Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 8

MENJADI ORANG BERUNTUNG


NO POIN MATERI PENJABARAN
1 Jangan sampai  Jika kita punya keyakinan yang kuat dan kesadaran yang tinggi terhadap nasib
menyesal! kita di akherat kelak, sebagai manusia yang normal tentu kita akan habis-
habisan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Untuk apa? Tentu,agar kita
tidak menyesal dalam kehidupan di akherat kelak
 Semua langkah dalam kehidupan kita harus benar-benar kita perhitungkan,
detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun
 Kesempatan hidup kita di dunia ini sangat amat sebentar sekali. Hanya 1,5 jam
atau bahkan bisa jadi hanya 2 menit 1 detik! Tapi waktu tersebut akan
menentukan nasib kita di akherat untuk jangka waktu yang selama-lamanya.
Apakah akan bahagia selama-lamanya, ataukah akan menderita selama-
lamanya
 Nah, sekarang apa langkah yang seharusnya kita tempuh dalam hidup kita di
dunia ini agar besok kita tidak menyesal? Mungkin pertanyaannya tidak cukup
sampai disitu. Pertanyaannya bisa kita kembangkan menjadi: Apa langkah besar
yang bisa kita lakukan di dunia ini, agar kita juga mendapatkan balasan yang
besar besok di akherat?
2 Siapakah kelompok Allah SWT berfirman:
manusia yang tidak
menyesal?
‫ ِإاَّل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا ٱلَّص ٰـِلَحٰـِت‬. ‫ ِإَّن ٱِإۡل نَس ٰـَن َلِفى ُخۡس ٍر‬. ‫َو ٱۡل َع ۡص ِر‬
‫ۡل‬
‫َو َتَو اَص ۡو ْا ِبٱ َح ِّق َو َتَو اَص ۡو ْا ِبٱلَّص ۡب ِر‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman1 dan mengerjakan amal saleh2 dan nasehat
menasehati supaya menta’ati kebenaran3 dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran4.” (QS. Al-Asr [103]: 1-3)
2 Apakah amal sholeh  Allah SWT berfirman:
itu?
‫َفَم ْن َك اَن َيْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َفْلَيْع َم ْل َع َم اًل َص اِلًحا َو اَل ُيْش ِر ْك ِبِعَباَد ِة َر ِّبِه‬
‫َأَح ًدا‬
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)
 Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat tersebut, “(Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya), maksudnya: pahala dan balasan
baik dari-Nya. (maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih), maksudnya:
amal yang sesuai syariat Allah. (dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya), dan yang dikehendaki dengan amal
itu adalah wajah Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya.”
 Beliau Rahimahullah melanjutkan:
“Kedua hal ini adalah rukun amal yang diterima, yaitu haruslah amal itu ikhlas
untuk Allah, benar sesuai syariat Rasulullah saw.“ (lihat Tafsir Al-Qur'an
al-‘Adzim, Ibnu Katsir dalam tafsir ayat tersebut)
 Rasulullah saw bersabda:
‫ِإَّن َهللا َع َّز َو َج َّل َال َيْقَبُل ِم َن اْلَع َم ِل ِإَّال َم ا َك اَن َلُه َخاِلًصا َو اْبُتِغ َي ِبِه‬
‫َو ْج ُهُه‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amal perbuatan kecuali yang
murni (ikhlas) dan mengharap ridho Allah.” (HR. Abu Dawud & Nasa’i)
 Rasulullah saw juga bersabda:
‫َم ْن َع ِمَل َع َم ًال َلْيَس َع َلْيِه َأْم ُرَنا َفُهَو َر ٌّد‬
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan
tersebut tertolak.” (HR. Muslim)
 Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata:
1
“Sesungguhnya, apabila sebuah amal itu ikhlas namun tidak benar, niscaya
tidak akan diterima. Apabila benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima,
sehingga amal itu ikhlas dan benar. Ikhlas adalah amal itu untuk Allah,
sedangkan benar adalah amal itu sesuai sunnah.”
