2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
Abstrak
Rumah sakit ramah lingkungan saat ini menjadi salah satu kebutuhan dalam manajemen
perubahan yang sedang dikembangkan di banyak rumah sakit. Rumah sakit ramah lingkungan atau
dikenal dengan istilah green hospital adalah rumah sakit yang didesain, dibangun/direnovasi dan
dioperasikan serta dipelihara dengan mempertimbangkan prinsip kesehatan dan lingkungan
berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan rumah sakit yang antisipatif terhadap dampak pemanasan dan
perubahan iklim global. Rumah sakit di masa mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam
maupun di lingkungan sekitarnya, mengurangi tingkat toksisitas pada bahan-bahan yang digunakan oleh
rumah sakit, rumah sakit harus sesedikit mungkin menggunakan sumber daya energi dan air, serta
mengurangi produksi limbah yang dihasilkan, mensejajarkan kesehatan lingkungan dalam
mempertimbangkan prioritas sistem kesehatan sesuai ketentuan bangunan hijau, dan mengutamakan
“konsep berkelanjutan” dalam pelayanan kesehatan.
Abstract
Environmentally friendly hospitals are currently one of the needs of change management which is being
developed in many hospitals. An environmentally friendly hospital or known as a green hospital is a
hospital that is designed, built / renovated and operated and maintained by considering the principles of
health and a sustainable environment. In order to create a hospital that is anticipatory to the effects of
global warming and climate change. The hospital in the future must be a healthy place both in and in the
surrounding environment, reduce the level of toxicity to the materials used by the hospital, the hospital
must use as little energy and water resources as possible, and reduce the production of waste generated,
aligning environmental health in considering health system priorities in accordance with green building
regulations, and prioritizing "sustainable concepts" in health services.
61
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
62
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
lingkungan, yaitu energy efficiency, green limbah rumah sakit yang berbentuk padat
building design, alternative energy generation, sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
transportation, food, waste, dan water. Di terdiri dari limbah medis padat dan non-medis
Indonesia, green hospital masih merupakan [4]. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup
sebuah konsep yang menekankan efisiensi dan Kehutanan sekitar 2.300 Rumah Sakit
penggunaan air dan energi listrik yang efektif yang ada di Indonesia, hanya 86 Rumah Sakit
dan efisien, serta pengelolaan limbah yang saja yang memiliki izin pengelolaan limbah.
berwawasan lingkungan[2]. Limbah yang dihasilkan dari upaya
Bangunan rumah sakit perlu didesain medis seperti puskesmas, poliklinik dan
dan dirancang dengan mengakomodasi bahkan rumah sakit yaitu jenis limbah yang
pemanfaatan potensi alam secara efisien. termasuk dalam kategori biohazard yaitu jenis
Kualitas gedung bisa dikategorikan Andal dari limbah yang sangat membahayakan
beberapa aspek, yaitu aspek struktur (kondisi lingkungan, di mana di sana banyak terdapat
bangunan baik bagian luar maupun bagian buangan virus, bakteri maupun zat-zat yang
dalam, dan kualitas bahan bangunannya), membahayakan lainnya sehingga harus
aspek aksesibilitas (penyediaan fasilitas untuk dimusnahkan dengan jalan dibakar dalam suhu
penyandang cacat), aspek utilitas (aspek yang di atas 800 0C (Jang, Gautam, , Blenkham,
meliputi fasilitas-fasilitas operasional 2006) [5].
