KKW - Paksi Wirapradhana Ibnu Rahyaka - 20031024
KKW - Paksi Wirapradhana Ibnu Rahyaka - 20031024
Disusun Oleh:
PAKSI WIRAPRADHANA IBNU RAHYAKA
20.03.1024
Disusun oleh:
PAKSI WIRAPRADHANA IBNU RAHYAKA
20.03.1024
ii
HALAMAN PENGESAHAN
(Analisis Dampak Penambahan Panjang Rear Overhang Terhadap Blind
Spot Pada Kendaraan Angkutan Barang)
Disusun oleh:
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Diploma III Teknologi Otomotif
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Notar : 20.03.1024
Dengan demikian saya menyatakan bahwa laporan KKW/tugas akhir ini bebas
dari unsur-unsur plagiasi dan apabila laporan KKW/tugas akhir ini dikemudian hari
terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja
mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka
penulis bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi hukum yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisis Dampak
Penambahan Panjang Rear Overhang Terhadap Blind Spot Pada Kendaraan Angkutan
Barang.
Dalam penulisan laporan ini tentu saja penulis banyak mendapat bantuan, ilmu dan
pengetahuan dari banyak pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
v
DAFTAR ISI
vi
III.3 Populasi dan Sampel Data ...................................................................... 24
III.4 Variabel Penelitian................................................................................. 24
III.4.1 Variabel Bebas .................................................................................................25
III.4.2 Variabel Terikat ................................................................................................25
III.4.3 Variabel Kontrol ...............................................................................................25
III.5 Alat dan Bahan ..................................................................................... 26
III.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 28
III.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 30
III.7.1 Perbedaan Metode Grid Dengan Metode Yang Digunakan Penulis ...........31
III.7.2 Langkah-Langkah Mengambil Data ...............................................................32
III.8 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................34
IV.1 Penentuan Batas Blind Spot dan Pengukuran Rear Overhang
(ROH)…………………………………………………………………………….………………………….34
IV.2 Pengaruh Blind Spot Terhadap Penambahan Panjang Rear Overhang (ROH)37
IV.2.1 Pengaruh Blind Spot Penambahan 20% ROH dan Besaran Sudutnya ......37
IV.2.2 Pengaruh Blind Spot Penambahan 25% ROH dan Besaran Sudutnya ......41
IV.2.3 Pengaruh Blind Spot Penambahan 30% ROH dan Besaran Sudutnya ......45
IV.2.4 Pengaruh Blind Spot Penambahan 35% ROH dan Besaran Sudutnya ......49
IV.2.5 Hasil Analisa Terhadap Penambahan Panjang ROH ....................................54
IV.3 Pengaruh Perubahan Lebar Bak Muatan .................................................. 55
IV.3.1 Perbedaan Kondisi Sesuai dan Tidak Sesuai ................................................56
BAB V PENUTUP ...............................................................................................................59
V.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59
V.2 Saran .................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................61
LAMPIRAN..........................................................................................................................62
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Ladder Frame Chassis ................................................................. 14
Gambar II.2 Monocoque Chassis .................................................................... 15
Gambar II.3 Tubular Space Frame Chassis ...................................................... 16
Gambar II.4 Ukuran Panjang Kendaraan ......................................................... 18
Gambar II.5 Kaca Spion Truk Mitsubishi Canter ................................................ 20
Gambar II.6 Area Blind Spot pada truk ............................................................ 21
Gambar III.1 Lokasi UP PKB Pulogadung......................................................... 23
Gambar III. 2 Truk Mitsubishi Fuso Canter ...................................................... 26
Gambar III.3 Penggunaan Metode Grid........................................................... 31
Gambar III.4 Perbedaan Penggunaan Metode ................................................. 31
Gambar III.5 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 33
Gambar IV.1 Posisi Pengemudi ……..………………………………………………………………35
viii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Alat Bantu Proses Penelitian ........................................................... 26
Tabel III.2 Spesifikasi Teknis Truk Mitsubishi Fuso Canter ................................. 27
Tabel III.3 Presentase Penambahan Panjang Rear Overhang ............................. 29
Tabel III.4 Form Wawancara Kepada Pengemudi ............................................. 30
Tabel IV.1 Penambahan ROH 20% ………………………………………………………………..38
ix
INTISARI
Setiap kendaraan memiliki area yang tidak dapat dilihat oleh pengemudi atau
disebut dengan area Blind Spot. Area blind spot atau daerah titik buta pengemudi
merupakan area penglihatan pengguna jalan yang tidak dapat dilihat atau dijangkau
dengan baik karena terhalang suatu objek. Penelitian berfokus pada kendaraan
dengan bak muatan tertutup sehingga kaca spion bagian tengah terhalang oleh bak
muatannya. Penelitian memberikan informasi terkait cara menganalisa atau
menghindari area blind spot dari kendaraan bak muatan tertutup. Area blind spot
dipengaruhi oleh penambahan panjang rear overhang dan lebar bak muatan sehingga
menyebabkan area blind spot semakin besar. Blind spot yang semakin besar, maka
kecelakaan dijalan raya semakin besar yang diakibatkan oleh pengemudi tidak melihat
kendaraan lain didekatnya.
