, serta pelayanan
kesehatan swasta dan praktek mandiri).
2) penemuan kasus frambusia berdasarkan laporan guru
dan kader serta masyarakat
e. Setiap penemuan kasus frambusia suspek/probable/
konfirmasi wajib segera dilaporkan pada koordinator
eradikasi frambusia Puskesmas
f. Setiap penemuan kasus suspek frambusia, segera dilakukan
pemeriksaan RDT frambusia. Kemudian pada kasus suspek
frambusia RDT positif segera dilakukan pemeriksaan RPR,
sesuai tata cara penegakan diagnosis frambusia.
g. Setiap kasus suspek frambusia, kasus probable dan kasus
frambusia konfirmasi yang ditemukan :
1) dicatat dalam register frambusia Puskesmas
2) dilaporkan segera melalui aplikasi
https://s.id/laporframbusia , pilih menu : Laporan
Kasus Frambusia
h. Analisis perkembangan kasus-kasus frambusia sesuai dengan
tujuan. Analisis ini dilakukan secara periodik harian,
mingguan atau sesuai kebutuhan (sewaktu). Lihat Analisis
dan Respon.
i. Surveilans ketat (langkah 4,5 dan 6) dilaksanakan minimal
sampai 8 minggu sejak kasus terakhir/POPM terakhir (mana
yang lebih akhir)

D. Analisis dan Respon

Analisis dilakukan sesuai dengan tujuan, yaitu mengetahui


perkembangan kasus frambusia menurut waktu (harian/mingguan),
tempat (wilayah kejadian/RT/RW/desa), dalam bentuk tabel, grafik dan
peta pemantauan wilayah setempat (PWS)
Tidak ditemukannya kasus frambusia dalam pemantauan (surveilans
ketat) selama minimal 8 minggu pasca kasus frambusia terakhir/POMP
frambusia dapat menjadi dasar penetapan bahwa penularan frambusia
pada wilayah tersebut telah dapat dihentikan
Setelah diterapkannya surveilans ketat, kegiatan surveilans dikembalikan
seperti keadaan sebelum terjadi kejadian frambusia.

Penanggulangan Frambusia : 23
Penanggulangan Frambusia : 24
LAMPIRAN
Register Frambusia

Formulir Daftar Pemberian Obat Pencegahan Massal (lihat


lampiran) dan Formulir Laporan Cakupan POPM Kasus Kontak
Puskesmas, secara online

Penanggulangan Frambusia : 25
Kisi Kompetensi Pelaksana Eradikasi Frambusia
PENANGGULANGAN KEJADIAN FRAMBUSIA

1. Tujuan penanggulangan frambusia


2. Upaya penanggulangan frambusia (kapan dilaksanakan)
3. Investigasi
4. POPM total dan POPM kasus kontak (sasaran)
5. Surveilans
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Indikator
—--------------------------------------------------------
1. Tujuan penanggulangan frambusia
Tujuan penanggulangan adanya kejadian frambusia :
A. menurunkan risiko kesakitan frambusia
B. menghentikan penularan frambusia
C. mencegah cacat dan kematian
D. meningkatkan imunitas terhadap frambusia

2. Upaya penanggulangan frambusia

a. Selain pada manusia, bakteri frambusia juga bisa menular di


antara binatang dan lingkungan ini :
A. nyamuk
B. anjing dan kera
C. air genangan
D. hanya pada manusia

b. Penularan frambusia yang bersirkulasi di antara penduduk


dapat dihentikan dengan cara ini :
A. pengobatan penderita dan semua orang yang terinfeksi
frambusia serentak bersamaan
B. Pada setiap penderita yang ditemukan, segera
dilakukan pengobatan sampai sembuh dan tuntas, agar
sumber penularan frambusia dapat dihilangkan
C. Isolasi semua penderita frambusia selama masa
penularannya
D. Vaksinasi semua warga di sekitar penderita dengan
wilayah yang luas

c. Mana yang tepat sebagai upaya penanggulangan frambusia

Penanggulangan Frambusia : 26
A. penyelidikan lapangan, penghentian penularan pada
wilayah berisiko penularan, surveilans dan
penyuluhan/pemberdayaan
B. penemuan dini diperketat, dan setiap kasus frambusia
yang ditemukan segera diobati sampai sembuh
C. pemetaan kasus frambusia yang segera diikuti
pemberian obat secara massal total penduduk
D. survei seluruh wilayah kabupaten/kota, kemudian
segera obati setiap kasus frambusia yang ditemukan