keamanan gedung), dan aspek lingkungan Sektor kesehatan mengonsumsi energi
(meliputi fasilitas pembuangan limbah cair listrik dalam jumlah besar, sebagai contoh
maupun padat) yang memenuhi strandar yang rumah sakit di Brazil mengonsumsi energi
sudah ditentukan[3]. listrik 10% dari total konsumsi energi sektor
Selain itu, sumber daya rumah sakit komersial dalam negeri (Szklo, Soares and
berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air Tolmasquim, 2004) [6]. Sedangkan di India,
bersih, energi, dan material lainnya yang sector kesehatan mengkonsumsi energi listrik
merupakan kebutuhan harian pengoperasian sebesar 7.6% dari total keseluruhan konsumsi
rumah sakit penggunaannya juga perlu energi listrik negara tersebut (Kapoor and
dilandasi oleh prinsip eco-efficiency, Kumar, 2011)[7]. Demikian pula di Indonesia,
sementara produk samping rumah sakit seperti konsumsi energi listrik rumah sakit masih
limbah cair, padat dan gas perlu diolah cukup tinggi yaitu sebesar 225 kWh/m2 , nilai
sehingga targetnya tidak saja untuk memenuhi tersebut lebih tinggi dari Jepang yaitu hanya
baku mutu limbah, juga untuk memenuhi sebesar 175 kWh/m2 (Fathana, 2016)[8].
kaidah reduce, reuse, recycle dan recovery. Selain mengonsumsi energi besar,
Limbah rumah sakit adalah semua rumah sakit juga menghasilkan limbah dalam
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah jumlah besar. Hal tersebut dapat dilihat dari
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. studi terhadap 100 rumah sakit di Pulau Jawa
Limbah padat rumah sakit adalah semua dan Bali menemukan bahwa setiap tempat
63
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
tidur per hari menghasilkan sampah sebesar cukup dalam menerapkan kriteria green
3,2 kg, sedangkan untuk limbah cair hospital di Indonesia. Kinerja terbaik terutama
ditemukan bahwa per tempat tidur per hari pada kriteria bangunan, dilanjutkan kriteria
menghasilkan 416,8 liter. Sehingga apabila Program Penilaian Peringkat Kinerja
dijumlahkan secara nasional, rumah sakit di Perusahaan (PROPER), dan terakhir kriteria
Indonesia menghasilkan produksi limbah pengelolaan sumberdaya (Chauliah Fatma
padat sebesar 376.089 ton per hari dan limbah Putri, Dwi Purnomo, Eny Astuti ) [12].
cair sebesar 48.985 ton per hari (Alamsyah, Lingkungan bangunan rumah sakit
2007) [9] Sedangkan di Amerika Serikat, harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapi
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dengan kuat dan agar tidak memungkinkan
menghasilkan limbah sekitar 6 juta ton setiap orang atau binatang peliharaan keluar masuk
tahunnya (Wadhwa, 2013)[10]. dengan bebas. Luas lahan bangunan dan
Sementara fakta menunjukkan bahwa halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keberadaan rumah sakit suatu wilayah dengan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir
daya dukung lingkungan yang terbatas sering yang memadai dan dilengkapi dengan rambu
tidak menjadi perhatian manajemen rumah parkir. Lingkungan bangunan rumah sakit
sakit, padahal paradigma terkini mengajarkan harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
bahwa pengelola rumah sakit wajib daerah banjir harus menyediakan
menempatkan aspek keseimbangan ekologi, fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
sosial dan estetika menjadi dasar pada setiap Lingkungan rumah sakit harus merupakan
perumusan kebijakan melalui optimalisasi kawasan bebas rokok. Lingkungan bangunan
pengelolaan lingkungan hidup dan rumah sakit harus dilengkapi penerangan
pemberdayaan, sehingga keberadaan rumah dengan intensitas cahaya yang cukup.