3 Amalan apa yang harus  Jika kita mau berpikir cerdas, dengan menggunakan istilah dalam ilmu ekonomi,
kita pilih? yaitu prinsip efisiensi, maka kita layak mencari: adakah amalan yang bisa kita
lakukan dengan menggunakan waktu yang sedikit, tenaga yang sedikit, biaya
sedikit, namun mendapatkan balasan yang sebesar-besarnya dan setinggi-
tingginya dari Allah SWT di akhirat kelak?
 Bahkan, dengan bahasa lain, adakah amalan yang kita kerjakan dengan waktu
yang sedikit atau dengan umur yang sangat amat pendek ini, namun
menghasilkan pahala yang terus-menerus, bahkan pahala itu bisa terus
mengalir hingga melampaui umur kita sendiri?
 Dengan kata lain, boleh saja umur kita hanya 60 tahun, 70 tahun atau 80 tahun.
Namun, apakah kita bisa memiliki amal yang pahalanya bisa terus mengalir
melampaui umur kita. Bisa 100 tahun, 200 tahun, 1.000 tahun, bahkan sampai
hari kiamat tiba, walaupun kita sudah meninggal dunia, tetapi pahala kita bisa
terus mengalir dan mengalir
 Dengan kata lain, dalam hidup yang singkat ini kita harus jeli dan teliti dalam
memilih-milih amalan. Jangan sampai salah dalam memilih amal
 Kalau perlu kita harus benar-benar “serakah” dalam memilih amal tersebut.
Kita harus bisa memastikan jenis amal apa yang pahalanya besar dan bisa terus
mengalir, bahkan melebihi umur kita sendiri
4 Prinsip amal kita 1. Allah ridha atau tidak?
 Jika kita akan beramal, maka pertanyaan awal yang harus kita tanyakan
adalah Allah ridha atau tidak
 Jika Allah ridha, kita lakukan. Jika Allah tidak ridha, kita tinggalkan. Contoh,
memberikan boncengan motor kepada yang bukan mahram. Terlihat seperti
perbuatan baik tapi tidak dirihai Allah, maka bantulah dengan cara lain yang
Allah ridhai, misal mencarikannya angkutan umum atau meminta bantuan
mahram orang tersebut
2. Halal atau haram?
 Jika kita mau mengambil sesuatu, maka terlebih dahulu kita harus bertanya
apakah sesuatu itu halal ataukah haram
 Jika halal kita ambil, jika haram kita tinggalkan
3. Prioritasnya tinggi atau tidak?
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang 1 wajib, yang 1 sunnah, maka
pilihlah yang wajib. Penuhilah hidup kita dengan yang wajib, kemudian
lengkapi dengan yang sunnah. Ibn Hajar al-‘Ashqalani menyatakan di dalam
Fath al-Bârî: “Sebagian ulama besar mengatakan bahwa siapa yang fardhu
lebih menyibukkan dia dari nâfilah (sunnah) maka dimaafkan, dan
sebaliknya siapa yang nâfilah menyibukkan dia dari amal fardhu maka dia
telah tertipu“.
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang 1 sunnah, yang 1 mubah, maka
pilihlah yang sunnah. Contoh shalat Dhuha dan nonton tv
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang 1 mubah, yang 1 makruh, maka
pilihlah yang mubah. Contoh, ikan asin dan jengkol
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang sama-sama wajib, maka pilihlah
yang paling mendesak atau yang lebih urgent untuk dilakukan
4. Pahalanya banyak atau sedikit?
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang 1 pahalanya banyak, yang 1
pahalanya sedikit, maka pilihlah yang pahalanya banyak
 Contoh: Shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki
 Jika ada laki-laki berumur 60 tahun (umur efektif 30 tahun) yang biasa
mengerjakan shalat fardhu sendirian maka pahala (pendekatan hitungan
matematis) yang dia peroleh: 1 x 5 waktu x 365 hari x 30 tahun = 54.750
 Namun jika laki-laki itu mengerjakan shalat fardhu berjamaah dia akan

2
memperoleh pahala sebanyak: 27 x 5 waktu x 365 hari x 30 tahun =
1.478.250. Jauh sekali kan perbedaan nilai pahalanya?
 Kalau shalat berjamaahnya dikerjakan di masjid, maka dia akan
mendapatkan bonus, setiap 1 langkahnya akan mendapatkan ampunan dosa
dan 1 langkah lainnya akan menaikkan derajatnya
 Maka semakin banyak langkah kakinya ke masjid, akan semakin banyak pula
dosanya yang diampuni dan semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah SWT.