x
ABSTRACT
Every vehicle has an area that cannot be seen by the driver or called the Blind
Spot area. The blind spot area is an area of road users' vision that cannot be seen or
reached properly because it is blocked by an object. This research focuses on vehicles
with closed cargo bins so that the centre mirror is blocked by the cargo bin. This
research provides information on how to analyse or avoid the blind spot area of a
closed tailgate vehicle. The blind spot area is affected by the addition of the length of
the rear overhang and the width of the cargo box, causing the blind spot area to get
bigger. With a larger blind spot, the greater the road accidents caused by the driver
not seeing other vehicles nearby.
This research uses the Grid method modified by the author, so the author uses
a method similar to this method. The Grid method is a data collection method using
shadow boxes placed next to the vehicle. In this study, the author used a tape
measure to measure the blind spot limit of the vehicle by standing parallel to axis 2 of
the vehicle and then the author moved away from the vehicle until the author could
not be seen from the driver's rearview mirror.
The results showed that the longer the rear overhang of the vehicle, the wider
the blind spot boundaries on the side and rear of the vehicle. So that it causes the
driver to be more difficult to see to the side and rear of the vehicle. Thus, so that the
blind spot limit is not getting bigger, the vehicle does not increase the length of the
rear overhang and the width of the cargo body.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Disituasi yang sebenarnya, masih banyak kendaraan angkutan barang seperti
truk yang masih melanggar aturan tentang dimensi kendaraan. Tujuan pemilik
truk menambah panjang rangka kendaraan adalah untuk menambah jumlah
muatan barang yang diangkut pada bak muatan sehingga mobilitas barang yang
dilakukan tidak dilakukan lebih dari sekali dan untuk sekali angkut langsung dapat
mengangkut barang dalam jumlah yang besar. Alasan tersebut yang membuat
banyak pemilik truk untuk beramai-ramai memodifikasi panjang rangka
kendaraannya. Pemilik kendaraan lebih sering melakukan pelanggaran dengan
jenis pelanggaran pemanjangan rangka kendaraan dan penambahan panjang
pada bak muatan. Tidak hanya pemanjangan dimensi yang dilakukan, ada juga
yang menambah lebar dan tinggi bak kendaraan.
2
ditempat. Hal tersebut disebabkan karena pengemudi sepeda motor berada pada
area Blind Spot dari truk tangki.
Banyaknya kasus kecelakaan dijalan raya dan dijalan tol diakibatkan oleh
penambahan panjang Rear Overhang pada kendaraan, terutama kendaraan
angkutan barang. Kendaraan yang memiliki muatan wajib diperiksa di jembatan
timbang untuk dilaksanakannya penimbangan angkutan barang yang dimuat.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
disebutkan bahwa alat penimbangan yang dipasang secara tetap atau lebih
dikenal dengan jembatan timbang berfungsi sebagai alat pengawasan muatan
angkutan barang yang meliputi tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi
kendaraan dan kelas jalan yang wajib dipatuhi oleh setiap pengemudi dan/atau
perusahaan angkutan umum barang. Namun dalam kenyataannya, banyak
jembatan timbang yang memberikan toleransi penambahan muatan dan
penambahan panjang rangka kendaraan. Terdapat beberapa kasus di jembatan
timbang yang memperbolehkan kendaraan menambah panjang dimensi dan
muatan dengan tujuan karena merasa iba kepada pengemudi kendaraan
tersebut. Banyak pengemudi yang memberikan alasan mengapa menambahkan
panjang rangka kendaraan. Alasan yang banyak dikemukakan oleh pengemudi
3
yaitu agar dapat mengangkut muatan dengan jumlah yang banyak dalam sekali
angkut sehingga biaya operasional yang digunakan pengemudi menjadi minim.
Salah satu contoh jembatan timbang yang berada di provinsi Banten. Jembatan
timbang tersebut memberikan toleransi penambahan panjang ROH sebanyak 20
cm. Jadi apabila ada kendaraan yang ketahuan menambah panjang ROH masih
dibawah 20 cm, maka diperbolehkan untuk lewat dan lulus dari timbangan.
Sesuai dengan penjabaran diatas, penulis hanya akan berfokus pada kasus
pelanggaran penambahan panjang rangka kendaraan dan besarnya nilai titik buta
atau Blind Spot pada kendaraan. Rangka kendaraan yang dimaksud disini adalah
penambahan panjang julur belakang atau yang biasa disebut dengan Rear
Overhang (ROH). Kasus penambahan panjang Rear Overhang banyak dilakukan
masyarakat untuk menambah jumlah muatan pada kendaraan. Semakin panjang
ROH kendaran, maka semakin banyak jumlah muatan yang dapat diangkut. Selain
itu, dengan ditambahkannya panjang rangka kendaraan maka Blind Spot
pengemudi semakin besar. Penambahan panjang ROH dapat terlihat dari bentuk
rangkanya yang sudah tidak sesuai standar atau panjang ROH tidak sesuai
dengan surat registrasi uji tipe (SRUT). Berdasarkan masalah diatas penulis
membuat penelitian berjudul “Analisis Dampak Penambahan Panjang Rear
Overhang Terhadap Daya Angkut dan Blind Spot Pada Kendaraan Angkutan
Barang.”