sakit dengan kompleksitas kegiatannya tidak Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu,
menambah beban negatif berupa pencemaran tidak becek, atau tidak terdapat genangan air
lingkungan, bahkan memberikan manfaat dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka
positif bagi kelestarian lingkungan masyarakat atau tertutup, tersedia lubang penerima air
sekitar. masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
Pada prinsipnya, model rumah sakit di Saluran air limbah domestik dan limbah medis
masa mendatang perlu dikelola secara baik harus tertutup dan terpisah, masing-masing
dengan selalu mempertimbangkan aspek dihubungkan langsung dengan instalasi
kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial pengolahan limbah. Di tempat parkir,
sehingga prinsip pemenuhan konsep halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat
pembangunan berkelanjutan dalam bidang tertentu yang menghasilkan sampah harus
kesehatan akan terpenuhi, baik rumah sakit disediakan tempat sampah. Lingkungan,
pemerintah dan rumah sakit swasta. Rumah ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu
sakit umum pemerintah mencapai kinerja dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas
64
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
65
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
66
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
10,86% kemudian indikator tidak ada memiliki skor buruk dan hanya 0,5%
kebijakan sebesar 9,96%. Pelaksanaan mendapat nilai bagus. Tidak ada
green hospital di RS Mekarsari hubungan antara kesadaran tentang
tergolong cukup baik. Mengingat Go-Green Hospital Initiative dan
bahwa RS Mekarsari ini adalah RS variabel awal. Temuan ini
pertama di Kota Bekasi yang menekankan kebutuhan yang luas
menerapkan pelaksanaan green untuk mengevaluasi kesadaran Go
hospital. [18] Green hospital Initiative di rumah
6. Hasil penelitian Fahriza Risnawati, P. sakit masing-masing.[20]
Purwanto, Onny Setiani menunjukkan
beberapa alternatif perbaikan yang Meninjau dari berbagai penelitian
dapat diusulkan adalah peningkatan selanjutnya yang telah dilakukan,
setting temperatur pada penggunaan sebagaimana dilakukan bahwa rumah sakit
AC, pembuatan lubang biopori memegang peran penting dalam menjaga
sebagai upaya pemanfaatan sampah kelestarian lingkungan, sangat disayangkan
organik menjadi pupuk kompos, dan apabila rumah sakit sebagai tempat
penggunaan kembali sisa air hasil berkumpulnya orang sakit maupun orang
Reverse Osmosis dari instalasi sehat, berubah menjadi tempat penularan
laboratorium. Peningkatan setting penyakit serta menjadi tempat pencemaran
temperatur pada penggunaan AC akan lingkungan dan yang mengganggu kesehatan
menghemat pemakaian energi dengan dan menimbulkan berbagai macam
nilai 46 juta rupiah per tahun dan permasalahan.
dapat segera diimplementasikan, Mengacu pada Permenkes No.7 Tahun
sedangkan penggunaan kembali sisa 2019 tentang persyaratan kesehatan
air hasil Reverse Osmosis dari lingkungan rumah sakit. Rumah sakit
instalasi laboratorium menjadi
ramah lingkungan sebagai bagian dari
program terakhir yang dapat
pembangunan berkelanjutan sejatinya
diterapkan karena teknisnya yang
adalah menjaga lingkungan hidup
dinilai. [19]
sehingga dapat memenuhi kebutuhan
7. Hasil penelitian Jisha Mol Joseph,
masyarakat baik pada generasi saat ini
Bonnie Bella Pyngrope, Raina Jose,
Darryl Aranha, Pramila D’Souza maupun hingga generasi yang akan
(2019) menghasilkan setelah menguji datang. Konsep rumah sakit ramah
pengetahuan peserta, ditemukan lingkungan yang telah berjalan akan lebih
bahwa sebagian besar mata pelajaran optimal apabila mendapat dukungan tidak
(54%) memperoleh skor rata-rata; hanya dari pemerintah daerah, lembaga
32% memiliki skor baik; 13%
67
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
68
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
serta mengurangi produksi limbah yang [6] Szklo, A., Soares, J. and Tolmasquim, M.
dihasilkan, mensejajarkan kesehatan (2004). Energy Consumption Indicators and
lingkungan dalam mempertimbangkan CHP Technical Potential in the Brazilian
prioritas sistem kesehatan sesuai ketentuan Hospital Sector, Energy Conversion and
bangunan hijau, dan mengutamakan “konsep Management, 45(13–14), pp. 2075–2091
berkelanjutan” dalam pelayanan kesehatan.
[7] Kapoor, R. and Kumar, S. 2011.Energy
Efficiency inHospitals: Best Practice Guide,
REFERENSI
in United States Agency for International
[4] Pemerintah Indonesia (2019) Kepmenkes Malang. Seminar Nasional Inovasi Dan
No. 7 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN
[5] Jang, Y.C. (2006). Medical waste [12] Pedoman Rumah Sakit Ramah
69
JGG-Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9 No. 2 Desember 2020
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI: doi.org/10.21009/jgg.092.03
70