Menarik kan?
5. Bermanfaat atau tidak?
 Jika kita bertemu dengan 2 pilihan yang sama-sama wajib, sama-sama
sunah, atau sama-sama mubah maka pilihlah yang paling banyak
manfaatnya
 Jika kita berhutang besar kepada 2 orang sahabat dan keduanya menagih
dalam waktu yang sama, maka dahulukan membayar kepada sahabat yang
akan menggunakan uang tersebut untuk hal yang lebih urgent atau lebih
bermanfaat
 Untuk hal yang sunnah, misalnya sedekah, maka pilihlah sedekah yang lebih
besar manfaatnya
 Untuk yang mubah, misalnya menonton TV, maka pilihlah acara-acara TV
yang memberikan manfaat untuk kita semisal berita politik, dialog tokoh,
inspirasi bisnis, inspirasi kebaikan, dsb
 Jika kita akan membeli barang yang halal, tanya dulu ada manfaatnya atau
tidak buat kita. Kalau ada manfaatnya kita beli, kalau tidak ada ya tidak usah
kita beli
 Jika kita akan membeli barang yang halal, pilihlah barang yang bisa
memberikan manfaat bukan saja buat kita, tapi juga bisa bermanfaat untuk
orang lain. Misal kalau kita ingin membeli kabel rol, maka belilah kabel rol
yang nantinya bisa digunakan juga untuk acara-acara dakwah, sehingga kita
bisa memperoleh pahala dari peminjaman kabel rol tersebut
 Rasulullah saw bersabda:
‫ِم ْن ُحْس ِن ِإْس َالِم اْلَم ْر ِء َتْر ُك ُه َم ا َال َيْع ِنيِه‬
“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak
bermanfaat.” (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah)
6. Mengalirkan pahala atau tidak?
 Detilnya kita bahas di bawah ini
5 Bekas-bekas  Allah SWT berfirman:
peninggalan kita
‫ِإَّنا َنۡح ُن ُنۡح ِى ٱۡل َم ۡو َتٰى َو َنۡڪُتُب َم ا َقَّد ُم وْا َو َء اَثٰـَر ُهۚۡم َو ُك َّل َش ۡى ٍء َأۡح َص ۡي َنٰـ ُه‬
‫ِفٓى ِإَم اٍ۬م ُّم ِبيٍ۬ن‬
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan
apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata [Lauh
Mahfuzh].” (QS. Yasiin [36]:12)
 Apa saja yang termasuk kategori aatsar atau bekas-bekas yang ditinggalkan,
yang akan terus dicatat oleh Allah SWT? Rasulullah saw bersabda:
‫ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِر َيٍة َو ِع ْلٍم ُيْنَتَفُع‬ ‫ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل‬
‫َص اِلٍح َيْدُع و َلُه‬ ‫ِبِه َو َو َلٍد‬
“Apabila sesorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang
mendoakannya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
 Dari hadits diatas kita dapat memahami bahwa amal jaariyah ternyata tidak
hanya satu macam, tetapi ada tiga macam. Namun, tiga macam amal jaariyah
itu bukan untuk kita pilih salah satu, kemudian yang lain untuk kita tinggalkan.
Tiga macam amal jariyah itu dapat kita amalkan semuanya
 Jika kita mempunyai uang,kemudian kita gunakan untuk sedekah membangun
masjid, maka selama masjid itu berdiri tegak dan terus dimanfaatkan oleh kaum

3
muslmin untuk beribadah, insyaAllah kita akan mendapatkan aliran pahalanya,
walaupun kita sudah meninggal dunia. Bayangkan jika setiap waktu shalat tiba
ada 10 orang yang shalat berjamaah di masjid, maka yang membangun masjid
akan mendapatkan pahala sebanyak 5 x 27 x 10 = 1.350 /hari atau 492.750
/tahun atau 14.782.500 /30 tahun. Luar biasa kan?