3. Penyelidikan lapangan
Kapan penyelidikan kejadian frambusia mulai dilakukan
A. setelah adanya dugaan kasus frambusia
B. setelah diketahui adanya kasus frambusia konfirmasi
C. setelah diketahui adanya penularan frambusia
D. setelah diketahui adanya kematian karena frambusia

4. POPM total dan POPM kasus kontak

Dibawah ini tepat disebut POPM kasus-kontak


A. setiap kasus frambusia konfirmasi/probable diberi antibiotika
B. setiap orang yang berada di wilayah berjangkit frambusia
diberi antibiotika
C. setiap kasus frambusia konfirmasi/probable dan kontak
eratnya diberi antibiotika 1 dosis per hari selama 7 hari
berturut-turut
D. setiap kasus frambusia konfirmasi/probable dan kontak
eratnya diberi antibiotika 1 dosis saja cukup

Setelah 2 minggu pasca POPM frambusia, ditemukan lagi kasus


frambusia konfirmasi. Tindakan dibawah ini tepat dilakukan :
A. lakukan lagi POPM frambusia lagi dengan antibiotika yang
sama
B. lakukan imunisasi secara massal dengan vaksin yang sesuai
dan lebih kuat
C. kasus frambusia tersebut saja yang diberi antibiotika
D. tidak perlu dilakukan tindakan apapun karena sudah diberi
obat pencegahan sebelumnya

Penularan frambusia yang terjadi di antara penduduk dapat


dihentikan dengan cara ini :
A. pengobatan penderita dan semua orang yang terinfeksi

Penanggulangan Frambusia : 27
frambusia serentak bersamaan
B. Pada setiap penderita yang ditemukan, segera dilakukan
pengobatan sampai sembuh dan tuntas, sehingga sumber
penularan tidak ada
C. Isolasi semua penderita frambusia selama masa
penularannya
D. Vaksinasi semua warga di sekitar penderita dengan wilayah
yang luas

Kapan POPM frambusia kasus-kontak itu paling tepat untuk


dilaksanakan ?
A. Menunggu tersedianya anggaran tahun depan
B. Paling tidak 2 minggu setelah ditemukan kasus frambusia
pertama agar persiapan lebih matang
C. Segera setelah kasus frambusia pertama ditemukan
D. pada periode waktu dengan risiko penularan frambusia paling
rendah

5. Surveilans ketat
Dibawah ini tepat sebagai pelaksanaan surveilans frambusia
setelah dilakukan POPM frambusia
A. Survei serologi frambusia secara berkala 6 bulan pada
penduduk wilayah berjangkit penularan frambusia
B. Penemuan kasus frambusia yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan, di sekolah, dan laporan
kader/masyarakat
C. Pemeriksaan adanya frambusia di air sungai, sumur, dan
tandon air warga
D. Pemeriksaan adanya frambusia pada binatang penular
frambusia

Pencatatan dan Pelaporan

kasus-kasus frambusia yang ditemukan selama periode penanggulangan


dilaporkan melalui :
A. Laporan khusus kasus-kasus frambusia yang ditemukan selama
periode penanggulangan ke Dinas Kesehatan
B. Laporan kasus-kasus frambusia secara online sama dengan
sebelum ada kejadian frambusia
C. Laporan daftar kasus setelah penanggulangan selesai dilakukan
D. Laporan bulanan frambusia online

Indikator Penanggulangan
a. Cara-cara menghentikan penularan frambusia

Penanggulangan Frambusia : 28
b. Pengertian POPM
c. Persyaratan
d. Kapan pelaksanaannya
e. POPM - obat, sasaran
f. Pencatatan dan Pelaporan
g. Indikator

Penanggulangan Frambusia : 29

Anda mungkin juga menyukai