4
I.3 Batasan Masalah
Dengan mengacu pada rumusan masalah diatas, maka terdapat hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian tersebut dan diberi batasan sebagai berikut:
I.4 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh Blind Spot apabila adanya penambahan panjang Rear
Overhang pada kendaraan.
2. Mengetahui besar sudut Blind Spot pada kendaraan yang menambah panjang
Rear Overhang.
3. Mengetahui cara menentukan area Blind Spot.
4. Mengetahui kondisi yang sesuai suatu kendaraan agar nilai Blind Spot tidak
semakin besar.
I.5 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian yang akan dikaji
sebagai berikut:
1. Bagi taruna
Sebagai sarana dalam pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang didapatkan berkaitan dengan pengujian kendaraan bermotor di kampus
PKTJ
2. Bagi pemerintah dan Dinas UPKB (Stakeholder)
Pelaksanaan penelitian dapat dijadikan sebagai saran dan masukan dalam
pengambilan keputusan sebagai upaya dalam peningkatan layanan pengujian
kendaraan bermotor.
3. Civitas Akademika PKTJ
5
Hasil penelitian ini menjadi bahan referensi untuk penelitian terkait dengan
program pemerintah yaitu Zero ODOL dalam pelaksanaan pengujian kendaran
bermotor dengan mengetahui keadaan dilapangan yang sebenarnya terjadi.
I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi hal-hal sebagai berikut:
1. Latar Belakang
Berisi tentang argumentasi alasan penting yang menjadi latar belakang
judul tugas akhir tersebut dengan merujuk dari berbagai sumber yang
relevan. Sebisa mungkin didukung dengan data-data ataupun pandangan-
pandangan pihak lain untuk menguatkan adanya suatu permasalahan.
2. Rumusan Masalah
Menyampaikan hal-hal yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir seperti untuk
membuktikan atau menerapkan suatu konsep atau dugaan. Manfaat
menjelaskan dampak positif atau fungsi praktis dari hasil tugas akhir yang
ditinjau dari berbagai sisi.
6
dilakukan penulis. Dasar pemikiran dan teori-teori yang didapatkan dari
referensi yang sudah dipublikasikan secara resmi dari buku, jurnal, makalah,
atau tugas akhir sebelumnya yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.
III.METODOLOGI PENELITIAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sumber
Hashim, M.S.M. Ismail, A.H. Abu Bakar, Muhamad Azmi, Mohamad Razlan, Z.
Harun, A. Kamarrudin, N.S. Ibrahim, I. Faizi, M.K. Saad, M.A.M Rani (2021)
Judul
Identifying Blind Spot Zone for Passanger Cars Using Grid-Based Technique
Tujuan
Mengetahui area Blind Spot terdekat dan terjauh dari jarak kendaraan dan
sudut Blind Spot dari kaca spion.
Hasil
Area Blind Spot dapat diukur melalui jarak antar kendaraan dan sudut kaca
spion yang digunakan oleh pengemudi. Selain itu, pengaruh Blind Spot dapat
disebabkan dari tinggi pengemudi yang melihat spion dan sekitar kendaraan.
Perbedaan
Metode yang digunakan berupa kotak-kotak maya yang diletakkan samping
kendaraan. Penulis KKW menggunakan metode yang sama namun
menggunakan seutas tali yang diikatkan pada kaca spion.
2. Sumber
Fandi D, Suprianto, Robert William (2020)
Judul
Perancangan Sistem Spion Kamera Pada Mobil Xenia
8
Tujuan
Mengetahui besaran sudut dari Blind Spot dari berbagai macam sudut pandang
spion dari pengemuid dengan cara menggunakan Camera Monitor System
(CMS).
Hasil
Penggunaan alat ini CMS ini dapat membantu pengemudi dalam melihat area
yang tidak dapat dilihat menjadi dapat dilihat dengan sedikit lebih baik karena
tetap saja bagaimana pengaturan dari kaca spion yang mempengaruhi sudut
pandang pengemudi.
Perbedaan
Jurnal ini menggunakan alat sensor kamera sedangkan pada penulisan KKW
ini tidak menggunakan alat sensor kamera.
3. Sumber
Muhammad Ilhamdi Rusydi (2021)
Judul
Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Area Titik Buta Pada Truk
Tujuan
Menganalisis faktor penyebab area titik buta pada truk dan membahas upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasi penelitian yang telah dilakukan
Hasil
Faktor penyebab dari area titik buta pada truk adalah desain kendaraan dan
antropometri pengemudi. Dengan ukuran tubuh rata-rata pengendara,
terdapat perbandingan pada penglihatan titik buta pengemudi. Faktor desain
kendaraan yang mempengaruhi area titik buta adalah ukuran kendaraan yang
dimana dimensi kendaraan dapat sangat mempengaruhi penglihatan.
Perbedaan
Jurnal ini mendapatkan faktornya berupa tinggi badan pengemudi. Pada
penulisan KKW ini penulisa menggunakan tolak ukur tinggi pengemudi dan
jarak kursi pengemudi ke setir kendaraan.
9
4. Sumber
Raditya Galih Kusuma, Yusuf Muchammad Devara, Tri Handoyo, Muzayin Arif
(2020)
Judul
Rancang Bangun Alat Blind Spot Area Pada Kendaraan Truck Tangki Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno
Tujuan
Merancang bangun alat yang akan memberikan informasi dan peringatan
terhadap pengemudi adanya objek di area Blind Spot berbasis mikrokontroler
Arduino Uno.
Hasil Penelitian
Alat sensor yang diciptakan dapat memberi isyarat kepada pengendara lain
yang berada pada area Blind Spot kendaraan uji sehingga dapat memberikan
tanda isyarat hati-hati karena sedang berada pada area Blind Spot.
Perbedaan
Jurnal ini menggunakan alat sensor berbasis Mikrokontroler. Pada penulisan
KKW ini penulis tidak menggunakan Mikrokontroler.
10
II.2 Pengujian Kendaraan Bermotor
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Kendaraan pasal 1 ayat 9 yang berbunyi Pengujian Kendaraan Bermotor
adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian atau
komponen Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan
dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. Tujuan
dari pengujian kendaraan bermotor tertuang dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 pasal 2 sebagai berikut:
11
a) Susunan;
b) Perlengkapan;
c) Ukuran;
d) Karoseri;
e) Rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f) Pemuatan;
g) Penggunaan;
h) Penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i) Penempelan Kendaraan Bermotor.
2. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
oleh kinerja minimal yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
a) Emisi gas buang;
b) Kebisingan suara;
c) Efisiensi sistem rem utama;
d) Efisiensi sistem rem parkir;
e) Kincup roda depan;
f) Suara klakson;
g) Daya pancar dan arah sinar lampu utama;
h) Radius putar;
i) Akurasi alat penunjuk kecepatan;
j) Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan
k) Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan laik jalan
sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan pemerintah.
12
memeriksa keadaan rangka kendaraan bermotor. Pengujian persyaratan teknis
terhadap pemeriksaan rangka kendaraan tertuang dalam pasal 11 ayat (1)
huruf a yang menyatakan :
a. Rangka landasan:
1. tidak terdapat retak, bengkok, dan korosi;
2. tidak terdapat perlakuan panas; dan
3. tidak terdapat sambungan rangka landasan, kecuali memperoleh
persetujuan dari Direktur Jenderal.
Banyaknya bentuk dan jenis kendaraan, maka rangka kendaraan pun memiliki
banyak jenis dan bentuknya sesuai peruntukkan kendaraannya. Jenis jenis
rangka kendaraan, yaitu:
13
1. Ladder Frame Chassis
14
2. Monocoque Chassis
15
3. Tubular Space Frame Chassis
16
material non alumunium. Meskipun rangka ini terbuat dari alumunium,
namun kerangkanya lebh rigid 40% dari tipe rangka lainnya.
17
Gambar II.4 Ukuran Panjang Kendaraan
Sumber : https://isuzu-online.com/ukuran-box-isuzu-nmr-71/
Seluruh kendaraan pastinya memiliki panjang total kendaraan. Untuk
melakukan pengukuran pada panjang total kendaraan adalah dengan cara
mengukur dari bagian paling depan kendaraan sampai bagian paling belakang
kendaraan. Bila kendaraan menambahkan panjang rangkanya, maka semakin
panjang total kendaraan yang dimiliki.
Cara mengukur FOH adalah dengan cara mengukur panjang dari bagian
paling depan kendaraan sampai dengan sumbu satu sehingga didapatkan hasil
pengukuran pada FOH.
18
II.5 Kaca Spion
Kendaraan bermotor pada umumnya memiliki kaca spion yang
bertujuan untuk memudahkan pengemudi agar dapat melihat ke arah samping
dan belakang kendaraan. Mengacu pada PP 55 Tahun 2012 pasal 37
menyebutkan tentang kaca spion harus memenuhi persyaratan :
19
Gambar II.5 Kaca Spion Truk Mitsubishi Canter
20
II.6 Blind Spot
Setiap kendaraan baik itu roda dua atau roda empat pasti memiliki titik
buta atau biasa disebut dengan Blind Spot. Titik buta atau Blind Spot adalah
area penglihatan pengguna jalan yang tidak dapat dilihat atau dijangkau
dengan baik karena terhalang suatu objek (Trinovat dalam Galih Kusuma et
al., 2020). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jusri Pulubuhu. Menurut Jusri
Pulubuhu, Founder and Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting
(JDDC) (dalam Ilhamdi et al., 2021) Blind Spot yaitu area sekeliling kendaraan
yang gagal terlihat atau terhalang untuk dilihat oleh pengemudi.
Sumber: https://otofemale.grid.id/
Dari gambar diatas diperlihatkan ada gambar sebuah truk dan ada
warna merah pada sisi-sisi truk tersebut. Warna merah yang dijelaskan pada
gambar diatas adalah area Blind Spot kendaraan dan sisi-sisi truk selain warna
merah adalah area yang dapat dilihat dari sudut pandang pengemudi. Apabila
ada kendaraan yang berada pada zona merah tersebut, maka kendaraan
tersebut tidak dapat dilihat melalui kaca spion pengemudi sehingga berpotensi
tinggi terjadinya kecelakaan. Apabila kendaraan sudah berada pada area Blind
Spot tersebut, sesegera mungkin untuk menjauhinya karena bila kendaraan
tersebut hendak menyalip truk dari area Blind Spot, maka akan membuat
21
pengemudi truk menjadi terkejut sehingga dapat berpotensi bahaya
kecelakaan. Jika hendak menyalip dari area Blind Spot, dianjurkan
membunyikan klakson agar pengemudi truk tersebut mengetahui bahwa ada
kendaraan yang hendak mendahuluinya (Ahmad et al., 2022).
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
III. 2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian kali ini berupa penelitian eksperimen. S
Kemudian menurut Arikunto (dalam Gauge et al., 2022) penelitian eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang
sengaja dimunculkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau menyisihkan faktor-
faktor lain yang menggangu. Penelitian akan melaporkan hasil eksperimen dari jarak
pandang pengemudi terhadap area Blind Spot kendaraan truk Canter bak tertutup.
24
III.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi suatu penelitian
sehingga pada penelitian tersebut menimbulkan suatu perubahan atau variabel
ini juga salah satu menjadi sebab timbulnya variabel terikat atau dependen.
Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu kendaraan yang
melakukan penambahan panjang rangka kendaraan pada julur belakang (Rear
Overhang).
25
III. 5 Alat dan Bahan
Tabel III.1 Alat Bantu Proses Penelitian
Sumber : www.mitsubishifuso.com
Di Pulogadung untuk penggunaan truk Canter bak tertutup ini tergolong salah
satu truk fuso yang banyak melaksanakan uji berkala di UP PKB Pulogadung.
Penggunaan truk Fuso Canter banyak digunakan masyarakat sekitar untuk
mengangkut barang dari suatu daerah ke daerah yang lain. Pada umumnya truk ini
26
digunakan untuk mengangkut barang-barang hasil pabrik. Untuk spesifikasi dari
kendaraan truk Fuso Canter ditampilkan dalam tabel berikut:
Sumber : www.mitsubishifuso.com
A Dimensi Ukuran
1 Panjang keseluruhan 7.420 mm
2 Lebar keseluruhan 1.970 mm
3 Tinggi keseluruhan 2.130 mm
4 Jarak sumbu roda (wheelbase) 4.200 mm
5 Jarak roda depan kiri-kanan 1.400 mm
6 Jarak roda belakang kiri-kanan 1.495 mm
7 Tinggi minimal dari tanah 200 mm
B Berat Kendaraan Muatan
1 Berat rangka (chassis) 2.570 kg
2 JBB (GVW) 8.250 kg
C Kemampuan Daya
1 Kecepatan maksimum 118 km/jam
2 Daya tanjak dengan maksimum JBB 33 Tan
(GVW)
3 Radius putar minimum 8,8 m
D Mesin Tipe
1 Model 4V21-2AT1
2 Tipe Common Rail
3 Diameter x Langkah 104 x 115 mm
4 Jumlah silinder 4 sejajar cc
5 Daya maksimum 100PS/2.500rpm
6 Torsi maksimum 420Nm/1.500rpm
27
E Transmisi Tipe
1 Model M035S5
2 Perbandingan gigi 5,380-3,028-1,700-1,000-0,722
Mundur 5,380
3 Kopeling Hydraulic control, single dry plate
F Suspensi Tipe
1 Depan Laminated leaf springs dengan
shock absorber
2 Belakang Laminated leaf springs dengan
shock absorber
G Roda Ukuran
1 Ban 7,50-16-14PR
2 Velg 16x6,00GS, 6 studs
a. Observasi
Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati kedaaan rangka
yang telah dilakukan penambahan panjangnya dan besarnya titik buta atau Blind
Spot dari pengemudi akibat rangka yang ditambah panjangnya.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung panjang penambahan Rear
Overhang yang sebenarnya ada dilapangan. Teknik perhitungannya
menggunakan rumus berdasarkan buku yang berjudul Teknik Pengukuran
Dimensi dan Penetapan Daya Angkut Kendaraan Bermotor karangan Iswanto,
A.Md, S.E, MM. sebagai berikut:
28
∆𝐿
𝑥 100%
𝑊𝐵
Keterangan :
∆𝐿 : panjang Rear Overhang yang sebenarnya
𝑊𝐵 : panjang wheelbase kendaraan
Dalam rumus tersebut, dapat diketahui berapa persentase sebuah kendaraan ini
menambah panjang ROH. Ketika sudah mendapatkan presentasenya, maka
hasil presentase tersebut dapat dijadikan acuan perhitungan sudut besarnya
Blind Spot yang kemudian didata sebagai berikut:
29
Tabel III.4 Form Wawancara Kepada Pengemudi
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kaca spion ini sudah sesuai dengan
pandangan dari Anda?
2 Apakah saya berdiri disini dapat terlihat dari
spion sebelah kanan Anda?
3 Apakah saya berdiri disini dapat terlihat dari
spion sebelah kiri Anda?
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan sesuai jurnal yang berjudul
Identifying Blind Spot Zone for Passanger Cars Using Grid-Based Technique karya
Hashim et al.,(2021) metode yang digunakan yaitu metode Grid. Metode Grid adalah
metode pengambilan data menggunakan kotak-kotak bayangan yang diletakkan
disamping kendaraan yang dijelaskan dalam Gambar III.3
30
Gambar III.3 Penggunaan Metode Grid
31
Dalam metode Grid, peneliti menggunakan kotak-kotak maya sebagai
acuan atau pengukuran pada area atau batas jarak blind spot dengan
ukuran kotak-kotak tersebut sama tidak ada perbedaan terhadap setiap
kotak-kotaknya. Cara kerjanya adalah peneliti berdiri disuatu kotak maya
terebut lalu berpindah-pindah kotak sampai dimana peneliti itu tidak dapat
terlihat dari kaca spion pengemudi. Sedangkan pada penelitian ini, penulis
tidak menggunakan kotak-kotak maya seperti pada metode Grid namun
menggunakan seutas tali yang diikatkan pada tengah kaca spion lalu
menariknya sampai dimana penulis tidak dapat terlihat oleh pengemudi
melalui kaca spion, lalu apabila penulis sudah mencapai batas blind spot,
maka penulis melakukan pengukuran terhadap jaraknya.
32
III. 8 Diagram Alir Penelitian
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penentuan Batas Blind Spot dan Pengukuran Rear Overhang (ROH)
Hasil pengambilan data dari penelitian ini yaitu presentase pemanjangan julur
belakang kendaraan (Rear Overhang) dari kendaraan Mitsubishi Canter bak
tertutup dan sejenisnya dari masing-masing variabel terutama penambahan
panjang Rear Overhang kendaraan.
34
Gambar IV.1 Posisi Pengemudi
Pengambilan data ini yang berada pada tempat duduk pengemudi memiliki
tinggi badan 175 cm dengan keadaan arah pandangan lurus kedepan dan menoleh
kearah spion yang sudah diposisikan senyaman mungkin sehingga dapat melihat
kearah belakang dan samping dari kendaraan.
Penelitian menggunakan media kaca spion sebagai penentuan batas blind spot
kendaraannya. Kaca spion yang digunakan yaitu kaca spion standar bawaan pabrik
untuk truk Mitsubishi Canter yang bentuk kaca cembung.
35
Gambar IV.2 Ilustrasi Pantulan Sinar Cermin Cembung
Sumber : https://www.zenius.net/blog/rumus-alat-optik
Penggunakan kaca spion dalam penelitian adalah cermin cembung. Mengacu
pada Hukum Cermin Cembung adalah memiliki sifat divergen yaitu menyebarkan
sinar. Ketika sinar datang ke arah titik fokus cermin cembung, maka sinar tersebut
tidak selalu sejajar dengan keadaan sinar yang datang sebenarnya. Sinar-sinar itu
disebut dengan sinar istimewa. Sinar istimewa memiliki sifat sebagai berikut:
36
IV.2 Pengaruh Blind Spot Terhadap Penambahan Panjang Rear Overhang
(ROH)
Selama pelaksanaan Magang 2 di UP PKB Pulogadung, penulis melakukan
analisa dan pengukuran terhadap kendaraan yang menambah panjang rear
overhang dari kendaraan dengan jenis yang sama yaitu Mitsubishi Canter bak
tertutup. Dalam penelitian ini, penulis menemukan kendaraan yang menambah
panjang ROH mulai dari 20% sampai dengan 35%. Penambahan panjang ROH
tersebut dapat terlihat dari bagian rangka kendaraan terutama pada rangka bagian
belakang kendaraan.
Dalam kasus ini, peneliti akan menjelaskan hasil pengukuran penambahan rear
overhang dari kendaraan Mitsubishi Canter bak tertutup.
IV.2.1 Pengaruh Blind Spot Penambahan 20% ROH dan Besaran Sudutnya
Pengukuran panjang julur belakang atau Rear Overhang yang
menambah panjang sebesar 20%. Sebagai variabel yang diuji dalam
penelitian ini, kendaraan yang digunakan Mitsubishi Canter atau sejenisnya
dengan bak tertutup. Sebelum pengukuran dilakukan, kendaraan dalam
37
keadaan diam dan datar lalu pengemudi ada didalam kendaraan dengan
posisi duduk terbaiknya dan posisi spionnya.
∆L
x 100%
WB
560
x 100% = 21,13% ~ 21%
2650
38
penulis melakukan analisis terhadap batas Blind Spot kendaraan dengan
menggunakan alat ukur meteran.
39
Gambar IV.6 Area Blind Spot
40
Pada Gambar IV.6 diatas bahwa kelengkungan cermin ditarik garis
lurus dari kaca spion sampai dengan garis putus-putus yang sejajar dengan
lebar kendaraan dan cahaya pantulannya adalah batas blind spot. Sehingga
bila ada kendaraan yang posisinya sejajar dengan garis normal, maka kaca
spion akan membelokkan hasil pantulannya menjauhi dari garis normal.
Pembelokkan tersebut yang menjadikan batas blind spot.
IV.2.2 Pengaruh Blind Spot Penambahan 25% ROH dan Besaran Sudutnya
Pada pengukuran dalam penelitian ini, penulis mendapatkan sampel
kendaraan Mitsubishi Canter yang menambah panjang julur belakang.
Penambahan panjang julur belakang ini dimodifikasi oleh pemilik kendaraan
tersebut agar dapat memuat angkutan barang yang lebih banyak.
41
Gambar IV.7 Pengukuran Rear Overhang
∆L
x 100%
WB
480
x 100% = 24%
2000
42
Gambar IV.8 Pengukuran Jarak Blind Spot
43
Gambar IV.9 Area Blind Spot
44
kendaraan dan cahaya pantulannya adalah batas blind spot. Sehingga bila
ada kendaraan yang posisinya sejajar dengan garis normal, maka kaca
spion akan membelokkan hasil pantulannya menjauhi dari garis normal.
Pembelokkan tersebut yang menjadikan batas blind spot.
IV.2.3 Pengaruh Blind Spot Penambahan 30% ROH dan Besaran Sudutnya
Pada penulisan penelitian penambahan 30% panjang rear overhang
ini, penulis menemukan ada kendaraan barang dengan merek dan tipe
Mitsubishi Canter bak tertutup dengan konfigurasi sumbu 1.2.
45
Gambar IV.10 Pengukuran Penambahan ROH
∆L
x 100%
WB
720
x 100% = 28,125% ~ 30%
2560
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa penambahan panjang
rear overhang kendaraan ini sebesar 28,125% namun penulis membulatkan
pecahan perhitungan presentase menjadi 30% agar dapat mudah dipahami
46
dan masuk dalam kategori penambahan panjang rear overhang sebesar
30% dari penelitian ini. Setelah melakukan perhitungan presentase
penambahan panjang rear overhang, penulis dapat mengukur dan
menghitung batas blind spot dari kendaraan tersebut.
47
Gambar IV.12 Animasi Area Blind Spot
48
kaca spion sampai dengan garis putus-putus yang sejajar dengan lebar
kendaraan dan cahaya pantulannya adalah batas blind spot. Sehingga bila
ada kendaraan yang posisinya sejajar dengan garis normal, maka kaca
spion akan membelokkan hasil pantulannya menjauhi dari garis normal.
Pembelokkan tersebut yang menjadikan batas blind spot.
Pada animasi diatas, dijelaskan juga area yang berada pada belakang
kendaraan ini. Lebar dari area blind spot pada bagian belakang sama seperti
lebar baknya yaitu 1900 mm lalu semakin mengecil area yang dapat dilihat
hingga batas blind spot menjauhi dari garis putus-putus (garis normal)
dengan jarak sejauh 7000 mm dan lebar area yang tidak dapat dilihat pada
bagian belakang yaitu 1600 mm.
IV.2.4 Pengaruh Blind Spot Penambahan 35% ROH dan Besaran Sudutnya
Dalam hasil pengukuran penelitian ini, penulis menemukan kendaraan
Mitsubishi Canter bak tertutup dengan konfigurasi sumbu 1.2 dengan
menambah panjang Rear Overhang dari bawaan pabrik.
49
Gambar IV.13 Pengukuran Rear Overhang
∆L
x 100%
WB
860
x 100% = 33,59% ~ 35%
2560
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa penambahan panjang
Rear Overhang kendaraan ini sebesar 33,59% namun penulis membulatkan
pecahan perhitungan presentase menjadi 35% agar dapat mudah dipahami
dan masuk dalam kategori penambahan panjang Rear Overhang sebesar
35% dari penelitian ini. Setelah melakukan perhitungan presentase
50
penambahan panjang rear overhang, maka penulis berikutnya mengukur
area blind spot pada kendaraan ini dengan menggunakan meteran.
51
Gambar IV.15 Animasi Area Blind Spot
52
kendaraan dan cahaya pantulannya adalah batas blind spot. Sehingga bila
ada kendaraan yang posisinya sejajar dengan garis normal, maka kaca
spion akan membelokkan hasil pantulannya menjauhi dari garis normal.
Pembelokkan tersebut yang menjadikan batas blind spot.
Tidak hanya sisi samping saja yang diteliti, namun bagian belakang
kendaraan pun termasuk dalam penelitian ini. Lebar dari area blind spot
pada bagian belakang sama seperti lebar baknya yaitu 1900 mm lalu
semakin mengecil area yang dapat dilihat hingga batas blind spot menjauhi
dari garis putus-putus (garis normal) dengan jarak sejauh 7300 mm dan
lebar area yang tidak dapat dilihat pada bagian belakang yaitu 1540 mm.
53
Dalam beberapa penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pengaruh
area blind spot terhadap penambahan panjang rear overhang kendaraan
ialah hasil penambahan panjang rear overhang memiliki sedikit perbedaan
dari perubahan besarnya sudut dan besarnya jarak batas blind spot dari
pandangan pengemudi ke kaca spion. Sehingga dapat disimpulkan Kembali
bahwa penambahan panjang rear overhang memiliki sedikit perbedaan dari
setiap presentase penambahan panjangnya. Tidak sampai disini, penulis
mencari pengaruh lain yang menyebabkan perubahan besar sudut dan blind
spot kendaraan, salah satunya dengan adanya penambahan lebar bak
muatan kendaraan bermotor.
54
pada presentase 30% dengan 35%. Hal tersebut dipengaruhi oleh
penambahan panjang yang tidak beda jauh presentasenya dan bentuk fisik
dari bak muatannya yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Pada penelitian ini, penulis menemukan kendaraan dengan jenis yang sama
yaitu Mitsubishi Canter yang menambah lebar bak muatannya sehingga dalam
analisa ini mempengaruhi area blind spot dari pengemudi kendaraan.
55
Pada Gambar IV.16 menjelaskan bahwa ada salah satu contoh kendaraan yang
menambah lebar bak muatannya. Dalam pengukuran dimensi lebar bak, kendaraan
tersebut memiliki lebar bak 2100 mm, namun pada pengukuran lebar bak yang
tertera pada SRUT yaitu 1900 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa kendaraan
tersebut menambah lebar bak sebanyak 300 mm atau dapat dikatakan bahwa
kendaraan tersebut menambah lebar sisi kanan 150 mm dan sisi kiri 150 mm.
56
(a)
(b)
57
abu. Kendaraan tersebut menambah lebar bak muatannya yang seharusnya
memiliki lebar bak yaitu 1900 mm namun kendaraan tersebut menambah
lebar bak sebanyak 300 mm, dapat dikatakan bahwa penambahan lebar
bak sisi kanan dan kiri sama yaitu sebanyak 150 mm. Hal tersebut dapat
mempengaruhi batas blind spot pada samping kendaraan. Pada sisi kanan
batas blind spot kendaraan menjadi 3050 mm dengan sudut yang dimiliki
17o dan untuk sisi kiri memiliki batas blind spot menjadi 2800 mm dengan
sudut yang dimiliki sebesar 16o. Besarnya jarak dan sudut pada kendaraan
ini dipengaruhi oleh lebar bak yang ditambah dan lebar kaca spion tetap
menggunakan spion bawaan standar pabrikan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kaca spion dari kendaraan ini sejajar dengan lebar terluar dari bak
muatan kendaraan tersebut.
Pada Gambar IV.17 bagian (b) menjelaskan bahwa kondisi fisik lebar
bak kendaraan yang seharusnya, yaitu dengan lebar 1900 mm tanpa ada
penambahan lebar bak. Dengan keadaan atau kondisi yang seharusnya,
kendaraan ini memiliki batas blind spot pada samping kendaraan menjadi
lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan yang menambah lebar baknya.
Untuk batas blind spot samping kendaraan yaitu pada sisi kanan sebesar
3200 mm dengan sudut yang dimiliki 22o dan untuk sisi kiri sebesar 2950
mm dengan sudut yang dimiliki 17o. Lebar bak kendaraan ini sudah sesuai
atau standar pabrikan dan menggunakan kaca spion standar pabrikan juga
sehingga apabila pengemudi melihat pada samping kendaraan melalui kaca
spion, maka pengemudi dapat lebih luas melihat area yang bisa dilihat
dibandingkan dengan kendaraan yang menambah lebar bak muatannya.
Dari penjelasan diatas, penulis semakin yakin bahwa area blind spot
dari sudut pandang pengemudi tidak hanya disebabkan oleh penambahan
panjang rear overhang, melainkan ada pengaruh lain yang salah satunya
yaitu penambahan lebar bak muatan yang dapat menghalangi kaca spion
pengemudi dalam melihat sekitar kendaraannya.
58
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan pengukuran terhadap kendaraan yang
melakukan penambahan panjang rear overhang dengan variabel utama kendaraan
Mitsubishi Canter dapat ditarik kesimpulan bahwa :
59
V.2 Saran
Pada penelitian ini, terdapat saran atau masukan dari penulis sendiri agar
dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian, sehingga untuk para pembaca dapat
lebih memahami dan banyak mengetahui secara visual tentang penelitian. Saran
dari penulis yang dapat disampaikan sebagai berikut :
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPIRAN
62
2. Pertanyaan Dengan Pengemudi
63