 Jika kita mempunyai ilmu yang bermanfaat, kemudian kita ajarkan kepada
orang lain, maka selama orang tersebut mengamalkan ilmu dari kita, insyaAllah
kita akan mendapatkan aliran pahalanya secara terus menerus, walaupun kita
sudah meninggal dunia. Misalnya kita mengajarkan orang membaca Al-Quran,
mengajarkan shalat, puasa, berzakat, berhaji dan sebagainya
 Dan jika kita memiliki anak sholeh yang mau mendoakan orang tuanya, maka
selama anak kita itu beramal sholeh dan mendoakan orang tuanya, insyaAllah
kita akan terus mendapatkan aliran pahalanya walaupun kita sudah meninggal
dunia
 Dalam hadist lain, Rasulullah saw bersabda:
‫ِإَّن ِمَّم ا َيْلَح ُق اْلُم ْؤ ِم َن ِم ْن َع َم ِلِه َو َح َس َناِتِه َبْع َد َم ْو ِتِه ِع ْلًم ا َع َّلَم ُه َو َنَش َرُه‬
‫َوَو َلًدا َص اِلًحا َتَر َك ُه َوُم ْص َح ًفا َو َّر َثُه َأْو َم ْس ِج ًدا َبَناُه َأْو َبْيًتا ِال ْبِن الَّس ِبيِل‬
‫َبَناُه َأْو َنْهًرا َأْج َر اُه َأْو َص َد َقًة َأْخ َر َجَها ِم ْن َم اِلِه ِفي ِص َّح ِتِه َو َحَياِتِه َيْلَح ُقُه‬
‫ِم ْن َبْع ِد َم ْو ِتِه‬
“Sesungguhnya diantara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan
menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan
disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang
diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang
dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang
dikeluarkannya dari hartanya di waktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini
akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
6 Membiasakan  Selain hadits diatas, berkaitan dengan bekas-bekas yang ditinggalkan tersebut,
kebiasaan baik ternyata masih ada penjelasan lain dari Rasulullah saw:
‫َم ْن َس َّن ِفْي اِإل ْس َالِم ُس َّنًة َح َس َنًة َفَلُه َأْج ُرَها َو َأْج ُر َم ْن َع ِمَل ِبَها َبْع َد ُه ِم ْن‬
‫ َو َم ْن َس َّن ِفْي اِإل ْس َالِم ُس َّنًة َس ِّيَئًة َك اَن‬، ‫َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن ُأُجْو ِر ِهْم َش ْى ٌء‬
‫َع َلْيِه ِو ْز ُرَها َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِمَل ِبَها ِم ْن َبْع ِدِه ِم ْن َغْيِر َأْن َيْنُقَص ِم ْن‬
‫َأْو َزاِر ِهْم َش ْى ٌء‬
“Barangsiapa merintis (memulai, membiasakan, membuat kebiasaan,
mempelopori) dalam agama Islam sunnah (perbuatan, kebiasaan) yang baik
maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikit pun”. (HR. Muslim)
 Hadits diatas menunjukkan bahwa barangsiapa yang mau membuat suatu
kebiasaan (tradisi) yang baik dalam Islam, kemudian kebiasaan itu diikuti oleh
orang-orang sesudahnya, maka orang tersebut akan mendapatkan catatan
pahala dari orang-orang yang mengamalkannya dan tidak mengurangi
sedikitpun pahala dari orang-orang yang mengikutinya tersebut
 Misalnya saja, dalam suatu kampung/perusahaan tidak pernah ada aktivitas
pengajian sama sekali. Kemudian ada orang yang berinisiatif untuk membuat
pengajian rutin mingguan. Ternyata aktivitas pengajian rutin mingguan ini
berjalan terus, sampai orang yang memelopori pengajian rutin itu meninggal
dunia. Maka, insyaAllah orang yang membuat tradisi pengajian rutin ini akan
terus mendapatkan aliran pahala dari orang-orang yang terus mengikuti dan
melanjutkan aktivitas pengajian rutin mingguan tersebut
 Semakin banyak orang yang mengikuti pengajian itu, maka aliran pahalanya
tentu akan semakin banyak pula. Semakin lama tradisi pengajian itu berjalan,
4
maka akan semakin lama pula aliran pahala jariyah yang akan dinikmati oleh
orang tersebut. Enak bukan? Sungguh beruntunglah orang yang memiliki aatsar
tersebut
7 Membiasakan  Namun, jangan merasa senang dulu. Mengapa? Sebab, masih ada yang harus
kebiasaan buruk dilihat, bahwa hadits tersebut tidak berhenti sampai disini saja. Hadits ini masih
ada kelanjutannya. Kelanjutannya apa? Kelanjutannya akan berlaku bagi
amalan yang sebaliknya
 Misalnya saja, ada seorang ibu yang biasa menampakkan aurat di luar
rumahnya atau menampakkan aurat kepada lelaki yang bukan mahramnya,
kemudian kebiasan itu ditiru oleh anak-anak perempuannya atau anak
perempuan tetangganya, maka dia akan memperoleh aliran dosa dari orang-
orang yang mengikuti perbuatan dosanya itu. Semakin banyak yang meniru
kebiasaan tersebut maka semakin banyak dosa yang mengalir kepada ibu
tersebut
 Contoh lain misalnya dalam suatu kaum tidak pernah ada aktivitas perjudian.
Ketika ada orang yang mempunyai hajatan, seperti pernikahan atau sunatan,
lantas ada orang yang berinisiatif untuk mengajak main judi sebagai kegiatan
untuk melekan, yaitu aktivitas berjaga, sekaligus untuk melawan rasa kantuk
semalam suntuk
 Ternyata semakin hari, aktivitas perjudian ini berjalan terus dan semakin
banyak pengikutinya, bahkan akhirnya menjadi menjadi tradisi yang banyak
pengikutnya. Akhirnya tradisi ini terus berjalan, bahkan sampai orang yang
mempelopori perjudian ini meninggal dunia. Maka, insyaAllah orang yang
membuat tradisi perjudian ini akan terus mendapatkan aliran dosa dari orang-
orang yang terus mengikuti dan melanjutkan aktivitas perjudian tersebut
 Semakin banyak orang yang mengikuti tradisi perjudian itu, maka aliran
dosanya tentu akan semakin banyak pula. Semakin lama tradisi pengajian itu
berjalan, maka akan semakin lama pula aliran dosa jaariyah yang akan
“dinikmati” oleh orang tersebut. Gawat bukan? Sungguh sangat merugilah
orang yang memiliki aatsar buruk seperti itu
8 Mengajak kepada  Selain mentradisikan kebaikan yang disandarkan kepada syariat Islam (ilmu
petunjuk yang bermanfaat), untuk mendapatkan aliran pahala yang mengalir terus
menerus, Rasulullah saw juga mengajarkan:
‫َدَعا ِإَلى ُهًدى َك اَن َلُه ِم َن ْاَألْج ِر ِم ْثُل ُأُجْو ِر َم ْن َتِبَع ُه اَل َيْنُقُص َذ ِلَك‬ ‫َم ْن‬
‫ َك اَن َع َلْيِه ِم َن اِإْل ْثِم ِم ْثُل آَثاِم‬، ‫ َو َم ْن َدَعا ِإَلى َض اَل َلٍة‬،‫ُأُجْو ِر ِهْم َشْيًئا‬ ‫ِم ْن‬
‫َم ْن َتِبَع ُه اَل َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن آَثاِم ِهْم َشْيًئا‬
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala
seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka
sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia
mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
 Dari hadits diatas, amal yang dapat diandalkan untuk memperoleh pahala
jaariyah adalah mengajak atau memberi petunjuk kepada orang lain agar
memahami Islam dan dapat mengamalkan Islam dengan benar
 Selama orang lain itu terus beramal, maka insyaAllah kita akan mendapatkan
pahala jaariyah yang akan terus mengalir, walaupun kita sudah meninggal dunia
9 Berlomba dalam amal  Itulah beberapa amal jaariyah yang bisa kita lakukan
besar dan mengalirkan  Marilah kita senantiasa untuk berlomba-lomba (fastabiqul khairaat) dalam
pahala tanpa henti meraih amal kebajikan
 Sampai disini apakah sudah cukup? Ternyata belum cukup
 Masih ada golongan orang yang lebih beruntung
 Siapa mereka dan apa amal-amal mereka? insyaAllah kita bahas di pertemuan
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai